Kategori Verba Pada Harian Analisa

(1)

KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA

SKRIPSI

Oleh

HERWANTO

NIM 040701025

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruaan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Februari 2009


(3)

KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA

HERWANTO

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai ketegori verba pada harian Analisa serta penggunaannya dalam harian tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak. Teknik baca markah yang digunakan untuk menganalisis data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pandangan Abdul Chaer. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kategori verba pada harian Analisa ada dua belas dan dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I.


(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kapada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terimakasi kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum.,sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

3. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum.,sebagai Pembantu Dekan III dan sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak dan sabar memberikan bimbingan serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hariadi Susilo, M. Si.,sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M. Hum.,sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Kakanda kami Ade yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra Indonesia.


(5)

8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Tamirin dan ibunda Misliani yang sangat setia mendampingi, memberikan doa serta dukungan moral dan material kepada penulis. Semua ini penulis persembahkan buat ayah dan ibu.

9. Kakanda, abang dan adik penulis yang selalu memberikan semangat dan motifasi untuk penyelesain skripsi ini.

10. Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Indonesia stambuk 04 dan khususnya Aming, Ori, Riky, Lekmon, dan Nico, terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik buat penulis.

11. Adinda Siti Chadijah Tanjung yang selalu memberikan semangat dan dorongan hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yanng sifatnya membangun.

Akhirnya,penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca.

Medan, Februari 2009


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Masalah ... 3

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data ... 6

1. 5 Landasan Teori ... 7

1.5.1 Semantik ... 7

1.5.2 Kategori Verba ... 7

BAB II KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA 2.1 Kategori Verba pada Harian Analisa Edisi April 2008 ... 17

2.1.1 Tipe 1 verba yang menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi .... 17

2.1.2 Tipe 11 verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman ... 18

2.1.3 Tipe 111 verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan ... 19


(7)

2.1.5 Tipe V verba yang menyatakan proses ... 23

2.1.6 Tipe V1 verba yang menyatakan proses-pengalaman ... 24

2.1.7 Tipe V11 verba yang menyatakan proses kepemilikan ... 25

2.1.8 Tipe V111 verba yang menyatakan proses lokatif ... 26

2.1.9 Tipe 1X verba yang menyatakan keadaan ... 28

2.1.10 Tipe X verba yang menyatakan keadaan pengalaman ... 28

2.1.11 Tipe X1 verba yang menyatakan keadaan kepemilikan ... 29

2.1.12 Tipe X11 verba yang menyatakan keadaan lokatif ... 31

2.2 Penggunaan Kategori Verba dalam Harian Analisa ... 31

BAB III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan ... 40

3.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DATA


(8)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah unsur kebudayaan universal yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan masyarakat. Di antara banyak fungsi yang dimiliki adalah sebagai alat komunikasi dan menempati urutan pertama. Sementara komunikasi bertujuan mentransformasikan ide atau maksud antarsesama yang melakukan komunikasi itu. Apabila ide atau maksud tidak berhasil disampaikan dalam suatu komunikasi maka komunikasi itu dianggap tidak efektif atau gagal.

Sekarang ini kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai macam peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Pers sebagai salah satu sarana komunikasi massa memiliki peranan yang sangat besar dalam pembinaan bahasa. Peranan surat kabar dalam pembinaan bahasa dapat bersifat positif, namun juga dapat bersifat negatif.

Bahasa pers ialah satu ragam bahasa yang memiliki sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, dan menarik. Hal ini disebabkan adanya sifat ekonomis yang dibutuhkan oleh surat kabar dan perlu diingat bahwa yang membaca surat kabar itu tidak hanya masyarakat terpelajar, tetapi sampai kepada masyarakat bawah. Bahasa yang rumit dan sulit akan menyulitkan pemahaman isi tulisan (Badudu, 1985:138)

Kridalaksana (dalam Chaer, 1994: 33) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan


(9)

diri. Bahasa merupakan hasil dari aktifitas manusia. Melalui bahasa akan terungkap suatu hal yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Suatu hal tersebut tentu saja berupa informasi-informasi, baik berupa lisan maupun tulisan.

Studi gramatikal ketegori kata merupakan kajian yang selalu menjadi pembicaraan dalam buku-buku tata bahasa tradisional, struktural, dan generatif, karena masalah kategori kata begitu penting dan kompleks sehingga persoalan ini belum ada kesepakatan di antara para ahli. Secara umum kategori gramatikal terbagi atas dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full

word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function

word).(Chaer, 1995: 147).

Kategori gramatikal dalam tata bahasa tradisional sudah lazim dibicarakan. Kategori berarti kelompok atau golongan. Kategori gramatikal berarti pengelompokan atau penggolongan sesuai kaidah –kaidah.

Verba adalah salah satu kategori kata. Verba pada umumnya menerangkan suatu tindakan, oleh karena itu verba sering berperan sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Contoh:

Dika menendang bola.

Pada kalimat tersebut kata menendang merupakan verba yang berperan sebagai predikat. Sesuai dengan kalimat yang di atas kata menendang termasuk verba tindakan.

Penelitian mengenai verba bukanlah baru pertama kali ini dilakukan. Cukup banyak penelitian yang mengkaji verba sebelumnya. Salah satu penelitian


(10)

verba sebelumnya adalah “Verba Tindak Tutur dalam Bahasa Simalungun” yang ditelitih oleh Tetty Hariani Nainggolan, seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitiannya, ia mengkaji makna bahasa yang alami atau asali yang digunakan secara wajar dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa Simalungun, dengan menggunakan teori Natural Semantik Metalanguage (NSM). Penelitian di atas berbeda dengan penelitian kali ini. Penelitian kali ini akan mencoba membahas kategori verba yang terdapat di dalam surat kabar. Penulis ingin mengetahui penggunaan ketegori verba pada harian tersebut.

