AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR

(1)

ABSTRAK

AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR

Oleh

DANY KURNIAWAN

Orangutan sumatera (Pongo abelii), satwa endemik Indonesia yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser, menghadapi ancaman kerusakan habitat alami dan perburuan liar. Salah satu kawasan konservasi eksitu orangutan sumatera adalah Taman Safari Indonesia. Penelitian yang bekerja sama dengan PT. Taman Safari Indonesia untuk mengetahui aktivitas harian orangutan sumatera di penangkaran dilaksanakan pada 28 Januari – 27 Februari 2015 di Pusat Primata, Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor menggunakan metode scan sampling

dikombinasikan dengan metode one-zero. Pengamatan terhadap empat individu (satu individu jantan dan tiga individu betina) orangutan sumatera, yakni Oyong, Desi, Maya, dan Rahma dilaksanakan di kandang peragaan setiap hari kerja sejak orangutan sumatera dikeluarkan ke kandang peragaan (sekitar pukul 08:30 WIB) hingga dimasukkan ke kandang tidur (sekitar pukul 16:45 WIB). Aktivitas harian orangutan sumatera di kandang peragaan mencakup aktivitas istirahat (22,01%) baik dalam posisi duduk maupun berbaring; aktivitas makan (21,98%) meliputi mengkode, menangkap, mengambil, mengupas, mengunyah, dan menelan pakan; aktivitas eliminatif (1,39%) meliputi urinasi (1,02%) dan defekasi (0,37%); aktivitas sosial (8,85%) meliputi bermain dan menelisik; aktivitas kawin (0,40%) meliputi masturbasi dan kopulasi; dan aktivitas lokomosi (45,37%) meliputi berayun, memanjat, dan berjalan.


(2)

AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI TAMAN SAFARI INDONESIA CISARUA, BOGOR

Oleh Dany Kurniawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(3)

AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR

(Skripsi)

Oleh Dany Kurniawan

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Orangutan sumatera, Maya, di Taman Safari Indonesia, Bogor ... 5 2. Penyebaran orangutan sumatera ... 7 3. Kandang peragaan orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia,

Bogor ... 13 4. Aktivitas harian orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia,

Bogor ... 19 5. Orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia, Bogor melakukan

aktivitas berjalan di A. lantai dasar kandang peragaan dengan jari-jari tungkai depan mengepal; B. kayu mendatar dengan jari-jari

tungkai depan melebar ... 21 6. Aktivitas berayun orangutan sumatera, Desi (A) dan Maya (B)

di Taman Safari Indonesia, Bogor berayun menggunakan A. empat

tungkai; B. dua tungkai depan ... 22 7. Aktivitas memanjat orangutan sumatera, Oyong, di Taman Safari

Indonesia, Bogor ... 23 8. Lingkaran merah merupakan tempat orangutan sumatera

melakukan aktivitas istirahat di kandang peragaan di TamanSafari

Indonesia, Bogor ... 24 9. Aktivitas istirahat orangutan sumatera, Oyong (A) dan Maya (B)

di Taman Safari Indonesia, Bogor A. posisi duduk;

B. posisi berbaring ... 25 10. Aktivitas berjemur orangutan sumatera, Desi, di Taman

Safari Indonesia, Bogor ... 26 11. Aktivitas makan orangutan sumatera, Maya dan Oyong (A),

Maya (B) di Taman Safari Indonesia Bogor A. mengkode;


(5)

12. Orangutan sumatera, Oyong, melakukan autogrooming di Taman

Safari Indonesia, Bogor ... 28 13. Orangutan sumatera, Desi, melakukan aktivitas bermain ayunan

di Taman Safari Indonesia, Bogor ... 29 14. Aktivitas bermain orangutan sumatera, Oyong dan Maya, di Taman

Safari Indonesia, Bogor ... 29 15. Orangutan sumatera, Maya (A) dan Oyong (B) di Taman Safari

Indonesia melakukan aktivitas kawin A. Masturbasi dengan alat;

B. Masturbasi tanpa alat ... 31 16. Aktivitas kopulasi orangutan sumatera, Oyong dan Rahma, di Taman

Safari Indonesia, Bogor ... 31 17. Aktivitas harian individu orangutan sumatera di Taman Safari

Indonesia, Bogor ... 32 18. Interaksi antara orangutan sumatera dengan pengunjung di Taman

Safari Indonesia ... 34 19. Dampak kegiatan rekreasi terhadap satwa ... 35 20. Keberadaan simpanse di kandang peragaan orangutan sumatera di

Taman Safari Indonesia A. Maya dan Rahma berlindung di dalam


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Klasifikasi Orangutan Sumatera ... 4

B. Morfologi Orangutan Sumatera ... 4

C. Perilaku Sosial Orangutan Sumatera ... 5

D. Pakan Orangutan Sumatera ... 6

E. Habitat dan Penyebaran Orangutan Sumatera ... 6

F. Status Konservasi ... 8

G. Aktivitas Selain Aktivitas Harian Satwa ... 8

H. Taman Safari Indonesia ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 13

A. Waktu dan Tempat ... 13


(7)

C. Metode Penelitian ... 15

D. Prosedur Penelitian ... 17

E. Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Simpulan ... 38

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 44


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Naskah


(9)

(10)

(11)

MOTO

Muhammad (9): Ilmu adalah syarat menyempurnakan iman, memperkuat keyakinan, memperkaya wawasan, dan komitmen iman.

