Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai

PENGARUH EMPAT STRAIN BAKTERI PERAKARAN
PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN WAKTU
INOKULASI VIRUS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SERTA KEPARAHAN PENYAKIT KUNING
PADA TANAMAN CABAI

HARI PRIWIRATAMA
A44102014

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK

HARI PRIWIRATAMA. Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu
Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan
Tanaman serta Keparahan Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai. Dibimbing
oleh SRI HENDRASTUTI HIDAYAT dan WIDODO.
Bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman (plant growth promoting

rhizobacteria [PGPR]) telah menunjukkan efektivitas dalam menekan serangan
patogen. Bacillus dan Pseudomonas mampu menekan keparahan penyakit yang
disebabkan oleh cucumber mosaic virus (CMV), tobacco mosaic virus (TMV),
tobacco necrosis virus (TNV) dan tomato mottle virus (ToMoV). Efektivitasnya
dalam menekan penyakit kuning yang disebabkan oleh geminivirus pada tanaman
cabai belum banyak diketahui.
Empat strain PGPR Bacillus polymixa BG25, B. subtilis SB3 , Pseudomonas
fluorescens PG01 dan P. fluorescens ES32 serta campuran suspensi keempat
bakteri diaplikasikan melalui perendaman benih. Inokulasi geminivirus dilakukan
di rumah kaca pada 3, 5 dan 6 minggu setelah tanam dengan bantuan vektor
Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae). Tanaman tanpa perlakuan
perendaman benih dalam suspensi bakteri digunakan sebagai pembanding.
Perlakuan bakteri tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tanaman pada tiap taraf waktu inokulasi. Pengaruh yang nyata
diperlihatkan pada penghambatan muculnya gejala awal. Taraf waktu inokulasi
yang semakin tinggi membuat tanaman semakin toleran terhadap serangan
geminivirus dan pada taraf waktu inokulasi yang tinggi, perlakuan bakteri
memberi pengaruh yang nyata dalam menekan keparahan penyakit.

PENGARUH EMPAT STRAIN BAKTERI PERAKARAN

PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN WAKTU
INOKULASI VIRUS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SERTA KEPARAHAN PENYAKIT KUNING
PADA TANAMAN CABAI

HARI PRIWIRATAMA
A44102014

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Skripsi

:


Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu
Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus
terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan
Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai

Nama Mahasiswa

:

Hari Priwiratama

NRP

:

A44102014

Program Studi


:

Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.
NIP 131 610 286

Dr. Ir. Widodo, MS.
NIP 131 476 605

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.

NIP 130 422 698

Tanggal lulus:……………………….

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1985
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Djadja ABD Rodjak
dan Ibu Mimin Djarnudji.
Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di SMU
Negeri 6 Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 2002. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB.
Aktifitas kemahasiswaan yang pernah diikuti penulis yaitu menjadi anggota
Biro Infokom Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) tahun 20022003 dan kepala Departemen Keprofesian HIMASITA pada tahun 2004-2005.
Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman, Nematologi Tumbuhan, Metode Statistika I (tahun ajaran
2004/2005), Ilmu Penyakit Tumbuhan Umum serta Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan (tahun ajaran 2005/2006).


PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai
syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi penulis berjudul Pengaruh
Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan Penyakit
Kuning pada Tanaman Cabai dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan
Cikabayan, Laboratorium Mikologi dan Klinik Tanaman Departemen Proteksi
Tanaman mulai bulan Januari 2006 hingga Juni 2006. Penelitian ini merupakan
bagian dari penelitian dosen pembimbing yang didanai melalui Hibah Penelitian
Program Hibah Kompetisi-B (PHK-B) Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc. sebagai pembimbing I tugas akhir.
2. Dr. Ir. Widodo, MS. sebagai pembimbing II tugas akhir.
3. Dr. Ir. Kikin H Mutakin, MSc. yang telah membantu dalam analisis data.
4. Kedua orang tua untuk doa dan dukungannya.
5. Mia Saumiati atas waktu, tenaga dan dukungan yang telah diberikan.

6. Romadhona, Hendrayana, Ari, Lusi, Astri dan Sri Endang yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian penulis.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian yang berkaitan.

Bogor, Agustus 2006

Hari Priwiratama

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

ix


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................

1

Tujuan ......................................................................................................

3

Manfaat ....................................................................................................

3

Hipotesis ...................................................................................................

3


TINJAUAN PUSTAKA
Kemaknaan Geminivirus pada Tanaman Cabai .......................................

4

Karakteristik Geminivirus ........................................................................

4

Kemaknaan B. tabaci sebagai Vektor Geminivirus .................................

5

PGPR dalam Teknik Pengendalian Penyakit Tanaman ...........................

6

Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. sebagai Agensi Hayati
Pengendalian Virus tanaman ....................................................................


7

Induksi Ketahanan Sistemik oleh PGPR ..................................................

9

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...................................................................................

10

Bahan .......................................................................................................

10

Metode
Pembuatan Suspensi Bakteri ..............................................................
Perlakuan Benih dan Penanaman Tanaman Uji .................................
Perbanyakan Serangga Vektor Bebas Virus ......................................

Pemurnian dan Perbanyakan Isolat Virus ..........................................
Inokulasi Virus pada Tanaman Uji ....................................................
Pengamatan Morfologi Tanaman .......................................................
Pengukuran Keparahan Penyakit .......................................................

10
10
11
11
11
12
12

Rancangan Percobaan ..............................................................................

13

Analisis Data ............................................................................................

13

vii
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh PGPR dan Waktu Inokulasi Terhadap Morfologi Tanaman
Pengaruh PGPR terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman, Jumlah
Cabang, Daun dan Bunga ...................................................................
Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi
Tanaman, Jumlah Cabang, Daun dan Bunga .....................................
Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang,
Daun dan Bunga .................................................................................

