Kutipan tajuk rencana tersebut membahas tentang . . .
a. Masyarakat Lembata berbeda dengan
masyarakat Jakarta. b. Kehidupan masyarakat Lembata tidak
jauh berbeda dengan kehidupan masya- rakat Jakarta.
c. Masyarakat Lembata ingin hidup seperti
masyarakat Jakarta. d. Masyarakat Lembata hidup dalam
kebersahajaan dan lingkungan yang keras.
e. Masyarakat Lembata ingin hidup yang
lebih layak. 17. Kalimat yang digunakan untuk menyampai-
kan gagasan . . . a.
Kami tidak menyembuhkan penyakit, tetapi membantu pasien mencapai
kondisi maksimal. b. Saat ini chiropractic telah diakui sebagai
salah satu metode pengobatan. c.
Pada fase awal, biasanya tulang belakang berada tidak pada tempatnya.
d. Mereka mendapat bekal pelajaran anatomi dan fisiologi, minus farmakologi
dan ilmu bedah. e.
Chiropractic memang mengandalkan ”tangan ajaib”, tanpa obat dan operasi.
18. Kata tadi yang tidak ditempatkan dengan
benar adalah . . . a.
Tadi pagi Kakek Jayeng pergi ke kantor pos.
b. Kakek Jayeng pergi ke kantor pos tadi pagi.
c. Kakek Jayeng tadi pagi pergi ke kantor
pos. d. Kakek Jayeng pagi tadi pergi ke kantor
pos. e.
Kakek Jayeng pergi ke tadi pagi kantor pos.
19. Penulisan kata bercetak tebal pada kalimat-
kalimat berikut benar, kecuali . . . a.
Pertikaian antarsuku bangsa akan melemahkan bangsa dan negara.
b. Dalam kejuaraan itu terjadi persaingan
antarSMA .
c. Bus antarkota yang saya tumpangi
terkena razia polisi. d. Terjadi pengumpulan nilai yang susul-
menyusul antarpeserta.
e. Perdebatan yang terjadi antaranggota
koperasi sudah dapat diatasi. 20. Ungkapan yang berarti menjadi terkenal
terdapat dalam kalimat . . . a.
Karena keramahannya, Mila menjadi buah bibir di antara para tetangganya.
b. Setiap ada permasalahan, selalu Pak Jo yang jadi kambing hitam.
c. Setibanya di rumah, Herna naik pitam
melihat anak-anaknya mengacak-acak tanamannya.
d. Tak disangka tak diduga karier si bungsu sedang naik daun.
e. Lihatlah, dewi malam tersenyum kepada
kita 21. Perhatikan petikan drama berikut
099.Nenek : ”Kurang ajar banget engkau.” 100.Lelaki : ”Oo tidak, sama sekali tidak.
Aku tidak kurang ajar. Engkau belum menjawab teka-tekiku
bukan . . . .” 101.Nenek : ”Aku butuh waktu agak
banyak untuk menjawab teka- teki itu. Kuakui, engkau mem-
peroleh banyak kemajuan. Tetapi sekarang dengarkan
teka-tekiku yang baru.”
102.Lelaki : ”Untuk apa aku mendengar- kan teka-tekimu? Engkau saja
belum bisa menjawab teka- tekiku.”
103.Nenek : ”Oo, jadi engkau sudah sadar bahwa engkau tak bakal
menang melawanku berteka- teki?”
104.Lelaki : ”Itu kelicikanmu. Lalu untuk apa? Untuk mengundurkan
lagi jatuh temponya utang anakmu? Enak saja kau kira
aku tak butuh uang? Biarpun mungkin aku lebih mem-
punyai uang daripada kalian, tetapi kebutuhanku pun lebih
banyak. Aku sudah tidak mungkin lepas dari kungkungan
kebiasaanku, kungkungan kebutuhan-kebutuhanku. Aku
butuh lebih banyak uang daripada yang kalian butuh-
kan. Apalagi sekarang ini apa- apa mahal. Kau bilang bukan
kemarin dulu, inflasi melaju keras, meskipun tidak secara
resmi diumumkan. Semua
orang, seluruh penduduk kan merasakan, uang kini tak ada
harganya. Kalau itu bukan karena inflasi, lalu karena apa?
Kapan kau bayar utang anak- mu?”
Petikan percakapan drama tersebut yang menyatakan watak pelakunya adalah per-
cakapan nomor . . . . a.
100 d. 103
b. 101 e.
104 c
102 22. Berikut ini yang merupakan contoh drama
tragedi adalah . . . . a.
Si Kabayan b. Drama Romeo dan Juliet
c. sinetron Bajaj Bajuri
d. Ketoprak Humor e.
film Ada Apa dengan Cinta 23. Tersebutlah pula perkataan Indera
Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia
masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa.
Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan
sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja
Kabir itu takluk kepada Bureksa dan harus membayar upeti. Kalau tiada demikian,
negeri itu akan dibinasakan oleh Bureksa. Ditambahkan bahwa Raja Kabir sudah men-
canangkan barang siapa yang dapat membunuh Bureksa itu akan dinikahkan
dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. . . . .
Sumber: Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 1, Liaw Yock Fang,
Erlangga 1991
Latar tempat hikayat tersebut . . . . a.
tempat tinggal raksasa b. istana Bureksa
c. hutan yang lebat
d. istana Raja Kabir e.
negeri Antah Berantah 24. Bacalah penggalan cerpen di bawah ini
. . . . ”Aku tidak menyuruhmu bersiap-siap.
