Drugs Research And Development

(1)

DRUGS RESEARCH AND DEVELOPMENT

Oleh

MAYA SAVIRA

197611192003122001

DEPARTEMEN FISIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

Sejak zaman prasejarah pengobatan telah digunakan untuk menyembuhkan penyakit pada manusia dan hewan. Manusia zaman itu mengenal manfaat maupun efek toksik dari berbagai macam bahan yang berasal dari tanaman atau hewan. Beberapa bahan tersebut masih dikenal sampai saat ini sebagai obat yang bermanfaat, namun sebagian besar lagi justru tidak bermanfaat atau bahkan dianggap benar benar berbahaya.1

Kebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tumbuhan. Dengan cara mencoba-coba orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini diketahui secara turun temurun kemudian disimpan dan dikembangkan.2

Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai anti penyakit, adapula yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu sihir, kosmetika, atau racun untuk membunuh musuh.2


(3)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah 1

Menjelang akhir abad ke-17, penyusunan teori dalam ilmu pengobatan mulai didasarkan pada hasil observasi dan eksperimen. Ketika nilai metode dalam kajian penyakit ini menjadi semakin jelas maka para dokter di inggris dan di eropa mulai menerapkan metode tersebut terhadap efek obat tradisional yang digunakan dalam praktek mereka. Oleh sebab itu material medika atau ilmu tentang penyediaan dan penggunaan obat dalam dunia kedokteran mulai berkembang sebagai pelopor ilmu farmakologi.

Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 Francois Magendie dan Claude Bernard, mahasiswanya mulai mengembangkan metode fisiologi dan farmakologi hewan percobaan. Kemajuan ilmu kimia dan fisiologi menjadi dasar utama perlunya pemahaman tentang kerja obat pada tingkat organ dan jaringan.

Ironisnya kemajuan nyata dalam farmakologi dasar selama abad ke-19juga diikuti olehledakan promosi yang tidak ilmiah oleh pabrik dan pemasar obat paten yang tidak bermutu.

Baru setelah konsep terapetik rasional khususnya tentang uji klinis terkontrol dikenalkan kembali dalam dunia pengobatan sekitar 50 tahun yang lalu dimungkinkan untuk mengevaluasi tuntutan terapeutik secara akurat.

Ekstensi besar besaran upaya riset untuk semua bidang ilmu biologi juga dimulai sekitar 50 tahun yang lalu dengan dikenalkannya konsep dan teknik baru maka terjadi akumulasi informasi tentang kerja obat dan substrat biologis dari kerja obat tersebut yaitu reseptor. Banyak kelompok obat baru dan anggota baru dari kelompok obat lama diperkenalkan selama jangka waktu setengah abad ini.

Pesatnya perkembangan informasi dan pemahaman dasar molekuler kerja obat tampak jelas pada akhir tiga decade ini. Mekanisme kerja molekuler dari sekian banyak obat telah diidentifikasi dan banyak sekali reseptor yang diisolasi, dibedakan secara structural dan dikloning.

Sayang sekali, masyarakat konsumen obat belum mendapat perlindungan yang memadai disebabkan banyaknya informasi yang tidak akurat, tidak lengkap,


(4)

atau tidak ilmiah sehubungan dengan efek farmakologi sehingga menyebabkan adanya kecenderungan untuk memakai banyak sekali obat yang mahal, tidak efektif, dan kadang kadang membahayakan.

Tidak adanya cara berfikir kritis tentang masalah kesehatan masyarakat menyebabkan beberapa kelompok masyarakat menolak pengetahuan medik dan cenderung beranggapan bahwa semua efek obat yang tidak diinginkan adalah akibat malpraktek.

Tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan obat:3 Claudius Galen (129-200 A.D.)

Pertama kali memberikan teori yang menjadi latar belakang farmakologi.

Baik teori maupun percobaan memiliki kontribusi dalam penggunaan obat secara rasional hal ini didapat melalui interpretasi dari hasil observasi dan eksperimen.

“The empiricists say that all is found by experience. We, however, maintain that it is found in part by experience, inpart by theory. Neither experience nor theory alone is apt to discover all.”

Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 A.D.)

Disebut Paracelcus, mulai mempertanyakan doktrin dari zaman kuno, mencoba pengetahuan tentang bahan bahan aktif untuk mengobati, sementara itu juga menolak campuran yang tidak rasional dalam obat obatan. Dia menemukan bahan bahan kimia yang sukses digunakan oleh musuh musuh sebagai racun.

“If you want to explain any poison properly, what then isn’t a poison? All things are poisons noting is without poison ; the dose alone causes a thing not to be poison.”

Johann Jakob Wepfer (1620-1695)

Adalah yang pertama mebuktikan pernyataan mengenai efek farmakologi atau toksikologi dengan menggunakan binatang percobaan.