Harian Analisa adalah salah satu harian lokal yang terkemuka di daerah Sumatera Utara. Harian ini memuat berita yang lengkap meliputi berita utama, berita olah raga, berita tentang gaya hidup, informasi ekonomi dan keuangan, kesehatan sampai dengan iklan. Semua termuat dalam harian ini. Di dalam kolom beritanya itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti kategori verba dalam kalimat-kalimat pada kolom berita pada harian Analisa karena harian ini terbit tiap hari. Selain itu, harian Analisa mempunyai kalangan pembaca yang cukup banyak di Sumatera Utara, sehingga harian ini relevan untuk diteliti menjadi objek penelitian penulis dengan judul: “Kategori Verba pada Harian Analisa”

1.1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas masalah yang dibicarakan yakni:

1. Bagaimanakah kategori verba yang terdapat pada harian Analisa edisi April 2008?


(11)

2. Bagaimanakah penggunaan kategori verba dalam harian Analisa edisi April 2008?

2.1 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta tujuan dari penlitian dapat tercapai. Analisa adalah surat kabar yang terbit setiap hari. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada kategori verba yang terdapat dalam kalimat-kalimat tertulis pada harian Analisa pada kolom tajuk rencana terbitan bulan April 2008 saja.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dibicarakan, penelitian tentang kategori verba pada harian Analisa memiliki tujuan yakni:

1. menguraikan kategori verba yang terdapat pada harian Analisa edisi April 2008; dan

2. menguraikan penggunaan kategori verba dalam harian Analisa edisi April 2008.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilaksanakan akan memberi manfaat. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini antara lain:


(12)

1. menambah wawasan kebahasaan mengenai penggunaan kategori verba dalam surat kabar; dan

2. menambah referensi dalam penelitian lainnya yang akan menganalisis bidang linguistik, khususnya yang ingin meneliti verba dalam surat kabar.

1.4. Metode Penelitian

1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian diperlukan data yang dijadikan bahan baku untuk penelitian.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak yaitu suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu teknik sadap. Peneliti membaca, meneliti, mempelajari, dan memeriksa penggunaan bahasanya. Penulis juga menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Kaelan 2005: 5) mengatakan prosedur kualitatif menghasilkan penelitian yang mengungkapkan data kualitatif dengan pendekatan yang mengarah pada latar dan individu secara holistik “utuh” atau memandangnya sebagai suatu kesatuan. Data kualitatif terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari media cetak Analisa. Pengumpulan sumber data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat tertulis yang terdapat pada harian Analisa.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui sumber tertulis seperti artikel, buku karya ilmiah serta diperoleh melalui internet guna


(13)

mengambil informasi tambahan untuk penelitian ini. Selanjutnya, pengumpulan data dengan memeriksa, membaca, kemudian mencatat data yang dikumpulkan yang terkait permasalahan yang diteliti.

Selain itu penulis juga menggunakan metode kuantitatif. Menurut Muclich (1993:4) metode kuantitatif merupakan metode keputusan yang menggunakan angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan nilai atau angka untuk variabel keputusan. Dengan perkataan lain, penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka.

Menurut Sudjana (2002:50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif.

Jadi menggunakan rumus sebagai berikut:

1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Metode dalam pengkajian kategori verba tersebut dianalisis dengan menggunakan metode agih (Sudaryanto, 1993: 15). Penggunaan metode agih dilakukan dengan menggunakan alat penentu berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan teknik dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik baca markah. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ini adalah membaca markah. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pemarkah itu (baik secara sintaksis, morfologis, ataupun dengan cara yang lain) menunjukkan suatu kejatian satuan lingual atau identitas


(14)

konstituen tertentu; dan kemampuan pembaca membaca pemarkah itu (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 95).

Contoh: Militer India Rabu (7/5) melakukan ujicoba rudal nuklirnya yang berkemampuan jarak sedang yang bisa menghantam sasaran – sasaran di dalam negeri China, kata pejabat riset pertahanan India.

Kalimat di atas mengandung kategori verbal. Verbal tersebut ditandai dengan pemarkah melakukan. Kata melakukan digunakan untuk menunjukkan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh subjek.

5. Landasan Teori 5.1 Semantik

Kata semantik (dalam bahasa Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Jadi, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti (Chaer, 1995: 2).

Kata semantik yakni sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti.

5.2 Kategori Verba

Menurut Chaer (1995: 154-161) leksem-leksem verba dalam bahasa Indonesia secara semantik dapat ditandai dengan mengajukan tiga macam


(15)

pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, (3) bagaimana keadaan subjek dalam klausa tersebut. Perhatikan ketiga kalimat berikut!

- Dika menendang bola. - Gunung itu longsor. - Tikus mati.

Kalau pertanyaan (1) diajukan pada kalimat pertama kita akan memperoleh jawaban menendang, jika pertanyaan (2) diajukan kepada kalimat kedua kita akan memperoleh jawaban longsor, dan jika pertanyaan (3) diajukan kepada kalimat ketiga maka kita akan memperoleh jawaban mati. Dengan demikian kata-kata menendang, longsor, dan mati adalah kata-kata yang termasuk kategori verba. Lalu, sesuai dengan macam pertanyaan yang diajukan, kata menendang termasuk verba tindakan, kata longsor termasuk verba proses, dan kata mati termasuk verba keadaan.