14
16

18

Pengaruh PGPR dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan
Penyakit Kuning
Pengaruh PGPR terhadap Masa Inkubasi dan Perkembangan
Keparahan Penyakit ...........................................................................
Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap Masa Inkubasi dan
Perkembangan Keparahan Penyakit ...................................................
Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi terhadap
Masa Inkubasi dan Tingkat Keparahan Penyakit ...............................

23
26
28

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..............................................................................................

31

Saran .........................................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

32

LAMPIRAN .............................................................................................

35

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Tinggi Tanaman Cabai
pada Beberapa Waktu Pengamatan ...........................................

14

Tabel 2 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Jumlah Cabang Utama,
Cabang Sekunder, Daun dan Bunga .........................................

15

Tabel 3 Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap Jumlah Cabang Utama,
Cabang Sekunder, Daun dan Bunga .........................................

18

Tabel 4 Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman
Cabai .........................................................................................

19

Tabel 4 (lanjutan) Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan
Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi
Tanaman Cabai .........................................................................

20

Tabel 5 Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus Terhadap Jumlah Cabang Utama, Cabang Sekunder,
Daun dan Bunga ........................................................................

22

Tabel 6 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Keparahan Penyakit
Kuning .......................................................................................

25

Tabel 7 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus Terhadap Keparahan
Penyakit .....................................................................................

27

Tabel 8 Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus terhadap Perkembangan Keparahan Penyakit .................

29

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan
Tinggi Tanaman .....................................................................

17

Gambar 2 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Masa Inkubasi
Penyakit ..................................................................................

24

Gambar 3 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Masa Inkubasi
Penyakit ..................................................................................

26

Gambar 4 Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Masa Inkubasi Penyakit .................

28

PENGARUH EMPAT STRAIN BAKTERI PERAKARAN
PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN WAKTU
INOKULASI VIRUS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SERTA KEPARAHAN PENYAKIT KUNING
PADA TANAMAN CABAI

HARI PRIWIRATAMA
A44102014

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK

HARI PRIWIRATAMA. Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu
Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan
Tanaman serta Keparahan Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai. Dibimbing
oleh SRI HENDRASTUTI HIDAYAT dan WIDODO.
Bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman (plant growth promoting
rhizobacteria [PGPR]) telah menunjukkan efektivitas dalam menekan serangan
patogen. Bacillus dan Pseudomonas mampu menekan keparahan penyakit yang
disebabkan oleh cucumber mosaic virus (CMV), tobacco mosaic virus (TMV),
tobacco necrosis virus (TNV) dan tomato mottle virus (ToMoV). Efektivitasnya
dalam menekan penyakit kuning yang disebabkan oleh geminivirus pada tanaman
cabai belum banyak diketahui.
Empat strain PGPR Bacillus polymixa BG25, B. subtilis SB3 , Pseudomonas
fluorescens PG01 dan P. fluorescens ES32 serta campuran suspensi keempat
bakteri diaplikasikan melalui perendaman benih. Inokulasi geminivirus dilakukan
di rumah kaca pada 3, 5 dan 6 minggu setelah tanam dengan bantuan vektor
Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae). Tanaman tanpa perlakuan
perendaman benih dalam suspensi bakteri digunakan sebagai pembanding.
Perlakuan bakteri tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tanaman pada tiap taraf waktu inokulasi. Pengaruh yang nyata
diperlihatkan pada penghambatan muculnya gejala awal. Taraf waktu inokulasi
yang semakin tinggi membuat tanaman semakin toleran terhadap serangan
geminivirus dan pada taraf waktu inokulasi yang tinggi, perlakuan bakteri
memberi pengaruh yang nyata dalam menekan keparahan penyakit.

PENGARUH EMPAT STRAIN BAKTERI PERAKARAN
PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN WAKTU
INOKULASI VIRUS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SERTA KEPARAHAN PENYAKIT KUNING
PADA TANAMAN CABAI

HARI PRIWIRATAMA
A44102014

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Skripsi

:

Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu
Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus
terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan
Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai

Nama Mahasiswa

:

Hari Priwiratama

NRP

:

A44102014

Program Studi

:

Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.
NIP 131 610 286

Dr. Ir. Widodo, MS.
NIP 131 476 605

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.
NIP 130 422 698

Tanggal lulus:……………………….

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1985
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Djadja ABD Rodjak
dan Ibu Mimin Djarnudji.
Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas di SMU
Negeri 6 Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 2002. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB.
Aktifitas kemahasiswaan yang pernah diikuti penulis yaitu menjadi anggota
Biro Infokom Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) tahun 20022003 dan kepala Departemen Keprofesian HIMASITA pada tahun 2004-2005.
Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman, Nematologi Tumbuhan, Metode Statistika I (tahun ajaran
2004/2005), Ilmu Penyakit Tumbuhan Umum serta Hama dan Penyakit Tanaman
Pangan (tahun ajaran 2005/2006).

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai
syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi penulis berjudul Pengaruh
Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan Penyakit
Kuning pada Tanaman Cabai dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan
Cikabayan, Laboratorium Mikologi dan Klinik Tanaman Departemen Proteksi
Tanaman mulai bulan Januari 2006 hingga Juni 2006. Penelitian ini merupakan
bagian dari penelitian dosen pembimbing yang didanai melalui Hibah Penelitian
Program Hibah Kompetisi-B (PHK-B) Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc. sebagai pembimbing I tugas akhir.
2. Dr. Ir. Widodo, MS. sebagai pembimbing II tugas akhir.
3. Dr. Ir. Kikin H Mutakin, MSc. yang telah membantu dalam analisis data.
4. Kedua orang tua untuk doa dan dukungannya.
5. Mia Saumiati atas waktu, tenaga dan dukungan yang telah diberikan.
6. Romadhona, Hendrayana, Ari, Lusi, Astri dan Sri Endang yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian penulis.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian yang berkaitan.

