Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor

FLUKTUASI KONSENTRASI KALSIUM DAN FOSFOR
SEBAGAI PREDISPOSISI FRAKTUR EKSTRIMITAS SATWA
LIAR FELIDAE DI TAMAN SAFARI INDONESIA
CISARUA BOGOR

FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fluktuasi Konsentrasi
Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae
di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Fauzia Istanti Kaimudin
NIM B04090165

ABSTRAK
FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN. Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai
Predisposisi Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua
Bogor. Dibimbing oleh RP AGUS LELANA dan BONGOT HUASO MULIA.
Medik konservasi merupakan aspek penting untuk dikembangkan di Indonesia
sebagai negara yang kaya akan biodiversitas. Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai
lembaga konservasi ex-situ pada periode 2011-2014 menghadapi tantangan berupa
berulangnya fraktur ekstrimitas pada satwa liar Felidae. Berdasarkan rekam medik
Rumah Sakit Satwa TSI Cisarua Bogor, terdapat sedikitnya lima kasus fraktura
ekstrimitas pada satwa liar Felidae tersebut. Dari hasil evaluasi gabungan tim medis dan
kurator satwa, diperoleh gambaran bahwa kejadian fraktur ini bukan karena kesalahan
manusia (human error) ataupun kesalahan teknis (technical error). Namun mengingat
kejadian kasus ini berulang dan memerlukan upaya pencegahannya, kami melakukan
rekonstruksi melalui pendekatan studi retrospektif. Hasil kajian terhadap fraktur

ekstrimitas lima ekor satwa tersebut terjadi di bagian os femur (5), os tibia-fibula (3), os
ulna (1), dan satu diantaranya dilakukan pemasangan bone pin. Hasil analisis terhadap
data kimia darah menunjukkan bahwa konsentrasi kalsium dan fosfor satwa-satwa
tersebut mengalami fluktuasi. Konsentrasi serum kalsium cenderung menurun dan diduga
merupakan indikasi hypokalsemia subklinis. Konsentrasi serum fosfor cenderung
meningkat dan diduga merupakan indikasi hyperfosfatemia. Dari lima ekor satwa Felidae
yang diperiksa, empat diantaranya mengalami hypokalsemia dan hyperfosfatemia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fluktuasi kombinasi hypokalsemia subklinis
dan hyperfosfatemia merupakan salah satu faktor predisposisi fraktur ekstrimitas.
Kata kunci: Felidae, Fosfor, Fraktur Ektrimitas, Kalsium.

ABSTRACT
FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN. Fluctuation of Calcium and Phosphor Concentration as
Predisposition of Extremity Fracture in Wildlife Felidae Cases at Taman Safari Indonesia
Cisarua Bogor. Supervised by RP AGUS LELANA and BONGOT HUASO MULIA
Medical conservation is an important aspect to be developed in Indonesia as a
mega biodiversity country Taman Safari Indonesia (TSI) is an ex-situ conservation
institution that has challenged on repeating cases of extremity fracture of wild Felidae
during 2011-2014. These cases were considered as a non-technical or non-human error.
However, the etiology of this case should be performed for future preventive purpose. For

this purpose we did retrospective study by evaluating five clinical data of wild Felidae at
TSI Cisarua Bogor. Extrimity fracture located on os femur (5), os tibia-fibula (3), os ulna
(1), and on one of them was treated with bone pin. The result revealed that the profile of
serum calcium and phosphor seemed to be fluctuating. The serum calcium tends to be
decreased and considered as a subclinical hypocalcaemia. The serum phosphor tends to
be increased four times and considered as a hyperphosphatemia. From five wild Felidae
four of them has fluctuation in calcium and phospor serum. The combination of
fluctuating subclinical hypocalcaemia and hyperphosphatemia were concidered as
predisposition factors of extremity fracture.
Keywords: Extremity Fracture, Calcium, Felidae, Phosphor.

