Uji Efektivitas Mikrob Anti Hama, Anti Bau dan Dekomposer yang terkandung dalam Pupuk Hayati “Provibio”

UJI EFEKTIVITAS MIKROB ANTI HAMA, ANTI BAU DAN
DEKOMPOSER YANG TERKANDUNG DALAM PUPUK
HAYATI “PROVIBIO”

FIRMAN KURNIAWAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Efektivitas Mikrob
Anti Hama, Anti Bau dan Dekomposer yang terkandung dalam Pupuk Hayati
“Provibio” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014
Firman Kurniawan
NIM A14090038

ABSTRAK
FIRMAN KURNIAWAN. Uji Efektivitas Mikrob Anti Hama, Anti Bau dan
Dekomposer yang terkandung dalam Pupuk Hayati “Provibio”. Dibimbing oleh
FAHRIZAL HAZRA dan DWI ANDREAS SANTOSA.
Pengujian pupuk hayati perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian
kandungan, manfaat dan risiko yang ditimbulkan agar sesuai dengan standar
mutu pupuk hayati. Penelitian dilakukan dengan menguji efektivitas mikrob
anti hama, anti bau dan pengomposan, patogenitas terhadap hewan dan
hipersensitivitas terhadap tanaman, antagonisme antar mikrob serta
identifikasi. Pupuk hayati “Provibio” yang mengandung 9 mikrob ternyata 1
mikrob yaitu ICBB 7125 yang diduga Microbacterium lacticum tidak dapat
dikulturkan sehingga pengujian dilakukan hanya pada 8 mikrob. Hasil
penelitian menunjukkan isolat ICBB 6095 memiliki kecenderungan dapat

menaikkan mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura), isolat ICBB 8808 dapat
mengurangi bau feses ayam dengan metode organoleptik, isolat ICBB 8810
dan ICBB 9182 memiliki kecenderungan dapat mempercepat pengomposan
jerami. ICBB 6099 dan ICBB 6095 menunjukkan sifat patogen (α-hemolysis)
terhadap hewan sedangkan ICBB 6099 juga bersifat antagonis terhadap ICBB
6088. Hal ini kemungkinan ICBB 6099 yang semula diduga Lactobacillus sp.
telah terjadi kontaminasi pada biakan induk sehingga dari hasil identifikasi
menunjukkan ICBB 6099 mendekati ciri Listeria sp. Hasil identifikasi ICBB
6088 mendekati ciri Azospirillum sp., ICBB 9098 mendekati ciri Azotobacter
sp., ICBB 9251 mendekati ciri Bradyrhizobium sp., ICBB 6095 mendekati ciri
Bacillus thuringiensis, ICBB 8810 mendekati ciri Bacillus sp. Dua mikrob
“Provibio” yang berupa fungi yaitu ICBB 9182 mendekati ciri kelas
Basidiomisetes dan ICBB 8808 mendekati ciri Saccharomyces sp.
Kata kunci: efektivitas, identifikasi, patogenitas, pupuk hayati

ABSTRACT
FIRMAN KURNIAWAN. Effectivity Test of Microbes Against Pest, Odor
Reducer and Decomposer that Contained in the Biofertilizer “Provibio”.
Supervised by FAHRIZAL HAZRA and DWI ANDREAS SANTOSA.
Biofertilizer quality tests should be done to analyze the content, the

benefits and the risks to meet the biofertilizer quality standards. The study was
conducted by testing the effectivity of microbe against pest, odor reducer and
decomposer, its pathogenicity for animal and hypersensitivity for plant,
antagonism among microbes and identification of the microbes. Biofertilizer of
"Provibio" contained 9 isolates, but 1 isolate of ICBB 7125 which was
suspected as Microbacterium lacticum could not be cultured. The results
showed that isolate of ICBB 6095 possess inclination can mortality increase of
grayak caterpillar (Spodoptera litura), isolate of ICBB 8808 can reduce feces
odor of chicken which was tested by organoleptic method, isolate of ICBB
8810 and ICBB 9182 possess inclination can hasten straw composting. ICBB
6099 and ICBB 6095 showed pathogen (α-hemolysis) for animals, meanwhile
ICBB 6099 was antagonistic against ICBB 6088. Based on the morphological
and biochemical studies, the isolate of ICBB 6099 was identified as Listeria sp.,
ICBB 6088 as Azospirillum sp., ICBB 9098 as Azotobacter sp., ICBB 9251 as
Bradyrhizobium sp., ICBB 9065 as Bacillus thuringiensis and ICBB 8810 as
Bacillus sp. In addition, isolate of ICBB 6099 had been identified as
Lactobacillus sp. most probably the stock culture of isolate was contaminated
of the Listeria sp. Two of the member of “Provibio” community are fungi i.e.
the ICBB 9182 that was identified as fungi belongs to class of Basidiomycetes
and ICBB 8808 that was identified as Saccharomyces sp.

Keywords: effectivity, identification, pathogen, biofertilizer

2

UJI EFEKTIVITAS MIKROB ANTI HAMA, ANTI BAU DAN
DEKOMPOSER YANG TERKANDUNG DALAM PUPUK
HAYATI “PROVIBIO”

FIRMAN KURNIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

4

3

Judul Skripsi : Uji Efektivitas Mikrob Anti Hama, Anti Bau dan Dekomposer
yang terkandung dalam Pupuk Hayati “Provibio”
Nama
: Firman Kurniawan
NIM
: A14090038

Disetujui oleh

Ir Fahrizal Hazra, MSc
Pembimbing I

Prof Dr Ir Dwi Andreas Santosa, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

5

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan karya ilmiah
dengan judul Uji Efektivitas Mikrob Anti Hama, Anti Bau dan Dekomposer
yang terkandung dalam Pupuk Hayati “Provibio” ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Fahrizal Hazra, MSc dan
Prof. Dr Ir Dwi Andreas Santosa, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr
Rahayu Widyastuti, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis dalam penelitian dan menyusun karya
ilmiah ini. Ucapan terima kasih diucapkan kepada orang tua, saudara, serta
rekan–rekan atas saran dan dukungan yang telah diberikan, baik moril maupun
materil dari awal hingga selesai penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih
juga diucapkan kepada Nurila Kusuma Sari selaku partner penelitian, laboran
dan staf Laboratorium Bioteknologi Lingkungan Indonesian Center for
Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor dan Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan IPB yang telah memberikan bantuan selama proses
penelitian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Angkasa Pura II dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa
sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya.
Semoga penelitian dan karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2014
Firman Kurniawan