Abdullah Gymnastiar: Tidak ada masalah yang bermasalah, yang menjadi masalah adalah cara kita yang salah dalam memecahkan masalah.

Albert Einstein: Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tetapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.

Thomas Alva Edison: Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

Nelson Mandela: Pendidikan adalah senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia.

H.R. Muslim: Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Barang siapa berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.

Anonim: Pemenang sejati adalah orang yang tidak pernah berhenti mencoba dan tidak pernah mencoba untuk berhenti.

Ali bin Abi Thalib: Harta berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah bila dibelanjakan, yakni diajarkan kepada orang lain.

Mahatma Gandhi: Kehebatan sebuah negara bisa dilihat dari bagaimana negara tersebut memperlakukan hewan-hewannya.


(12)

Karya ilmiah ini aku persembahkan untuk bapak dan

ibuku tercinta, adik-adikku tersayang, almamater yang ku

banggakan, dan seseorang yang akan menjadi pendamping

hidupku kelak.


(13)

RIWAYAT HIDUP

22 tahun yang lalu, tepatnya 15 Agustus 1993, penulis dilahirkan di Jakarta dari pasangan Bapak Hudadi dan Ibu Martini sebagai putra sulung dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan kanak-kanak di TK Islam Darul Hikmah, Jakarta. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 20 Cipinang Besar Selatan, Jakarta tahun 1999 – 2005.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 52 Jakarta tahun 2005 – 2008. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 50 Jakarta tahun 2008 – 2011. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Lampung (Unila) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis dan melaksanakan kuliah di perguruan tinggi tersebut hingga meraih gelar Sarjana Sains pada tahun 2015, serta mendapatkan beasiswa PPA selama dua semester, yakni semester ganjil dan genap tahun ajaran 2014 – 2015.

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila sebagai Anggota Muda Baru (Amuba) periode 2011 – 2012, Anggota Bidang (Abid) 1


(14)

Kaderisasi dan Kepemimpinan periode 2012 – 2013, dan Kepala Bidang (Kabid) 4 Komunikasi dan Informasi (Kominfo) periode 2013 – 2014. Selain itu juga, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk kegiatan praktikum empat matakuliah, yakni Biologi Umum, Biosistematika Hewan, Ekologi, dan Mamalogi baik di laboratorium, maupun lapangan. Pada awal tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata selama 41 hari di Desa Toba, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Pada pertengahan tahun 2014, penulis melaksanakan Kerja Praktik di Pusat Primata Schmutzer, Badan Layanan Umum Daerah Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta dengan judul laporan “Pola Pemberian Pakan dan Aktivitas Harian Siamang (Symphalangus syndactylus) di Pusat Primata


(15)

SANWACANA

Assalammualaikum wr.wb.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini

berjudul “AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii)

DI TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai disusun, penulis telah mendapatkan sangat banyak bantuan. Oleh karena itu, sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak dan ibu tercinta yang telah bekerja keras untuk membiayai semua biaya perkuliahan, memberikan bimbingan, dan nasehat, serta doa yang diberikan. Terima kasih Bapak dan Ibu. Terima kasih juga adik-adik tersayang, Dea Lestari dan Anggita Resti Pamungkas (Dias).


(16)

2. Astrining Inayah, terima kasih untuk doa, dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, pengertian, kesabaran, kasih sayang, dan kepercayaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik dan lancar. 3. Direktur Konservasi PT. Taman Safari Indonesia atas izin penelitian yang

telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Amy, Ibu drh. Ardyta, Bapak Keni Sultan, Fadli Rachman, dan Imam Syahril, serta Bapak-bapak keeper satwa lainya atas bantuan dan bimbingan, serta arahan saat pengajuan dan pelaksanaan penelitian.

5. Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. sebagai Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun. Terima kasih juga atas motivasi, nasehat, kritik, dan saran yang telah diberikan untuk penulis.

6. Jani Master, M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan saran kepada penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun.

7. Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai pembahas yang telah memberikan nasehat, kritik, dan saran untuk pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, sekaligus sebagai Rektor Universitas Lampung. 8. Prof. Suharso, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

10.Dr. Sumardi, M.Si. sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa.


(17)

11.Bapak Sunaryo dan Ibu Herni Yulita, paman dan bibiku, terima kasih atas semua kritik, saran, dan nasehatnya untukku, serta kamera Canon DSLR 600D selama pelaksanaan penelitian.

12.Seluruh teman-teman seperjuangan, mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung angkatan 2011. Para kakak dan adik tingkat yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.

13.Seluruh pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan kekhilafan perkataan dan perbuatan selama pelaksanaan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada semua pihak untuk hal tersebut di atas. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi salah satu sumber informasi terbaru dan bermanfaat untuk para pembacanya.

Wassalammualaikum wr.wb.

Bandarlampung, 10 Agustus 2015 Penulis,


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orangutan sumatera (Pongo abelii) adalah satu dari dua jenis orangutan yang endemik di Indonesia. Selain orangutan sumatera, Indonesia juga memiliki orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) yang endemik di Pulau Kalimantan. Orangutan sumatera hanya ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang dari Aceh sampai Sumatera Utara.