FLUKTUASI KONSENTRASI KALSIUM DAN FOSFOR
SEBAGAI PREDISPOSISI FRAKTUR EKSTREMITAS
SATWA LIAR FELIDAE DI TAMAN SAFARI INDONESIA
CISARUA BOGOR

FAUZIA ISTANTI KAIMUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi
Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia
Cisarua Bogor
Nama
: Fauzia Istanti Kaimudin
NIM
: B04090165

Disetujui oleh

Dr Drh RP Agus Lelana SpMP M.Si

Pembimbing I

Drh Bongot Huaso Mulia
Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April tahun 2015 ini
adalah Fluktuasi Konsentrasi Kalsium dan Fosfor sebagai Predisposisi Fraktur
Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Pimpinan Taman Safari Indonsia Cisarua Bogor dan Koordinator Kerjasama

Institut Pertanian Bogor – Taman Safari Indonesia, Drs. Yansen Manansang
M.Si, dan Prof Drh Dondin Sajuthi M.ST, Ph.D yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian pada instansi yang Bapak pimpin.
2. Dr Drh RP Agus Lelana SpMP, M.Si dan Drh Bongot Huaso Mulia selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam
penyelesaian tugas akhir.
3. Drh Retno Wulansari Ph.D selaku dosen penilai dan Drh Leni Maylina M.Si
selaku dosen moderator pada seminar skripsi saya.
4. Prof Dr Drh Fachrian H. Pasaribu dan Drh Wahono Esthi Prasetianingtias
M.Si selaku dosen penguji pada sidang akhir skripsi saya.
5. Prof Drh Bambang P Priosoeryanto M.S. Ph.D, APVet selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
studi di FKH IPB.
6. Kepada Almarhum La Ode Hamdin Kaimudin (Ayah), Almarhumah Kasmini
(Ibu), dan Sitti Aminah yang telah mendidik dan membimbing hidup saya.
7. Kepada Zulziah Wati Amin, dan Abdurachman Amin (Kak Aman) yang
senantiasa membantu penulis, baik moril dan materil hingga dapat
menyelesaikan tugas akhir.
8. Kepada La Ode Mustakim Kaimudin (Kakak), Putri Anjani Wahyuningtias
(adik), dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

9. Kepada Ahlan Maneke (Olan) yang selalu memberikan semangat, harapan
baru, serta cinta dan kasih sayangnya.
10. Kepada Bang Saluang dan Mba Ika yg telah banyak memberikan banyak
pencerahan kepada penulis tentang arti dari menulis.
11. Kepada sahabatku Yuyun Fathonah yang selalu ada untukku, dan teman
sepenelitian Rachmiati Amarillis. Akhirnya kita sarjana bersama-sama.
12. Kepada teman-teman Geochelone 46, terutama kepada Maya Shofa dan M.
Allex yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.
13. Serta Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Halmahera Timur Bogor
(IPMHT-Bogor) yang telah menjadi keluarga penulis dalam menyelesaikan
studi di Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Fauzia Istanti Kaimudin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1


TINJAUAN PUSTAKA

2

Satwa Felidae

2

Harimau Sumatera

2

Macan Tutul

3

Puma

3


Metabolisme Kalsium dan Fosfor

3

METODE

4

Waktu dan Tempat

4

Bahan

4

Prosedur Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Profil Kasus Fraktur Extrimitas pada Felidae

5

Profil Kalsium dan Fosfor

5

Predisposisi Fraktur

6

KESIMPULAN

8

SARAN

8

DAFTAR PUSTAKA

9

RIWAYAT HIDUP

10

DAFTAR TABEL
Data Rekam Medik X-Ray Rumah Sakit Satwa pada Kasus Fraktur
Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di TSI Cisarua Bogor

5

Data Rekam Medik Pemeriksaan Serum Kalsium dan Fosfor Satwa Liar
Felidae yang Mengalami Fraktur Ekstrimitas di TSI Cisarua Bogor
Tahun 2011-2014

6

DAFTAR GAMBAR
Fluktuasi Kalsium dan Fosfor Berdasarkan Rekam Medis Kasus Fraktur
Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia Cisarua
Bogor.