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

3

Bahan

3

Alat

4


Prosedur

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Efektivitas Mikrob

9

Patogenitas terhadap Hewan & Hipersensitivitas terhadap Tanaman

13

Antagonisme Antar Mikrob dalam Pupuk Hayati

15


Identifikasi Mikrob

16

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

34

8

DAFTAR TABEL
1 Pengaruh isolat ICBB 6095 terhadap mortalitas ulat grayak
(Spodoptera Litura)
2 Hasil akhir uji anti bau isolat ICBB 8808 pada feses ayam dengan
metode organoleptik
3 Hasil analisis pengomposan isolat ICBB 8808 & ICBB 9182 pada
jerami
4 Hasil uji patogenitas 8 isolat terhadap hewan dengan metode
hemolisis
5 Hasil uji hipersensitivitas 8 isolat pada daun tembakau
6 Hasil uji antagonis antar mikrob pada 8 isolat
7 Identifikasi morfologi dan fisiologi bakteri

10
12
13
14
15
16
19

DAFTAR GAMBAR
1 Ulat grayak (a) belum terinfeksi isolat ICBB 6095 (b) sudah
terinfeksi isolat ICBB 6095
2 Identifikasi morfologi yeast ICBB 8808 (a) sel ICBB 8808 (b) koloni
ICBB 8808
3 Identifikasi morfologi fungi ICBB 9182 (a) sel ICBB 9182 (b)
koloni ICBB 9182

11
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Komposisi media Nutrient Agar (NA) per liter akuades
Komposisi media Potatos Dektrose Agar (PDA) per liter akuades
Komposisi media Yeast Mannitol (YM) Broth per liter akuades
Komposisi media Luria Bertani (LB) Broth per liter akuades
Komposisi media LG per liter akuades
Komposisi media Nitrogen Free Bromtimol (NFB) per liter akuades
Komposisi media deMans Rogosa Sharpe Agar (MRS-A) per liter
akuades
Komposisi media Skim Milk Khamir Mannitol Agar (SKMA) per
liter akuades
Komposisi media Basal Selulolitik per liter akuades
Komposisi media Malt Extract Agar (MEA) per liter akuades
Komposisi media Basal Lignolitik per liter akuades
Komposisi media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) per liter akuades
Komposisi media Motility per liter akuades
Komposisi media Phenol Red Broth per liter akuades
Komposisi media Methyl Red Broth per liter akuades
Komposisi Reagent Methyl Red Broth per liter akuades
Komposisi Skim Milk Agar per liter akuades
9 ix

25
25
25
25
25
26
26
26
27
27
27
27
28
28
28
28
28

18
19
20
21
22
23
24

25
26

Komposisi Media Starch per liter akuades
Komposisi media Egg Yolk Agar per liter akuades
Komposisi media Nutrient Broth per liter akuades
Hasil analisis kadar air uji pengomposan
Data uji anti bau isolat ICBB 8808 pada feses ayam dengan metode
organoleptik
Kuisioner uji anti bau isolat ICBB 8808 pada feses ayam dengan
metode organoleptik
Hasil analisis sidik ragam pengaruh isolat ICBB 6095 terhadap
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura) menggunakan metode
ANOVA dengan software SAS 9.1
Hasil analisis sidik ragam uji anti bau isolat ICBB 8808 pada feses
ayam menggunakan metode ANOVA dengan software SAS 9.1
Hasil analisis sidik ragam pengomposan isolat ICBB 8810 & ICBB
9182 pada jerami menggunakan metode ANOVA dengan software
SAS 9.1

x10

29
29
29
29
30
30

31
32

32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah dalam pertanian adalah adanya serangan hama dan
penyakit. Serangan hama pada tanaman pertanian seringkali dikendalikan oleh
petani dengan menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia secara
luas dan terus-menerus dapat menekan hama, selain itu timbul pencemaran
lingkungan, residu kimia dan timbulnya resistensi hama yang memungkinkan
terjadinya resurgensi (Untung 1996). Permasalahan dalam mengendalikan hama
dan risiko yang ditimbulkan perlu diminimalisir agar pengendalian hama lebih
baik, aman dan ramah lingkungan. Hal ini diperlukan pengendalian hama dengan
menggunakan agen hayati salah satunya dengan Bacillus thuringiensis. Bacillus
thuringiensis merupakan bioinsektisida yang dikomersialkan untuk dipakai oleh
petani diberbagai negara (Bahagiawati 2002).
Bau identik dengan aroma yang tidak sedap. Dalam dunia pertanian
khususnya beternak seringkali kotoran atau feses ternak menimbulkan bau yang
tidak sedap. Hal ini dapat terjadi karena kadar amonia yang tinggi dan perlu
diantisipasi karena menimbulkan pencemaran udara. Kumprechtova et al. (2000)
menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae memiliki efek positif (tidak
signifikan) dalam mengurangi bau amonia nitrogen feses ayam.
Kompos merupakan hasil penguraian bahan organik yang dilakukan oleh
mikrob dekomposer. Kompos dapat membantu menyuburkan tanah dan
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Namun, petani banyak yang tidak tertarik
mengolah jerami menjadi kompos karena proses dekomposisi atau penguraiannya
yang lama. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan untuk mempercepat proses
penguraian jerami yaitu dengan pemberian pupuk hayati yang mengandung
mikrob dekomposer.
Salah satu upaya untuk membantu meningkatkan produksi pertanian adalah
dengan memperbaiki kondisi mikrobiologis lingkungan tanaman dengan
memanfaatkan mikroorganisme spesifik lokal maupun introduksi yang dapat
membantu pertumbuhan tanaman (Supriyanto dan Sulistyowati 2011). Hal ini
menjadikan pupuk hayati (biofertilizer), pupuk organik (kompos) dan biopeptisida
mulai dikembangkan dan dipasarkan. Muncul berbagai macam agen hayati yang
saat ini diterapkan baik dalam skala terbatas maupun luas, agen proteksi tanaman
atau pengendali hama dan pupuk organik yang diperkaya mikroorganisme
(Santosa 2009). Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian atau pengujian yang
dilakukan untuk melihat kesesuaian kandungan, manfaat dan risiko yang
ditimbulkan agar sesuai dengan standar mutu pupuk hayati. Subjek kajian dapat
berupa agen fisik, misalnya agen biologis yang memiliki potensi untuk
menimbulkan risiko kesehatan maupun lingkungan (Santosa 2009).

15

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menguji efektivitas mikrob anti hama pada ulat grayak (Spodoptera
litura).
2. Menguji efektivitas mikrob anti bau pada feses ayam.
3. Menguji efektivitas mikrob dekomposer pada jerami.
4. Menguji patogenitas mikrob yang terkandung dalam pupuk hayati
“Provibio” terhadap hewan dan hipersensitivitas terhadap tanaman.
5. Menguji antagonisme mikrob yang terkandung dalam pupuk hayati
“Provibio”.
6. Identifikasi mikrob yang terkandung dalam pupuk hayati “Provibio”.

TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Hayati
Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan pupuk yang memiliki kandungan
mikroorganisme. Menteri Pertanian (2011) dalam Peraturan Menteri Pertanian
(No.70/Permentan/SR.140/10/2011) menyatakan pupuk hayati adalah produk
biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan,
kesuburan, dan kesehatan tanah. Pemberian pupuk hayati diharapkan dapat
membantu kesuburan tanaman sehingga meningkatkan hasil produksi pertanian.
Tiga faktor yang mendorong meningkatnya perhatian terhadap aplikasi pupuk
hayati di Indonesia akhir-akhir ini, yaitu krisis ekonomi yang terjadi pada tahun
1997, pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah pada tahun 1998, dan
tumbuhnya kesadaran terhadap potensi pencemaran lingkungan melalui
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan tidak efisien (Simanungkalit 2001).
Peraturan Menteri Pertanian (No.70/Permentan/SR.140/10/ 2011)
menyatakan bahwa untuk mendapatkan sertifikat izin edar pupuk hayati
diperlukan berbagai pengujian. Hal ini menandakan bahwa pupuk hayati yang
bermutu dengan konsisten yang akan memperoleh sertifikat izin edar. Tahun 2003
hanya 35 merek pupuk hayati yang beredar dan popularitasnya masih tergolong
rendah yang diukur dari jumlah petani pemakai yang kurang dari 10% (Husen et
al. 2007).
Mikrob Anti Hama, Anti Bau dan Dekomposer
Bacillus thuringiensis memiliki kristal protein atau yang dikenal sebagai
protoksin bersifat toksik pada berbagai invertebrata khususnya serangga
(Bobrowski et al. 2002). Isolat Bacillus thuringiensis mengandung cry yang
berfungsi sebagai penghasil protein kristal ( -endotoksin) dibuktikan dengan
teknik PCR yang menghasilkan amplikon yang berukuran 797 pb (Muharsini et al.
2003). Kristal protein yang dimiliki Bacillus thuringiensis mampu membunuh
serangga sehingga dapat dijadikan sebagai anti hama. Hasinu (2009) menyatakan
hasil pengujian Bacillus thuringiensis dapat mengakibatkan mortalitas

2

Crocidolomia binotalis mulai pada jam ke-12 setelah perlakuan. Bacillus
thuringiensis memiliki potensi patogen terhadap kura-kura kulit lembut China
(Trionyx sinensis) ditandai dengan kanal usus hyperemic, leher bengkok, berenang
lesu dan disertai kematian masal (Chen et al. 2014).
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir (yeast) yang menghasilkan
betaglukan pada dinding selnya (Ahmad 2005). Andriani (2007) menyatakan
bahwa diindikasikan adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak betaglukan
Saccharomyces cerevisiae. Hal ini menandakan Saccharomyces cerevisiae dapat
berperan sebagai peredam dampak negatif dari radikal bebas (penetralisir radikal
bebas). Kumprechtova et al. (2000) juga menyatakan bahwa Saccharomyces
cerevisiae memiliki efek positif meskipun tidak signifikan dalam mengurangi bau
amonia nitrogen feses ayam.
Pengomposan merupakan suatu proses penguraian bahan organik yang
dibantu oleh mikrob dekomposer. Mala (1994) menyatakan bahwa inokulasi
Trichoderma (mikrob selulolitik) pada pengomposan jerami padi mampu
mempercepat pengomposan menjadi 19 hari untuk mencapai nisbah C/N 20
sebagai kriteria kompos matang. Ragi basidiomycetal dan ascomycetes memiliki
peran utama dalam mendekomposisi jaringan kentang sementara basidiomycetes
dominan dalam pembusukan sampah dan lebih kaya lignin (Hannula et al. 2013).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai Februari 2014.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Lingkungan Indonesian
Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor. Laboratorium
Bioteknologi Tanah, serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi koleksi mikrob yang dimiliki
Laboratorium Bioteknologi Lingkungan Indonesian Center for Biodiversity and
Biotechnology (ICBB 6088, ICBB 9098, ICBB 9251, ICBB 6099, ICBB 8808,
ICBB 7125, ICBB 9182, ICBB 8810 dan ICBB 6095), media Nutrient Agar (NA),
media Potatos Dektrose Agar (PDA), media Malt Extract (ME), media Yeast
Mannitol (YM) Broth, media Luria Bertani (LB) Broth, larutan fisiologis (0.85%
NaCl), media LG, media Nitrogen Free Bromtimol (NFB), media deMans Rogosa
Sharpe Agar (MRS-A), media basal selulolitik, media Skim Khamir Mannitol
Agar (SKMA), akuades, media Malt Extract Agar (MEA), media Triple Sugar
Iron Agar (TSIA), media basal lignolitik, merah kongo 1 %, media Blood Agar,
Microbact Identification Kits, media Motility, media Phenol Red Broth, media
Methyl Red, media Starch, media Skim Milk Agar, media Egg Yolk Agar, media
Nutrient Broth, H2O2, KOH, kapas, gliserol, maltose, larutan pirogalol, kertas
3

saring, tanaman tembakau, alkohol, spirtus, kaca preparat, kertas oxidase, kertas
aminopeptidase, minyak imersi, Paper Disc, H2SO4, selenium, NaOH, asam borat,
HCl pekat, larutan conway, trash bag, jerami, feses ayam dan ulat grayak
(Spodoptera litura).
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, erlenmeyer, gelas piala,
tabung reaksi, tabung ulir, cawan porselin, mesin pengocok (shaker), neraca
digital, pinset, stoples, handsprayer, cryotube, pembakar bunsen, autoklaf,
ependorf, jarum oose, inkubator, pH meter, spektrofotometer, laminar flow air
cabinet, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, eksikator, tanur, mesin penggiling
tanaman, oven, lemari pendingin, alat Kjeldahl, sentrifius dan box plastik.
Prosedur
Persiapan Mikrob
Isolat koleksi ICBB yang menjadi biakan induk dalam pembuatan pupuk
hayati “Provibio”ditumbuhkan di media LB untuk bakteri dan YM untuk fungi
dan yeast. LB dan YM dibuat dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml. Kemudian
dilakukan inokulasi dengan cara memipet 1 ml isolat biakan induk ke media LB
atau YM dan diinkubasi selama 3-7 hari pada shaker. Pertumbuhan bakteri pada
media LB dan yeast pada media YM dicirikan dengan perubahan warna menjadi
keruh. Sedangkan untuk fungi pada media YM dicirikan dengan munculnya hifa
dan media tidak keruh.
Hasil peremajaan isolat dari biakan induk digoreskan secara aseptik pada
masing-masing cawan petri yang berisi media selektif menggunakan jarum oose
dengan metode gores. Kemudian diinkubasi pada suhu 35°C untuk isolat bakteri
dan 27°C untuk isolat fungi atau yeast selama 3-7 hari. Inkubasi untuk isolat
ICBB 6088 dilakukan disuhu ruang selama 7-14 hari dan disimpan di tempat yang
terkena cahaya matahari. Penumbuhan isolat ICBB 6088 dilakukan pada media
agar Nitrogen Free Bromtimol (NFB) semi-padat, isolat ICBB 9098 pada media
LG, isolat ICBB 9251 pada media Skim Khamir Mannitol Agar (SKMA), isolat
ICBB 6099 pada media deMans Rogosa Sharpe Agar (MRS-A), isolat ICBB 8808
pada media Malt Extract Agar (MEA), isolat ICBB 7125 pada media Basal
Selulolitik, isolat ICBB 9182 pada media Basal Lignolitik, isolat ICBB 8810 pada
media Nutrient Agar (NA) dan isolat ICBB 6095 pada media Triple Sugar Iron
Agar (TSIA). Pengamatan dilakukan dan diamati pertumbuhannya sampai
terbentuk karakteristik masing-masing isolat.
Pemurnian dilakukan dengan cara menggoreskan koloni tunggal yang telah
tumbuh pada media selektif ke media selektif yang baru dan diinkubasi selama 37 hari. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat yang murni.
Pembuatan kultur stok dilakukan dengan menyiapkan media agar miring.
Kemudian isolat murni ditumbuhkan pada media NA untuk bakteri dan PDA
untuk fungi maupun yeast. Setelah itu diinkubasi selama 3-7 hari dan dipindahkan
ke lemari pendingin dengan suhu 4°C untuk disimpan dan digunakan keperluan

