Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Kecil (Kasus Pada Etnis Batak Toba di Daerah Asa

Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Kecil
(Kasus Pada Etnis Batak Toba di Daerah Asal dan Perantauan)
Dayana
Program Pasca Sarjana
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK
Dayana, Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Kecil, Kasus
Pada Etnis Batak Toba di Daerah Asal dan Perantauan (Dibawah bimbingan Margono
Slamet, sebagai ketua, Prabowo Tjitropranoto, dan Richard W.E. Lumintang, sebagai
anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui persepsi PUS tentang Keluarga
Kecil di daerah asal maupun di daerah perantauan, (2) mengetahui faktor kharakteristik
personal (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat ekonomi keluarga, lama berkeluarga,
dan kekosmopolitan), dan faktor kharakteristik situasional (keterikatan terhadap adat
istiadat, dan interaksi dengan kelompok informal etnis Batak Toba) yang berhubungan
dengan persepsi tentang Keluarga Kecil di daerah asal maupun di daerah perantauan.
Pengumpulan data dilaksanakan di Kecamatan Lumban Julu (daerah asal) dan
Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan (daerah perantauan) di Propinsi Sumatera
Utara sejak bulan Juni hingga Juli 1998. Penentuan sampel area dan sampel individu

dilakukan dengan metode disproporsionate stratified random sampling, yakni 3 desa di
daerah asal dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang, dan 2 kelurahan di daerah
perantauan dengan jumlah sampel yang sama. Kriteria sampel individu adalah Pasangan
Usia Subur yakni pasangan yang istrinya berusia 15-49 tahun, etnis Batak Toba, dan telah
berdomisili minimal 5 tahun di daerah penelitian. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji komparatif Man Whitney U Test dan uji korelasi peringkat Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kharakteristik responden ialah : umur
responden di daerah asal berkisar 25 hingga 54 tahun dengan rata-rata 39 tahun sebagian
besar (60%) tergolong pada kategori umur dewasa (21-40 tahun), dan responden di
daerah perantauan berkisar umur 29 hingga 55 tahun dengan rata-rata umur 40 tahun dan
sebagian besar (52,50%) tergolong pada kategori yang sama dengan responden di daerah
asal. Tingkat pendidikan formal responden di daerah asal sebagian besar (60%) tergolong
SLTP, sedangkan responden di daerah perantauan sebagian besar (50%) tergolong pada
tingkat pendidikan PT/Akademi. Tingkat ekonomi keluarga responden di daerah asal
sebagian besar (60%) tergolong pada kategori tingkat ekonomi tidak cukup, sedangkan
sebagian besar responden (50%) di daerah perantauan tergolong cukup. Lama
berkeluarga yang menggambarkan tentang tinggi-rendahnya pengalaman berkeluarga,
sebagian besar (52,50%) responden di daerah asal tergolong pada kategori rendah dan
sebagian besar (42,50%) responden di daerah perantauan tergolong pada kategori sedang,
dengan masing-masing rata-rata 11 tahun dan 12 tahun. Tingkat kekosmopolitan seluruh

responden di daerah asal tergolong lokalit, sedangkan responden di daerah perantauan
sebagian besar (65%) agak kosmopolit. Tingkat keterikatan terhadap adat istiadat

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

1

sebagian besar (55%) responden di daerah asal tergolong pada kategori terikat sedangkan
di daerah perantauan sebagian besar (72,50%) agak terikat. Tingkat interaksi dengan
kelompok informal etnis Batak Toba yang dilakukan oleh responden di daerah asal
sebagian besar (67,50%) tergolong pada kategori rendah, sedangkan responden di daerah
perantauan sebagian besar (60%) tergolong pada kategori sedang.
Persepsi tentang Keluarga Kecil meliputi aspek : (1) Usia Kawin, (2) Usia
Melahirkan, (3) Jumlah Anak, (4) Jenis Kelamin Anak, (5) Jarak Antar
Kehamilan/Kelahiran Anak. Persepsi responden tentang Keluarga Kecil (total) di daerah
asal dan perantauan berbeda sangat nyata pada P < 0,0001 terutama pada usia melahirkan
dan jarak antar kehamilan, yakni responden di daerah asal memberikan persepsi yang
tergolong pada kategori jelek dan di daerah perantauan kurang baik. Hal ini berarti bahwa
program KB khususnya Keluarga Kecil yang telah diperkenalkan oleh pemerintah sejak
tahun 1970 belum sepenuhnya dapat diterima oleh responden di daerah asal maupun