8

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Medik konservasi berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009
didefinisikan sebagai bentuk implementasi ilmu kedokteran hewan dalam
mendukung program konservasi. Aspek ini sangat penting untuk dikembangkan,
mengingat Indonesia merupakan negara biodiversitas satwa liar ke empat di dunia.
Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai salah satu lembaga konservasi ex-situ di
Indonesia juga sedang mengembangkan aspek ini, mengingat peran TSI sebagai
percontohan lembaga konservasi nasional khususnya konservasi satwa liar
Felidae seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Puma (Puma
concolor), Macan Tutul (Panthera pardus pardus), dan Macan Kumbang
(Panthera pardus pardus).
Dalam kurun tahun 2011-2014 berdasarkan data medik Rumah Sakit Satwa
sekurangnya di TSI Cisarua Bogor terdapat lima ekor satwa liar Felidae
mengalami fraktur ekstrimitas. Hasil evaluasi gabungan tim medis dan kurator
satwa menunjukkan adanya gambaran bahwa kejadian fraktur yang terjadi bukan
disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) ataupun kesalahan teknis
(technical error). Namun demikian, mengingat kejadian kasus ini berulang, perlu
dilakukan rekonstruksi terhadap masalah fraktur pada satwa Felidae tersebut
sebagai upaya pencegahannya.
Patogenesis fraktur ekstrimitas sering dikaitkan dengan metabolisme
kalsium dan fosfor maupun ketercukupan mineral tersebut dalam pakan. Tubuh
mengatur kalsium melalui metabolisme hormon paratiroid (PTH), calcitonin, dan
vitamin D (Kini dan Nandesh 2012). McDowell (2006) menyatakan bahwa
ketersediaan vitamin D dan mineral lainnya, seperti magnesium, natrium, kalium,
klor, dan sulfur ikut menentukan proses metabolisme tersebut. Kedua pendapat ini
mengarahkan kita untuk mengungkapkan patogenesis fraktur pada satwa liar
Felidae berdasarkan kandungan mineral darah.
Rekonstruksi kejadian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Satu diantaranya adalah dengan kajian retrospektif berdasarkan data klinis
maupun laboratoris. Hasil kajian retrospektif ini sangat penting untuk mendukung
kebijakan pengelolaan pemeliharaan ex-situ satwa liar Felidae di Indonesia.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penyebab kasus fraktur
ekstremitas yang berulang melalui kajian retrospektif pada satwa liar Felidae di
TSI Cisarua Bogor.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyebab
fraktur ekstrimitas pada satwa liar Felidae di TSI Cisarua Bogor sehingga dapat
dikembangkan upaya pencegahan yang diperlukan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Satwa Felidae
Satwa Felidae pertama kali dikenal pada masa Eocene sekitar 40 juta tahun
yang lalu. Felidae yang paling dikenal adalah kucing peliharaan/ kucing domestik
(sub species Felis silvetris catus) yang mulai berasosiasi dengan kehidupan
manusia sejak 7.000 sampai dengan 4.000 tahun yang lalu. Felidae adalah jenis
satwa karnivora obligat, membutuhkan diet daging dan organ untuk bertahan
hidup. Satwa Felidae memiliki 28 spesies dengan pola hidup soliter, kecuali pada
singa. Daerah teritorialnya di alam bebas ditandai dengan urin atau raungan
(Kusumawati dan Sardjana 2011).
Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) adalah satu
dari tiga subspesies harimau yang masih hidup di Indonesia saat ini. Dua sub
spesies lain yaitu harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa
(Panthera tigris sondaica). Harimau sumatera merupakan satwa karnivora yang
masuk ke dalam keluarga Felidae. Slater dan Alexander (1986)
mengklasifikasikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)
menjadi:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Class
Ordo

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Mammalia
: Carnivora

Family
Sub Family
Genus
Spesies
Sub Spesies

: Felidae
: Pantherinae
: Panthera
: Panthera tigris
: Panthera tigris sumatrae

Harimau sumatera merupakan sub spesies yang mempunyai ukuran tubuh
paling kecil dibandingkan dengan 5 sub spesies harimau lain yang masih ada.
(Mazak 1981) Harimau Sumatera betina dewasa mempunyai berat rata-rata antara
75-110 kg dengan panjang 2.15-2.30 m. Umumnya ukuran harimau jantan lebih
besar dibandingkan dengan harimau betina. Hewan ini memiliki rambut pada
badannya sepanjang 8–11 mm, surai pada harimau sumatera jantan berukuran
panjang 11–13 cm. Rambut di dagu, pipi dan belakang kepala lebih pendek.
Panjang ekor sekitar 65–95 cm (MacDonald 1984). Harimau sumatera
mempunyai warna tubuh bagian atas lebih gelap dari pada subspesies lain, dan
bergaris yang lebih jelas. Warna dasar dari harimau adalah jingga (orange)
dengan garis-garis belang berwarna hitam sampai coklat tua yang lebih lebar
sehingga cenderung lebih jarang (Mazak 1981; MacDonald 1984). Garis belang
yang kecil dan hitam akan terlihat diantara garis yang biasa terdapat pada
belakang punggung, panggul, dan kaki belakang (Mazak 1981).