4

berikutnya. Komposisi media pada tahap persiapan mikrob ditunjukkan pada
lampiran 1 sampai 12.
Efektivitas Mikrob
1. Uji Anti Hama
Uji anti hama dilakukan dengan menggunakan isolat ICBB 6095 ke ulat
grayak (Spodoptera litura). Pengujian terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan tersebut adalah kontrol (100 ml akuades), A1 (isolat ICBB 6095 8
mg/100 ml akuades), A2 (isolat ICBB 6095 16 mg/100 ml akuades) dan A3 (isolat
ICBB 6095 24 mg/100 ml akuades).
Persiapan pengujian dilakukan dengan mencuci bersih stoples dan
dikeringkan selama semalam kemudian ditutup dengan plastik yang telah diberi
lubang-lubang kecil dan diikat dengan karet gelang. Stoples yang digunakan
sebanyak 12 buah dengan tinggi 5 cm, panjang 15 cm dan lebar 5 cm.
Persiapan larva dilakukan dengan memasukkan 7 ekor larva ke masingmasing stoples. Jumlah total larva Spodoptera litura yang digunakan mencapai 84
ekor. Larva Spodoptera litura atau ulat grayak yang digunakan memiliki ukuran
yang relatif sama dan usia memasuki fase instar 3 (Tarigan et al. 2013).
Persiapan isolat ICBB 6095 dimulai dari peremajaan, pengukuran bobot
kering untuk dikonversi ke bobot isolat masing-masing perlakuan dan
penghitungan total mikrob. Peremajaan dilakukan dengan menumbuhkan isolat ke
media NA selama 1 hari kemudian dipindahkan ke media LB 100 ml. Isolat yang
telah dipindahkan ke media LB kemudian di shaker dan diukur Optical Density
(OD) dengan spektrofotometer panjang gelombang 620 nm. Pengukuran
dilakukan sampai mendapatkan OD 1. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan
fase pertumbuhan bakteri yang baik untuk pengujian yaitu antara fase
eksponensial sampai fase stasioner. Setelah itu dilakukan pengukuran bobot
kering dengan cara memindahkan 10 ml larutan LB yang telah ditumbuhi mikrob
dengan OD 1 ke ependorf. Kemudian disentrifius dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit dan dikeringkan. Bobot kering mikrob diperoleh dari
pengurangan bobot kering ependorf yang berisi mikrob dengan bobot ependorf
kosong. Hasil bobot kering mikrob kemudian dikonversi untuk mendapatkan
bobot 8 mg, 16 mg dan 24 mg. Biakan mikrob yang telah dikonversi kemudian
dilarutkan kedalam handspayer yang telah terisi akuades 100 ml. Sehingga
diperoleh larutan isolat ICBB 6095 untuk perlakuan A1 mengandung 8 mg isolat
dalam 100 ml akuades, perlakuan A2 mengandung 16 mg isolat dalam 100 ml
akuades dan perlakuan A3 mengandung 24 mg isolat dalam 100 ml akuades.
Penghitungan total mikrob juga dilakukan dengan cara memipet 1 ml biakan
mikrob dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis (0.85% NaCl) secara
aseptik dalam serangkaian seri pengenceran sampai 10-8. Setelah itu ditumbuhkan
di media NA dan diinkubasi selama 1 hari. Penghitungan total mikrob dilakukan
dengan menggunakan metode agar cawan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
jumlah populasi mikrob agar sesuai dengan standar mutu pupuk hayati
berdasarkan Permentan (2011).
Tahap pengujian dilakukan dengan menyemprotkan larutan isolat ICBB
6095 ke larva Spodoptera litura. Makanan (daun kangkung) diberikan ke larva
dan disemprotkan terlebih dahulu dengan larutan isolat ICBB 6095. Pengamatan
5

dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati selama 7 hari (Tarigan et al.
2013). Ulat grayak yang mati juga diamati dengan mikroskop stereo. Persentase
larva yang mati dihitung dengan rumus :

Keterangan : M = Mortalitas ; a = Jumlah larva mati ; b = Jumlah larva hidup
Mortalitas ulat grayak diuji secara statistik menggunakan metode ANOVA
dengan software SAS 9.1.
2. Uji Anti Bau
Uji anti bau dilakukan dengan menggunakan metode organoleptik
(perbandingan jamak). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
perbandingan jamak yang menurut Fortina (1996) dilakukan untuk mengetahui
tingkat perbedaan sampel yang diujikan dengan contoh baku. Bahan yang
digunakan dalam pengujian adalah feses ayam. Sampel menggunakan 3 perlakuan
dengan kode sampel: 396 untuk isolat ICBB 8808, 428 untuk akuades steril
(kontrol) dan 715 untuk “Provibio”. Pemberian kode pada sampel bertujuan untuk
mengurangi bias dalam pengujian. Pengujian dilakukan kepada 15 orang panelis
dalam waktu 1-3 hari setelah aplikasi.
Persiapan pengujian dilakukan dengan mencuci bersih stoples dan
dikeringkan selama semalam kemudian ditutup. Stoples yang digunakan sebanyak
4 buah dengan tinggi 20 cm, panjang 30 cm dan lebar 15 cm. Feses ayam yang
digunakan adalah feses ayam kampung dalam kondisi basah yang diambil dari
salah satu peternakan di daerah Ciomas, Bogor. Feses ayam diambil pada sore
hari dan ditempatkan dalam stoples dengan bobot masing-masing 1 kg.
Persiapan isolat ICBB 8808 dilakukan dengan peremajaan isolat dan
penghitungan total mikrob. Peremajaan isolat dilakukan dengan menumbuhkan
isolat ke media MEA selama 1 hari kemudian dipindahkan ke media YM 50 ml.
Isolat yang telah dipindahkan ke media YM kemudian di shaker selama 1 hari.
Isolat kemudian diambil 20 ml dan dilarutkan ke dalam akuades steril 100 ml.
Penghitungan total mikrob juga dilakukan dengan cara memipet 1 ml biakan
mikrob dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis secara aseptik dalam
serangkaian seri pengenceran sampai 10-6. Setelah itu ditumbuhkan di media
MEA, lalu diinkubasi selama 1 hari. Penghitungan total mikrob dilakukan dengan
menggunakan metode agar cawan. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah
populasi mikrob agar sesuai dengan standar mutu pupuk hayati berdasarkan
Permentan (2011). Perlakuan “Provibio” juga dipersiapkan dengan cara
mengambil 1 ml pupuk hayati “Provibio” kemudian dilarutkan kedalam akuades
steril 100 ml.
Perlakuan dilakukan pada sore hari dengan cara mencampurkan akuades
steril 100 ml sebagai kontrol ke stoples yang sudah berisi feses ayam 1 kg dan
diaduk. Kemudian perlakuan tersebut diberikan kode sampel 428. Hal yang sama
juga dilakukan terhadap perlakuan isolat ICBB 8808 dan “Provibio” ke feses
ayam. Kode sampel 396 diberikan untuk perlakuan isolat ICBB 8808 dan kode
sampel 718 untuk perlakuan “Provibio”. Satu stoples yang berisi 1 kg feses ayam
lainnya kemudian dibiarkan sebagai contoh baku.
6

