Pemanfaatan Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) Untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco Mosaic Virus) Pada Tanaman Cabai

PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTHPROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK
TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS)
PADA TANAMAN CABAI

TAHLIYATIN WARDANAH
A44102021

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
TAHLIYATIN WARDANAH. Pemanfaatan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan
Tanaman (Plant Growth-promoting Rhizobacteria) untuk Mengendalikan
Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco mosaic virus) pada Tanaman Cabai.
Dibimbing oleh GEDE SUASTIKA dan WIDODO.
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

komoditas penting hortikultura di Indonesia yang banyak digemari oleh
masyarakat. Virus merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman
cabai. Salah satu virus yang menyerang tanaman cabai yaitu Tobacco mosaic
virus (TMV). Usaha pengendalian penyakit yang mulai dikembangkan dan relatif
aman terhadap lingkungan yaitu penggunaan bakteri perakaran pemacu
pertumbuhan (Plant Growth- promoting Rhizobacteria (PGPR).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan P.
fluorescens dan B. polymixa dalam pengendalian penyakit mosaik tembakau
(Tobacco mosaic virus) pada tanaman cabai.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan dan
Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak bulan September 2006 sampai Desember
2006. Tahapan penelitian ini terdiri dari: pembuatan suspensi bakteri, perendaman
benih dalam suspensi bakteri konsentrasi 109 cfu, penanaman dan penyiraman
bakteri ke tanaman uji dengan kepadatan 108/g media tanam, dan inokulasi virus.
Pengamatan yang dilakukan yaitu tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, jumlah
bunga, dan produksi buah cabai serta pengamatan masa inkubasi, kejadian
penyakit, dan keparahan penyakit. Deteksi virus dilakukan dengan metode
ELISA.
Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap. Unit perlakuan terdiri

dari 8 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan masing-masing
ulangan terdiri dari 3 tanaman. Data variabel pengamatan yang didapat dianalisis
dengan melalui Analisys of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
Duncan pada taraf nyata 5% (ά = 0,05).
Periode inkubasi terlama terjadi pada perlakuan campuran kedua bakteri
dan tercepat pada kontrol. Kejadian penyakit dari semua perlakuan adalah 100%.
Sedangkan keparahan penyakit terendah terjadi pada perlakuan campuran sebesar
35% dan tertinggi pada kontrol yaitu 55%. Hasil pengukuran tinggi tanaman,
panjang dan lebar daun, jumlah bunga serta produksi buah cabai pada tanaman
yang tidak diinokulasi TMV menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua
perlakuan bakteri terhadap kontrol. Pemberian bakteri pada tanaman yang
diinokulasi bakteri dan TMV menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan perlakuan
campuran bakteri dan diinokulasi TMV pertumbuhannya sama dengan tanaman
yang tidak diinokulasi bakteri dan TMV. Dalam hal ini adanya perlakuan bakteri
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat
mempertahankan tanaman akibat adanya infeksi TMV serta tanaman dapat
mengkompensasi adanya infeksi TMV sehingga pertumbuhannya sama dengan
tanaman kontrol sehat. Dengan demikian perlakuan bakteri pada tanaman cabai
memberikan pengaruh yang sangat baik dalam pengendalian penyakit mosaik

tembakau pada tanaman cabai.

PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTHPROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK
TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS)
PADA TANAMAN CABAI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

TAHLIYATIN WARDANAH
A44102021

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2007

Judul Skripsi

Nama
NRP

: PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN
TANAMAN
(PLANT
GROWTHPROMOTING
RHIZOBACTERIA)
UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU
(TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA TANAMAN CABAI
: Tahliyatin Wardanah
: A44102021


Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Gede Suastika, MSc.
NIP. 131 669 946

Dr. Ir. Widodo, MS.
NIP. 131 476 605

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M. Agr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
Pemanfaatan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growthpromoting Rhizobacteria) untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik Tembakau
(Tobacco mosaic virus) pada Tanaman Cabai. Pada kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Gede Suastika, MSc. sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir.
Widodo, MS. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku Penguji Tamu yang telah memberikan banyak
masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingannya selama penulis berada tingkat pertama hingga
terakhir.
4. Bapak dan Ibu serta kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan , perhatian, dan doanya kepada penulis.
5. Madun atas segala perhatian, bantuan, pengertian, dan kesabarannya kepada
penulis. Juga kepada teman-temannya.
6. Reyna atas kerjasamanya dalam penelitian dan waktunya dalam suka dan
duka.

7. Pak Edi, Pak Dadang, Pak Saefudin, Pak Agus, Pak Sodik, dan semua laboran
di Departemen Proteksi Tanaman yang telah membantu penulis dalam
penelitian.
8. Mbak Ita, Mbak Dini, Mbak Tuti, Mbak Latifah, Mas Reno, Pak Ray, Ella,
Widia Puspita, Hari, Zul, Arif, AA Hendra, dan teman-teman di Laboratorium
Virologi dan Mikologi atas segala bantuannya.
9. Widiandini, Mbak Yaxy, dan Iyuz atas kebersamaannya dalam suka dan duka
10. Teman-teman seperjuangan HPT 39 atas kebersamaannya selama ini yang
telah memberikan banyak kenangan.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan penelitian ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga apa yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal kebaikan yang dicatat oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini, karena itu saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya sangat penulis harapkan.

Bogor,

Januari 2007


Tahliyatin Wardanah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo Jawa Tengah pada tanggal 2 Desember
1984 dari ayah Ali Asnawi dan ibu Mishriyah. Penulis merupakan putri keenam
dari sepuluh bersaudara.
Pendidikan formal yang penulis ikuti adalah SD Negeri Klumprit (19901996), SLTP Al-Muayyad Surakarta (1996-1999), kemudian penulis melanjutkan
ke Sekolah Menengah Umum di SMU Al-Muayyad Surakarta dan lulus pada
tahun 2002. pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjalani pendidikan di IPB, tahun akademik 2005/2006 penulis
menjadi asisten mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura, Hama dan
Penyakit Tanaman Pangan serta mata kuliah Hama dan penyakit Tanaman
Perkebunan. Tahun akademik 2006/2007 penulis juga pernah menjadi asisten
mata kuliah Kimia di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan Virologi Tumbuhan.