3
Macan Tutul
Linnaeus (1771), secara taksonomi mengklasifikasikan macan tutul
menjadi:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Class
Ordo

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Mammalia
: Carnivora

Family
Sub Family
Genus
Spesies
Sub Spesies

: Felidae
: Pantherinae
: Panthera
: Panthera pardus
: Panthera pardus pardus

Macan tutul dibagi menjadi dua jenis, yaitu macan tutul (leopard) dan
macan dahan (Clauded leopard atau Felis nebulosa). Warna dasar dari macan
tutul adalah bulu tubuhnya kuning tua dengan bercak hitam di sisi tubuh dan
sekitar punggung, berat badannya sekitar 45 kg, maksimal dapat mencapai 90 kg,
dan panjang tubuhnya 2.10 m. Sedangkan macan dahan mempunyai ciri berbeda
yaitu memiliki warna tubuh bervariasi coklat tua atau abu-abu, coklat ke kuningkuningan, atau kadang terdapat bercak coklat kekuningan di belakang telinganya.
Tinggi tubuh satwa ini berkisar 53 cm, dan berat tubuh 20 kg serta panjang
tubuhnya dapat mencapai 1.90 m (Kusumawati dan Sardjana 2011).
Puma
Puma merupakan salah satu jenis kucing besar. Linnaeus (1771), secara
taksonomi mengklasifikasikan puma menjadi:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Class

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Mammalia

Ordo
Family
Genus
Spesies

: Carnivora
: Felidae
: Puma
: Puma concolor

Puma merupakan Felidae asal Amerika yang lebih sering dikenal dengan
nama Mountain Lion atau Cougar. Puma merupakan Felidae yang terbesar ke dua
setelah Panthera onca (Jaguar) dari segi ukuran tubuhnya (Lescano et al. 2014).
Spesies ini ditemukan luas pada berbagai habitat seperti di hutan serta dataran
rendah dan gurun. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa habitat dengan
vegetasi yang padat lebih disukai, namun puma dapat hidup di habitat sangat
terbuka dengan hanya minimal menutupi vegetatif (Nowell dan Jackson 1996).

Metabolisme Kalsium dan Fosfor
Hewan dapat tumbuh secara potensial apabila pakan yang tersedia memiliki
kualitas yang baik. Beberapa faktor dapat menjadi pembatas bagi hewan muda
untuk dapat tumbuh dengan baik. Unsur mineral merupakan salah satu komponen
yang sangat diperlukan oleh hewan muda disamping karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, serat kasar, dan air. Unsur mineral makro seperti kalsium (Ca),
magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), klor (Cl), sulfur (S), dan fosfor (P)