Bogor, Agustus 2006

Hari Priwiratama

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................

1

Tujuan ......................................................................................................

3

Manfaat ....................................................................................................

3

Hipotesis ...................................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kemaknaan Geminivirus pada Tanaman Cabai .......................................

4

Karakteristik Geminivirus ........................................................................

4

Kemaknaan B. tabaci sebagai Vektor Geminivirus .................................

5

PGPR dalam Teknik Pengendalian Penyakit Tanaman ...........................

6

Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. sebagai Agensi Hayati
Pengendalian Virus tanaman ....................................................................

7

Induksi Ketahanan Sistemik oleh PGPR ..................................................

9

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...................................................................................

10

Bahan .......................................................................................................

10

Metode
Pembuatan Suspensi Bakteri ..............................................................
Perlakuan Benih dan Penanaman Tanaman Uji .................................
Perbanyakan Serangga Vektor Bebas Virus ......................................
Pemurnian dan Perbanyakan Isolat Virus ..........................................
Inokulasi Virus pada Tanaman Uji ....................................................
Pengamatan Morfologi Tanaman .......................................................
Pengukuran Keparahan Penyakit .......................................................

10
10
11
11
11
12
12

Rancangan Percobaan ..............................................................................

13

Analisis Data ............................................................................................

13

vii
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh PGPR dan Waktu Inokulasi Terhadap Morfologi Tanaman
Pengaruh PGPR terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman, Jumlah
Cabang, Daun dan Bunga ...................................................................
Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi
Tanaman, Jumlah Cabang, Daun dan Bunga .....................................
Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang,
Daun dan Bunga .................................................................................

14
16

18

Pengaruh PGPR dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan
Penyakit Kuning
Pengaruh PGPR terhadap Masa Inkubasi dan Perkembangan
Keparahan Penyakit ...........................................................................
Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap Masa Inkubasi dan
Perkembangan Keparahan Penyakit ...................................................
Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi terhadap
Masa Inkubasi dan Tingkat Keparahan Penyakit ...............................

23
26
28

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..............................................................................................

31

Saran .........................................................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

32

LAMPIRAN .............................................................................................

35

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Tinggi Tanaman Cabai
pada Beberapa Waktu Pengamatan ...........................................

14

Tabel 2 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Jumlah Cabang Utama,
Cabang Sekunder, Daun dan Bunga .........................................

15

Tabel 3 Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap Jumlah Cabang Utama,
Cabang Sekunder, Daun dan Bunga .........................................

18

Tabel 4 Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman
Cabai .........................................................................................

19

Tabel 4 (lanjutan) Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan
Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan Tinggi
Tanaman Cabai .........................................................................

20

Tabel 5 Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus Terhadap Jumlah Cabang Utama, Cabang Sekunder,
Daun dan Bunga ........................................................................

22

Tabel 6 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Keparahan Penyakit
Kuning .......................................................................................

25

Tabel 7 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus Terhadap Keparahan
Penyakit .....................................................................................

27

Tabel 8 Pengaruh Interaksi Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus terhadap Perkembangan Keparahan Penyakit .................

29

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Perkembangan
Tinggi Tanaman .....................................................................

17

Gambar 2 Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Masa Inkubasi
Penyakit ..................................................................................

24

Gambar 3 Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Masa Inkubasi
Penyakit ..................................................................................

26

Gambar 4 Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Bakteri dan Waktu
Inokulasi Virus terhadap Masa Inkubasi Penyakit .................

28

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Gambar Gejala Tanaman yang Terinfeksi Geminivirus
dengan Berbagai Tingkat Keparahan ..................................

36

Lampiran 2 Tabel Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Perkembangan
Tinggi Tanaman Cabai ........................................................

37

Lampiran 3 Tabel Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap Perkembangan
Tinggi Tanaman Cabai ........................................................

37

Lampiran 4 Tabel Pengaruh
Perlakuan Bakteri terhadap
Masa
Inkubasi Penyakit ................................................................

38

Lampiran 5 Tabel Pengaruh Waktu Inokulasi Virus terhadap Masa
Inkubasi Penyakit ...............................................................

38

Lampiran 6 Tabel Pengaruh Perlakuan Bakteri dan Waktu Inokulasi
Virus terhadap Masa Inkubasi .............................................

39

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyakit kuning yang disebabkan geminivirus merupakan penyakit penting
pada tanaman cabai di Indonesia. Penyakit ini mampu menyerang setiap tahap
perkembangan tanaman cabai, sejak pesemaian hingga masa pembuahan.
Serangan akan lebih merugikan jika terjadi pada fase vegetatif muda karena dapat
menyebabkan penurunan kemampuan berbuah sedangkan serangan pada fase
generatif menyebabkan penurunan kualitas buah (Sukamto 2005).
Tanaman cabai yang terinfeksi geminivirus akan menunjukkan gejala berupa
penguningan disertai penggulungan terutama pada daun muda. Serangan
geminivirus juga menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman. Infestasi
geminivirus pada tanaman dapat menyebabkan penurunan hasil. Ahmed et al.
(2001) melaporkan bahwa kehilangan hasil karena penyakit ini dapat mencapai
100% di Sudan, sedangkan di Gezira kehilangan hasil mencapai 70%. Di
Indonesia kehilangan hasil berkisar 20% sampai 100% serta menyebabkan
kerugian hingga Rp. 7,31 milyar dengan luas serangan mencapai 984,6 hektar
(Anonim 2004; Sukamto 2005).
Geminivirus tidak dapat ditularkan secara mekanis, tetapi hanya dapat
ditularkan dengan bantuan serangga vektor sehingga persebarannya di lapangan
bergantung pada kemampuan pemencaran vektornya. Bemisia tabaci (Genn.)
(Hemiptera: Aleyrodidae) merupakan vektor yang efektif dalam menularkan virus
ini. Persentase infeksi melalui penularan oleh B. tabaci mencapai 80% pada
varietas cabai besar Capsicum annum (L) (Rusli et al. 1999). Walaupun bersifat
persisten, tetapi geminivirus tidak terbawa pada keturunan vektor yang
berikutnya. Virus juga tidak terbawa benih sehingga benih yang dihasilkan dari
tanaman sakit tidak secara langsung terinfeksi virus dan masih aman untuk
digunakan (Hull 2002).
Beberapa usaha pengendalian untuk mengurangi kejadian penyakit yang
disebabkan oleh virus (termasuk geminivirus) telah banyak dilakukan. Salah satu
usaha yang paling banyak dilakukan yaitu penggunaan varietas tahan. Penggunaan