Prayogo, Thohari, Sholihin, Prasetyo, dan Sugardjito (2014) menyatakan bahwa orangutan sumatera merupakan jenis kera besar dan terbesar di Indonesia yang hidup dan bersarang di pohon dan bersifat arboreal.

Orangutan sumatera hampir tidak pernah berada di lantai dasar hutan sebagai perilaku anti predator yakni harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Orangutan sumatera berayun dari satu pohon ke pohon lain. Satwa tersebut lebih banyak melakukan aktivitas pada siang hari atau diurnal.

Di habitat alaminya, Taman Nasional Gunung Leuser, orangutan sumatera melakukan aktivitas harian, seperti beristirahat dan tidur di sarang, makan, bermain, menelisik, berpindah dengan cara berayun dari pohon satu ke pohon


(19)

2

lainnya (Mawarda, 2010). Upaya konservasi terhadap orangutan sumatera melihat peranannya yang penting. Orangutan sumatera sebagai spesies payung berperan dalam membantu penyebaran biji tumbuhan yang

dikonsumsinya (Rijksen dan Meijaard, 1999). Menurut Meijaard, Rijksen, dan Kartikasari (2001), upaya konservasi terhadap suatu jenis satwa dapat dilakukan secara insitu maupun eksitu. Upaya konservasi secara insitu merupakan upaya konservasi yang dilakukan di dalam habitat alami,

sedangkan upaya konservasi secara eksitu, upaya konservasi yang dilakukan di luar habitat alaminya, seperti kebun binatang dan taman margasatwa.

Salah satu kawasan konservasi eksitu orangutan sumatera di Indonesia adalah Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Taman Safari Indonesia merupakan suatu kawasan yang menyerupai habitat alami satwa sebagai kawasan konservasi eksitu dengan adanya penambahan arena wisata untuk hiburan masyarakat umum dan kepentingan edukasi (Taman Safari Indonesia, 2014).

Perbedaan antara kondisi habitat alami dan buatan akan berdampak pada orangutan sumatera. Salah satu dampak yang ditimbulkan dapat diketahui dengan mengamati aktivitas hariannya. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian mengenai aktivitas harian orangutan sumatera di kawasan konservasi eksitu.


(20)

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas harian orangutan sumatera, seperti aktivitas istirahat, makan, eliminatif, sosial, kawin, dan lokomosi di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dasar informasi terkini mengenai aktivitas harian orangutan sumatera di kawasan konservasi eksitu pada umumnya dan pihak Taman Safari Indonesia khususnya.


(21)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Orangutan Sumatera

Indonesia memiliki dua jenis orangutan, salah satunya adalah orangutan sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths (2008):

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Primata Family : Hominidae Genus : Pongo

Species : P. abelii

Nama lokal : orangutan sumatera / mawas

B. Morfologi Orangutan Sumatera

Meijaard, Rijksen, dan Kartikasari (2001) menyatakan bahwa orangutan sumatera memiliki rambut berwarna coklat kemerahan cerah yang panjang, lebat, dan tebal di seluruh permukaan tubuhnya kecuali muka, telapak tangan,


(22)

5

dan telapak kaki (Gambar 1). Rambut orangutan sumatera tipis, berbentuk membulat, dan secara mikroskopis mempunyai kolom pigmen gelap yang halus, serta sering patah di bagian tengahnya. Kantung tenggorokan orangutan sumatera berukuran kecil. Orangutan sumatera jantan memiliki pinggiran muka mendatar. Tungkai depan satwa ini lebih panjang daripada tungkai belakang.

Gambar 1. Orangutan sumatera, Maya, di Taman Safari Indonesia, Bogor

C. Perilaku Sosial Orangutan Sumatera

Orangutan sumatera hidup menyendiri atau soliter dan dapat hidup bersama dengan individu lain sejenis hanya pada saat tertentu, misalnya sebelum dan saat kawin bersama pasangan atau induk betina bersama satu atau dua


(23)

6

anaknya yang belum dapat mandiri (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Orangutan sumatera di kebun binatang tidak memiliki sifat soliter karena dua atau lebih individu orangutan sumatera digabungkan menjadi satu dalam satu kandang, baik kandang tidur maupun kandang peragaan.

D. Pakan Orangutan Sumatera

Kondisi hutan di Sumatera umumnya lebih banyak menyediakan sumber pakan berupa buah. Sumatera memiliki jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi. Hal ini menjadikan Sumatera lebih banyak memiliki sumber pakan buah bagi orangutan (Marshall, et al., 2010). Orangutan sumatera merupakan satwa herbivora, khususnya frugivora karena pakan utamanya berupa buah. Satwa ini memakan lebih dari 200 jenis tumbuhan berbeda. Bagian tumbuhan yang dimakan antara lain buah, biji, daun muda, bunga, kambium, dan getah yang dihisap pada beberapa jenis tumbuhan. Selain tumbuhan, telur burung, madu, dan berbagai jenis serangga kecil seperti rayap termasuk jenis pakannya (Supriatna dan Wahyono, 2000).