4
diperlukan untuk menyusun struktur tubuh seperti tulang dan gigi (Forbes 2007).
Sumber utama kebutuhan mineral bagi hewan adalah pakan. Banyak faktor yang
mempengaruhi penyerapan, penggunaan, dan metabolisme kalsium dan fosfor,
termasuk fungsi antara satu mineral dengan yang lainnya. Rasio Ca : P yang
direkomendasikan adalah 1 : 1 sampai 2 : 1 (McDowell 2006).
Mineral terutama kalsium dan fosfor dipertahankan agar selalu seimbang di
dalam darah. Proses tersebut diatur oleh suatu mekanisme umpan balik antara
hormon paratiroid, calcitonin, dan derivat vitamin D. Kelenjar paratiroid akan
mensekresikan hormon paratiroid jika kadar kalsium di dalam darah rendah.
Hormon paratiroid merupakan hormon polipeptid yang mempunyai dua target
organ, yaitu tubuli ginjal dan tulang (Larson 1985 and Horst 1986, dalam
Widhyari 1995). Baron (1984) menyatakan pengatur utama terhadap sekresi dan
sintesis hormon paratiroid adalah konsentrasi ion-ion kalsium yang terdapat di
dalam cairan ekstraseluler. Produksi hormon ini akan meningkat bila kadar
kalsium di dalam plasma menurun, dan sebaliknya produksi hormon paratiroid
akan menurun bila kadar kalsium di dalam plasma meningkat. Meningkatnya
hormon paratiroid akan berakibat meningkatnya kalsium di dalam plasma dan
meningkatnya ekskresi fosfor melalui urin. Vitamin D berperan untuk
mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfor yang diperlukan untuk
mineralisasi tulang dan fungsi fisiologis lainnya. Sumber utama pembentukan
vitamin D adalah kolesterol yang disintesis di dalam hati dari asetil koenzim.
Kolesterol akan diubah oleh enzim dehidrogenase menjadi 7-dehidrokolesterol
yang biasa disebut pro vitamin.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di TSI Cisarua Bogor, pada Bulan April sampai
dengan Mei 2015. Pengolahan data dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB
pada Bulan Juni sampai dengan Juli 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima berkas rekam medik
Rumah Sakit Satwa pada kasus fraktur ektrimitas satwa liar Felidae di TSI
Cisarua Bogor tahun 2011–2014. Lima satwa liar Felidae tersebut adalah Harimau
Sumatera/ Naidu (Panthera tigris sumatrae), Puma/ Glenn (Puma concolor),
Puma/ Giselle (Puma concolor), Macan Tutul Afrika/ Cash (Panthera pardus
pardus), dan Macan Kumbang Afrika/ Tanggo (Panthera pardus pardus).
Prosedur Analisis Data
Studi retrospektif ini dilakukan dengan membandingkan data sekunder
dari Rumah Sakit Satwa TSI Cisarua Bogor yang diperoleh dengan data referensi.
Data referensi ini bersumber dari International Spesies Information System (ISIS
2002). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil perbandingan data tersebut
dijadikan dasar untuk menentukan pola kecenderungan penyakit tersebut.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kasus Fraktur Extrimitas pada Felidae
Tabel 1 menyajikan data rekam medik mengenai gambaran lima ekor satwa
Felidae yang mengalami fraktur ektrimitas pada tahun 2011-2014. Secara umum
data menunjukkan lokasi terjadinya fraktur ekstrimitas. Berdasarkan hasil X-Ray
lokasi empat dari lima ekor satwa yang mengalami fraktur ekstrimitas terdapat
pada os femur, tiga ekor terdapat di bagian os tibia, satu ekor dibagian os ulna,
satu ekor di bagian os fibula, dan satu ekor mengalami patahan menjadi 5 bagian
pada daerah metacarpal.
Tabel 1 Data Rekam Medik X-Ray Rumah Sakit Satwa pada Kasus Fraktur
Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di TSI Cisarua Bogor.
No
1

Spesies

Tanggal
periksa
Puma concolor 21/12/2011
(Giselle)
18/05/2012

2

Puma concolor 26/10/2014
(Glenn)
05/02/2015

3

Panthera tigris 02/07/2011
sumatrae
(Naidu)
20/07/2011
Panthera
13/07/2011
pardus pardus
(Cash)
Panthera
29/07/2011
pardus pardus 08/08/2011
(Tanggo)
30/09/2011
12/10/2011

4

5

X-Ray
Fraktur pada cranial os femur kaki
kanan.
Callus pada os femur kaki kanan,
fissura pada distal os tibia fibula,
metacarpal lateral terbelah menjadi 5
bagian dan mengalami rotasio.
Fraktur pada leher os femur kaki depan
dan ½ bagian os tibia.
Os femur yang patah tersambung
kembali,
os tibia post fraktura
tersambung kembali namun bengkok.
Fraktur pada leher femur dekat
olecranon masih teraba krepitasi, super
posisi antar fraktura.
Operasi pemasangan bone pin.
Fraktur pada ½ proximal os tibia-fibula.

Fraktur 1/3 bagian os ulna.
Fraktur 1/3 bagian os ulna.
Kalsifikasi os ulna dan fraktur os femur.
Fraktur pada os ulna tersambung
kembali namun bengkok.