Berdasarkan analisis semantik selanjutnya, dan sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988, 1988 b, dalam Chaer, 1994:155), kita dapat membedakan adanya dua belas tipe verba dasar dalam bahasa Indonesia. Kedua belas tipe itu adalah sebagai berikut:

Kategori Verba

a. Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi. Tampubolon menyebutkan kata kerja aksi, tetapi di sini disebut verba


(16)

bercirikan makna bernyawa dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut. Misalnya, kata makan dan baca pada kalimat

Ketika kami makan dia cuma baca koran saja. Contoh lain adalah makan, baca,

mohon, jemput, mundur, usir, setor.

Secara semantik verba tipe ini pun sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (I) pelakunya adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan yang tidak manusia, dan (3) pelakunya bukan manusia. Laksem baca

dan tulis adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya manusia,

makan dan minum adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya

manusia dan bukan manusia, sedangkan pagut dan patuk adalah verba tindakan yang pelakunya bukan manusia. Sebagai ilustrasi perhatikan kalimat-kalimat berikut yang tidak terterima karena pelakunya secara semantis tidak cocok.

* Kucing itu membaca komik. * Kakak memagut kaki ibu.

b. Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman. Pelaku verba ini adalah sebuah maujud berupa nomina berciri makna bernyawa dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebut oleh verba tersebut serta sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami (secara kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem (me)

naksir dan (men) jawab pada kalimat berikut:

- Dia menaksir harga mobil bekas itu.


(17)

Pada kalimat pertama dia adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan yang juga sekaligus mengalaminya. Hal yang sama terjadi pula pada kalimat kedua : Beliau adalah pelakunya dan yang mengalami tindakan itu.

Yang melakukan tindakan dan yang mengalami tindakan tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Hal ini berupa dua maujud yang berbeda. Perhatikan contoh berikut!

- Pak lurah tanya persoalan itu kepada kami.

Dalam kalimat tersebut Pak lurah adalah pelaku; sedangkan yang mengalami adalah kami.

Contoh lain: bilang, berbicara, membentuk, membujuk, ancam, dan kenal.

c. Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud berupa nomina berciri makna bernyawa dan tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut, sedangkan pemilik (bisa juga tidak pemilikan) juga berupa nomina berciri makna bernyawa. Misalnya kata beli dan bantu dalam kalimat:

- Dika beli mobil dari Pak Fuad. - Pemerintah bantu para petani.

Dalam kedua kalimat Dika dan pemerintah adalah pelaku, sedangkan pak

Fuad dan para petani adalah pemiliknya ( pak Fuad adalah yang tidak memiliki

lagi dan para petani yang memperoleh pemilikan itu). Acapkali pemilik tidak direalisasikan dalam suatu kalimat. Misalnya seperti pada kalimat berikut:

- Dika beli mobil baru.


(18)

d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Artinya tindakan yang dinyatakan oleh verba itu sekaligus “menyatakan” adanya lokasi (baik tempat asal, tempat berada, maupun tempat tujuan). Pelaku tindakan berupa nomina berciri makna bernyawa yang dapat mengalami tindakan itu sendiri maupun tidak. Sedangkan lokasi berupa sebuah frase preposisional. Misalnya kata

pergi dan tiba pada kalimat berikut:

- Nita pergi ke pasar.

- Beliau baru tiba dari Yogyakarta.

Meskipun kehadiran frase ke pasar dan pergi dan tiba itu sendiri jelas “menyarankan” keharusan hadirnya kedua frase tersebut. Tidak sama dengan kehadiran frase di restauran pada kalimat Dia sudah makan di restauran yang mutlak opsional.

Contoh lain: kembali, datang, masuk, pulang, terjun, lari, pindah, jatuh, dan taruh.

e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Misalnya, kata pecah pada kalimat berikut:

- Kaca jendela rumah itu pecah.

Pecah pada kalimat di atas adalah termasuk verba proses, sebab seperti

sudah disebutkan di muka, dapat menjadi jawaban dari pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek?”.

Contoh lain: terbit, jadi, muncul, tenggelam, mulai, longsor, timbul, bangkit, terang, bubar, dan habis.


(19)

Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini ( dan juga verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:

(I) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat, tetapi dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat diberi keterangan “sedang” seperti pada kata sedang tumbuh, sedang terbit, dan sedang turun; tetapi ada pula yang tidak diberi keterangan “sedang’ seperti *sedang pecah, *sedang hancur, dan *sedang luka.

(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saja tetapi ternyata juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyebabkan terjadinya suatu proses. Oleh karena itu, perlu dipertanyakan : Apa bedanya verba proses dengan verba tindakan itu? Pada verba proses subjek mengalami perubahan sesuai dengan pertanyaan “Apakah yang terjadi pada subjek?” Sedangkan pada verba tindakan subjek itu melakukan suatu aksi, suatu tindakan, atau suatu perbuatan, sesuai dengan pertanyaan ”Apakah yang dilakukan subjek?”

(3) Kita sering kali sukar untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX, X, XI, XII). Misalnya verba pecah pada kalimat di atas, kalau diuji dengan pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya adalah subjek itu pecah. Jadi, jelas pecah di sini adalah verba proses. Tetapi kalau diuji dengan pertanyaan “Bagaimana keadaan subjek?” Maka jawabannya adalah subjek itu pecah. Jelas, di sini pecah adalah verba keadaan.