(5)

Rudolf Buchheim (1820-1879)

Mendirikan institute farmakologi pertama di University of Dorpat (Tartu, Estonia) pada tahun 1847, dengan farmakologi sebagai disiplin ilmu yang independen. Dia berjuang untuk menjelaskan bahan bahan kimia yang terkandung didalam obat obatan.

“The science of medicines is theoretical, i.e., explanatory, one. It is to provide us with knowledge by which our judgement about the utility of medicines can be validated at the bedside.

Oswald Schmiedeberg (1838-1921)

Membantu membangun reputasi farmakologi. Konsep dasarnya seperti hubungan aktifitas dan struktur obat, reseptor obat, dan efek toksik yang muncul sebagai akibat kerja obat.

2.2 Obat dan Perinsip aktifnya 3

Sampai dengan akhir abad ke-19, obat obatan dibuat dari produk organik dan anorganik baik itu yang dikeringkan maupun yang segar, baik itu dari tumbuhan ataupun bagian dari tumbuhan yang mungkin mengandung bahan bahan yang bersifat menyembuhkan atau bahan bahan yang menyebabkan efek toksik.

Dalam rangka untuk melindungi persedian produk yang berguna sebagai obat, tumbuhan diawetkan dengan cara dikeringkan atau dimasukkan ke dalam minyak sayuran atau alcohol. Mengeringkan tumbuhan atau sayuran atau produk dari hewan akan menghasilkan obat = drug yang sebenarnya diambil dari bahasa perancis “drogue” = tumbuhan kering. Pada saat ini hal ini sering dilakukan pada bahan bahan kimia dengan potensi tinggi akan ketergantungan fisik dan penyalahgunaan. Secara ilmiah hal ini tidak mempengaruhi efek dari obat.

Memasukan tumbuhan atau bagian dari tumbuhan ke dalam alcohol akan menyebabkan terbentuknya tincture. Dalam proses ini bahan aktif dari tumbuhan tersebut secara farmakologi diekstraksikan oleh alcohol. Tincture tidak mengandung spectrum yang lengkap dari bahan bahan yang terdapat pada tumbuhan.

Pada tincture opium komposisinya terdiri dari alkaloid begitu juga morfin, kodein, narkotin, papaverin dan yang sejenisnya.


(6)

Penggunaan produk alami atau ekstrak untuk mengobati penyakit biasanya melibatkan berbagai macam bahan yang kemungkinan memilki aktifitas yang berbeda dalam proses pengobatannya. Lebih lanjut dosis yang diberikan kepada setiap orang memiliki variasi yang bermacam macam tergantung kepada biotipe dari produk, masa panen, atau keadaan dan lamanya penyimpanan.

Dimulai dengan ekstraksi morfin dari opium pada tahun 1804 oleh F.W Serturner (1783-1841) prinsip aktif dari bahan alami yang lain diisolasi dalam bentuk kimiawi murni oleh laboratorium farmasi.


(7)

Tujuan dari isolasi prinsip aktif ini adalah : 1. mengidentifikasi bahan aktifnya

2. menganalisa efek biologi (farmakodinamik) dari masing masing bahan dan nasib obat tersebut didalam tubuh.(farmakoinetik)

3. memastikan dosis yang tepat dan tetap dalam pengobatan 4. kemungkinan sintesa kimia

2.3 Pekembangan obat 3

Proses ini dimulai dari sintesa bahan kimiawi yang baru. Bahan bahan dengan struktur kompleks dapat diperoleh dari bermacam sumber seperti tumbuhan (glikosida jantung) jaringan hewan (heparin), kultur mikroba (penicillin G), sel manusia (urokinase), atau oleh teknologi genetika (insulin manusia). Karena perhatian lebih kepada hubungan struktur-aktifitas, penelitian zat zat yang baru menjadi lebih focus.

Percobaan preklinik mendapatkan informasi efek biologis dari bahan bahan yang baru. Screening awal akan mendapatkan hasil investigasi biokimia dan farmakologi (contoh, ikatan reseptor)atau eksperimen pada kultur sel, isolasi sel, dan isolasi organ.

Hanya eksperimen terhadap binatang yang dapat memperoleh apakah efek yang diinginkan dapat benar benar terjadi pada dosis dengan efek toksik yang sedikit atau tidak sama sekali.Pada binatang senyawa yang dalam penyelidikan juga harus diteliti absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasinya (farmakokinetik)

Investigasi toksikologi untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya:

1. toksisitas yang berhubungan dengan pemberian secara akut atau kronis 2. kerusakan genetic (genotoksisitas, mutagen)

3. mengakibatkan tumor (karsinogenik) 4. menimbulkan cacat bayi (teratogenik)

Percobaan klinis dimulai dengan fase satu pada subjek sehat dan mencari apakah efek yang terjadi pada hewan percobaan juga terjadi pada manusia. Hubungan dosis dan respon obat juga dipertimbangkan.