DAFTAR ISI


Halaman
.........................................................................................

ix

.....................................................................................

x

................................................................................

xi

.........................................................................................

1

........................................................................................................

3


.....................................................................................................

3

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA
Cabai Merah

.............................................................................................

Karakteristik Tobacco mosaic virus (TMV)

Penyebaran dan Sebaran Inang TMV

............................................

4
5

.......................................................

6

...................................................

7

Kemaknaan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman ........................

8

Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. sebagai Agens Hayati Pengendalian
Virus Tanaman .............................................................................................

9

Kemaknaan TMV pada Tanaman cabai

BAHAN DAN METODE
....................................................................................

11

Bahan

.........................................................................................................

11

Metode

.......................................................................................................

11
11
11
12
12

Tempat dan Waktu

Pembuatan Suspensi Bakteri ………………………………………...
Perlakuan Benih, Penanaman dan Penyiraman Bakteri Tanaman Uji ...
Inokulasi Virus pada Tanaman Uji ………………………………......
Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman .............................
Pengamatan Masa Inkubasi, Kejadian Penyakit, dan Keparahan
Penyakit ................................................................................................
Deteksi Virus dengan Metode ELISA .................................................
Rancangan Percobaan
Analisa Data

…..........................................................................

….........................................................................................

13
14
14
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Tanaman Terinfeksi TMV

.............................................................

16

Pengaruh Perlakuan Rizobakteri terhadap Masa Inkubasi, Kejadian
Penyakit, dan Keparahan penyakit
......................................................... 17

Pengaruh Rizobakteri dan Infeksi TMV terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai .......................................................................... 19
Pengaruh terhadap Tinggi Tanaman ......................................................
Pengaruh terhadap Panjang Daun dan Lebar Daun ..............................
Pengaruh terhadap Jumlah Bunga ........................................................
Pengaruh terhadap Produksi Buah Cabai .............................................

19
21
24
26

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

............................................................................................... 30

......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 31
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 34

DAFTAR TABEL
Halaman
Nomor
1

Teks

Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Masa Inkubasi, Kejadian
Penyakit, dan Keparahan Penyakit ……………………………………... 17

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor

Teks

1

Tanaman cabai sehat (A) dan tanaman cabai sakit dengan gejala mosaik
dan daun melengkung yang disebabkan oleh TMV (B) ……………….. 16

2

Tinggi tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01), B.
polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 20

3

Panjang daun tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens
(PG01), B. polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran),
kontrol (tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV (PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 22

4

Lebar daun tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01),
B. polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 23

5

Jumlah bunga cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01), B.
polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……... 25

6

Bobot dan jumlah buah per tanaman cabai yang diberi perlakuan P.
fluorescens (PG01), B. polymixa (BG25), P. fluorescens + B. polymixa
(campuran), kontrol (tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV), BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada
13 MST ………………………………………………………………... 27

PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTHPROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK
TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS)
PADA TANAMAN CABAI

TAHLIYATIN WARDANAH
A44102021

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
TAHLIYATIN WARDANAH. Pemanfaatan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan
Tanaman (Plant Growth-promoting Rhizobacteria) untuk Mengendalikan
Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco mosaic virus) pada Tanaman Cabai.
Dibimbing oleh GEDE SUASTIKA dan WIDODO.
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu
komoditas penting hortikultura di Indonesia yang banyak digemari oleh
masyarakat. Virus merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman
cabai. Salah satu virus yang menyerang tanaman cabai yaitu Tobacco mosaic
virus (TMV). Usaha pengendalian penyakit yang mulai dikembangkan dan relatif
aman terhadap lingkungan yaitu penggunaan bakteri perakaran pemacu
pertumbuhan (Plant Growth- promoting Rhizobacteria (PGPR).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan P.
fluorescens dan B. polymixa dalam pengendalian penyakit mosaik tembakau
(Tobacco mosaic virus) pada tanaman cabai.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan dan
Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak bulan September 2006 sampai Desember
2006. Tahapan penelitian ini terdiri dari: pembuatan suspensi bakteri, perendaman
benih dalam suspensi bakteri konsentrasi 109 cfu, penanaman dan penyiraman
bakteri ke tanaman uji dengan kepadatan 108/g media tanam, dan inokulasi virus.
Pengamatan yang dilakukan yaitu tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, jumlah
bunga, dan produksi buah cabai serta pengamatan masa inkubasi, kejadian
penyakit, dan keparahan penyakit. Deteksi virus dilakukan dengan metode
ELISA.
Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap. Unit perlakuan terdiri
dari 8 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan masing-masing
ulangan terdiri dari 3 tanaman. Data variabel pengamatan yang didapat dianalisis
dengan melalui Analisys of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
Duncan pada taraf nyata 5% (ά = 0,05).
Periode inkubasi terlama terjadi pada perlakuan campuran kedua bakteri
dan tercepat pada kontrol. Kejadian penyakit dari semua perlakuan adalah 100%.
Sedangkan keparahan penyakit terendah terjadi pada perlakuan campuran sebesar
35% dan tertinggi pada kontrol yaitu 55%. Hasil pengukuran tinggi tanaman,
panjang dan lebar daun, jumlah bunga serta produksi buah cabai pada tanaman
yang tidak diinokulasi TMV menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua
perlakuan bakteri terhadap kontrol. Pemberian bakteri pada tanaman yang
diinokulasi bakteri dan TMV menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan perlakuan
campuran bakteri dan diinokulasi TMV pertumbuhannya sama dengan tanaman
yang tidak diinokulasi bakteri dan TMV. Dalam hal ini adanya perlakuan bakteri
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat
mempertahankan tanaman akibat adanya infeksi TMV serta tanaman dapat
mengkompensasi adanya infeksi TMV sehingga pertumbuhannya sama dengan
tanaman kontrol sehat. Dengan demikian perlakuan bakteri pada tanaman cabai
memberikan pengaruh yang sangat baik dalam pengendalian penyakit mosaik
tembakau pada tanaman cabai.

PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTHPROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK
TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS)
PADA TANAMAN CABAI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

TAHLIYATIN WARDANAH
A44102021

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi

Nama
NRP

: PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU
PERTUMBUHAN
TANAMAN
(PLANT
GROWTHPROMOTING
RHIZOBACTERIA)
UNTUK
MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU
(TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA TANAMAN CABAI
: Tahliyatin Wardanah
: A44102021

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Gede Suastika, MSc.
NIP. 131 669 946

Dr. Ir. Widodo, MS.
NIP. 131 476 605

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M. Agr.
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
Pemanfaatan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growthpromoting Rhizobacteria) untuk Mengendalikan Penyakit Mosaik Tembakau
(Tobacco mosaic virus) pada Tanaman Cabai. Pada kesempatan ini penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Gede Suastika, MSc. sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir.
Widodo, MS. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku Penguji Tamu yang telah memberikan banyak
masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingannya selama penulis berada tingkat pertama hingga
terakhir.
4. Bapak dan Ibu serta kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan , perhatian, dan doanya kepada penulis.
5. Madun atas segala perhatian, bantuan, pengertian, dan kesabarannya kepada
penulis. Juga kepada teman-temannya.
6. Reyna atas kerjasamanya dalam penelitian dan waktunya dalam suka dan
duka.
7. Pak Edi, Pak Dadang, Pak Saefudin, Pak Agus, Pak Sodik, dan semua laboran
di Departemen Proteksi Tanaman yang telah membantu penulis dalam
penelitian.
8. Mbak Ita, Mbak Dini, Mbak Tuti, Mbak Latifah, Mas Reno, Pak Ray, Ella,
Widia Puspita, Hari, Zul, Arif, AA Hendra, dan teman-teman di Laboratorium
Virologi dan Mikologi atas segala bantuannya.
9. Widiandini, Mbak Yaxy, dan Iyuz atas kebersamaannya dalam suka dan duka
10. Teman-teman seperjuangan HPT 39 atas kebersamaannya selama ini yang
telah memberikan banyak kenangan.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan penelitian ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga apa yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal kebaikan yang dicatat oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini, karena itu saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
selanjutnya sangat penulis harapkan.

Bogor,

Januari 2007

Tahliyatin Wardanah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo Jawa Tengah pada tanggal 2 Desember
1984 dari ayah Ali Asnawi dan ibu Mishriyah. Penulis merupakan putri keenam
dari sepuluh bersaudara.
Pendidikan formal yang penulis ikuti adalah SD Negeri Klumprit (19901996), SLTP Al-Muayyad Surakarta (1996-1999), kemudian penulis melanjutkan
ke Sekolah Menengah Umum di SMU Al-Muayyad Surakarta dan lulus pada
tahun 2002. pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjalani pendidikan di IPB, tahun akademik 2005/2006 penulis
menjadi asisten mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura, Hama dan
Penyakit Tanaman Pangan serta mata kuliah Hama dan penyakit Tanaman
Perkebunan. Tahun akademik 2006/2007 penulis juga pernah menjadi asisten
mata kuliah Kimia di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan Virologi Tumbuhan.

DAFTAR ISI

Halaman
.........................................................................................

ix

.....................................................................................

x

................................................................................

xi

.........................................................................................

1

........................................................................................................

3

.....................................................................................................

3

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA
Cabai Merah

.............................................................................................

Karakteristik Tobacco mosaic virus (TMV)
Penyebaran dan Sebaran Inang TMV

............................................

4
5

.......................................................

6

...................................................

7

Kemaknaan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman ........................

8

Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. sebagai Agens Hayati Pengendalian
Virus Tanaman .............................................................................................

9

Kemaknaan TMV pada Tanaman cabai

BAHAN DAN METODE
....................................................................................

11

Bahan

.........................................................................................................

11

Metode

.......................................................................................................

11
11
11
12
12

Tempat dan Waktu

Pembuatan Suspensi Bakteri ………………………………………...
Perlakuan Benih, Penanaman dan Penyiraman Bakteri Tanaman Uji ...
Inokulasi Virus pada Tanaman Uji ………………………………......
Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman .............................
Pengamatan Masa Inkubasi, Kejadian Penyakit, dan Keparahan
Penyakit ................................................................................................
Deteksi Virus dengan Metode ELISA .................................................
Rancangan Percobaan
Analisa Data

…..........................................................................

….........................................................................................

13
14
14
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Tanaman Terinfeksi TMV

.............................................................

16

Pengaruh Perlakuan Rizobakteri terhadap Masa Inkubasi, Kejadian
Penyakit, dan Keparahan penyakit
......................................................... 17

Pengaruh Rizobakteri dan Infeksi TMV terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai .......................................................................... 19
Pengaruh terhadap Tinggi Tanaman ......................................................
Pengaruh terhadap Panjang Daun dan Lebar Daun ..............................
Pengaruh terhadap Jumlah Bunga ........................................................
Pengaruh terhadap Produksi Buah Cabai .............................................

19
21
24
26

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

............................................................................................... 30

......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 31
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 34

DAFTAR TABEL
Halaman
Nomor
1

Teks

Pengaruh Perlakuan Bakteri terhadap Masa Inkubasi, Kejadian
Penyakit, dan Keparahan Penyakit ……………………………………... 17

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor

Teks

1

Tanaman cabai sehat (A) dan tanaman cabai sakit dengan gejala mosaik
dan daun melengkung yang disebabkan oleh TMV (B) ……………….. 16

2

Tinggi tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01), B.
polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 20

3

Panjang daun tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens
(PG01), B. polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran),
kontrol (tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV (PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 22

4

Lebar daun tanaman cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01),
B. polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……… 23

5

Jumlah bunga cabai yang diberi perlakuan P. fluorescens (PG01), B.
polymixa (BG25), P. fluorescens+B. polymixa (campuran), kontrol
(tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV),
BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada 8 MST ……... 25

6

Bobot dan jumlah buah per tanaman cabai yang diberi perlakuan P.
fluorescens (PG01), B. polymixa (BG25), P. fluorescens + B. polymixa
(campuran), kontrol (tanpa bakteri), PG01 yang diinokulasi TMV
(PG01+TMV), BG25+TMV, campuran+TMV, dan kontrol+TMV pada
13 MST ………………………………………………………………... 27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Nomor
1

2

Teks

Tabel pengaruh perlakuan bakteri dan pengaruh antara perlakuan bakteri
dan inokulasi virus terhadap tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun,
dan jumlah bunga tanaman cabai pada 8 MST ........................................