(20)

f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina bernyawa yang mengalami suatu proses perubahan yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem bosan pada kalimat berikut:

- Rupanya kamu sudah bosan padaku.

Pada kalimat di atas, bosan adalah verba proses pengalaman. Sedangkan

kamu adalah maujud yang mengalami proses itu.

Contoh lain: tahan, harap, dan maklum.

g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan. Subjek dalam kalimat yang menggunakan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian memperoleh atau kehilangan (kerugian). Misalnya leksem menang dan kalah pada kalimat berikut:

- PSSI menang 2-0 atas Singapura. - Dia kalah dua juta rupiah.

Menang dan kalah adalah verba proses pemilikan, sedangkan PSSI dan

Dia adalah maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut.

Contoh lain : berlaba, kehilangan, memperoleh dan memiliki.

h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi. Subjek dalam kalimat yang menggunakan verba tipe VIII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi). Misalnya leksem tiba dan terbit pada kalimat berikut:


(21)

- Pesawat itu baru tiba dari Surabaya. - Matahari terbit di ufuk timur.

Leksem tiba dan terbit pada kalimat tersebut adalah verba proses-lokasi, sedangkan leksem pesawat dan matahari adalah maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.

Contoh lain: timbul, terbenam, tenggelam, berangkat, pergi, sampai, jatuh, maju, mundur, hanyut, turun dan naik.

i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan. Subjek dalam kalimat yang menggunakan verba tipe IX berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut. Misalnya leksem diam pada kalimat berikut:

- Adik diam di ruangan sekolah.

Diam pada kalimat di atas adalah verba keadaan, sedangkan leksem

ruangan adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.

Kadang-kadang memang agak sulit untuk membedakan verba keadaan dengan ketegori adjektiva. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatukan kategori ini dalam kelas yang sama (lihat Tampubolon 1979; bandingkan juga dengan Ramlan, 1985, dalam Chaer, 1994:160). Namun, ada juga yang dapat membedakan antara keduanya dengan mengajukan alat uji berupa: kalau adjektiva dapat diimbuhkan prefeks ter- sedangkan verba keadaan tidak dapat (moehono 1988, dalam Chaer, 1994:160). Keterandalan alat uji ini pun masih perlu dipersoalkan sebab kalau prefeks ter- berfungsi dan bernosi sama dengan leksem


(22)

paling, maka contoh yang diberikan tersuka hingga saat ini belum terterima, tetapi bentuk paling suka bisa diterima.

Contoh lain: lekas, diam, dan gemetar.

j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat yang menggunakan verba tipe X ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi. Misalnya tahu pada kalimat berikut: - Kami tahu hidup di kota memang sukar.

Tahu pada kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kalimat

di atas subjek Kami yang mengalami keadaan yang disebut oleh predikat tahu.

Contoh lain: ingat dan mual.

k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan. Subjek dalam kalimat yang menggunakan verba tipe XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu. Misalnya leksem

punya dan ada pada kalimat berikut:

- Ia sudah punya istri. - Dia ada uang lima juta.

Punya dan ada pada kalimat di atas adalah verba keadaan pemilikan. Sedangkan

ia dan dia adalah subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979, dalam Chaer, 1994:161) verba dasar yang menyatakan keadaan pemilikan hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar cukup banyak seperti berhasil, beruntung, berwarna, dan bertubuh.


(23)

l. Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.subjek pada kalimat yang menggunakan verba tipe XII ini adalah nomina yang berada dalam suatu tempat atau lokasi. Misalnya leksem hadir dalam kalimat:

- Pak mentri hadir di sana.

Hadir adalah verba yang menyatakan keadaan lokasi. Pak menteri adalah

subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsur keterangan.

Contoh lain: mengalir, berganti, berhenti,berserakan, bermimpi dan menanjak. Keseluruhan tipe kategori verbal di atas akan digunakan untuk menganalisis kalimat-kalimat tertulis dalam harian Analisa.


(24)

BAB II

KATEGORI VERBA PADA HARIAN ANALISA 2.1 Kategori Verba pada Harian Analisa Edisi April 2008

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Chaer (1995) ada dua belas kategori verba. Maka bentuk-bentuk kategori verba yang terdapat pada harian

Analisa adalah sebagai berikut:

a.Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi.

Contoh:

1) Banyak anak-anak tidak makan hingga meregang nyawa karena ketiadaan makanan untuk mereka.(6 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah makan. Kata makan termasuk kategori verba tipe I. Kata makan adalah verba yang menyatakan tindakan atau perbuatan yakni memasukan sesuatu ke dalam mulut. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

2) Calon-calon yang tidak memenuhi syarat lebih baik mundur dalam pilkada yang berlangsung di daerah-daerah. (4 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah mundur. Kata mundur termasuk kategori verba tipe I. Kata mundur

adalah verba yang menyatakan tindakan atau perbuatan yakni perpindahan tempat ke tempat lain dalam hal ini dari depan ke kebelakang. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.