Pengujian dilakukan kepada panelis pada hari ke-1, 2 dan 3 setelah aplikasi.
Panelis menguji bau masing-masing sampel dan dibandingkan dengan contoh
baku. Selanjutnya, panelis mengisi kuisioner dan hasilnya dijadikan skor bau.
Kemudian skor bau di rata-rata untuk diambil kesimpulan dari hasil pengujian.
Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih dengan tingkat umur
yang berbeda. Penilaian skor bau dalam pengujian ini adalah: 4 = amat sangat
lebih bau, 3 = sangat lebih bau, 2 = lebih bau, 1 = agak lebih bau, 0 = sama, -1 =
agak kurang bau, -2 = kurang bau, -3 = sangat kurang bau, -4 = amat sangat
kurang bau. Skor rata-rata diuji secara statistik menggunakan metode ANOVA
dengan software SAS 9.1. Contoh kuisioner ditunjukkan di lampiran 23.
3. Uji Pengomposan
Pengujian dilakukan dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut
adalah kontrol (air 50 ml, LB 50 ml, YM 50 ml), isolat ICBB 8810, isolat ICBB
9182 dan “Provibio”. Masing-masing perlakuan ditambahkan air 550 ml agar
kadar air dapat mencapai 40-60 %.
Persiapan isolat ICBB 8810 dan ICBB 9182 dilakukan dengan peremajaan
isolat dan penghitungan total mikrob. Peremajaan isolat dilakukan dengan
menumbuhkan isolat ICBB 8810 ke media NA dan isolat ICBB 9182 ke media
PDA selama 1-3 hari. Kemudian dipindahkan ke media LB 50 ml untuk ICBB
8810 dan YM 50 ml untuk ICBB 9182. Isolat yang telah dipindahkan ke media
LB dan YM kemudian di shaker selama 1-3 hari. Penghitungan total mikrob
dilakukan dengan cara memipet 1 ml biakan mikrob dan dimasukkan ke dalam 9
ml larutan fisiologis secara aseptik dalam serangkaian seri pengenceran sampai
10-6 untuk isolat ICBB 9182 dan 10-8 untuk isolat ICBB 8810. Setelah itu
ditumbuhkan di media NA untuk isolat ICBB 8810 dan media PDA untuk isolat
ICBB 9182, lalu diinkubasi selama 1-3 hari. Penghitungan total mikrob dilakukan
dengan menggunakan metode agar cawan. Tujuannya adalah untuk mengetahui
jumlah populasi mikrob agar sesuai dengan standar mutu pupuk hayati
berdasarkan Permentan (2011). Perlakuan “Provibio” juga dipersiapkan dengan
cara mengambil 1 ml pupuk hayati “Provibio” kemudian dilarutkan kedalam air
50 ml.
Pengomposan dilakukan dengan cara menumpuk jerami yang sudah dicacah
berukuran 10 cm dengan bobot 1 kg ke dalam box plastik berukuran panjang 90
cm, lebar 60 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 12 buah. Perlakuan kontrol, isolat dan
“Provibio” dilakukan diawal pengomposan. Perlakuan kontrol dilakukan dengan
cara memberikan air 50+550 ml, 50 ml LB + 550 ml air dan 50 ml YM + 550 ml
air ke masing-masing tumpukan jerami secara terpisah, lalu masing-masing
ditutup rapat dengan trash bag. Perlakuan isolat ICBB 8810 dilakukan dengan
memberikan larutan isolat ICBB 8810 dan air 550 ml ke dalam tumpukan jerami
sebanyak 3 buah, lalu masing-masing ditutup rapat dengan trash bag. Hal yang
sama juga dilakukan untuk perlakuan isolat ICBB 9182 dan “Provibio”.
Pengomposan dilakukan selama 1 bulan dan pembalikan bahan kompos dilakukan
selama 2 hari sekali.
Pengamatan dilakukan selama 1 minggu sekali dengan cara mengambil
contoh jerami masing-masing 10 g dan diukur kadar air. Setelah itu masingmasing contoh jerami digiling dan hasil penggilingan digunakan untuk mengukur
C-organik, pH dan N-total. Parameter-parameter yang diamati adalah :