perantauan. Kenyataan ini mengindikasikan masih perlunya upaya untuk menyamakan
persepsi antara pemerintah (BKKBN) dengan masyarakat melalui upaya penyuluhan
yang lebih intensif tentang kesehatan reproduksi dan pandangan terhadap adat istiadat
yang tidak mendukung pembangunan Keluarga Kecil tersebut. Secara rinci, perbedaan
dan kesamaan persepsi responden tentang Keluarga Kecil yang meliputi ke 5 aspek
tersebut dapat diketahui sebagai berikut : (1) Usia Kawin : wanita minimal 20 tahun, dan
pria 25 tahun. Rata-rata responden di daerah asal dan perantauan memberikan persepsi
yang tidak berbeda nyata (P = 0,8916), yakni sama-sama tergolong pada kategori baik
dengan alasan yang berbeda. Di daerah perantauan didasarkan pada pertimbangan
kesiapan phisik, mental dan ekonomi, sedangkan responden di daerah asal lebih
menekankan pada kesiapan ekonomi. Keadaan ini menunjukkan masih perlunya upaya
penyuluhan untuk meletakkan dasar yang kokoh dengan memberikan pengertian yang
lebih luas terhadap keputusan yang diambil tentang usia kawin tersebut. (2) Usia
Melahirkan : anak pertama, minimal 20 tahun dan anak terakhir maksimal 30 tahun. Bila
perkawinan berlangsung saat istri berusia kurang dari 20 tahun maka diharapkan
kesadaran kedua pasangan tersebut agar bersedia menunda kelahiran anak pertama
mereka sampai si istri berusia minimal 20 tahun. Persepsi pada usia melahirkan ini
berbeda sangat nyata (P < 0,0001), yakni seluruh responden di daerah asal tergolong jelek
sedangkan di daerah perantauan kurang baik. Alasan responden di daerah asal juga
menunjukkan masih kurangnya pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak, disamping

masih kuatnya pengaruh adat istiadat dan memberikan pendapat bahwa kelahiran anak
pertama tidak perlu ditunda-tunda karena anak pertama merupakan anak yang dinantinantikan oleh seluruh keluarga berapapun usia istri ketika melangsungkan penikahan. Hal
ini disebabkan adat istiadat masyarakat Batak Toba yang menekankan agar sepasang
pengantin segera memiliki keturunan. Responden di daerah perantauan yang memberikan
persepsi baik pada usia kawin wanita minimal 20 tahun karena menganggap pada usia
tersebut wanita telah siap untuk melahirkan anak (anak pertama) memberikan persepsi
yang baik pada usia melahirkan anak pertama, namun ketika diperhadapkan dengan
kesediaan untuk menunda kelahiran anak pertama sampai si istri minimal berusia 20
tahun juga memberikan persepsi dan pendapat yang sama dengan responden di daerah
asal disebabkan pengaruh adat istiadat yang lebih kuat. Usia melahirkan anak terakhir,
responden di daerah asal maupun di daerah perantauan sama-sama memberikan persepsi
yang jelek dengan alasan yang sama bahwa pada usia tersebut masih sangat muda

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

2

(produktif) untuk berhenti melahirkan. Kenyataan ini menunjukkan masih perlunya upaya
penyuluhan pada kedua kelompok responden tersebut tentang kesehatan ibu dan anak,
dan merubah pandangan masyarakat terhadap adat istiadat yang selama ini tidak