(25)

b. Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman. Contoh:

3) Jaksa agung membentuk pola 5:3:1 yakni: kejaksaan tinggi diharapkan dalam tiga bulan harus menyelesaikan lima kasus korupsi, kejaksaan negeri sebanyak tiga kasus dan cabang kejaksaan negeri satu kasus. (19 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah membentuk. Kata membentuk termasuk kategori verba tipe II. Kata

membentuk adalah verba yang menyatakan tindakan atau pengalaman yakni

menyusun atau membuat sesuatu menjadi lebih baik. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

4) Pemerintah membujuk masyarakat agar menerima hasil pilgubsu dengan iklas dan jiwa besar.(18 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah membujuk. Kata membujuk termasuk kategori verba tipe II. Kata

membujuk adalah verba yang menyatakan tindakan atau pengalaman yakni usaha

untuk menyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya bahwa yang dikatakanya itu benar. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

5) Pernyataan itu jelas sangat mengganggu ketika mereka berbicara tentang Indonesia terlibat dalam serangan yang nyaris manewaskannya itu. (21 April 2008, hal 28)


(26)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah berbicara. Kata berbicara termasuk kategori verba tipe IX. Kata

berbicara adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni berkata atau

berkomunikasi dengan dua orang atau lebih. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

c. Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benafaktif).

Contoh:

6) Dengan menurunkan suku bunga guna meningkatkan daya beli masyarakat konsumen yang rendah malah menyulut bara inflasi. (9 April 2008, hal 28) Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah beli. Kata beli termasuk kategori verba tipe III. Kata beli adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni memperoleh sesuatu melalui penukaran atau pembayaran dengan uang. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

7) Melesunya pasar keuangan domestik belakangan ini sebagaimana tercermin dalam melorotnya IHSG di BEI minta investor pada SUN seri terakhir akibat sikap investor asing sehubungan dengan membumbungnya harga komuditi-komuditi internasional serta ekspektasi infasi global. (9 April 2008, hal28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah minta. Kata minta termasuk kategori verba tipe III. Kata minta adalah


(27)

verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni berharap sesuatu kepada seseorang atau instansi agar permintaannya dapat dikabulkan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

8) Menjelang proses pemilihan kepala daerah Sumatera Utara yang telah ditetapkan pada 16 April 2008, pemerintah beri kartu pemilih kepada masyarakat. (10 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah beri. Kata beri termasuk kategori verba tipe III. Kata beri adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni menyerahkan atau membagikan sesuatu kepada orang yang akan ditujukan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

9) Pengawalan ketat dapat dilakukan oleh instansi yang memiliki wewenang termasuk lembaga legeslatif. (12 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah dapat. Kata dapat termasuk kategori verba tipe III. Kata dapat adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil yang dimaksudkan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

10) Keadilan iklan silahkan mereka bayar sesuai aturan. (26 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah bayar. Kata bayar termasuk kategori verba tipe III. Kata bayar adalah


(28)

verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benefaktif) yakni memberikan uang untuk menggantikan harga barang yang sudah diterima. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Contoh:

11) Mereka datang ke tempat-tempat kampanye tersebut bukan berarti mereka akan memilih orang yang kampanye itu. (3 April 2008, hal 16) Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah datang. Kata datang termasuk kategori verba tipe IV. Kata datang

adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses tiba di tempat yang dituju. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

12) Rakyat lebih memilih pindah dan memilih membeli barang-barang yang murah tapi kualitasnya sama bagusnya. (9 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah pindah. Kata pindah termasuk kategori verba tipe IV. Kata pindah

adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses beralih atau bertukar tempat ke tempat lain agar mendapatkan hal yang baru. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

13) Stok minyak mingguan terakhir di AS jatuh tajam dari perkiraan, selain faktor asumsi kenaikan permintaan minyak dari China, India dan pasar baru bangkit lainnya. (23 April 2008, hal 16)


(29)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah jatuh. Kata jatuh termasuk kategori verba tipe IV. Kata jatuh adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dalam hal ini dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa disengaja. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

14) Pekan lalu Carter memang telah membuat kejutan terhadap pemerintah AS, Ia masuk ke Timur Tengah mengadakan pertemuan dengan kelompok Hamas. (28 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah masuk. Kata masuk termasuk kategori verba tipe IV. Kata masuk

adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses perjalanan menuju wilayah atau menuju ruangan yang dituju. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

15) Presiden diharapkan merangsang kembali agar investor bergairah untuk berivestasi terutama terkait dalam pembangunan insfrastruktur. (29 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah kembali. Kata kembali termasuk kategori verba tipe IV. Kata kembali

adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat) yakni suatu proses yang diharapkan bisa mengembalikan seperti keadaan semula atau balik ketempat sebelumnya. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.


(30)

e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses. Contoh:

16) Dukungan demi dukungan pasti akan muncul tetapi jangan sampai dukungan itu menciptakan kelompok-kelompok yang saling bersaing untuk menjatuhkan. (3 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah muncul. Kata muncul termasuk kategori verba tipe V. Kata muncul

adalah verba yang menyatakan proses yakni proses untuk menampakan diri agar dapat diketahui oleh orang. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

17) Pilkada khususnya yang akan dilangsungkan mulai pertengahan tahun 2008 ini memasuki era baru. (4 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah mulai. Kata mulai termasuk kategori verba tipe V. Kata mulai adalah verba yang menyatakan proses yakni suatu proses mengawali tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu yang diharapkan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

18) Yang selalu jadi masalah kemudian adalah, siap tidaknya pihak yang kalah menerima kekalahan itu dengan jiwa besar dan lapang dada. (18 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah jadi. Kata jadi termasuk kategori verba tipe V. Kata jadi adalah


(31)

verba yang menyatakan proses yakni suatu tindakan yang dikerjakan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