Profil Kalsium dan Fosfor
Tabel 2 menggambarkan konsentrasi kadar kalsium dan fosfor darah pada
kejadian fraktur ekstrimitas satwa Felidae. Setelah dianalisis berdasarkan
informasi dari ISIS (2002), secara umum data menunjukkan terjadi penurunan

6
konsentrasi kalsium darah, peningkatan konsentrasi fosfor darah dan keduanya
bersifat fluktuatif.
Tabel 2 Data Rekam Medik Pemeriksaan Serum Kalsium dan Fosfor Satwa Liar
Felidae yang Mengalami Fraktur Ekstrimitas di TSI Cisarua Bogor
Tahun 2011-2014
No
1.

2.

3.

4.

5.

Spesies
Puma
concolor
(Giselle)

Tanggal
Periksa

Normal(a)

Data

Keterangan

14/04/2012 Ca : 9.86 mg/dl
P : 7.60 mg/dl

Ca : 10.3 ± 0.6 mg/dl
P : 4.9 ± 1.4 mg/dl

Normal
Tinggi

18/05/2012 Ca : 9.75 mg/dl
P :-

Ca : 10.3 ± 0.6 mg/dl
P : 4.9 ± 1.4 mg/dl

Normal
-

19/05/2012 Ca : 8.34 mg/dl
P :-

Ca : 10.3 ± 0.6 mg/dl
P : 4.9 ± 1.4 mg/dl

Rendah
-

Puma
concolor
(Gleen)

26/10/2014 Ca : 5.19 mg/dl
P : 3.62 mg/dl

Ca : 10.3 ± 0.6 mg/dl
P : 4.9 ± 1.4 mg/dl

Rendah
Normal

05/02/2015 Ca : 7.90 mg/dl
P : 10.24 mg/dl

Ca : 10.3 ± 0.6 mg/dl
P : 4.9 ± 1.4 mg/dl

Rendah
Tinggi

Panthera
tigris
sumatrae
(Naidu)

02/07/2011 Ca : 4.44 mg/dl
P : 21.7 mg/dl

Ca : 9.8 ± 0.5 mg/dl
P : 5.2 ± 0.9 mg/dl

Rendah
Tinggi

06/07/2011 Ca : 8.00 mg/dl
P : 6.40 mg/dl

Ca : 9.8 ± 0.5 mg/dl
P : 5.2 ± 0.9 mg/dl

Rendah
Tinggi

Panthera
pardus
pardus
(Cash)

04/08/2011 Ca : 9.50 mg/dl
P : 7.30 mg/dl

Ca : 10.1 ± 0.6 mg/dl
P : 5.1 ± 0.7 mg/dl

Normal
Tinggi

12/08/2011 Ca : P : 8.67 mg/dl

Ca : 10.1 ± 0.6 mg/dl
P : 5.1 ± 0.7 mg/dl

Tinggi

Panthera
pardus
pardus
(Tanggo)

04/08/2011 Ca : 7.00 mg/dl
P : 5.10 mg/dl

Ca : 10.1 ± 0.6 mg/dl
P : 5.1 ± 0.7 mg/dl

Rendah
Normal

12/10/2011 Ca : 9.51 mg/dl
P : 9.12 mg/dl
(a)
Sumber: ISIS 2002.

Ca : 10.1 ± 0.6 mg/dl
P : 5.1 ± 0.7 mg/dl

Normal
Tinggi

Predisposisi Fraktur
Pada Tabel 2 terlihat bahwa konsentrasi kadar kalsium dari lima ekor satwa
Felidae yang diperiksa berkisar antara 4.44 mg/dl sampai 9.86 mg/dl. Sedangkan
kadar fosfor darah dari lima ekor satwa liar Felidae yang diperiksa berkisar antara
3.62 mg/dl sampai 21.7 mg/dl. Berdasarkan data ISIS (2002), kadar kalsium darah
normal pada setiap hewan yaitu Puma concolor adalah 10.3 ± 0.6 mg/dl, Panthera
tigris adalah 9.8 ± 0.5 mg/dl, dan Panthera pardus adalah 10.1 ± 0.6 mg/dl.
Sedangkan data normal fosfor yaitu pada Puma concolor adalah 4.9 ± 1.4 mg/dl,
Panthera tigris adalah 5.2 ± 0.9 mg/dl, dan Panthera pardus adalah 5.1 ± 0.7
mg/dl.