34

Tabel pengaruh perlakuan bakteri dan pengaruh antara perlakuan
bakteri dan inokulasi virus terhadap bobot buah dan jumlah buah
tanaman cabai pada 13 MST ...................................................................

34

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu
komoditas penting hortikultura di Indonesia yang banyak digemari oleh
masyarakat. Menurut data Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura luas
panen cabai merupakan luas panen terbesar diantara tanaman sayuran lainnya
yaitu berturut-turut 150.598 ha pada tahun 2002 dan 176.264 ha pada tahun 2003
serta meningkat menjadi 194.588 ha pada tahun 2004. tanaman tersebut ditanam
di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang cukup baik
sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan (Deptan 2005).
Berbagai manfaat cabai diantaranya sebagai bahan bumbu makanan,
antiseptik, dan bahan obat-obatan menjadikan cabai sebagai salah satu komoditas
perdagangan sehingga produktivitasnya harus tetap dijaga. Produksi nasional
cabai dari tahun 1999 sampai tahun 2001 mengalami penurunan, yaitu 1.007.726
ton pada tahun 1999, 279.668 ton pada tahun 2000, dan 580.464 ton pada tahun
2001. Namun produksi nasional mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai
tahun 2004 yaitu dari 635.089 ton pada tahun 2002, 1.066.722 ton pada tahun
2003, dan 1.100.514 ton pada tahun 2004, sedangkan produktivitas pada tahun
2002 mencapai 42,17 kwintal/ha, 60,52 kwintal/ha pada tahun 2003, dan menurun
menjadi 56,56 kwintal/ha pada tahun 2004. produktivitas ini masih sangat rendah
apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang dapat mencapai 10 ton/ha
atau sekitar 0,5-1 kg/tanaman (Suwandi et al. 1989).
Peningkatan produksi dan luas lahan tidak mampu meningkatkan
produktivitas nasional cabai di Indonesia secara optimal. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya luas panen, cara bertani yang masih sangat tradisional, dan
adanya gangguan hama dan penyakit (Ditlintan 2005). Penyakit yang umum
terjadi pada tanaman cabai dapat disebabkan oleh bakteri, cendawan, nematoda,
dan virus. Virus yang menyerang tanaman cabai diantaranya adalah Alfalfa
mosaic virus (AMV), Andeon potato mottle virus –pepper strain (APMoV), Beat
curly top virus (BCTV), Tobacco leaf curl virus (TLCV) Chili vein mottle virus
(ChiVMV), Pepper mottle virus (PepMoV), Tobacco mosaic virus (TMV),

Tomato spotted wilt virus (TSWV), dan Cucumber mosaic virus (CMV)
(Pernezny et al. 2005). ChiVMV, CMV, dan TMV merupakan virus utama yang
menyerang tanaman cabai di Indonesia (Sastrosumarjo 2003, Ditlintan 2005).
Kehilangan hasil yang disebabkan oleh infeksi virus sangat besar, yaitu mencapai
50-100% (Ong et al. 1980, Marte dan Wetter 1986). Infeksi TMV menunjukkan
gejala mosaik sistemik baik ringan maupun berat pada daun tanaman. Serangan
TMV yang sangat parah dapat menyebabkan mosaik parah disertai dengan
deformasi daun hingga tanaman kerdil. Bahkan ada tanaman yang sama sekali
tidak tumbuh dan pada akhirnya mati (Sutic et al. 1999, CABI 2003, Warintek
Progressio 2005). Infeksi oleh TMV dapat menyebabkan kehilangan hasil dari
20,5% sampai 100% (Sutic et al. 1999).
Beberapa cara pengendalian terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus
(termasuk TMV) diantaranya dengan eradikasi gulma, menanam di daerah
terisolasi, proteksi silang, penanaman bibit sehat, pembongkaran tanaman sakit,
pengendalian vektor, dan penggunaan kultivar tahan (Walkey 1991). Penggunaan
kultivar tahan dapat mengurangi kejadian penyakit di lapangan secara efektif,
tetapi pengembangan varietas tanaman ini relatif lama dan dinilai tidak ekonomis
(Hadidi et al. 1998). Disamping itu, munculnya strain baru dengan tingkat
virulensi yang lebih tinggi menyebabkan efektivitas penggunaan varietas tahan ini
semakin menurun.
Usaha pengendalian penyakit yang mulai dikembangkan dan relatif aman
terhadap lingkungan yaitu penggunaan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan
(Plant Growth-promoting Rhizobacteria (PGPR)) (Kokalis et al. 2002). Usaha ini
sering disebut dengan bakterisasi, yaitu perlakuan benih atau akar perkecambahan
dengan suspensi bakteri sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman
(Baker 1974 dalam Widodo 993). Murphy et al. (2000) & Maurhofer et al. (1994)
menyebutkan,

beberapa

tahun

terakhir

banyak

dilaporkan

keberhasilan

pengendalian penyakit tanaman menggunakan PGPR. Genus rizobakteri yang
banyak digunakan sebagai PGPR antara lain Bacillus polymixa, B. subtilis, dan
Pseudomonas fluorescens (Murphy et al. 2000; Marwoso 2005).
PGPR yang pernah dilaporkan mampu menekan infeksi virus yaitu P.
fluorescens strain CHA0 untuk mengendalikan Tobacco necrosis virus (TNV)