E. Habitat dan Penyebaran Orangutan Sumatera

Orangutan sumatera hidup di hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa, hingga perbukitan yang mencapai ketinggian 1.500 mdpl (Supriatna dan Wahyono, 2000) dengan batas-batas alam yang tidak dapat dilalui seperti sungai dan gunung dengan ketinggian lebih dari 2.000 mdpl (Redaksi Ensiklopedi


(24)

7

Indonesia, 2003). Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan

Republik Indonesia (2007) menyatakan bahwa tidak semua kawasan hutan di Sumatera didiami oleh orangutan sumatera. Orangutan sumatera ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang terbentang dari Provinsi Daerah Istimewa Aceh sampai Sumatera Utara (Gambar 2).

Gambar 2. Penyebaran orangutan sumatera (Dikutip dari Dirjen PHKA Dephut RI, 2007)


(25)

8

F. Status Konservasi

IUCN (2007) menyatakan orangutan sumatera sebagai satwa yang tergolong kritis (critically endangered),akibat dari perusakan hutan oleh manusia, perburuan liar, dan bencana alam tsunami pada tahun 2004 (IUCN, 2014). Sejak tahun 1931, orangutan sumatera telah dilindungi oleh Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 No. 233, Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, lalu terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991 dan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa menyatakan bahwa orangutan sumatera masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia (Supriatna dan Wahyono, 2000). CITES (2014) sebagai konvensi atau perjanjian internasional di bidang perdagangan flora dan fauna liar menggolongkan orangutan sumatera ke dalam golongan Appendix I yang artinya satwa tersebut dilarang

diperdagangkan oleh manusia mengingat keterancaman terhadap satwa tersebut sangat tinggi.

G. Aktivitas Selain Aktivitas Harian Satwa

Penangkaran satwa liar merupakan perkembangbiakan dan pemeliharaan satwa liar dalam keadaan terkurung yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai sasaran tertentu (Alikodra, 1993). Secara umum, penangkaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengembangbiakkan jenis-jenis


(26)

9

satwa liar yang bertujuan memperbanyak populasinya (Thohari, 1987). Kondisi habitat baru atau kandang dapat mempengaruhi aktivitas harian satwa (Zen, 2010). Kondisi kandang yang tidak memadai dapat menyebabkan aktivitas di luar biasanya sebagaimana dikategorikan oleh Fox (1968): 1. Pola makan tidak teratur merupakan pemberian pakan yang tidak sesuai

dengan kebutuhannya sehingga apabila kekurangan maka satwa akan menjadi kurus dan mati, sedangkan apabila berlebihan maka satwa akan obesitas atau kegemukkan.

2. Avoidance merupakan reaksi menghindar dan melarikan diri disebabkan oleh perasaan tertekan yang muncul akibat perubahan lingkungan dan adanya sesuatu yang dianggap sebagai ancaman.

3. Displacement merupakan perilaku tidak sewajarnya yang ditunjukkan oleh satwa.

4. Overgrooming merupakan aktivitas grooming berlebihan yang menyebabkan kebotakan, iritasi, hingga masalah kesehatan kulit.

5. Self mutilation / abuse merupakan perilaku menyakiti atau menyiksa diri sendiri dengan cara menggigiti tangan, memukul atau membenturkan kepala ke dinding kandang.

6. Aktivitas seksual abnormal / masturbasi merupakan aktivitas seksual satwa yang berlebihan atau kopulasi secara berulang-ulang terhadap suatu obyek. 7. Stereotype merupakan aktivitas satwa yang dilakukan secara


(27)

10

Fox (1968) mengkategorikan stereotype menjadi lebih rinci:

a. Bar-bitting merupakan perilaku satwa menggigiti jeruji besi kandang secara berulang.

b. Neck twisting merupakan gerakan menggelengkan atau memutar bagian leher.

c. Rocking merupakan perilaku berjalan secara berulang-ulang dari satu tempat ke tempat lain tanpa maksud tertentu.

d. Head bobbing and weaving merupakan perilaku menggelengkan kepala secara berulang.

e. Apathy merupakan perilaku sangat pasif dan tidak memberikan reaksi / respon pada rangsangan sekitar.

f. Coophilia and corprophagia merupakan perilaku memainkan dan memakan feses sendiri.

g. Abnormal aggression merupakan sifat agresif yang berlebihan.

h. Vomiting and regurgitating merupakan perilaku memuntahkan pakan dan menelannya kembali.

H. Taman Safari Indonesia

Taman Safari Indonesia merupakan kawasan terpadu yang di dalamnya terdapat kebun binatang mini, panggung pentas satwa, arena bermain anak-anak, dan area piknik. Kawasan wisata ini dapat ditempuh melalui jalur darat baik dari Jakarta, Bogor, maupun Bandung. Secara astronomis, kawasan konservasi eksitu ini terletak pada koordinat 6° 42' 29" S, dan 106° 56' 47" E


(28)

11

(Disparbud Jabar, 2014). Taman Safari Indonesia berlokasi di zona penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yakni Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 900 – 1.800 di atas permukaan laut dan suhu rata-rata 16 – 27 oC. Kawasan ini memiliki luas 138,5 hektar dengan koleksi satwa sekitar 2500 individu (Taman Safari Indonesia, 2015).