mendukung pembangunan Keluarga Kecil. (3) Jumlah dan Jenis Kelamin Anak: dua
orang anak, laki-laki atau perempuan sama saja. Rata-rata responden di daerah asal dan
perantauan memberikan persepsi yang tidak berbeda nyata (P = 0,6492 dan 0,3173),
yakni sama-sama tergolong pada kategori jelek terhadap ketentuan jumlah anak dan jenis
kelamin anak tersebut. Persepsi tentang jumlah dan jenis kelamin anak tidak dapat
dipisahkan, baik bagi responden di daerah asal maupun di daerah perantauan disebabkan
kelengkapan anak (berdasarkan jenis kelamin anak) menentukan jumlah anak yang
diinginkan. Alasan kedua kelompok responden tentang jumtah dan jenis kelamin anak ini
terlihat sama yakni bertentangan dengan adat istiadat yang memberikan nilai yang tinggi
pada anak banyak dan pentingnya anak laki-laki sebagai penerus marga (keturunan) dan
jaminan hidup dihari tua. Kenyataan ini jelas memerlukan upaya penyuluhan guna
merubah pandangan terhadap adat istiadat masyarakat yang menjadi penghambat
terjadinya perubahan yang diharapkan. (4) Jarak antar kehamilan/kelahiran anak yang
ideal minimal 3 tahun. Rata-rata responden di daerah asal memberikan persepsi yang
berbeda sangat nyata (P < 0,0001) dengan responden di daerah perantauan, yakni
responden di daerah asal memberikan persepsi yang tergolong pada kategori jelek
sedangkan di daerah perantauan tergolong baik. Alasan yang diberikan oleh responden di
daerah asal menunjukkan masih kurangnya pengertian tentang pertimbangan kesehatan
ibu dan anak sebagai dasar dari ketentuan tentang jarak kehamilan/kelahiran anak ini,
yang masih memerlukan upaya penyuluhan tentang kesehatan ibu dan anak yang

dilahirkannya.
Faktor kharakteristik personal dan kharakteristik situasional yang berhubungan
nyata dengan persepsi responden tentang Keluarga Kecil di daerah asal adalah umur,
tingkat pendidikan formal, dan keterikatan terhadap adat istiadat. Faktor umur responden
di daerah asal berhubungan nyata pada taraf kepercayaan 95 persen (-0,3527), yang
berarti semakin muda umur responden semakin baik persepsinya tentang Keluarga Kecil,
sebaliknya, semakin tua semakin jelek persepsinya tentang Keluarga Kecil. Faktor tingkat
pendidikan formal menunjukkan hubungan yang sangat nyata pada taraf kepercayaan 99
persen (0,5024), yang berarti semakin tinggi pendidikan responden semakin baik
persepsinya tentang Keluarga Kecil, demikian sebaliknya. Keterikatan terhadap adat
istiadat berhubungan sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen (-0,7113), yang
berarti semakin terikat terhadap adat istiadat semakin jelek persepsinya terhadap
Keluarga Kecil, demikian sebaliknya. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
persepsi responden di daerah perantauan adalah umur, tingkat pendidikan formal, tingkat
ekonomi keluarga, lama berkeluarga, kekosmopolitan, dan keterikatan terhadap adat
istiadat. Umur respoden di daerah perantauan berhubungan sangat nyata pada taraf
kepercayaan 99 persen (-0,6575), yang berarti semakin muda umur responden di daerah
ini semakin baik persepsinya tentang Keluarga Kecil, demikian sebaliknya. Tingkat
pendidikan formal berhubungan sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen (0,7193)
yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik persepsinya terhadap

Keluarga Kecil, demikian sebaliknya. Tingkat ekonomi keluarga berhubungan nyata pada
taraf kepercayaan 95 persen (0,3893) yang berarti semakin baik tingkat ekonomi keluarga
semakin baik persepsinya tentang Keluarga Kecil. Lama berkeluarga yang

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

3

menggambarkan tingkat pengalaman berkeluarga yang dimiliki oleh responden
berhubungan sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen (-0,6081) yang berarti bahwa
semakin rendah pengalaman berkeluarganya semakin baik persepsinya tentang Keluarga
Kecil, demikian sebaliknya. Tingkat kekosmopolitan berhubungan nyata pada taraf
kepercayaan 95 persen (0,3778), yang berarti semakin kosmopolit responden semakin
baik persepsinya tentang Keluarga Kecil, demikian sebaliknya. Keterikatan terhadap adat
istiadat berhubungan sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen (-0,6668), yang
berarti bahwa semakin terikat responden terhadap adat istiadat semakin jelek persepsinya
tentang Keluarga Kecil, demikian sebaliknya.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara


4

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Determinan Tingginya Permintaan Sterilisasi (MOW) Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

0 35 57

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Kecil (Kasus Pada Etnis...

0 18 5

Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Kecil (Kasus Pada Etnis Batak Toba di Daerah Asa

0 19 4

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

19 130 148

Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kesertaan KB Baru Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember

0 6 19

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012

0 0 19