2
varietas tahan dapat mengurangi kejadian penyakit di lapangan secara efektif,
tetapi pengembangan varietas tanaman ini relatif lama dan dinilai tidak ekonomis
(Hadidi et al. 1998). Disamping itu, munculnya strain virus baru dengan tingkat
virulensi yang lebih tinggi menyebabkan efektivitas penggunaan varietas tahan ini
semakin menurun.
Pengendalian secara tidak langsung dapat dilakukan melalui pengelolaan
vektor virus. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa geminivirus hanya dapat
ditularkan oleh serangga vektor. Melalui penggunan insektisida, populasi vektor
dapat ditekan sejak awal budidaya sehingga mencegah penularan penyakit secara
luas. Ahmed et al. (2001) memaparkan bahwa penggunaan insektisida dapat
menekan kejadian penyakit geminivirus 2,2% hingga 17%. Walaupun demikian,
penggunaannya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,
diantaranya resistensi pada serangga vektor serta matinya musuh alami.
Usaha pengendalian penyakit yang mulai dikembangkan dan relatif aman
terhadap lingkungan yaitu penggunaan Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan
Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizobacteria [PGPR]). Usaha ini sering
disebut dengan bakterisasi, yaitu perlakuan benih atau akar perkecambahan
dengan suspensi bakteri sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Baker 1974 dalam Widodo 1993). Selain memperbaiki pertumbuhan, PGPR juga
berperan dalam pengendalian penyakit tanaman.
Pemanfaatan PGPR dalam pengendalian patogen telah banyak dilakukan,
terutama terhadap cendawan dan bakteri (van Loon et al. 1998). Penelitian tentang
pengaruh PGPR terhadap virus belum banyak dilakukan seperti pada penyakit
yang disebabkan cendawan dan bakteri. PGPR diantaranya dilaporkan efektif
menekan cucumber mosaic virus (CMV), tobacco mosaic virus (TMV), tobacco
necrosis virus (TNV) dan tomatto mottle virus (ToMoV) (Maurhofer et al. 1994;
Murphy et al. 2000; Raupach & Kloepper 1998; Zehnder et al 2000).
Pemanfatannya dalam pengendalian penyakit kuning yang disebabkan oleh
geminivirus pada tanaman cabai belum banyak diketahui. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas PGPR dalam menekan penyakit
kuning tersebut.

3
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan PGPR serta
variasi waktu inokulasi virus terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan
penyakit kuning pada tanaman cabai besar.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengendalian
penyakit kuning bagi petani dan pihak yang terkait serta dapat menjadi inspirasi
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Hipotesis
Penggunaan PGPR mampu menginduksi ketahanan sistemik tanaman
terhadap virus sehingga dapat memperlambat masa inkubasi, mengurangi
kejadian dan menurunkan tingkat keparahan penyakitnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kemaknaan Geminivirus pada Tanaman Cabai
Geminivirus

termasuk kategori lima belas jenis organisme pengganggu

tanaman utama yang menyerang tanaman cabai di lapangan. Penyakit yang
disebabkannya

dikenal

dengan

sebutan

penyakit

kuning

karena

dapat

menyebabkan daun-daun tanaman menjadi kuning. Serangan virus juga
menyebabkan pemucatan pada tulang daun utama disertai penggulungan daun
(cupping) dan kekerdilan pada tanaman sehingga tanaman tidak dapat berproduksi
(Brown 2003).
Serangan virus ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang sangat tinggi,
berkisar antara 20% dan 100% (Brown & Bird 1992). Di Indonesia, serangan
geminivirus menyebabkan tanaman cabai menjadi kerdil dan tidak menghasilkan
buah. Kehilangan hasil yang disebabkannya berkisar antara 70% dan 100% pada
cabai rawit, sedangkan pada tanaman cabai besar menyebabkan kehilangan hasil
antara 20% dan 100% (Anonim 2004). Perbedaan respon tersebut diduga karena
perbedaan ketahanan genetik dan teknik budidaya.