19) Di masa kepemimpinannya pecah revolusi Islam Iran pimpinan Ayatollah Khomeini, yang dihiasi dengan pendudukan kedubes AS di Taheran. (28 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah pecah. Kata pecah termasuk kategori verba tipe V. Kata pecah adalah verba yang menyatakan proses yakni suatu tindakan yang tidak bersatu lagi,atau tidak kompak lagi yang kemudian menjadi beberapa bagian. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman. Contoh:

20) Kita harap kampanye yang sedang berlangsung di beberapa tempat ini berjalan dengan aman dan kondusif. (13 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah harap. Kata harap termasuk kategori verba tipe VI. Kata harap

adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni memohon atau meminta agar keinginan yang diinginkan dapat terkabul. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

21) Investor terutama asing maklum dengan keadaan daerah tersebut. (18 April 2008, hal 16)


(32)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah maklum. Kata maklum termasuk kategori verba tipe VI. Kata maklum

adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni suatu keadaan yang mengerti dengan kondisi yang sedang terjadi. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan. Contoh:

22) Pemerintah yang sudah memiliki komitmen yang jelas terhadap UKM seharusnya tidak menutup mata. (1 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah memiliki. Kata memiliki termasuk kategori verba tipe VII. Kata

memiliki adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni suatu keadaan

bahwasanya telah mempunyai sesuatu. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

23) Partai pimpinan Mugabe, ZANU PE, telah dipastikan kehilangan suara mayoritasnya diparlemen dan bahkan kursi mereka yang diperoleh kalah dibanding partai PSVangerai. (7 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah kehilangan. Kata kehilangan termasuk kategori verba tipe VII. Kata

kehilangan adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni proses

hilangannya sesuatu yang mengakibatkan tidak memiliki lagi. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.


(33)

24) Langkah Carter berbicara secara resmi dengan Hamas memperoleh

kecaman luas, terutama dari petinggi-petinggi AS. (28 April 2008, hal 28) Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah meperoleh. Kata memperoleh termasuk kategori verba tipe VII. Kata

memperoleh adalah verba yang menyatakan proses pemilikan yakni kegiatan

yang dilakukan untuk nmendapatkan sesuatu yang diharapkan dengan usaha dan kerja keras . Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi. Contoh:

25) Satu lagi diktator dunia turun panggung. (7 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah turun. Kata turun termasuk kategori verba tipe VIII. Kata turun

adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni proses tindakan bergerak ke bawah atau bergerak ke tempat yang lebih rendah dari tempat yang semula . Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

26) Tindakan yang dilakukan pemerintah untuk menangani kasus korupsi baru

sampai pada tingkat hukuman penjara dan denda berupa uang. (13 April

2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah sampai. Kata sampai termasuk kategori verba tipe VIII. Kata sampai

adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni suatu keadaan yang dapat terlaksana atau suatu cita-cita yang diharapkan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.


(34)

27) Naiknya harga BBM menyebabkan timbul masalah baru dalam kalangan masyarakat miskin. (22 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah timbul. Kata timbul termasuk kategori verba tipe VIII. Kata timbul

adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni muncul, naik atau keluar hal yang baru. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

28) Jimmy Carter berangkat ke Timur Tengah mendapat kecaman luas, terutama dari petinggi-petinggi AS maulai dari Menlu hingga sejumlah anggota Kongres. (28 April 2008, hal 16).

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah berangkat. Kata berangkat termasuk kategori verba tipe VIII. Kata

berangkat adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni suatu proses untuk

memulai perjalanan yang akan dituju. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan. Contoh:

29) Krisis global menyebabkan masyarakat kecil gemetar menghadapi kehidupan ini karena pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran. (22 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah gemetar. Kata gemetar termasuk kategori verba tipe IX. Kata gemetar


(35)

karena kedinginan atau ketakutan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

30) Pemimpin yang terpilih seharusnya jangan diam dan menutup mata, mereka harus berpihak kepada masyarakat. (18 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah diam. Kata diam termasuk kategori verba tipe XII. Kata diam adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni tidak bersuara, tidak berbuat apa-apa sehingga kegiatan yang direncanakan tidak membuahkan hasil. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Contoh:

31) Kami tidak tahu apa yang kami hadapi di Irak. (14 April 2008, hal 28) Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah tahu. Kata tahu termasuk kategori verba tipe X. Kata tahu adalah verba yang menyatakan proses lokasi yakni mengerti ketika sudah melihat, menyaksikan dan mengalami. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

32) Jika kita masih ingat akan gebrakan yang dilakukan oleh sekelompok guru yang menamakan dirinya komunitas Air Mata Guru maka peristiwa penangkapan yang dilakukan tim Densus 88 Poldasu terhadap 18 guru


(36)

SMAN2 Lubuk Pakam sebenarnya tidak mengejutkan kita. (25 April 2008, hal 26)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah ingat. Kata ingat termasuk kategori verba tipe VI. Kata ingat adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman yakni berada dalam pikiran yang di mana kita tidak lupa akan masa lalu. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan. Contoh:

33) Dalam keadaan seperti ini seandainya lagi masih ada pembedaan diri, kita tidak bisa berbuat apa-apa.( 11 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah ada. Kata ada termasuk kategori verba tipe XI. Kata ada adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni telah tersedia sesuatu yang dimaksud. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