7

1. Analisis kadar air, pH, C-organik dan N-total awal.
2. Kadar air. Pengukuran dilakukan dengan menimbang 10 g contoh jerami
dan dimasukkan ke dalam cawan porselin, lalu dipanaskan pada suhu
105°C selama 4 jam, didinginkan di eksikator kemudian ditimbang.
Kadar air diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum dan setelah
dikeringkan (Horwitz et al 2000).
3. C-organik. Pengukuran dilakukan dengan metode pengabuan kering atau
kadar abu. Kadar abu ditetapkan terbih dahulu dengan cara pengabuan 2
g contoh jerami yang sudah digiling ke dalam tanur bersuhu 600°C
selama 2.5 jam, lalu ditimbang dan bobot bahan yang hilang merupakan
bahan organik yang dapat dikonversi menjadi kadar C-organik setelah
dikalikan faktor 0.58 (Horwitz et al 2000).
4. N-total. Pengukuran dilakukan dengan metode Kjeldahl (Horwitz et al
2000). Contoh jerami yang sudah digiling diambil 0.5 g kemudian
dilanjutkan dengan proses destruksi, destilasi dan titrasi.
5. C/N rasio. Nilai C/N rasio diperoleh dari perbandingan C-organik
dengan N-total. C/N rasio diuji secara statistik menggunakan metode
ANOVA dengan software SAS 9.1.
6. Nilai kadar air. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pH meter
dengan komposisi contoh jerami yang sudah digiling sebanyak 5 g dan
air 40 ml (Horwitz et al 2000).
Patogenitas terhadap Hewan & Hipersensitivitas terhadap Tanaman
1. Patogenitas terhadap Hewan
Pengujian ini dilakukan dengan metode hemolisis. Tujuan pengujian adalah
untuk melihat potensi patogen mikrob terhadap hewan. Mikrob diremajakan
terlebih dahulu, lalu ditumbuhkan ke media Blood Agar yang telah dicampur
darah domba 5%. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam untuk bakteri dan fungi
pada suhu ruang. Isolat yang mampu menghemolisis sel darah merah ditandai
dengan terbentuknya zona bening disekeliling koloni. Adanya zona bening
sekeliling koloni menunjukkan mikrob yang diuji termasuk patogen (Difco 2009).
2. Hipersensitivitas terhadap Tanaman
Pengujian dilakukan untuk melihat potensi mikrob sebagai patogen pada
tanaman, dalam hal ini pengujian menggunakan tanaman tembakau (Schadd et al.
2001). Uji hipersensitivitas dilakukan dengan meremajakan semua mikrob yang
akan diuji, lalu dipindahkan ke larutan fisiologis dan disuntikan ke daun tanaman
tembakau menggunakan syringe 1 ml (tanpa jarum), pengamatan dilakukan
selama 7 hari setelah penyuntikkan. Kontrol negatif dalam pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan akuades steril.
Antagonisme Antar Mikrob dalam Pupuk Hayati
Persiapan isolat dilakukan dengan meremajakan semua isolat yang akan di
uji menggunakan media NA untuk bakteri dan PDA untuk fungi dan yeast. Hasil
peremajaan ditumbuhkan ke media LB untuk bakteri dan YM untuk fungi dan

8

yeast, lalu di shaker selama 48 jam. Selanjutnya hasil pertumbuhan mikrob pada
media tersebut dinamakan larutan uji.
Hasil peremajaan isolat digoreskan kembali ke media NA untuk bakteri dan
PDA untuk fungi dan yeast, lalu paper disc dicelupkan ke larutan uji dan ditaruh
ke media agar dengan komposisi berbeda. Apabila yang ditumbuhkan di media
agar adalah ICBB 6088, 7 paper disc yang dicelupkan ke larutan uji mengandung
ICBB 9098, ICBB 9251, ICBB 6099, ICBB 8808, ICBB 9182, ICBB 8810 dan
ICBB 6095. Kemudian diinkubasi pada suhu 35°C untuk isolat yang ada pada
media NA dan 27°C untuk media PDA. Reaksi positif antagonis akan terlihat
dengan adanya zona bening disekitar paper disc. Pengamatan dilakukan setelah
masa inkubasi selama 72 jam.
Identifikasi Mikrob
Pengamatan morfologi koloni bakteri dan yeast secara makroskopik
dilakukan dengan menumbuhkan ICBB 6088, ICBB 9098, ICBB 9251, ICBB
6099, ICBB 8810 dan ICBB 6095 ke media NA dan ICBB 8808 ke media MEA.
Pengamatan dilakukan dengan melihat warna, bentuk koloni, elevasi, tepi dan
tekstur. Pengamatan morfologi koloni ICBB 9182 secara makroskopik dilakukan
dengan menumbuhkannya ke media basal lignolitik dan diamati warnanya setelah
diinkubasi selama 1-2 minggu (Saraswati et al. 2007). Pengamatan morfologi
koloni secara mikroskopik dilakukan dengan membuat preparat basah kemudian
diamati menggunakan mikroskop cahaya.
Uji biokimia dilakukan dengan menggunakan Microbact Identification Kits.
Data biokimia tambahan diambil dari pengujian masing-masing mikrob ke media
motility, phenol red broth, methyl red, starch, skim milk agar, egg yolk agar, NB
dengan suhu inkubasi 65°C, NB pH 5,7, NB 7% NaCl, NB dengan suhu inkubasi
45°C, gliserol, maltose, uji katalase, uji anaerobik, uji aminopeptidase, uji oxidase
dan uji KOH. Hasil identifikasi untuk isolat jenis bakteri berpedoman pada buku
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al. 1994). Komposisi
media untuk uji biokimia tambahan ditunjukkan di lampiran 13 sampai 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas Mikrob
Uji Anti Hama
Tabel 1 menunjukkan mortalitas ulat grayak pada perlakuan A3 (isolat
ICBB 6095 24 mg/ 100 ml akuades), A2 (isolat ICBB 6095 16 mg/ 100 ml
akuades), A1 (isolat ICBB 6095 8 mg/ 100 ml akuades) dan kontrol (100 ml
akuades). Perlakuan A3 dari hari ke-1 setelah aplikasi mulai menunjukkan adanya
kematian ulat dengan mortalitas 4.67%, sampai hari ke-7 mortalitas ulat
mengalami kenaikan mencapai 38.10%. Perlakuan A2 baru menunjukkan adanya
pengaruh terhadap mortalitas ulat pada hari ke-5 sebesar 19.05%, di hari ke-7
mortalitas ulat mencapai 33.33%. Hari ke-1 sampai ke-4 pada perlakuan A2 tidak

9

menunjukkan adanya mortalitas ulat. Hal ini terjadi karena toksin yang ada pada
isolat kemungkinan belum terakumulasi pada ulat sehingga belum menunjukkan
adanya mortalitas. Mortalitas ulat pada perlakuan A1 sampai hari ke-7 hanya
mencapai 19.05%, kematian ulat mulai terjadi di hari ke-2 dengan mortalitas
sebesar 4.67%. Perlakuan kontrol dari hari ke-1 sampai hari ke-7 tidak
menunjukkan adanya kematian sehingga mortalitas ulat nilainya 0%. Pada
kontrol juga terlihat ukuran ulat rata-rata menjadi lebih besar dibandingkan
perlakuan yang lain. Berdasarkan uji statistik perlakuan A1, A2 dan A3 tidak
menunjukkan beda nyata. Sehingga isolat ICBB 6095 memiliki kecenderungan
dapat mempengaruhi mortalitas ulat grayak.
Tabel 1 Pengaruh isolat ICBB 6095 terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura)
Perlakuan
Kontrol
A1
A2
A3

%Mortalitas Ulat pada Hari ke1
0.00a*
0.00a
0.00a
4.76a

2
0.00a
4.76a
0.00a
4.76a

3
0.00a
4.76a
0.00a
4.76a

4
0.00a
9.52a
0.00a
9.53a

5
0.00a
14.29a
19.05a
33.33a

6
0.00a
19.05a
33.33a
38.10a

7
0.00a
19.05a
33.33a
38.10a

*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf kepercayaan 95% ( =5%).