Karakteristik Geminivirus
Geminivirus

termasuk dalam virus dengan genom berupa DNA utas

tunggal, berpartikel kembar (geminate), dan memiliki tiga subgrup utama.
Subgrup I dan subgrup II memiliki genom yang monopartit dan ditularkan oleh
wereng daun, menginfeksi tanaman monokotil (subgrup I) dan tanaman dikotil
(subgrup II). Subgrup yang ke III memiliki genom yang bipartit, menginfeksi
tanaman dikotil dan ditularkan oleh kutu kebul (Hull 2002). Di antara tiga
subgrup tersebut, subgrup ketiga memiliki anggota yang lebih banyak dan
beragam.
Geminivirus

yang menginfeksi tanaman cabai pada daerah tropis dan

subtropis di kenal dengan nama umum tomato yellow leaf curl bigeminivirus
(TYCLV) yang tergolong ke dalam subgrup III (Smith 2003). Namun demikian,
melalui sekuen DNA diketahui bahwa virus asal cabai di Indonesia berbeda

5
dengan geminivirus yang telah dilaporkan menyerang cabai sebelumnya (Sukamto
2005). Geminivirus ini kemudian dinamakan pepper yellow leaf curl indonesia
virus (PepYLCIDV) yang menyebabkan gejala berupa penguningan disertai
penggulungan dan pengeritingan daun pada tanaman yang diinfeksinya, pada
beberapa kasus menyebabkan kekerdilan pada tanaman.
Di lapangan, geminivirus hanya ditularkan oleh serangga vektornya. Jika
inang utama tidak tersedia, virus ini mampu bertahan dengan baik pada babadotan
(Ageratum conyzoides) dan gulma bunga kancing (Gomphrena globosa). Oleh
karena itu, serangannya dapat terjadi terus-menerus selama inang alternatif bagi
virus tersedia. Selain melalui vektor, virus ini dapat ditularkan melalui
penyambungan, tetapi virus tidak tertularkan melalui biji maupun melalui sap
tanaman sakit (mekanis) (Hull 2002).
Virulensi geminivirus akan lebih baik pada musim kemarau, yang ditandai
dengan kecepatan pemunculan gejala sejak inokulasi oleh vektornya (Hidayat
12 April 2005, komunikasi pribadi). Hal ini didukung dengan lebih tingginya
populasi vektor pada musim tersebut, akan tetapi belum ada laporan yang secara
khusus menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Dugaan sementara yaitu adanya
tekanan lingkungan yang secara langsung mempengaruhi keadaan tanaman inang
sehingga menurunkan ketahanannya terhadap serangan virus.

Kemaknaan B. tabaci sebagai Vektor Geminivirus
B. tabaci memiliki kisaran inang yang luas mencakup 600 spesies dari 67
famili tanaman yang berbeda (Brown 2003). Selain inang yang luas, B. tabaci
sebagai vektor virus mampu menularkan 60 jenis virus, di antaranya geminivirus,
closterovirus, nepovirus, carlavirus, potyvirus dan rod-shape DNA virus (Smith
2003). Sebagian besar virus yang ditularkannya merupakan penyebab penyakit
penting pada tanaman budidaya sehingga keberadaan B. tabaci

berpotensi

menyebabkan epidemi penyakit.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa geminivirus secara alami
memerlukan vektor untuk dapat menginfeksi tanaman inangnya. B. tabaci
merupakan vektor yang memiliki peran tinggi dalam penularan dan penyebaran

6
virus di lapangan, terutama pada pertanaman cabai. Anonim (2004) melaporkan
efektivitas penularan virus oleh imago B. tabaci di rumah kaca dengan periode
makan akuisisi 30 menit mencapai 40%. Hal ini tentu saja sangat berperan dalam
penyebaran penyakit karena dalam waktu yang cukup singkat, seekor imago
B. tabaci mampu menularkan virus pada beberapa tanaman. Melalui hasil
penelitian yang lain, Rusli et al (1999) melaporkan efektivitas penularan oleh
imago B. tabaci mencapai 80%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan B. tabaci
memiliki keefektivan yang cukup tinggi dalam menularkan geminivirus, oleh
karena itu intensitas serangan di lapangan juga menunjukkan hasil yang cukup
tinggi.
B. tabaci merupakan faktor pembatas dalam penyebaran virus di lapangan.
Walaupun sumber inokulum melimpah di lapangan, jika serangga ini tidak ada
maka ledakan kejadian penyakit tidak akan terjadi. Karenanya, di samping
karakteristik virus itu sendiri, karakteristik vektor merupakan faktor utama yang
menentukan keberhasilan penularan dan penyebaran virus secara alami.

PGPR dalam Teknik Pengendalian Penyakit Tanaman
Sejak tahun 1970-an, telah dilaporkan adanya kelompok bakteri yang secara
khusus mengkoloni perakaran tanaman dan kemudian mulai diinokulasi sejak
tahap awal penanaman (Liu et al. 1995). Dewasa ini, kelompok bakteri tersebut
dikenal dengan PGPR, yaitu kelompok bakteri yang dapat mengkoloni perakaran
tanaman dan memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman
(Nelson 2004). Kelompok bakteri ini banyak ditemukan mengkoloni permukaan
akar atau hidup bebas disekitar lapisan rizosfer (Compant et al. 2005). Beberapa
diantaranya ditemukan mengkoloni bagian dalam akar tanaman (endofit), mulai
dari korteks sampai melewati lapisan endodermis dan jaringan pembuluh, juga
dapat ditemukan sebagai endofit pada batang, daun dan organ lainnya (Gray &
Smith 2005). Walaupun memiliki habitat yang berbeda, baik yang bersifat endofit
maupun yang hidup bebas dan mengkoloni perakaran, kelompok PGPR ini
memiliki mekanisme yang hampir sama dalam merangsang pertumbuhan tanaman
dan menekan populasi patogen atau penyakit (Bloemberg & Lugtenberg 2001).