34) Jika pihak yang kalah, atau kita sebut belum beruntung seluruhnya mau menerima kekalahan yang diperolehnya dengan iklas, maka tidak akan menimbulkan masalah.( 18 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah beruntung. Kata beruntung termasuk kategori verba tipe XI. Kata

beruntung adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni bernasib baik


(37)

35) Misi perdamaian mantan Presiden AS Jimy Carter pekan ini ke Timur Tengah punya keistimewaan tersendiri dibanding misi-misi perdamaian sejenis yang banyak dilakukan tokoh maupun organisasi internasional.(28 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah punya. Kata punya termasuk kategori verba tipe XI. Kata punya

adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni telah memiliki sesuatu. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

36) Ia dianggap sebagai mantan Presiden AS yang paling aktif dan berhasil

dalam misi perdamaian dunia.(28 April 2008, hal 28)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah berhasil. Kata berhasil termasuk kategori verba tipe XI. Kata berhasil

adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan yakni mendatangkan hasil dengan segala usaha yang dilakukan. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

l. . Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi. Contoh:

37) Dalam pemilu kali ini diharapkan hadir pemimpin yang benar-benar mengerti akan hati rakyat kecil.(18 April 2008, hal 16)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah hadir. Kata hadir termasuk kategori verba tipe XII. Kata hadir adalah


(38)

verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni ada, datang sesuatu yang diharapkan itu ada. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

38) Masalah pendidikan khususnya pelaksanbaan UN tidak pernah berhenti

dari kontroversi di republik ini.(25 April 2008, hal 26)

Kalimat di atas mengandung kategori verba. Verba tersebut ditandai dengan pemarkah berhenti. Kata berhenti termasuk kategori verba tipe XII. Kata

berhenti adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi yakni tidak bergerak,

tidak berjalan dan tidak bekerja atau sama sekali tidak melakukan kegiatan apapun. Pelaku verba ini adalah sebuah wujud nomina yang bernyawa.

2.2 Penggunaan Kategori Verba dalam Harian Analisa

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:50) menggunakan rumus sebagai berikut:

Jadi data yang dikumpulkan dalam penggunaan kategori verba adalah sebagai berikut:

a.Tipe I adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 1 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:


(39)

makan : 3 kata mundur :1 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 4 jumlah keseluruhan data = 186

b Tipe II adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 2 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

membentuk : 2 kata membujuk :1 kata berbicara : 5 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 8 jumlah keseluruhan data = 186

c . Tipe III adalah verba yang menyatakan tindakan dan pemilikan (benafaktif). Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 3 yang terdapat pada


(40)

dapat : 36 kata bayar :1 kata beli : 1 kata minta : 2 kata beri : 1 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 41 jumlah keseluruhan data = 186

d. Tipe IV adalah verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat).

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 4 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

jatuh : 1 kata kembali : 2 kata datang : 3 kata masuk : 1 kata pindah : 1 kata

 

keterangan


(41)

jumlah keseluruhan data = 186

 

e. Tipe V adalah verba yang menyatakan proses.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 5 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

muncul : 12 kata jadi : 6 kata pecah : 1 kata mulai : 2 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 21 jumlah keseluruhan data = 186

 

f. Tipe VI adalah verba yang menyatakan proses-pengalaman.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 6 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

harap : 8 kata maklum : 2 kata

 


(42)

jumlah data yang ada = 10 jumlah keseluruhan data = 186

 

g. Tipe VII adalah verba yang menyatakan proses pemilikan.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 7 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

memiliki : 7 kata kehilangan : 3 kata memperoleh : 4 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 14 jumlah keseluruhan data = 186

 

h. Tipe VIII adalah verba yang menyatakan proses-lokasi.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 8 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

turun : 3 kata timbul : 1 kata sampai : 1 kata berangkat : 1 kata


(43)

 

keterangan

jumlah data yang ada = 6 jumlah keseluruhan data = 186

 

i. Tipe IX adalah verba yang menyatakan keadaan.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 9 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

gemetar : 3 kata diam : 8 kata

keterangan

jumlah data yang ada = 11 jumlah keseluruhan data = 186

 

j. Tipe X adalah verba yang menyatakan keadaan pengalaman.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 10 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

tahu : 4 kata ingat : 5 kata


(44)

keterangan

jumlah data yang ada = 9 jumlah keseluruhan data = 186

 

k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 11 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

ada : 42 kata punya : 2 kata berhasil : 1 kata beruntung : 1 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 46 jumlah keseluruhan data = 186

l. Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 12 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:


(45)

hadir : 6 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 8 jumlah keseluruhan data = 186

Tabel.1 Kategori Verba dan Jumlah Verba

No Kategori Verba Jumlah Verba Jumlah Verba (Persen)

1 Tipe I 4 2.15

2 Tipe II 8 4.30

3 Tipe III 41 22.04

4 Tipe IV 8 4.30

5 Tipe V 21 11.29

6 Tipe VI 14 7.53

7 Tipe VII 10 5.38

8 Tipe VIII 6 3.23

9 Tipe IX 11 5.91

10 Tipe X 9 4.84

11 Tipe XI 46 24.73

12 Tipe XI 8 4.30

Jumlah 186 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tipe yang paling banyak digunakan atau yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan yang paling sedikit muncul adalah tipe I.