Adanya perbedaan persentase mortalitas ulat karena konsentrasi isolat yang
diduga Bacillus thuringiensis berbeda, semakin tinggi konsentrasi isolat maka
akan semakin besar tingkat mortalitasnya. Hasinu (2009) menyatakan bahwa
perbedaan tingkat mortalitas ulat dipengaruhi oleh jumlah spora, semakin tinggi
konsentrasi Bacillus thuringiensis maka jumlah sporanya akan semakin banyak
dan mengakibatkan jumlah spora yang termakan oleh ulat uji juga akan lebih
besar. Oppert (1999) juga menyatakan mikrob Bacillus thuringiensis
memproduksi kristal protein yang dapat pembunuh serangga (ICPs) dan
digunakan untuk mengendalikan hama utama. Kristal protein yang mengakibatkan
ulat grayak pada pengujian ini mengalami kematian. Hal ini yang menjadikan
Bacillus thuringiensis menginfeksi ulat grayak secara bertahap terhadap saluran
percernaan. Kristal bakteri akan melarut dalam saluran pencernaan, dalam
jaringan tersebut bakteri mengeluarkan toksin yang dapat mematikan serangga
(Tampubolon et al. 2013).
Pada perlakuan isolat ICBB 6095 menunjukkan ulat grayak yang terinfeksi
terlihat tidak agresif, lunak, mengeluarkan cairan dan warna berubah menjadi
kehitaman (Gambar 1). Tampubolon et al. (2013) menyatakan bahwa gejala yang
ditimbulkan Bacillus thuringiensis pada ulat grayak yaitu gerakan mulai lamban,
perubahan warna dari warna hijau kecoklatan menjadi hitam, larva mulai lunak,
mengeluarkan cairan dan warna menjadi hitam kemudian kering. Ulat grayak
yang sudah mati warnanya berubah menjadi coklat tua atau kehitaman dan lunak.
Tubuh ulat grayak berubah menjadi kering dan mengerut setelah beberapa hari
mati.

10

b

a

1 cm

1 cm

Gambar 1 Ulat grayak (a) belum terinfeksi isolat ICBB 6095 (b) sudah terinfeksi
isolat ICBB 6095

Pada uji anti hama isolat bakteri ICBB 6095 memiliki populasi sel
berjumlah 1.28×108 cfu/ml. Berdasarkan Permentan No. 70/ Permentan/ SR.140/
10/ 2011 maka isolat bakteri ICBB 8808 sesuai dengan standar mutu pupuk hayati
dalam uji efektivitas. Permentan (2011) menyebutkan standar mutu pupuk hayati
untuk populasi sel hidup bakteri sebesar ≥ 107 cfu/ml.
Uji Anti Bau
Perlakuan isolat ICBB 8808 dari 15 orang panelis mendapatkan skor ratarata sebesar -1.07, perlakuan pupuk provibio sebesar 0.47 dan perlakuan akuades
steril (kontrol) sebesar 0.73 (Tabel 2). Hasil skor rata-rata tersebut menunjukkan
isolat ICBB 8808 memiliki pengaruh dalam mengurangi bau feses ayam. Uji
statistik juga menunjukkan perlakuan ICBB 8808 hasilnya berbeda nyata. Skor
perlakuan isolat ICBB 8808 hari ke-1 diperoleh dari 8 orang panelis, hari ke-2
diperoleh dari 4 orang panelis dan hari ke-3 diperoleh dari 3 orang panelis. Hasil
penilaian tidak selalu menunjukkan penurunan skor. Hasil yang sama juga
ditunjukkan oleh perlakuan kontrol maupun “Provibio”. Hal ini dikarenakan
jumlah panelis pada hari ke-1, 2 dan 3 tidak sama dan tidak mencapai 15 orang
sehingga terjadi bias. Oleh karena itu, yang dapat dijadikan kesimpulan pada
pengujian ini adalah hasil skor rata-rata semua panelis dari hari ke-1, 2 dan 3.
Hasil pengujian dapat dinyatakan bahwa perlakuan isolat ICBB 8808 agak
kurang bau dibandingkan contoh baku, sedangkan perlakuan “Provibio” dan
kontrol memiliki bau yang hampir sama dengan contoh baku. Perlakuan
“Provibio” tidak menunjukkan hasil yang baik dalam menurunkan bau feses
ayam. Hal ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi “Provibio” yang diberikan
terlalu rendah. Isolat ICBB 8808 dalam daftar nama mikrob koleksi ICBB diduga
merupakan yeast yaitu Saccharomyces cerevisiae. Hasil perlakuan isolat ICBB
8808 terjadi karena pengaruh betaglukan yang terkandung dalam isolat ICBB
8808, sehingga radikal bebas yang membuat feses ayam memiliki bau tidak sedap
dapat berkurang. Betaglukan merupakan kandungan dari dinding sel
Saccharomyces cerevisiae (Ahmad 2005).

11

Tabel 2 Hasil akhir uji anti bau isolat ICBB 8808 pada feses ayam dengan
metode organoleptik
Perlakuan
Kontrol
Isolat ICBB 8808
Provibio

Skor pada Hari ke1
0.25
-1
0.125

2
1.5
-0.75
1.25

3
1
-1.33
0.33

Skor rata-rata
0.73a*
-1.07b
0.47a

*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf kepercayaan 95% ( =5%).

Pada perlakuan isolat fungi ICBB 8808 memiliki populasi sel berjumlah
6.4×107 cfu/ml. Berdasarkan Permentan No. 70/ Permentan/ SR.140/ 10/ 2011
maka isolat fungi ICBB 8808 sesuai dengan standar mutu pupuk hayati dalam uji
efektivitas. Permentan (2011) menyebutkan standar mutu pupuk hayati untuk
populasi sel hidup fungi sebesar ≥ 104 cfu/ml.
Uji Pengomposan
Pengomposan dilakukan untuk menguji kemampuan mikrob dalam
merombak bahan organik. Hasil analisis pengomposan dalam waktu 4 minggu
menunjukkan C/N rasio terendah terdapat pada perlakuan isolat ICBB 8810
sebesar 22.02, kemudian perlakuan isolat ICBB 9182 sebesar 25.80, perlakuan
“Provibio” sebesar 27.46 dan kontrol menunjukkan angka tertinggi sebesar 30.01
(Tabel 3). Meskipun tidak berbeda nyata dalam uji statistik, namun isolat ICBB
8810 dan ICBB 9182 mampu menurunkan C/N rasio lebih rendah dibandingkan
perlakuan lainnya. Sehingga isolat ICBB 8810 dan ICBB 9182 memiliki
kecenderungan dapat mempercepat proses dekomposisi jerami. Pemberian isolat
ICBB 8810 dan ICBB 9182 mendapatkan hasil C/N rasio yang lebih mendekati
angka 20. Pengomposan berupaya menurunkan nisbah C/N bahan organik agar
mendekati nisbah C/N tanah, yaitu dibawah 20 (Choiriah 2006). Isolat ICBB 8810
berdasarkan koleksi mikrob ICBB diduga Paenibacillus macerans dan ICBB
9182 diduga Phanerochaete sp. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Choiriah
(2006) bahwa pemberian inokulan mampu menurunkan nisbah C/N terutama pada
minggu ke-4.
Hasil analisis pH menunjukkan rata-rata nilai pada minggu ke-1 dan ke-2
mengalami peningkatan. Peningkatan pH terjadi karena meningkatnya jumlah
kation-kation basa seperti kalium, kalsium dan magnesium serta adanya
penghancuran protein dan pembebasan amoniak (Gaur 1981). Pada minggu ke-3
dan ke-4 disemua perlakuan mengalami penurunan nilai pH. Minggu ke-1 untuk
perlakuan isolat ICBB 8810 dan minggu ke-2 disemua perlakuan diduga terjadi
volatilisasi N karena nilai N-total mengalami penurunan. Sehingga menyebabkan
nilai C/N rasio mengalami kenaikan. Choiriah (2006) menyatakan bahwa pada pH
9 dapat menyebabkan nitrogen hilang melalui pembentukan molekul amonia yang
menguap, sedangkan pada pH yang terlalu asam (< 5) dapat menyebabkan
terhentinya aktivitas mikrob. Nilai % KA pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4
berada direntang nilai 54-75 (Lampiran 21).