7
PGPR memiliki spektrum yang luas terhadap organisme pengganggu
tanaman sehingga menjadikannya lebih efektif, ekonomis dan praktis untuk
diterapkan sebagai model dalam teknik pengendalian penyakit tanaman
(Ramamoorthy et al. 2001). Hingga saat ini, pemanfaatan PGPR telah banyak
dilakukan dan menunjukkan potensi yang cukup tinggi sebagai agens pengendali
hayati penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus dan
nematoda. Beberapa strain PGPR yang digunakan dilaporkan efektif dalam
mengendalikan patogen tanaman seperti: 1) golongan cendawan, diantaranya:
Botrytis cinerea, Colletotrichum gloeosporioides, C. orbiculare,
Sclerospora graminicola, Puccinia psidii, Fusarium oxysporum,

Phytium
Sklerotium

rolfsii, Rhizoctonia solan, Phytophthora infestans dan Peronospora tabacina; 2)
golongan

bakteri,

diantaranya:

Erwinia

tracheiphila,

E.

carotovora,

Pseudomonas syringiae dan Ralstonia solanacearum; 3) golongan virus,
diantaranya: CMV, TMV, TNV dan ToMoV;

4) golongan nematoda,

diantaranya: Heterodera sp., Meloidogyne spp. dan Pratylenchus spp. (De Meyer
& Hofte 1997; Jetiyanon et al. 2003; Jetiyanon & Kloepper 2002; Kloepper et al.
2004; Maurhofer et al. 1994; Murphy et al. 2000; Nirajan Raj et al. 2003;
Oostendorp & Sikora 1990; Pieterse et al. 1996; Raupach & Kloepper 1998;
Siddiqui & Shaukat 2004; Yan et al. 2002; Zehnder et al. 2000). Melalui
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa peran
PGPR dalam menekan penyakit tanaman sangat besar dan memiliki peluang yang
cukup tinggi untuk dijadikan sebagai teknik pengendalian penyakit tanaman yang
utama di masa mendatang.

Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. sebagai Agensi Hayati Pengendalian
Virus Tanaman
Bacillus dan Pseudomonas sebagai kelompok PGPR merupakan genus
yang paling banyak diteliti dan berpotensi tinggi sebagai agens pengendali
penyakit tanaman (Compant et al. 2005). Keduanya dilaporkan mampu menekan
patogen secara langsung dengan mengeluarkan senyawa antibiotik ataupun secara
tidak langsung dengan induksi ketahanan sistemik pada tanaman. Penelitian

8
terhadap kedua genus bakteri ini banyak diarahkan pada penyakit-penyakit yang
disebabkan cendawan, bakteri dan nematoda seperti yang telah disebutkan diatas
dan telah dilaporkan efektif. Walaupun belum banyak dilaporkan, namun kedua
genus bakteri juga memiliki pengaruh positif terhadap virus tanaman.
Beberapa strain Bacillus spp. telah dilaporkan efektivitasnya terhadap virus
tanaman. Murphy et al. (2000) melaporkan adanya penurunan kejadian dan
keparahan penyakit yang disebabkan ToMoV secara nyata pada tanaman tomat
yang diberi perlakuan bakteri dibandingkan dengan kontrol, hal ini juga
berkorelasi positif dengan keberadaan vektornya (B. tabaci). Pada tanaman
mentimun, penggunaan Bacillus spp. di lapangan mampu menekan perkembangan
penyakit CMV secara nyata (Jetiyanon et al.

2002). Penelitian serupa yang

dilakukan berikutnya menunjukkan penggunaan Bacillus spp. mampu menekan
kejadian penyakit hingga 80% (Jetiyanon et al. 2003). Melalui percobaan rumah
kaca, penggunaan Bacillus spp. mampu menekan kejadian penyakit CMV hingga
64%, disamping itu juga menurunkan tingkat keparahan penyakitnya (Murphy et
al. 2003; Zehnder et al 2000).
Pseudomonas spp. kelompok fluorescens menjadi salah satu genus PGPR
yang paling banyak diteliti dan memiliki efektivitas yang tinggi dalam
pengendalian patogen pada tanah yang supresif (van Loon et al. 1998).
Kontribusinya dalam pengendalian penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus
telah dibuktikan melalui penelitian terhadap TMV, CMV dan TNV. Pada
tembakau, penggunaan P. aeruginosa mampu meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan TMV (De Meyer & Hofte 1997). Perlakuan P. fluorescens
pada tembakau dapat mengurangi jumlah lesio nekrotik pada tanaman yang
terinfeksi TNV, hal ini menunjukkan peningkatan ketahanan tanaman terhadap
virus tersebut (Maurhofer et al. 1994). Penelitian lainnya menunjukkan adanya
peningkatan ketahanan terhadap infeksi CMV dan menghambat munculnya
ekspresi gejala pada mentimun dan tomat (Raupach et al. 1996).

9
Induksi Ketahanan Sistemik oleh PGPR
Melalui penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan adanya induksi ketahanan sistemik tanaman oleh bakteri sehingga
tanaman menjadi lebih toleran terhadap patogen yang menyerang, bahkan
diantaranya menjadi tahan terhadap patogen tertentu. Ketahanan Sistemik
Terinduksi (induced systemic resistance [ISR]) pada dasarnya memiliki kesamaan
dengan Ketahanan Sistemik yang Diterima (systemic acquired resistance [SAR]).
Mekanisme ini terjadi sebagai akibat adanya infeksi oleh patogen sehingga
tanaman memberikan respon berupa reaksi-reaksi pertahanan seperti reaksi
hipersensitif yang menyebabkan terjadinya lesio nekrotik pada daerah terserang.
Berbeda dengan SAR, ISR tidak menyebabkan adanya gejala tampak seperti lesio
nekrotik (Compant et al. 2005).
Ramamoorthy et al. (2001) memaparkan bahwa mekanisme ISR terjadi
sebagai akibat perubahan fisiologi tanaman yang kemudian menstimulasi
terbentuknya senyawa kimia yang berguna dalam pertahanan terhadap serangan
patogen. Perubahan fisiologi tersebut dapat berupa modifikasi struktural dinding
sel atau perubahan reaksi biokimia pada tanaman inang. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan adanya induksi ketahanan sistemik oleh bakteri yaitu:
1) adanya sumbangan lipopolisakarida oleh bakteri; 2) produksi siderofor oleh
bakteri; dan 3) produksi asam salisilat, yang dapat terjadi secara langsung oleh
bakteri ataupun secara tidak langsung (van Loon et al. 1998).
Terinduksinya ketahanan sistemik tanaman sebagai akibat bakteri ini
semakin membuka peluang dikembangkannya PGPR sebagai metode baru dalam
usaha pengelolaan penyakit tanaman. Melalui temuan-temuan di atas dapat
diketahui bahwa penggunaan PGPR cenderung membawa dampak positif melalui
peningkatan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. Hal ini akan semakin
menegaskan prospek penggunaannya di masa mendatang.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi dan Klinik Tanaman
Departemen Proteksi Tanaman serta di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan
Institut Pertanian Bogor sejak bulan Januari 2006 sampai Juni 2006.