pada tembakau (Maurhofer et al. 1994). P. aeroginosa strain 7 NSK untuk
mengendalikan TMV pada tembakau (De Meyer et al. 1999), B. subtilis strain
937b dan B. pumilus strain SE34 untuk mengendalikan ToMV pada tomat
(Murphy et al. 2000), dan B. pumilus strain INR7 mengendalikan CMV pada
tomat (Murphy et al. 2003). Kombinasi P. fluorescens isolat PG01 dan B.
polymixa isolat BG25 dilaporkan mampu menekan infeksi virus daun kecil kacang
panjang (Marwoso 2005). Pemanfaatan PGPR terutama dari genus P. fluorescens
dan B. polymixa dalam pengendalian penyakit mosaik yang disebabkan oleh TMV
pada tanaman cabai belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas PGPR dalam menekan penyakit mosaik
tersebut.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan P.
fluorescens dan B. polymixa dalam pengendalian penyakit mosaik tembakau
(Tobacco mosaic virus) pada tanaman cabai.

Manfaat
Penelitian ini bermanfat untuk memperoleh informasi tentang potensi
bakteri pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman yang dapat digunakan sebagai
alternatif pengendalian penyakit mosaik pada tanaman cabai.

TINJAUAN PUSTAKA

Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Cabai merah termasuk dalam dunia tumbuhan dari divisi Spermatophyta
dan sub divisi Angiospermae. Tanaman ini termasuk tumbuhan dengan biji
berkeping dua (kelas Dicotyledoneae) sub kelas Sympetalae, famili kentangkentangan (Solanaceae) dan genus cabai-cabaian (Capsicum). Sebanyak lima
spesies cabai sudah dibudidayakan secara umum, yaitu Capsicum annuum L., C.
frutescens L., C. chinense Jacq., C. bacatum L., C. pubescens R.P., sedangkan
sekitar 25 spesies lagi tumbuh secara liar (Purseglove et al. 1981, Sastrosumarjo
2003).
Tanaman cabai merah termasuk tanaman semusim dan digolongkan
sebagai tanaman perdu tegak atau semak (herba) dengan tinggi 0,5-1,5 m dan
diameter batang mencapai 1 cm dan memiliki perakaran tunggang yang kuat serta
memiliki banyak akar samping. Batang tanaman cabai merah berkayu dan
memiliki banyak cabang yang berwarna hijau sampai hijau coklat, sedangkan
pada percabangannya terdapat noda berwarna keunguan. Pada batang yang masih
muda terdapat bulu halus berwarna hijau muda (CABI 2003, Sastrosumarjo 2003).
Menurut Nawaningsih dalam Aripin dan Lubis 2003 menyebutkan, diameter
percabangan lebih kecil dari batang utama berkisar antara 0,5-1 cm, dan terdiri
tangkai, tulang daun, dan helai daun. Panjang tangkai 2-5 cm berwarna hijau.
Tangkai daun berkembang sekaligus sebagai ibu tulang daun, panjang daun 10-15
cm dengan lebar 4-5 cm.
Bunga cabai merah tumbuh pada percabangan dan ketiak daun. Mahkota
bunga berbentuk roda dengan diameter 8-15 mm dan berwarna putih sampai ungu
dengan tepi kelopak yang bergerigi. Tangkai bunga menunduk dengan panjang
mencapai 3 cm. umumnya bunga hanya muncul satu pada setiap buku, terkadang
muncul 2-3 dan bersatu, terutama pada percabangan utama. Bunga cabai merah
umumnya melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan silang terjadi secara
alami hanya dengan bantuan serangga penyerbuk yang umumnya dari golongan

lebah dan semut. Persentase persilangan alami ini berkisar antara 7,6% dan 36,8%
dengan rata-rata 16,5% (Purseglove et al.1981, Greenleaf 1986).
Buah berbentuk kerucut memanjang dengan ujung yang runcing,
menggantung dan memiliki permukaan yang licin dan mengkilap. Ukuran, warna
tingkat kepedasan, dan bentuk buah sangat bervariasi tergantung dari varietasnya.
Buah cabai merah memiliki panjang 1-30 cm dengan diameter 0,8-20 mm. Buah
yang masih muda berwarna hijau sampai keungu-unguan dan menjadi kuning
ketika semakin tua dan menjadi berwarna merah ketika matang, walaupun ada
beberapa jenis yang tetap berwarna hijau. Biji berbentuk bulat pipih dengan
diameter sekitar 4 mm. Biji yang masih muda berwarna kuning dan setelah tua
menjadi coklat (Martina 1999).
Pada pesemaian, benih cabai membutuhkan media tanah, pasir, dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1. Benih disebar dan ditutup dengan tanah tipistipis dan diberi naungan. Bibit dapat dipindahkan setelah berumur 21-35 hari,
namun 5 hari sebelumnya diusahakan naungan dibuka untuk membiasakan bibit
tersebut terkena sinar matahari. Pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam yaitu
menggunakan pupuk kandang. Pupuk yang digunakan setelah pindah tanaman
adalah urea, ZA, KSP, dan KCl, yaitu 3,6,9 minggu setelah tanam. Pemasangan
ajir dapat dilakukan setelah tinggi tanaman 30-50 cm, langsung diikat disamping
batang cabai. Pemeliharaan selanjutnya adalah menyiangi gulma (Martina 1999)