7
Dari Tabel 2 diperoleh bahwa tiga dari lima ekor satwa mengalami
penurunan kalsium. Hal ini mengindikasikan bahwa satwa tersebut mengalami
Hypokalsemia. Hypokalsemia dapat menyebabkan struktur tulang menjadi rapuh
(Sumarianto dan Nurhaida 1985). Carpen 1985 dalam Newton dan Nunamarker
(1985) menyebutkan bahwa Kalsium memainkan perananan penting dalam proses
kontraksi otot dasar biologis, pembekuan darah, aktivitas enzim, rangsangan
syaraf, dan permeabilitas membran, serta sebagai komponen struktur penting dari
kerangka.
Selain terjadi penurunan kalsium, terjadi pula peningkatan fosfor. Tiga dari
lima ekor satwa yang diperiksa pada pemeriksaan awal mengalami peningkatan.
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi Hyperfosfatemia. Hyperfosfatemia
menyebabkan pengurangan timbal balik dari konsentrasi ionisasi kalsium dalam
darah karena rendahnya masa interaksi antara ion fosfat dan karena terutama 125
dihidroksi Vit D3 yang disuplai oleh ginjal. Eddington (2012) menyebutkan
bahwa fosfor juga terlibat dalam aktivitas enzimatik tulang dan merupakan anion
mayor dalam struktur tulang. Fosfor terintegrasi dalam senyawa glikolitik dan
senyawa transfer energi tinggi seperti ATP dan ada dalam serum atau plasma
sebagai fosfat atau fosfor inorganik.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa adanya ketidakseimbangan kalsium dan fosfor.
Perbandingan kadar kalsium dan fosfor yang baik adalah 1 : 1 sampai 2 : 1
(McDowell 2006). Fluktuasi kalsium dan fosfor terlihat jelas pada puma (Gleen),
harimau sumatra (Naidu), macan tutul (Cash), dan macan kumbang (Tanggo).
Gambaran fluktuasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Puma concolor (Giselle)

Puma concolor (Glenn)

15
10,3

15
9,86

10

8,34

10

7,6

4,9

5

9,75

5

0

10,3
4,9

3,62

0

Normal

Periksa 1 Periksa 2 Periksa 3
Kalsium

Normal Periksa 1 Periksa 2

Fosfor

Kalsium

Panthera pardus-pardus (Cash)
12

10,1

10

Fosfor

Panthera pardus pardus
(Tanggo)

8,67

15

7,3

8
6

9,5

5,19

10,24
7,9

5,1

10

10,1

9,51
7

4

9,12

5
2

5,1

0

5,1

0
Normal Periksa 1 Periksa 2
Kalsium

Fosfor

Normal Periksa 1 Periksa 2
Kalsium

Fosfor

8

Panthera tigris Sumatrae
(Naidu)
25

21,7

20
15
10
5

9,8
5,2

4,44

8
6,4

0
Normal Periksa 1 Periksa 2
Kalsium

Fosfor

Gambar 1 Fluktuasi Kalsium dan Fosfor Berdasarkan Rekam Medis Rumah Sakit Satwa
pada Kasus Fraktur Ekstrimitas Satwa Liar Felidae di Taman Safari Indonesia,
Cisarua Bogor.

Pada Gambar 1 terlihat fluktuasi kadar kalsium darah dan fosfor darah.
Puma, harimau sumatra, macan tutul afrika dan macan kumbang mengalami
hypokalsemia, dimana terlihat bahwa jumlah kalsium pada pemeriksaan awal dan
kedua tidak mencukupi batas normal, sedangkan kadar fosfor di dalam darah
mengalami hyperfosfatemia dimana terjadi peningkatan jumlah fosfor yang
signifikan terutama pada harimau sumatra

KESIMPULAN
Melalui kajian retrospektif, fraktur ekstrimitas lima ekor satwa liar Felidae
di TSI Bogor terjadi di bagian os femur (5), os tibia-fibula (3), os ulna (1), dan 1
diantaranya dilakukan pemasangan bone pin. Dari 5 ekor satwa liar Felidae yang
diperiksa, 4 diantaranya mengalami fluktuasi kalsium dan fosfor sehingga
mengalami hipokalsemia dan hyperfosfatemia. Fluktuasi kadar Kalsium dan
Fosfor darah di diduga menjadi predisposisi terjadinya fraktur ekstrimitas.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor penyebab terjadinya fraktur
ekstrimitas pada satwa Feldae di TSI, Cisarua Boigor.