Taman Safari Indonesia dibangun tahun 1980 di atas lahan perkebunan teh yang tidak produktif dan resmi dibuka untuk umum pada tahun 1986. Taman Safari Indonesia ditetapkan sebagai obyek wisata nasional oleh mendiang Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi, Soesilo Soedarman dan diresmikan menjadi Lembaga Konservasi Eksitu dan Pusat Penangkaran Satwa Langka di Indonesia oleh Menteri Kehutanan, Hasyrul Harahap, pada tanggal 16 Maret 1990 (Taman Safari Indonesia, 2015).

Orangutan sumatera merupakan salah satu satwa yang terdapat di Taman Safari Indonesia. Selain di area safari, satwa ini juga ditempatkan di area Pusat Primata. Berbeda halnya dengan area safari, orangutan sumatera di area Pusat Primata ditempatkan pada dua jenis kandang, kandang tidur dan kandang peragaan. Pada pagi hari, orangutan sumatera dipindahkan ke kandang peragaan, pertunjukan bagi pengunjung. Pada sore hari, orangutan sumatera dipindahkan ke dalam kandang tidur untuk kenyamanan dan keamanan. Di area ini terdapat enam individu orangutan sumatera yang berasal dari habitat alaminya (liar), sitaan, kebun binatang lain, dan anak


(29)

12

orangutan sumatera yang dilahirkan di Taman Safari Indonesia. Enam individu orangutan sumatera ini terdiri dari dua individu jantan: Oyong dan Jhon, dan empat individu betina: Desi, Maya, Rahma, dan Pongi. Pada saat penelitian dilakukan, Jhon dan Pongi tidak dipindahkan ke kandang peragaan. Penelitian ini difokuskan pada empat individu orangutan sumatera: Oyong, Desi, Maya, dan Rahma.


(30)

13

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari – 27 Februari 2015 bekerja sama dan di bawah program PT. Taman Safari Indonesia didampingi oleh Bapak Keni Sultan, Fadli Rachman, dan Imam Syahril. Berdasarkan pada kebijakan pihak Taman Safari Indonesia mengenai batasan waktu dan tempat, penelitian dilakukan terhadap orangutan sumatera yang berada dalam kandang peragaan (Gambar 3) Pusat Primata, Taman Safari Indonesia, Cisarua hanya pada hari kerja sejak orangutan sumatera dipindahkan ke kandang peragaan sekitar pukul 08:30 hingga orangutan sumatera dipindahkan kembali ke kandang tidur sekitar pukul 16:45.

Gambar 3. Kandang peragaan orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia, Bogor


(31)

14

Kandang peragaan orangutan sumatera berukuran sekitar 20 m x 30 m. Fasilitas yang terdapat di kandang peragaan antara lain kolam, ban truk, tambang manila, tali karet ban, ayunan, lonceng, batang pohon, bangunan relief, kanopi plesteran, dan payung berteduh. Bagian lantai dasar kandang peragaan mencakup kolam, tanah berumput, dan bagian bawah kanopi plesteran. Bagian atas kandang peragaan meliputi bangunan relief, kanopi plesteran, batang pohon, dan payung berteduh. Kandang peragaan dibatasi oleh pagar listrik untuk mencegah orangutan sumatera keluar kandang peragaan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah lembar data, kamera digital DSC-W710 dan Canon EOS 600D, jam digital, dan pshycrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara lingkungan kandang peragaan. Obyek penelitian yakni empat individu (satu individu jantan dan tiga individu betina) orangutan sumatera (Tabel 1).

Tabel 1. Orangutan sumatera yang menjadi obyek penelitian di Taman Safari Indonesia, Bogor

Nama Seks Induk Tanggal datang

Tanggal

lahir Asal

Kelompok umur

Jantan Betina

Oyong Jantan liar liar tidak

diketahui

tidak

diketahui sitaan dewasa

Desi Betina Jhoni Sisi - 11/12/

2004 TSI dewasa

Maya Betina tidak

diketahui

tidak diketahui

29/11/

2012 -

Siantar, Sumatera

Utara

dewasa

Rahma Betina liar liar 21/6/


(32)

15

Oyong merupakan orangutan sumatera jantan dewasa yang berasal dari hasil sitaan. Ciri khas morfologi yang dimiliki oleh Oyong adalah rambut yang tumbuh di sekitar bagian dagu. Desi merupakan orangutan sumatera betina dewasa hasil perkawinan orangutan sumatera Jhoni dan Sisi di Taman Safari Indonesia. Saat penelitian dilakukan, Desi sedang mengandung janin hasil kopulasi dengan Oyong. Desi memiliki ukuran tubuh paling besar. Maya merupakan orangutan sumatera betina dewasa yang didatangkan dari Siantar. Maya memiliki umur paling muda. Maya memiliki ukuran tubuh paling kecil. Rahma merupakan orangutan sumatera betina dewasa yang berasal dari hasil sitaan.

C. Metode Penelitian

Pengamatan aktivitas harian orangutan sumatera dilakukan dengan metode

Scan Sampling yang dikombinasikan dengan metode One-Zero Sampling

(Altmann, 1974). Pencatatan data dilakukan secara instantanaeous (Paterson, 1992), yakni setiap aktivitas masing-masing individu dicatat dengan interval waktu sepuluh menit. Parameter penelitian ini adalah persentase frekuensi aktivitas orangutan sumatera yang meliputi aktivitas istirahat, makan, eliminatif, sosial, kawin, dan lokomosi.