(46)

(47)

BAB III Simpulan dan Saran 3.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai kategori verba pada harian

Analisa dapat disimpulkan bahwa:

1. Kategori verba pada harian Analisa ada dua belas kategori yaitu: a. tipe I terdiri dari kata makan dan mundur.

b. tipe II terdiri dari kata membentuk,membujuk dan berbicara. c. tipe III terdiri dari kata dapat, bayar, minta, beli dan beri.

d. tipe IV terdiri dari kata jatuh, kembali, datang, masuk dan pindah. e. tipe V terdiri dari kata muncul, jadi, pecah,dan mulai.

f. tipe VI terdiri dari kata harap dan maklum.

g. tipe VII terdiri dari kata memiliki, kehilangan dan memperoleh. h. tipe VIII terdiri dari kata turun, timbul sampai dan berangkat. i. tipe IX terdiri dari kata gemetar dan diam.

j. tipe X terdiri dari kata tahu dan ingat.

k. tipe XI terdiri dari kata ada, punya, berhasil dan beruntung. l. tipe XII terdiri dari kata berhenti dan hadir.

2. Penggunaan kategori verba pada harian Analisa terbitan April 2008 cukup banyak, dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling


(48)

banyak digunakan atau yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I.

3.2 Saran

Penulis berharap pihak yang terlibat langsung termasuk pers dalam menyampaikan suatu informasi kepada masyarakat itu harus memperhatikan dengan baik bahasa yang digunakan. Secara tidak langsung surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan pers haruslah bahasa yang baik dan terpelihara agar memberikan pengaruh yang baik terhadap masyarakat. Pers diharapkan dapat memperhatikan penggunaan kata-kata dengan baik dan tepat guna pembinaan berbahasa dalam masyarakat.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia. Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga

University Press.

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Suterisno. 2000. Metodologi Researct. Yogyakarta: Andi.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Bagi pengembangan peneklitian Interdisipliner Bidang Filsafat, sosial, budaya, semiotika,

sastra, hukum dan seni. Yogyakarta: Paradigma.

Muclich, M. 1993. Metode Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Nainggolan, Tetty Hariani. 2006 “Verba Tindak Tutur dalam Bahasa Simalungun.” Medan: Fakultas Sastra USU.

Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

... 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ritonga, Parlaungan dkk. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Medan: Bartong Jaya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sujana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.


(1)

keterangan

jumlah data yang ada = 9 jumlah keseluruhan data = 186

 

k. Tipe XI adalah verba yang menyatakan keadaan-pemilikan.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 11 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:

ada : 42 kata punya : 2 kata berhasil : 1 kata beruntung : 1 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 46 jumlah keseluruhan data = 186

l. Tipe XII adalah verba yang menyatakan keadaan-lokasi.

Dari data yang diperoleh, penggunaan kategori verba tipe 12 yang terdapat pada harian Analisa atara lain:


(2)

hadir : 6 kata

 

keterangan

jumlah data yang ada = 8 jumlah keseluruhan data = 186

Tabel.1 Kategori Verba dan Jumlah Verba

No Kategori Verba Jumlah Verba Jumlah Verba (Persen)

1 Tipe I 4 2.15

2 Tipe II 8 4.30

3 Tipe III 41 22.04

4 Tipe IV 8 4.30

5 Tipe V 21 11.29

6 Tipe VI 14 7.53

7 Tipe VII 10 5.38

8 Tipe VIII 6 3.23

9 Tipe IX 11 5.91

10 Tipe X 9 4.84

11 Tipe XI 46 24.73

12 Tipe XI 8 4.30


(3)

(4)

BAB III Simpulan dan Saran 3.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai kategori verba pada harian Analisa dapat disimpulkan bahwa:

1. Kategori verba pada harian Analisa ada dua belas kategori yaitu: a. tipe I terdiri dari kata makan dan mundur.

b. tipe II terdiri dari kata membentuk,membujuk dan berbicara. c. tipe III terdiri dari kata dapat, bayar, minta, beli dan beri.

d. tipe IV terdiri dari kata jatuh, kembali, datang, masuk dan pindah. e. tipe V terdiri dari kata muncul, jadi, pecah,dan mulai.

f. tipe VI terdiri dari kata harap dan maklum.

g. tipe VII terdiri dari kata memiliki, kehilangan dan memperoleh. h. tipe VIII terdiri dari kata turun, timbul sampai dan berangkat. i. tipe IX terdiri dari kata gemetar dan diam.

j. tipe X terdiri dari kata tahu dan ingat.

k. tipe XI terdiri dari kata ada, punya, berhasil dan beruntung. l. tipe XII terdiri dari kata berhenti dan hadir.


(5)

banyak digunakan atau yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I.

3.2 Saran

Penulis berharap pihak yang terlibat langsung termasuk pers dalam menyampaikan suatu informasi kepada masyarakat itu harus memperhatikan dengan baik bahasa yang digunakan. Secara tidak langsung surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan pers haruslah bahasa yang baik dan terpelihara agar memberikan pengaruh yang baik terhadap masyarakat. Pers diharapkan dapat memperhatikan penggunaan kata-kata dengan baik dan tepat guna pembinaan berbahasa dalam masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia. Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga

University Press.

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Suterisno. 2000. Metodologi Researct. Yogyakarta: Andi.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Bagi pengembangan peneklitian Interdisipliner Bidang Filsafat, sosial, budaya, semiotika, sastra, hukum dan seni. Yogyakarta: Paradigma.

Muclich, M. 1993. Metode Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Nainggolan, Tetty Hariani. 2006 “Verba Tindak Tutur dalam Bahasa Simalungun.” Medan: Fakultas Sastra USU.

Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

... 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ritonga, Parlaungan dkk. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Medan: Bartong Jaya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.