9

DAFTAR PUSTAKA
Baron DN. 1984. Short Text Book of Chemical Pathology. 4th Edition,
diterjemakan oleh: Petrus A dan Gunawan J. Jakarta (ID): Kapita Selekta.
Eddington H. 2012. Improving the outcomes of patients with chronic kidney
disease mineral bone disorder [Thesis]. University of Manchester.
Forbes JM. 2007. Voluntary Food Intake and Diet Selection in Farm Animals. 2nd
Edition. Leeds: Biddles Ltd, King’s Lynn.
[ISIS] International Species Information System [Internet]. 2002. Panthera tigris.
Conventional U.S.A. Units. (di unduh pada: 2013 Juni 26). Tersedia pada:
file://C:\DokumenteundEinstellungen\Hatt\Desktop\ISIS\USAPages\37610010.
htm.
Kini U, Nandeesh BN. 2012. Radionuclide and Hybrid Bone Imaging. India:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Kusumawati D, Sardjana IKW. Bahan Ajar Satwa Liar. Jogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Pr.
Lescano J, Quevedo M, Baselly L, Crespo A, Fernàndes V. 2014. Chemical
immobilization of captive cougar Puma concolor (Linnaeus 1771) (Carnivora:
Felidae) using a combination of tiletamine – zolazepam, ketamine and
zylazine. Journal of Theatened Taxa. 6(14): 6659-6667.
MacDonald D. 1984. The Encyclopedia Of Mammals: 1. Oxford (Ltd): Grolier
International Inc.
Mazak V. 1981 Panthera tigris, Mammalian Species. The American Society Of
Mammalogist. 152; 1 – 8.
McDowell LR. 2006. Minerals in Animal and Human Nutrition. 2nd Edition.
Florida (USA): University of Florida Pr.
Newton CD, Nunamarker DM. 1985. Texbook of Small Animal Orthopaedics.
Philadelphia: JB Lippincott.
Nowell K, Jackson P. 1996. Wild Cats: status survey and concervation action
plan. IUCN/SSC Cat Specialist Group, Gland, Switzerland.
Prameswary W. 2008. Implementasi medik konservasi pada Owa jawa (Hylobates
moloch audebert 1798): studi kasus pada empat lembaga konservasi eksitu di
indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 18 Tentang Peternakan Dan
Kesehatan Hewan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 41 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan
Hewan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Slater P, Alexander RM. 1986. The Encyclopedia of Animal Behavior and
Biology. Volume VIII. Equinox (Oxford) Ltd. London.
Sumarianto, Nurhaida. 1985. Kamus Kedokteran, Cetakan Pertama. Jakarta (ID):
Ade Putra.
Tumbelaka LI. 2004. Konservasi Ex-Situ Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae). Bogor (ID): UKF IPB

10

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambon Maluku pada tanggal 6 Juli 1991 dari pasangan
Almarhum La Ode Hamdin Kaimudin dan Almarhumah Kasmini. Penulis
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar penulis
diselesaikan pada tahun 2003 di SDN 1 Laompo, Kec. Batauga, Kab. Buton.
Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP N 4 Kota
Ternate. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA N 2
Kota Ternate, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) melalui jalur seleksi Ujian Talenta
Mandiri IPB (UTM-IPB).
Selama di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan diantaranya penulis
merupakan sekretaris divisi infokom Himpunan Profesi Satwa Liar (HIMPRO
SATLI) FKH IPB periode 2010-2011 dan merupakan anggota HIMPRO SATLI
Cluster Primata, anggota UKM Karate IPB, staf syiar Lembaga Dakwah Fakultas
An-Nahl FKH IPB periode 2010-2011 dan wakil bendahara umum periode 20112012, staf Pendidikan dan Pelatihan Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA)
Bogor periode 2011-2012 dan Wakil Ketua Umum pada periode 2012-2013, serta
menjadi asisten praktikum Anatomi Veteriner 1 FKH IPB tahun 2013. Penulis
tercatat sebagai penerima Beasiswa POM IPB.