Bahan
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu B. polymixa BG25,
B. subtilis SB3, P. fluorescens PG01 dan P. fluorescens ES32 yang merupakan
koleksi Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman. Bahan tanaman uji yang
digunakan adalah cabai besar (C. annuum) varietas Hot Chili yang didapat dari
toko pertanian. Sumber inokulum berasal dari Koleksi Laboratorium Virologi
Departemen Proteksi Tanaman, yaitu tanaman tomat yang terinfeksi geminivirus
isolat Segunung.

Metode
Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri yang berasal dari media Nutrient Broth (NB) diremajakan pada
media Triptic Soy Agar (TSA [kelompok Bacillus]) dan King’s B (kelompok
Pseudomonas) dengan menggoreskan masing-masing 1 loop suspensi pada media
tersebut. Bakteri yang telah diremajakan diinkubasikan pada suhu ruangan selama
48 jam. Sebanyak 15 loop biakan murni yang didapat diencerkan dalam 100 ml
NaCl 0,85% sehingga didapat suspensi bakteri (stok) dengan kepadatan masingmasing 1012 cfu/ml untuk Bacillus dan 1013 cfu/ml untuk Pseudomonas
(Jamaliyah 2005).

Perlakuan Benih dan Penanaman Tanaman Uji
Masing-masing suspensi stok bakteri diencerkan secara bertingkat sehingga
didapat suspensi dengan kepadatan 109 cfu dalam 10 ml NaCl 0,85%. Sebanyak
2 ml dari masing-masing suspensi bakteri dicampurkan sehingga didapat

11
suspensi kombinasi keempat bakteri tersebut (Campuran) dengan kepadatan yang
sama. Benih cabai yang sebelumnya telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam
suspensi bakteri (BG25, SB3, PG01, ES32 dan Campuran) dan dibiarkan selama
10 jam pada suhu ruang. Sebagai kontrol, benih cabai direndam pada 8 ml NaCl
0,85% selama 10 jam.
Benih yang telah direndam kemudian ditanam pada baki semai yang berisi
media berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).
Setelah berumur empat minggu setelah tanam (MST) dilakukan pemindahan
tanaman ke dalam

polybag (35x35 cm2) dengan media yang sama pada

pesemaian.

Perbanyakan Serangga Vektor Bebas Virus
Imago B. tabaci koleksi Laboratorium Virologi Departemen Proteksi
Tanaman dibiakkan pada tanaman kapas yang berumur dua minggu dalam
kurungan kedap serangga (1x1x1 m3). Serangga dibiarkan berkembang biak
hingga jumlah yang mencukupi untuk inokulasi virus.

Pemurnian dan Perbanyakan Isolat Virus
Imago B. tabaci yang bebas virus diinfestasikan pada tanaman tomat yang
terinfeksi geminivirus isolat Segunung dan dibiarkan selama 24 jam melewati
periode makan akuisisi. Kemudian, sebanyak sepuluh ekor imago dipindahkan ke
tanaman cabai sehat yang telah berumur lima minggu dan di inkubasi hingga
tanaman menunjukkan gejala penyakit kuning.

Inokulasi Virus pada Tanaman Uji
Inokulasi virus dilakukan pada kurungan inokulasi (1x1x2 m3) saat tanaman
telah menunjukkan daun sejati yaitu pada umur 3 MST, 5 MST dan 6 MST.
Serangga vektor dan sumber inokulum yang telah ada dimasukkan ke dalam
kurungan dan dibiarkan selama satu minggu. Setelah satu minggu, tanaman yang
akan diinokulasi dimasukkan ke dalam kurungan tersebut dan dibiarkan selama
tiga hari. Selama periode tersebut, tanaman uji dan sumber inokulum diberi

12
gangguan fisik (tanaman digoyang) untuk memastikan serangga vektor hinggap
dan makan (inokulasi) pada setiap tanaman uji. Metode ini dilakukan khususnya
untuk tanaman berumur 3 MST dan 5 MST, sedangkan untuk tanaman berumur 6
MST, inokulasi dilakukan secara langsung dengan menaruh sumber inokulum dan
sejumlah vektor diantara tanaman yang akan diuji selama tiga hari. Hal ini
dikarenakan ukuran kurungan inokulasi tidak dapat menampung seluruh tanaman
berumur 6 MST yang telah dipindahkan ke polybag yang lebih besar.

Pengamatan Morfologi Tanaman
Variabel pengamatan terkait morfologi tanaman yaitu: 1) tinggi tanaman,
diukur setiap minggu sejak tanaman berumur 5 hingga 15 MST; 2) jumlah cabang
utama dan sekunder, dihitung pada saat tanaman mencapai masa pembungaan
(15 MST); 3) jumlah daun dan bunga, dihitung pada 15 MST.