Menurut Linburg (1980), aktivitas istirahat merupakan ketika individu relatif tidak melakukan aktivitas lain dalam periode waktu tertentu, baik dalam posisi duduk maupu berbaring. Aktivitas makan dimulai ketika orangutan


(33)

16

sumatera memberikan kode atau isyarat berupa menjulurkan tangan kepada

keeper atau pengunjung, bertepuk tangan, dan meludah untuk meminta pakan yang dilanjutkan dengan menangkap pakan yang dilempar oleh keeper atau pengunjung. Orangutan sumatera mengambil pakan yang gagal ditangkap atau pakan sengaja diberikan menyebar agar orangutan aktif berlokomosi. Setelah pakan diperoleh, orangutan sumatera akan mengupas apabila pakan yang diberikan berupa buah, seperti: jeruk, salak, kelapa, dan pisang. Buah yang telah dikupas ataupun yang tidak dikupas lalu dikunyah, dan ditelan.

Keeper memberikan pakan sebanyak empat kali dalam sehari dengan rincian jadwal pemberian pakan pada pagi hari sekitar pukul 07:00 – 08:00 di

kandang tidur sebelum orangutan sumatera dikeluarkan ke kandang peragaan yaitu pemberian pakan utama, pukul 10:00 pemberian pakan utama di

kandang peragaan, pukul 14:00 pemberian pakan tambahan, dan pukul 17:00 pemberian pakan utama setelah orangutan dimasukkan ke kandang tidur. Pakan utama orangutan sumatera di Pusat Primata, Taman Safari Indonesia terdiri dari pisang, salak, jeruk, apel, rambutan (musiman), mangga

(musiman), kelapa, daun kemang, rumput gajah muda, daun rasamala, bayam, daun gambas, kacang panjang, dan sawi. Pakan tambahan terdiri dari monkey chow dan gibbon ball yang terdiri dari kedelai, madu, beras merah, dan telur (Imam Syahril, pers.comm).

Aktivitas eliminatif meliputi aktivitas urinasi dan defekasi yang dilakukan oleh orangutan sumatera selama waktu pengamatan. Aktivitas sosial mencakup bermain, baik sendiri maupun bersama dan grooming baik


(34)

17

autogrooming maupun allogrooming (Kinnard, 1997). Aktivitas kawin meliputi kopulasi dan masturbasi baik yang dilakukan sendiri maupun bersama individu lain (Fox, 1968). Aktivitas lokomosi merupakan

aktivitasgerak berpindah yang dilakukan oleh individu orangutan sumatera dari satu pohon ke pohon lain atau dari satu tempat ke tempat lain (Linburg, 1980).

Perhitungan persentase frekuensi aktivitas setiap individu dilakukan dengan cara (Martin dan Batesson, 1988):

Persentase frekuensi aktivitas =

x 100%

A = Frekuensi aktivitas per hari

B = Total frekuensi seluruh aktivitas per hari

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pendahuluan untuk habituasi dilakukan selama dua hari sebelum melakukan pencatatan data. Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat agar satwa obyek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya karena keberadaan pengamat


(35)

18

Indonesia, Bogor dilakukan dengan cara berdiam diri baik berdiri ataupun duduk, dan berjalan di sekitar kandang peragaan orangutan sumatera.

2. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan secara bergantian dengan periode waktu 3 x 10 menit untuk masing-masing individu dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 pengulangan. Pengamatan dilakukan di luar kandang peragaan atau di dalam Rumah Aceh yang berjarak sekitar 5 meter dari tepi kandang peragaan agar keberadaan pengamat tidak mengganggu aktivitas harian orangutan sumatera.

3. Pencatatan suhu dan kelembaban udara lingkungan kandang peragaan dilakukan pada kondisi cuaca cerah, berkabut, hujan ringan, dan hujan deras.

E. Analisis Data

Setelah data primer hasil pengamatan diperoleh, kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan program

Microsoft Office Excel 2007 untuk mengetahui persentase frekuensi aktivitas harian orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia.


(36)

38

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat enam aktivitas harian orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia, Bogor, yaitu aktivitas lokomosi (45,37%), aktivitas istirahat (22,01%), aktivitas makan (21,98%), aktivitas sosial (8,85%), aktivitas eliminatif (1,39%), dan aktivitas kawin (0,40%).

2. Aktivitas lokomosi mencakup berjalan, berayun, dan memanjat; aktivitas istirahat mencakup istirahat dalam posisi duduk maupun berbaring; aktivitas makan mencakup mengkode, menangkap, mengambil,

mengupas, mengunyah, dan menelan pakan; aktivitas sosial mencakup bermain dan grooming; aktivitas eliminatif mencakup urinasi dan defekasi; dan aktivitas kawin mencakup masturbasi dan kopulasi.