Karakteristik Tobacco mosaic virus
Tobacco mosaic virus (TMV) termasuk ke dalam grup Tobamovirus.
TMV merupakan salah satu dari 14 spesies yang termasuk dalam genus
Tobamovirus. Hubungan antar anggota kelompok virus dari genus tobamovirus
masih belum dapat ditetapkan secara pasti walaupun telah diteliti secara luas.
Kebanyakan strain sering dimasukkan ke dalam jenis TMV, tetapi beberapa strain
yang cukup berbeda dianggap sebagai virus yang berbeda oleh beberapa peneliti
(Sutic et al. 1999).
TMV memiliki ciri berbentuk batang dengan panjang 300 nm dan
diameter 15 nm. Proteinnya terdiri atas kira-kira 2130 protein subunit, dan setiap
subunitnya terdiri 158 asam amino. Protein subunitnya tersusun pada sebuah

helix. Asam nukleat TMV berbentuk untai tunggal RNA dan terdiri atas kurang
lebih 6400 nukleotida. Untai RNA juga berbentuk helix sejajar dengan untai
protein. Berat dari setiap partikel virus antara 3,9 x 107 dan 4 x 107 unit berat
molekul.
TMV merupakan salah satu virus yang diketahui paling stabil terhadap
panas, dan memiliki titik panas aktivasi hingga 93º C dalam cairan perasan
tanaman. Virus pada daun yang terinfeksi, pada kondisi kering masih mampu
menginfeksi walaupun telah dipanaskan sampai pada suhu 120º C selama 30
menit. TMV yang menginfeksi tanaman tembakau berisi 4 g virus per liter cairan
perasan tanaman, dan virus masih infektif walaupun telah diencerkan hingga
perbandingan 1:1.000.000. Virus menjadi tidak aktif setelah 4-6 minggu dalam
cairan perasan biasa, tetapi pada cairan perasan virus yang bebas bakteri (steril)
mungkin dapat bertahan hingga 5 tahun, dan TMV pada daun terinfeksi yang
dikeringkan di laboratorium selama lebih dari 50 tahun masih infektif (Agrios
1997). Menurut Sutic et al. 1999, CABI 2003 menyebutkan pada tanaman yang
terinfeksi, beberapa menit setelah virus menginfeksi jaringan tanaman, RNA
mulai disintesis dan partikel baru berkembang dalam sitoplasma dan menyebar
dari sel ke sel melalui plasmodesmata.
TMV merupakan parasit obligat yang hanya dapat hidup pada tanaman
atau jaringan sel yang hidup. Virus ini menginfeksi tanaman melalui luka. Bagian
tanaman yang rentan jika kontak dengan TMV akan segera terinfeksi. TMV dapat
bertahan selama berbulan-bulan pada tanah bekas penanaman dan juga telah
ditemukan di air dan didalam tanah di hutan. Sejumlah strain TMV pada tanaman
obat-obatan telah diuraikan hampir diseluruuh dunia, dimana virus ini dapat
dibedakan dari yang lainnya melalui reaksi inang, tetapi tidak pada tembakau
(Sutic et al. 1999, CABI 2003)

Penyebaran dan Sebaran Inang TMV
TMV sudah tersebar luas hampir ke seluruh dunia. Sebaran inang TMV
juga sangat luas. Beberapa tanaman inang yang penting termasuk dalam famili
Solanaceae,

Scrophulariaceae,

Labiatae,

Leguminoceae,

Chenopodiaceae,

Cucurbitaceae, dan Alliaceae. Namun tidak semua spesies yang terinfeksi TMV

menunjukan gejala sistemik. Beberapa diantaranya hanya menunjukkan lesio
nekrotik lokal pada titik infeksi (reaksi hipersensitif). Beberapa varietas yang
menunjukkan reaksi hipersensitif yaitu tembakau, tomat, dan cabai (Sutic et al.
1999, CABI 2003).
Inang utama TMV ialah Nicotiana tabacum, Lycopersicon esculentum
Mill., C. annuum L., Solanum melongena L., Allium sativum L., Beta vulgaris L.,
Phaseolus vulgaris, Vigna unguiculata (L) Walp., Glycine max, Brassicaea,
Apium graveolens, Solanum tuberosum L.. Beberapa inang alternatif dari TMV
yaitu Rosa sinensis, Malus domestica Borkh., Helianthus annuus, Citrulus
lanatus, dan Cucumis sativus L.. Anggota tobamovirus yang menginfeksi cabai
antara lain TMV, PMMV, TMGMV, dan ToMV (Sutic et al. 1999, CABI 2003).

Kemaknaan TMV pada Tanaman Cabai
Serangan TMV pada tanaman cabai dapat menimbulkan gejala yang
beragam. Gejala yang umum terlihat ialah gejala mosaik sistemik baik ringan
maupun berat pada daun tanaman. Namun demikian beberapa gejala yang
mungkin terlihat ialah bercak dan nekrotik. Hal ini terjadi pada varietas tertentu
saja. Serangan TMV yang sangat parah dapat menyebabkan mosaik parah disertai
dengan deformasi daun hingga tanaman kerdil. Bahkan ada tanaman yang sama
sekali tidak tumbuh dan pada akhirnya mati (Sutic et al. 1999, CABI 2003,
Warintek Progressio 2005).
Reaksi tanaman cabai terhadap serangan TMV tergantung dari strain TMV
dan kultivar. Penyakit yang disebabkan oleh strain ganas TMV menunjukkan
gejala akut dan kronis. Tingkat akut menyebabkan pertumbuhan tiba-tiba
terhambat dan daun yang terinfeksi menjadi kuning di sekitar tulang daun dan
seringkali rebah. Tanaman mati jika infeksi terjadi pada batang. Pada tingkat
kronis, tanaman yang mampu bertahan akan pulih dan tumbuh dewasa, walaupun
pertumbuhan dan perkembangan terhambat. Buah dari setiap tanaman menjadi
lebih kecil dan berkualitas rendah. Kelompok strain ganas juga termasuk strain
yang menyebabkan nekrosis dan kematian tanaman cabai merah. Strain bercak
ringan menyebabkan sedikit kerusakan mosaik dan perlahan-lahan meluas pada

daun. Strain aucuba dari virus ini menyebabkan noda mosaik kuning terang pada
daun (Sutic et al. 1999).
Produksi cabai akibat kerusakan yang disebabkan oleh TMV ditentukan
oleh beberapa faktor seperti kerentanan kultivar, kelimpahan sumber infeksi,
tahap perkembangan tanaman saat infeksi, dan keganasan dari strain yang ada di
area tanaman. Pada kultivar Californian Wonder terjadi kehilangan hasil 60-80%.
Pada kultivar Sorok Sari kehilangan hasil mencapai 78% walaupun kejadian
penyakit mencapai 100%. Cairan perasan tanaman yang terinfeksi akan sangat
infektif terutama pada konsentrasi tinggi dalam sel tanaman. Hal ini menjadi
masalah yang sangat serius pada pertanaman cabai dan tomat karena adanya
akumulasi TMV pada lahan yang berasal dari sisa tanaman yang terinfeksi. (Sutic
et al. 1999).