(8)

Fase dua potensi obat mula mula dites pada pasien tertentu untuk efikasi pengobatan pada penyakit penyakit dengan stadium tertentu. Kegunaan obat menjadi terbukti dan efek samping

obat kecil.

Fase tiga melibatkan jumlah pasien yang lebih besar dimana obat baru akan dibandingkan dengan standart pengobatan pada hasil terapi.

Keputusan untuk menerima obat yang baru dibuat oleh badan nasional yang berwenang terhadap perusahaan yang membuat obat baru.


(9)

BAB 3 KESIMPULAN

1. Penyusunan teori dalam ilmu pengobatan didasarkan pada hasil observasi dan eksperimen. Kemajuan ilmu kimia dan fisiologi menjadi dasar utama perlunya pemahaman tentang kerja obat pada tingkat organ dan jaringan. 2. Tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan obat:

Claudius Galen (129-200 A.D.), Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 A.D.), Johann Jakob Wepfer (1620-1695), Oswald Schmiedeberg (1838-1921) 3. Tujuan dari isolasi prinsip aktif ini adalah : mengidentifikasi bahan aktifnya,

menganalisa efek biologi (farmakodinamik) dari masing masing bahan dan nasib obat tersebut didalam tubuh.(farmakoinetik), memastikan dosis yang tepat dan tetap dalam pengobatan dan kemungkinan sintesa kimia

4. Investigasi toksikologi untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya, toksisitas yang berhubungan dengan pemberian secara akut atau kronis, kerusakan genetic (genotoksisitas, mutagen), mengakibatkan tumor (karsinogenik), menimbulkan cacat bayi (teratogenik)

5. Keputusan untuk menerima obat yang baru dibuat oleh badan nasional yang berwenang terhadap perusahaan yang membuat obat baru.


(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bertram G. Katzung, MD, PhD. Farmakokinetik: II. Biotransformasi Obat dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001, hal. 3-17.

2. Arini Setiawati dkk. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 3. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1987 hal 33-62

3. Heinz Lullmann, MD, et al. Color Atlas Pharmacology. 2nd edition. Hieme Stuttgart.


(1)

Rudolf Buchheim (1820-1879)

Mendirikan institute farmakologi pertama di University of Dorpat (Tartu, Estonia) pada tahun 1847, dengan farmakologi sebagai disiplin ilmu yang independen. Dia berjuang untuk menjelaskan bahan bahan kimia yang terkandung didalam obat obatan.

“The science of medicines is theoretical, i.e., explanatory, one. It is to provide us with knowledge by which our judgement about the utility of medicines can be validated at the bedside.

Oswald Schmiedeberg (1838-1921)

Membantu membangun reputasi farmakologi. Konsep dasarnya seperti hubungan aktifitas dan struktur obat, reseptor obat, dan efek toksik yang muncul sebagai akibat kerja obat.

2.2 Obat dan Perinsip aktifnya 3

Sampai dengan akhir abad ke-19, obat obatan dibuat dari produk organik dan anorganik baik itu yang dikeringkan maupun yang segar, baik itu dari tumbuhan ataupun bagian dari tumbuhan yang mungkin mengandung bahan bahan yang bersifat menyembuhkan atau bahan bahan yang menyebabkan efek toksik.

Dalam rangka untuk melindungi persedian produk yang berguna sebagai obat, tumbuhan diawetkan dengan cara dikeringkan atau dimasukkan ke dalam minyak sayuran atau alcohol. Mengeringkan tumbuhan atau sayuran atau produk dari hewan akan menghasilkan obat = drug yang sebenarnya diambil dari bahasa perancis “drogue” = tumbuhan kering. Pada saat ini hal ini sering dilakukan pada bahan bahan kimia dengan potensi tinggi akan ketergantungan fisik dan penyalahgunaan. Secara ilmiah hal ini tidak mempengaruhi efek dari obat.

Memasukan tumbuhan atau bagian dari tumbuhan ke dalam alcohol akan menyebabkan terbentuknya tincture. Dalam proses ini bahan aktif dari tumbuhan tersebut secara farmakologi diekstraksikan oleh alcohol. Tincture tidak mengandung spectrum yang lengkap dari bahan bahan yang terdapat pada tumbuhan.

Pada tincture opium komposisinya terdiri dari alkaloid begitu juga morfin, kodein, narkotin, papaverin dan yang sejenisnya.