3. Aktivitas kawin kopulasi dilakukan oleh Oyong dan Rahma. Aktivitas kawin masturbasi tanpa menggunakan alat pengayaan fasilitas kandang peragaan dilakukan oleh Oyong dan Desi, Oyong dan Rahma, sedangkan aktivitas kawin masturbasi dengan menggunakan alat pengayaan fasilitas kandang peragaan, lonceng, dilakukan oleh Maya.


(37)

39

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas kawin orangutan sumatera dan tata letak kandang peragaan di Pusat Primata, Taman Safari Indonesia, Bogor.


(38)

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, S. H. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, S. H. 1993. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Behaviour. University of Chicago. Chicago.

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2014. http://cites.org/eng/app/appendices.php. Dikunjungi pada 2 November 2014.

[Dirjen PHKA Dephut RI] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007.

Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. Dirjen PHKA Dephut RI. Bali.

[Disparbud Jabar] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2014. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=49&lang=id Dikunjungi pada 2 November 2014.


(40)

[IUCN Redlist] The International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species. 2014.

http://www.iucnredlist.org/details/summary/39780/0. Dikunjungi pada 2 November 2014.

Jolly, A. 1972. The Evolution of Primate Behaviour. Macmilland. New York.

Kinnaird, M. F. 1997. Sulawesi Utara: Sebuah Panduan Sejarah Alam. Percetakan Redi Utama. Jakarta.

Kuncoro. 2004. Aktivitas Harian Pongo pygmaeus rehabilitant di Hutan Lindung Pegunungan Meratu Kaltim. (skripsi). Universitas Udayana. Bali.

Liddle, M. J. and H. R. A. Scorgie. 1980. The Effects of Recreation of Freshwater Plant and Animals. Biology Conservation. 17: 183-206.

Linburg, D. G. 1980. The Macaques Studies in Ecology, Behaviour, and Evolution. Litton Edurational Publishing Inc. New York.

Marshall, A. J., Ancrenaz, M., Brearley, F. Q., Fredriksson, G. M., Ghaffar, N., Heydon, M., Husson, S. J., Leighton, M., McConkey, K.R., Morrogh-Bernard, H. C,. Proctor, J., van Schaik., Yeager, C. P. & Wich, S. A. 2010.

The Effect of forest phenology and floristics on populations of Bornean and Sumatran orangutans. Oxford University Press. Oxford.

Martin, P. dan P. Batesson. 1988. Measuring Behaviour, An Introduction Guide Second Edition. Cambridge Univeristy Press. Cambridge.

Mawarda, P. A. 2010. Perilaku harian orangutan (Pongo pygmaeus) dalam

konservasi ex situ di kebun binatang surabaya. (skripsi). Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Meijaard, E., Rijksen, H. D., Kartikasari, S. N. 2001. Di Ambang Kepunahan !, Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.


(41)

Nikmaturrayan. 2012. Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. (skripsi). Universitas Udayana. Bali.

O’brien, T. G. and M. F. Kinnaird. 1997. Behaviour, Diet, and Movements of the

Sulawesi Crested Black Macaque (Macaca nigra). International Journal of Primatology. Vol 18

Paterson, J. D. 1992. Primate Behaviour, An Exercise Workbook. Waveland Press Inc. Prospect Heights-Illinois.

Prayogo, H., Thohari, A. M., Sholihin, D. D., Prasetyo, L. B. dan Sugardjito. 2014. Karakter Kunci Pembeda Antara Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dengan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 16, No. 1: 61 – 68.

Rangkuti, R., P. Patana, dan S. Latifah. 2012. Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rangkuti, R. 2012. Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser. (skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rijksen, H. D., Meijaard, E. 1999. Our Vanishing Relative: The status of Wild Orang-utans at the close the Twentieth Century. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht.

Redaksi Ensiklopedi Indonesia. 2003. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Jilid I. PT. Ikrar Mandiriabadi. Jakarta.

Shofiana, R. 2007. Adaptasi Perilaku Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelii,

Leson 1827) Reintroduksi pada Dua Tipe Hutan yang Berbeda di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. (skripsi). Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.


(42)

Singleton, I., Wich, S. A. & Griffiths, M. 2008. Pongo abelii. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>.

Dikunjungi pada 10 Desember 2014.

Suhandi A. P, Defri Yoza, Tuti Arlita. 2015. Perilaku Harian Orangutan (Pongo Pygmaeus Linnaeus) Dalam Konservasi Ex-Situ Di Kebun Binatang Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jom faperta Vol. 2 No. 1.

Supriatna, J. dan Wahyono, E. H. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Thohari, M. 1987. Upaya Penangkaran Satwa Liar. Media Konservasi 1 (3): 10-16

[TSI] Taman Safari Indonesia. http://www.tamansafari.com. Dikunjungi pada 27 Mei 2015.

van Schaik, C. dan van Duijnhoven, P. 2006. Di Antara Orangutan, Kera Merah dan Bangkitnya Kebudayaan Manusia. Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS). Jakarta.

Wirdateti, A. N. Pratiwi, D. Diapari, dan A. S. Tjakradidjaja. 2009. Perilaku Harian Lutung (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia. 18 (1): 33 – 40.

Zen, R. U. 2010. Pengaruh Kondisi Kandang terhadap Aktivitas Harian dan Perilaku Harian Abnormal Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Margasatwa Ragunan. (skripsi). Universitas Nasional. Jakarta.