Pengukuran keparahan penyakit
Pengamatan mulai dilakukan 3 minggu setelah periode makan inokulasi
(3 MSI) dengan mengukur skor penyakit pada masing-masing tanaman uji.
Kategori skor yang digunakan (gambar lampiran 1):
0

:

tidak bergejala

1

:

penguningan tulang daun

2

:

seluruh tulang daun menguning, daun keriting

3

:

lamina daun menguning, daun keriting

4

:

tanaman kerdil, seluruh daun menguning, reduksi ukuran daun, daun
keriting sepenuhnya

Nilai skor yang didapat kemudian dikonversi dalam nilai keparahan penyakit
(disease severity) berdasarkan rumus Townsend & Heüberger (1974 dalam Agrios
1997):

KP =

Σ ni vi
NV

ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i
x 100%

vi = nilai skor penyakit
N = jumlah tanaman yang diamati
V = skor tertinggi

13
Variabel lain dari penyakit kuning yaitu masa inkubasi yang diamati sejak
periode makan inokulasi berakhir hingga munculnya gejala awal dari penyakit
tersebut.

Rancangan Percobaan
Percobaan disusun dalam rancangan acak faktorial dengan dua faktor utama
yaitu jenis bakteri dan waktu inokulasi virus. Unit perlakuan terdiri dari enam
taraf yang terdiri dari strain bakteri (BG25, SB3, PG01 dan ES32), kombinasi
keempat strain bakteri (Campuran) dan pembanding (Kontrol) yang disusun
dalam empat blok dengan tiga unit contoh pada masing-masing blok.

Analisis Data
Data variabel pengamatan yang didapat dianalisis dengan menggunakan
program SAS for Windows v 6.12 melalui Analisys of Variance (ANOVA) yang
dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf nyata 5% (α = 0,05). Interaksi antara jenis
bakteri yang digunakan dan waktu inokulasi virus dianalisis dengan uji Least
Square Means (LSMeans) dengan nilai tengah berdasarkan uji Tukey pada taraf
nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh PGPR dan Waktu Inokulasi Terhadap Morfologi Tanaman

Pengaruh PGPR terhadap Perkembangan Tinggi Tanaman, Jumlah Cabang,
Daun dan Bunga
PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman secara langsung melalui
hormon-hormon pertumbuhan yang dihasilkan seperti Giberilin (GAs) dan indole3-acetic acid (IAA) (Barazani & Friedman 1999; Glickman et al. 1997).
Disamping itu, PGPR juga mampu mensintesis sitokinin dan beberapa fitohormon
lain (Nelson 2004). Oleh karena itu, umumnya tanaman yang diberi perlakuan
PGPR mampu tumbuh lebih baik.
Tabel 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman cabai pada beberapa
waktu pengamatan
Tinggi Tanaman pada t MST b)

Perlakuan
a)

Kontrol

5
6,71 abcAB

6
12,44 aA

7 c)
16,47 aA

14
48,20 abAB

15
51,87 abAB

BG25

7,41 aA

11,46 abA

15,90 aA

50,01 abAB

53,21 abAB

SB3

7,12 abcAB

11,66 abA

15,62 aA

48,17 bB

48,47 bB

PG01

7,15 abAB

12,49 aA

16,32 aA

45,84 abAB

53,55 abAB

ES32

6,24 cB

10,50 bA

14,79 aA

52,17 aA

57,27 aA

Campuran

6,46 bcAB

12,17 abA

16,07 aA

49,48 abAB

53,71 abAB

a)

Kontrol = tanpa bakteri; BG25= B. polymixa BG25; SB3 = B. subtilis SB3; PG01 =
P. fluorescens PG01; ES32 = P. fluorescens ES32.
b)
angka yang diikuti dengan huruf kecil dan huruf kapital yang sama dalam satu kolom
tidak berbeda nyata pada α = 0,05 dan α = 0,01;
c)
tinggi tanaman pada minggu ke-8 hingga minggu ke-13 menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada semua perlakuan sehingga data tidak ditampilkan.

Data perkembangan tinggi tanaman yang diperlihatkan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
tanaman yang diberi perlakuan bakteri dengan tanaman tanpa perlakuan bakteri
(kontrol). Sejak awal pengamatan (5 MST), tinggi tanaman kontrol selalu
memiliki perbandingan yang seimbang dengan tanaman pada perlakuan bakteri.

15
Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan bakteri tidak mampu meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman cabai secara nyata.
Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman justru diperlihatkan diantara
perlakuan bakteri yang diberikan. Pada 5 dan 6 MST, tanaman yang diberi
perlakuan P. fluorescens PG01 dan perlakuan bakteri lainnya mampu memacu
pertumbuhan tanaman lebih baik (nyata pada PG01) dibandingkan tanaman yang
diberi perlakuan P. fluorescens ES32. Akan tetapi, sejak 7 MST, tanaman dengan
perlakuan P. fluorescens ES32 mulai menunjukkan kemampuan dalam
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Kemampuan P. fluorescens ES32 ini
terus ditunjukkan hingga akhir pengamatan, bahkan dalam perkembangannya,
tanaman dengan bakteri ini cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan

perlakuan

lainnya.

Pseudomonas

fluorescens

ES32

juga

menunjukkan kemampuan memacu pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
B. subtilis SB3. Hal ini bertentangan dengan penelitian serupa yang dilakukan
oleh Wirianti (2005), dimana tanaman dengan perlakuan B. subtilis SB3 selalu
menunjukkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan perlakuan bakteri
lainnya dan berbeda nyata dengan tanaman kontrol.
Tabel 2

Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah cabang utama, cabang
sekunder, daun dan bunga
Variabel Pengamatan pada 15 MST b)

Perlakuan a)

Kontrol

Jumlah
Cabang
Utama
2,47 aA

Jumlah
Cabang
Sekunder
36,92 bB

300,28 aA

127,05 cdBC

BG25