Aku cuma kepingin anak-anak Ibu menjalani hidup yang lurus-lurus saja. Tidak usahlah
mencoba yang aneh-aneh. Sekalinya terpeleset susah kamu bangkit. Sekalinya
bangkit jalan kamu pincang. Ibu tidak mau hidup kamu pincang.”
. . . .
Dikutip dari: ”Ibu Memintaku Segera Pulang” dalam Parmin Kumpulan Cerpen
Jujur Prananto, Kompas, 2002
Watak tokoh Ibu dalam penggalan cerpen tersebut . . . .
a. penuntut
b. pemarah c.
bijaksana d. suka memerintah
e. suka menyindir
25. Bacalah penggalan cerpen di bawah ini Pagi buta tiba di sekolah, bukannya hirup
udara segar, mata Cindy malah dipaksa membola. Bukan karena masih gelap hingga
nggak bisa melihat dengan senteran mata biasa. Sesosok makhluk aneh melintas di
koridor sekolah, cepat bagai kilat Cindy cepat memburu langkah sosok itu.
”Jangan-jangan bukan manusia biasa,” batin Cindy saat mendapatkan ruang kelas
kosong. Padahal matanya melihat dengan jelas, sosok yang aneh di matanya itu, masuk
di kelas III IPA.
”Kalau bukan manusia, kenapa juga pakai seragam sekolah?” batinnya lagi.
. . . .
Dikutip dari: ”Si Kribo”, karya La Bidu Taking dalam Majalah Aneka
Yess
Latar suasana penggalan cerpen tersebut adalah . . . .
a. menegangkan
b. menggelikan c.
mengecewakan d. menggembirakan
e. mencemaskan
26. Penggalan cerpen di bawah ini mengguna-
kan sudut pandang persona ketiga, kecuali . . .
a. Asnawi benar-benar tersesat ke
daerah yang belum pernah dia datangi, padahal malam begitu gelap dan hujan
turun deras sekali. Bila kilat menyala terang, maka dalam sekejap dua jalan
yang tampak ialah permukiman pen- duduk di kiri-kanan jalan yang sepertinya
tak berpenghuni. . . . .
b. ”Selamat siang, Pak.”
”Selamat siang.” Berli menunjukkan boarding-pass-nya pada pramugari
berseragam biru-hijau itu yang kemudian mengantarkannya ke tempat duduk di
kelas eksekutif. Ia bernapas lega. Hampir saya terlambat . . . .
c. Oh . . . Memori, apa yang sebenarnya
sedang terjadi. Apakah aku sedang jatuh cinta? Ah, rasanya terlalu cepat bagiku
untuk mengatakan perasaan ini, cinta. Aku rasa, aku hanya kagum kepadanya
atau mungkin aku merasa kesepian. . . . .
d. Bintik-bintik keringat pada jidatnya
begitu cepat membesar, menyatu satu sama lain membentuk butir keringat yang
lebih besar lagi dan menetes ke bawah lewat pipi, dagu, lalu bergabung dengan
yang sudah lebih dulu ada di leher untuk bersama-sama membanjir ke bawah,
membasahi baju lengan panjang buatan Italia berharga dua ratus ribu itu.
. . . .
e. ”Tentu dia yang datang,” pikir Sartono.
Paling tidak suara knalpot itu sudah membedakan mobil Putty dengan yang
lain. . . . .
27. Dalam drama atau karya sastra lainnya, tokoh pendukung cerita disebut dengan istilah
tokoh . . . . a.
protagonis d. utama
b. antagonis e.
pembantu c.
tritagonis 28. Contoh paragraf induktif . . .
a. Pembuat peta tak ubahnya seorang
antropolog. Setidaknya, mereka harus tahu adat istiadat masyarakat lokal,
tempat mereka melakukan survei lapangan. Sebelum masuk ke lokasi,
mereka harus bertemu terlebih dahulu dengan pemuka masyarakat, memapar-
kan program, dan memakai pemandu setempat untuk memperlancar tugas jika
tidak ingin mendapat masalah saat bekerja.
b. Takkan pernah ada peta modern
seperti yang kita kenal sekarang tanpa rintisan penjelajah dan peneliti alam.
Mereka rela melakukan perjalanan ke wilayah asing dan mencatat letak
daratan. Meskipun kini teknologi sudah serba digital, membuat peta tetap bukan
pekerjaan mudah.
c. Saat mengikuti proyek pemetaan di
perbatasan Indonesia–Malaysia dan Indonesia–Papua Nugini, misalnya,
Rudolf W. Matindas 54, kini kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional Bakosurtanal, harus bertahan selama tiga bulan di lapangan. Lintah dan
nyamuk menjadi teman keseharian. Sikap hati-hati–menjauhi sarang ular,
misalnya–diutamakan. Oleh karena itu, daya tahan tubuh tinggi juga dibutuhkan
oleh para pembuat peta.
d. Apa yang dialami Rudolf, Abdul
Hakim, maupun Triyono tentu berbeda dengan para pendahulunya. Perintis
pembuatan peta lebih mengandalkan se- mangat, keberanian, pengetahuan, dan
peralatan navigasi terbatas: jangka, sketsa, dan kompas.
e. Tahap ketiga, kartografi–membuat
persiapan cetak. Lambang dan warna dibuat lebih detail–apakah merah perlu
dipertebal atau biru dipertipis. Terakhir, memberi nama lokasi, koordinat, dan info
tambahan lain.
29. Berikut ini adalah paragraf deduktif, kecuali