Kemaknaan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman
Sejak tahun 1970-an telah dilaporkan adanya kelompok bakteri yang
secara khusus mengkoloni perakaran tanaman dan kemudian mulai diinokulasi
sejak tahap awal penanaman (Liu et al. 1995). Dewasa ini kelompok bakteri
tersebut dikenal dengan PGPR, yaitu kelompok bakteri yang dapat mengkoloni
perakaran tanaman dan memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan
tanaman (Nelson 2004). Kemampuan PGPR sebagai agen pengendali hayati
adalah karena kemampuannya untuk bersaing mendapatkan zat makanan atau
karena hasil-hasil metabolit seperti siderofor, hydrogen sianida, antibiotik, atau
enzim ekstraseluler yang bersifat antagonis melawan patogen (Liu et al. 1995).
Kelompok bakteri ini banyak ditemukan mengkoloni permukaan akar atau
hidup bebas di sekitar lapisan rizosfer (Compant et al. 2005). Beberapa
diantaranya ditemukan mengkoloni bagian dalam akar tanaman (endofit), mulai
dari korteks sampai melewati lapisan endodermis dan jaringan pembuluh, juga
dapat ditemukan sebagai endofit pada batang, daun, dan organ lainnya (Gray &
Smith 2005). Walaupun memiliki habitat yang berbeda, baik yang bersifat endofit
maupun yang hidup bebas dan mengkoloni perakaran, kelompok PGPR ini
memiliki mekanisme yang hampir sama dalam merangsang pertumbuhan tanaman
dan menekan populasi patogen atau penyakit (Bloemberg & Lugtenberg 2001).

Menurut Kesumadewi (1999), rizobakteria memungkinkan penyediaan
unsur hara tertentu dari lingkungannya yaitu menambat N2 dan mensuplai ke
tanaman. Rizobakteria juga mampu menghasilkan siderofor pyoverdine yang
dapat melarutkan dan memisahkan besi dari tanah serta menyediakannya untuk
tanaman. Genus bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang banyak diketahui
sebagai pemacu pertumbuhan antara lain Pseudomonas sp., Bacillus sp., dan
Rhizobium sp.
PGPR sebagai biocontrol berperan dengan mekanisme induced systemic
resistance (ISR). Ramamoorthy et al. (2001) memaparkan bahwa mekanisme ISR
terjadi sebagai akibat perubahan fisiologi tanaman yang kemudian menstimulasi
terbantuknya senyawa kimia yang berguna dalam pertahanan terhadap serangan
patogen. Perubahan fisiologi tersebut dapat berupa modifikasi struktural dinding
sel atau perubahan reaksi biokimia pada tanaman inang. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan adanya induksi ketahanan sistemik oleh bakteri yaitu: 1)
adanya sumbangan lipopolisakarida oleh bakteri; 2) produksi siderofor oleh
bakteri; dan 3) produksi asam salisilat yang dapat terjadi secara langsung oleh
bakteri ataupun secara tidak langsung (van Loon et al. 1998)
Keberadaan PGPR ini dalam tanaman juga dapat menekan kejadian
penyakit seperti bercak daun bakteri pada ketimun (bacterial angular leaf spot)
(Liu et al. 1995), penyakit nekrosis tembakau (Maurhofer et al. 1994), dan
penyakit akar gada Plasmodiophora brassicae (Widodo 1993).

Bacillus spp. Dan Pseudomonas spp. sebagai Agens Hayati Pengendalian
Virus Tanaman
Virus yang menginfeksi tanaman umumnya dikendalikan dengan beberapa
cara diantaranya dengan menanam tanaman yang tahan terhadap virus,
pemberantasan gulma di sekitar tanaman, menanam tanaman di tempat yang agak
jauh dari sumber infeksi, pengendalian vektor, serta perlindungan dan
pengendalian dengan bakteri antagonis (Boss 1994)
Bacillus dan Pseudomonas sebagai kelompok PGPR merupakan genus
yang paling banyak diteliti dan berpotensi tinggi sebagai agens pengendali
penyakit tanaman (Compant et al. 2005). Keduanya dilaporkan mampu menekan

patogen secara langsung dengan mengeluarkan senyawa antibiotik dan induksi
ketahanan sistemik pada tanaman.
Genus Pseudomonas adalah bakteri yang dapat ditemukan pada hampir
semua media alami dan tahan terhadap senyawa yang bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri lain sehingga mudah diisolasi. Bakteri ini mampu
mendominasi daerah rizosfer dan berkembang sangat cepat, bersifat gram negatif,
motil, aerob/fakultatif anaerob (Pelczar & Chan 1986). Pseudomonas sp. banyak
dilaporkan sebagai penghasil fitohormon dalam jumlah besar khususnya IAA.
IAA merupakan hormon pertumbuhan kelompok auksin yang berguna untuk
merangsang pertumbuhan tanaman. Auksin berfungsi untuk meningkatkan
pertumbuhan sel batang, menghambat proses pengguguran daun, merangsang
pembentukan buah, serta merangsang pertumbuhan kambium dan menghambat
pertumbuhan tunas ketiak (Tjondronegoro et al. 1989). Pseudomonas sp. juga
diketahui dapat memproduksi asam salisilat yang mampu mengendalikan TNV
pada tembakau (Maurhofer et al. 1994).
Genus Bacillus merupakan kelompok bakteri yang sering diteliti untuk
pengembangan secara komersial karena dapat menghasilkan endospora yang
mampu bertahan dalam waktu lama dan toleran terhadap suhu dan pH ekstrim
(Blackman et al. 1997 dalam Zehnder et al. 2000). Menurut Zehnder et al. (2000)
B. pumilis strain INR-7 dapat mengurangi gejala layu bakteri pada tanaman
mentimun. Timmusk et al. (1999) melaporkan bahwa Bacillus sp. dapat
menghasilkan hormon kelompok sitokinin. Sitokinin dapat memacu pembelahan
sel, mendorong diferensisi tajuk pada kultur jaringan, mendorong pertumbuhan
tunas samping dan perluasan daun, perkembangan kloroplas, menunda penuaan
daun, dan bersama IAA, sitokinin dapat merangsang pembelahan sel secara cepat
(Tjondronegoro et al. 1989). Banyak dilaporkan juga bahwa Bacillus sp. dapat
memfiksasi nitrogen dan melarutkan fosfat serta memproduksi antibiotik.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan dan
Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak bulan September 2006 sampai Desember
2006.