(1)

39

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas kawin orangutan sumatera dan tata letak kandang peragaan di Pusat Primata, Taman Safari Indonesia, Bogor.


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, S. H. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, S. H. 1993. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods.

Behaviour. University of Chicago. Chicago.

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2014. http://cites.org/eng/app/appendices.php. Dikunjungi pada 2 November 2014.

[Dirjen PHKA Dephut RI] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007.

Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017.

Dirjen PHKA Dephut RI. Bali.

[Disparbud Jabar] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2014. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=49&lang=id Dikunjungi pada 2 November 2014.


(4)

[IUCN Redlist] The International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species. 2014.

http://www.iucnredlist.org/details/summary/39780/0. Dikunjungi pada 2 November 2014.

Jolly, A. 1972. The Evolution of Primate Behaviour. Macmilland. New York.

Kinnaird, M. F. 1997. Sulawesi Utara: Sebuah Panduan Sejarah Alam. Percetakan Redi Utama. Jakarta.

Kuncoro. 2004. Aktivitas Harian Pongo pygmaeus rehabilitant di Hutan Lindung Pegunungan Meratu Kaltim. (skripsi). Universitas Udayana. Bali.

Liddle, M. J. and H. R. A. Scorgie. 1980. The Effects of Recreation of Freshwater Plant and Animals. Biology Conservation. 17: 183-206.

Linburg, D. G. 1980. The Macaques Studies in Ecology, Behaviour, and

Evolution. Litton Edurational Publishing Inc. New York.

Marshall, A. J., Ancrenaz, M., Brearley, F. Q., Fredriksson, G. M., Ghaffar, N., Heydon, M., Husson, S. J., Leighton, M., McConkey, K.R., Morrogh-Bernard, H. C,. Proctor, J., van Schaik., Yeager, C. P. & Wich, S. A. 2010. The Effect of forest phenology and floristics on populations of Bornean

and Sumatran orangutans. Oxford University Press. Oxford.

Martin, P. dan P. Batesson. 1988. Measuring Behaviour, An Introduction Guide

Second Edition. Cambridge Univeristy Press. Cambridge.

Mawarda, P. A. 2010. Perilaku harian orangutan (Pongo pygmaeus) dalam

konservasi ex situ di kebun binatang surabaya. (skripsi). Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Meijaard, E., Rijksen, H. D., Kartikasari, S. N. 2001. Di Ambang Kepunahan !, Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.


(5)

Nikmaturrayan. 2012. Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. (skripsi). Universitas Udayana. Bali.

O’brien, T. G. and M. F. Kinnaird. 1997. Behaviour, Diet, and Movements of the Sulawesi Crested Black Macaque (Macaca nigra). International Journal

of Primatology. Vol 18

Paterson, J. D. 1992. Primate Behaviour, An Exercise Workbook. Waveland Press Inc. Prospect Heights-Illinois.

Prayogo, H., Thohari, A. M., Sholihin, D. D., Prasetyo, L. B. dan Sugardjito. 2014. Karakter Kunci Pembeda Antara Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus) dengan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Jurnal Ilmu-ilmu

Hayati dan Fisik. Vol. 16, No. 1: 61 – 68.

Rangkuti, R., P. Patana, dan S. Latifah. 2012. Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Pusat

Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rangkuti, R. 2012. Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser. (skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rijksen, H. D., Meijaard, E. 1999. Our Vanishing Relative: The status of Wild

Orang-utans at the close the Twentieth Century. Kluwer Academic

Publisher, Dordrecht.

Redaksi Ensiklopedi Indonesia. 2003. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Jilid I. PT. Ikrar Mandiriabadi. Jakarta.

Shofiana, R. 2007. Adaptasi Perilaku Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelii, Leson 1827) Reintroduksi pada Dua Tipe Hutan yang Berbeda di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. (skripsi). Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.


(6)

Singleton, I., Wich, S. A. & Griffiths, M. 2008. Pongo abelii. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>.

Dikunjungi pada 10 Desember 2014.

Suhandi A. P, Defri Yoza, Tuti Arlita. 2015. Perilaku Harian Orangutan (Pongo

Pygmaeus Linnaeus) Dalam Konservasi Ex-Situ Di Kebun Binatang

Kasang Kulim Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau. Jom faperta Vol. 2 No. 1.

Supriatna, J. dan Wahyono, E. H. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Thohari, M. 1987. Upaya Penangkaran Satwa Liar. Media Konservasi 1 (3): 10-16

[TSI] Taman Safari Indonesia. http://www.tamansafari.com. Dikunjungi pada 27 Mei 2015.

van Schaik, C. dan van Duijnhoven, P. 2006. Di Antara Orangutan, Kera Merah

dan Bangkitnya Kebudayaan Manusia. Yayasan Penyelamatan Orangutan

Borneo (BOS). Jakarta.

Wirdateti, A. N. Pratiwi, D. Diapari, dan A. S. Tjakradidjaja. 2009. Perilaku Harian Lutung (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia. 18 (1): 33 – 40.

Zen, R. U. 2010. Pengaruh Kondisi Kandang terhadap Aktivitas Harian dan Perilaku Harian Abnormal Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Margasatwa Ragunan. (skripsi). Universitas Nasional. Jakarta.