(2)

Penggunaan produk alami atau ekstrak untuk mengobati penyakit biasanya melibatkan berbagai macam bahan yang kemungkinan memilki aktifitas yang berbeda dalam proses pengobatannya. Lebih lanjut dosis yang diberikan kepada setiap orang memiliki variasi yang bermacam macam tergantung kepada biotipe dari produk, masa panen, atau keadaan dan lamanya penyimpanan.

Dimulai dengan ekstraksi morfin dari opium pada tahun 1804 oleh F.W Serturner (1783-1841) prinsip aktif dari bahan alami yang lain diisolasi dalam bentuk kimiawi murni oleh laboratorium farmasi.


(3)

Tujuan dari isolasi prinsip aktif ini adalah : 1. mengidentifikasi bahan aktifnya

2. menganalisa efek biologi (farmakodinamik) dari masing masing bahan dan nasib obat tersebut didalam tubuh.(farmakoinetik)

3. memastikan dosis yang tepat dan tetap dalam pengobatan 4. kemungkinan sintesa kimia

2.3 Pekembangan obat 3

Proses ini dimulai dari sintesa bahan kimiawi yang baru. Bahan bahan dengan struktur kompleks dapat diperoleh dari bermacam sumber seperti tumbuhan (glikosida jantung) jaringan hewan (heparin), kultur mikroba (penicillin G), sel manusia (urokinase), atau oleh teknologi genetika (insulin manusia). Karena perhatian lebih kepada hubungan struktur-aktifitas, penelitian zat zat yang baru menjadi lebih focus.

Percobaan preklinik mendapatkan informasi efek biologis dari bahan bahan yang baru. Screening awal akan mendapatkan hasil investigasi biokimia dan farmakologi (contoh, ikatan reseptor)atau eksperimen pada kultur sel, isolasi sel, dan isolasi organ.

Hanya eksperimen terhadap binatang yang dapat memperoleh apakah efek yang diinginkan dapat benar benar terjadi pada dosis dengan efek toksik yang sedikit atau tidak sama sekali.Pada binatang senyawa yang dalam penyelidikan juga harus diteliti absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasinya (farmakokinetik)

Investigasi toksikologi untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya:

1. toksisitas yang berhubungan dengan pemberian secara akut atau kronis 2. kerusakan genetic (genotoksisitas, mutagen)

3. mengakibatkan tumor (karsinogenik) 4. menimbulkan cacat bayi (teratogenik)

Percobaan klinis dimulai dengan fase satu pada subjek sehat dan mencari apakah efek yang terjadi pada hewan percobaan juga terjadi pada manusia. Hubungan dosis dan respon obat juga dipertimbangkan.


(4)

Fase dua potensi obat mula mula dites pada pasien tertentu untuk efikasi pengobatan pada penyakit penyakit dengan stadium tertentu. Kegunaan obat menjadi terbukti dan efek samping

obat kecil.

Fase tiga melibatkan jumlah pasien yang lebih besar dimana obat baru akan dibandingkan dengan standart pengobatan pada hasil terapi.

Keputusan untuk menerima obat yang baru dibuat oleh badan nasional yang berwenang terhadap perusahaan yang membuat obat baru.


(5)

BAB 3 KESIMPULAN

1. Penyusunan teori dalam ilmu pengobatan didasarkan pada hasil observasi dan eksperimen. Kemajuan ilmu kimia dan fisiologi menjadi dasar utama perlunya pemahaman tentang kerja obat pada tingkat organ dan jaringan. 2. Tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan obat:

Claudius Galen (129-200 A.D.), Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 A.D.), Johann Jakob Wepfer (1620-1695), Oswald Schmiedeberg (1838-1921) 3. Tujuan dari isolasi prinsip aktif ini adalah : mengidentifikasi bahan aktifnya,

menganalisa efek biologi (farmakodinamik) dari masing masing bahan dan nasib obat tersebut didalam tubuh.(farmakoinetik), memastikan dosis yang tepat dan tetap dalam pengobatan dan kemungkinan sintesa kimia

4. Investigasi toksikologi untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya, toksisitas yang berhubungan dengan pemberian secara akut atau kronis, kerusakan genetic (genotoksisitas, mutagen), mengakibatkan tumor (karsinogenik), menimbulkan cacat bayi (teratogenik)

5. Keputusan untuk menerima obat yang baru dibuat oleh badan nasional yang berwenang terhadap perusahaan yang membuat obat baru.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bertram G. Katzung, MD, PhD. Farmakokinetik: II. Biotransformasi Obat dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001, hal. 3-17.

2. Arini Setiawati dkk. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 3. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1987 hal 33-62

3. Heinz Lullmann, MD, et al. Color Atlas Pharmacology. 2nd edition. Hieme Stuttgart.