Bahan
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pseudomonas
fluorescens PG01, Bacillus polymixa BG25 yang merupakan koleksi Klinik
Tanaman Departemen Proteksi Tanaman. Bahan tanaman uji yang digunakan
adalah cabai besar (Capsicum annuum) varietas TIT Super LV yang didapat di
toko pertanian. Sumber inokulum berasal dari koleksi Laboratorium Virologi
Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, yaitu tanaman tembakau yang terinfeksi Tobacco mosaic virus (TMV).

Metode
Pembuatan Suspensi Bakteri
Biakan murni bakteri yang berasal dari koleksi Klinik Tanaman diambil
sebanyak 1 sampai 3 loop dari stok awal dan digoreskan pada media untuk
diremajakan. Bakteri kelompok Pseudomonas sp. dibiakkan pada media King’s B
dan bakteri kelompok Bacillus sp. dibiakkan pada media Tryctic Soy Agar (TSA).
Bakteri yang telah diremajakan diinkubasikan pada suhu ruangan selama 48 jam.
Sebanyak 15 loop biakan murni yang didapat diencerkan dalam 100 ml NaCl
0,85% sehingga didapat suspensi bakteri (stok) dengan kepadatan masing-masing
kira-kira 1012 cfu/ml untuk Bacillus dan 1013 cfu/ml untuk Pseudomonas
(Jamaliah 2005).

Perlakuan Benih, Penanaman dan penyiraman bakteri Tanaman Uji
Masing-masing suspensi stok bakteri diencerkan secara bertingkat
sehingga didapat suspensi dengan kepadatan 109 cfu dalam 15 ml NaCl 0,85%.

Sebanyak 5 ml dari masing-masing suspensi bakteri dicampurkan sehingga
didapat suspensi kombinasi kedua bakteri tersebut (campuran) dengan kepadatan
yang sama. Benih cabai yang sebelumnya telah dicuci kemudian dimasukkan ke
dalam suspensi bakteri (PG01, BG25, dan campuran) dan dibiarkan selama 10 jam
pada suhu ruang. Sebagai kontrol, benih cabai direndam dalam 10 ml NaCl 0,85%
selama 10 jam.
Benih yang telah direndam disebar pada baki semai yang berisi media
tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2 (v/v).
setelah berumur dua minggu setelah sebar dilakukan pemindahan tanaman ke
dalam polybag dengan media yang sama pada pesemaian.
Satu minggu setelah tanaman berada di dalam polibag, dilakukan
penyiraman suspensi bakteri

dengan kepadatan 1011 cfu sebanyak 2 ml per

polibag. Penyiraman dilakukan kembali satu minggu kemudian. Pemupukan
dilakukan pada saat tanaman berumur lima minggu dengan pupuk majemuk NPK
dengan dosis 5 g/polibag.

Inokulasi Virus pada Tanaman Uji
Inokulasi TMV secara mekanis dilakukan pada tanaman cabai yang telah
berumur enam minggu. Daun tembakau yang terinfeksi TMV yang digunakan
sebagai sumber inokulum diambil secukupnya dan ditimbang, kemudian digerus
dalam mortar dengan diberi bufer fosfat dengan perbandingan berat basah daun :
buffer fosfat 1:200 (b/v). Dari hasil penggerusan ini didapat sap sebagai inokulum
virus yang siap dioleskan ke tanaman cabai. Daun tanaman cabai yang akan
diinokulasi sebelumnya ditaburi serbuk Carborumdum untuk menimbulkan luka
pada jaringan tanaman. Setelah diinokulasi tanaman dipelihara sampai muncul
gejala.

Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Variabel pengamatan terkait pertumbuhan, yaitu: tinggi tanaman, panjang
daun, lebar daun, dan jumlah bunga yang diukur pada 8 minggu setelah tanam
(MST). Sedangkan variabel terkait produksi tanaman, yaitu bobot buah/tanaman
dan jumlah buah/tanaman yang dihitung pada 13 MST.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Empat Strain Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Waktu Inokulasi Virus terhadap Pertumbuhan Tanaman serta Keparahan Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai

0 9 60

Keefektifan Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Untuk Proteksi Tanaman Cabai Terhadap Infeksi Ganda Virus

0 10 39

Pengaruh Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman Terhadap Kejadian Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai Di Lapangan

0 7 41

Pengaruh aplikasi bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman pada tiga genotipe cabai (Capsicum annum L.) terhadap pertumbuhan tanaman serta kejadian penyakit penting cabai

0 9 62

Seleksi Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk Pengendalian Hayati Penyakit Embun Bulu (Pseudoperonospora cubensis) pada Tanaman Mentimun

1 4 86

Keefektifan Plant Growth Promoting Rhizobacteria Sebagai Pemacu Pertumbuhan dan Penghambat Penyakit Busuk Pangkal Batang (Sclerotium rolfsii Sacc.) pada Kedelai

1 10 114

^aKeefektifan Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bakteri Endofit dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria Setelah Penyimpanan untuk Mengendalikan Layu Bakteri pada Tomat

0 7 41

Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman Plant Growth Promotor Rhizobacteria.

0 7 52

Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk menginduksi ketahanan tanaman padi lokal Bali terhadap penyakit blas.

0 11 48

Pengaruh Perlakuan Rizo-bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman terhadap Viabilitas Benih serta Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabai Effects of Plant Growth Promoting Rhizobacteria on Seed Germination and Seedling Growth of Hot Pepper

1 5 9