12

Tabel 3 Hasil analisis pengomposan isolat ICBB 8810 & ICBB 9182 pada jerami
Perlakuan

0

Kontrol
Isolat ICBB 8810
Isolat ICBB 9182
Provibio

8.38
8.38
8.38
8.38

Kontrol
Isolat ICBB 8810
Isolat ICBB 9182
Provibio

44.32
44.32
44.32
44.32

Kontrol
Isolat ICBB 8810
Isolat ICBB 9182
Provibio

1.13
1.13
1.13
1.13

Kontrol
Isolat ICBB 8810
Isolat ICBB 9182
Provibio

39.22a*
39.22a
39.22a
39.22a

1
pH
8.67
9.11
8.43
8.57
C-organik
43.76
42.64
43.57
43.69
N-total
1.33
0.90
1.49
1.28
C/N rasio
32.90a
47.27a
29.18a
34.10a

Minggu ke2

3

4

9.02
9.31
9.08
9.12

8.11
8.35
8.44
8.54

8.09
8.21
8.26
8.37

42.01
41.25
41.94
42.57

41.52
40.49
40.88
41.28

40.82
39.77
40.63
40.68

1.26
0.72
1.06
1.03

1.32
1.54
1.51
1.36

1.36
1.80
1.57
1.48

33.35b
56.95a
39.44b
41.40b

31.44a
26.25a
27.10a
30.08a

30.01a
22.02a
25.80a
27.46a

*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf kepercayaan 95% ( =5%).

Pada pengomposan isolat bakteri ICBB 8810 memiliki populasi sel
berjumlah 1×108 cfu/ml dan isolat fungi ICBB 9182 berjumlah 3.8×105 cfu/ml.
Berdasarkan Permentan No. 70/ Permentan/ SR.140/ 10/ 2011 maka isolat ICBB
8810 dan ICBB 9182 sesuai dengan standar mutu pupuk hayati dalam uji
efektivitas. Permentan (2011) menyebutkan standar mutu pupuk hayati untuk
populasi sel hidup bakteri sebesar ≥ 107 cfu/ml dan fungi sebesar ≥ 104 cfu/ml.

Patogenitas terhadap Hewan & Hipersensitivitas terhadap Tanaman
“Provibio” mengandung 9 mikrob dan 1 mikrob yaitu isolat ICBB 7125
yang diduga Microbacterium lacticum sebagai bakteri selulolitik tidak bisa
dikulturkan. Oleh karena itu, pengujian dilakukan hanya pada 8 mikrob yaitu
ICBB 6088, ICBB 9098, ICBB 9251, ICBB 6099, ICBB 6095, ICBB 8810, ICBB
9182 dan ICBB 8808.

13

Uji Patogenitas terhadap Hewan
Hasil uji patogenitas dengan metode hemolisis menunjukkan reaksi positif
pada ICBB 6095 dan ICBB 6099 dengan ciri membentuk zona bening, sedangkan
ICBB 9098 tidak menunjukkan pertumbuhan (Tabel 4). Hal ini diduga ICBB 6095
dan ICBB 6099 memiliki potensi patogen terhadap hewan yang dapat melisiskan
darah secara tidak sempurna (α-hemolysis). Mikrob dikatakan α-hemolysis apabila
eritrosit tidak dapat pecah dengan sempurna, mikrob tersebut memiliki protein
heterogen yang dapat melisiskan eritrosit (Burrows et al. 1954).
hemolisis
terjadi apabila eritrosit dapat pecah dengan sempurna (Widyastutik et al. 2013).
ICBB 6095 memiliki potensi patogen terhadap hewan. Berdasarkan uji anti
hama juga menunjukkan ICBB 6095 dapat membunuh ulat grayak. ICBB 9098
tidak menunjukkan pertumbuhan sampai inkubasi 48 jam dan diduga karena
media pertumbuhannya kurang sesuai atau pertumbuhannya yang lambat.
Tabel 4 Hasil uji patogenitas 8 isolat terhadap hewan dengan metode hemolisis
Kode Isolat
ICBB 6088
ICBB 9098
ICBB 9251
ICBB 6099
ICBB 6095
ICBB 8810
ICBB 9182
ICBB 8808
a

Jam ke-

Ciri sekitar koloni

24


48


a

a

a


+
+





+
+





Zona bening
Zona bening






Tidak menunjukkan pertumbuhan.

Uji Hipersensitivitas terhadap Tanaman
Pengujian dilakukan terhadap daun tembakau untuk melihat reaksi
hipersensitivitas terhadap tanaman. Pengujian patogen terhadap tanaman menurut
Kerr dan Gibb (1977) terjadi apabila terjadi nekrosis pada daun tembakau setelah
diinjeksikan bakteri, dimana terjadi hubungan yang compatible antara patogen dan
tembakau. Hasil pengujian menunjukkan reaksi negatif disemua mikrob sampai
hari ke-7 (Tabel 5). Hal ini dibandingkan dengan kontrol yang nilainya negatif.
Hasil pengamatan pada daun tembakau tidak menunjukkan adanya bercak
kekuningan atau kecoklatan yang mencirikan terjadinya nekrosis. Wahyudi et al.
(2011) menyatakan bahwa reaksi positif patogen ditunjukkan dengan perubahan
warna kecoklatan pada area masuknya bakteri pada waktu 48 jam, reaksi yang
sama juga terjadi dengan munculnya bercak kekuningan hingga coklat pada
permukaan daun tembakau dengan kontrol negatif berupa akuades steril.
Hasil uji hipersensitifitas memperlihatkan hasil negatif pada 8 isolat atau
mikrob. Hasil pengujian menandakan mikrob-mikrob yang telah diuji tidak

14

patogen terhadap tanaman. Oleh karena itu, 8 mikrob yang telah diuji dapat
diaplikasikan ke tanaman tanpa merusak jaringan tanaman khususnya pada daun.
Tabel 5 Hasil uji hipersensitivitas 8 isolat pada daun tembakau
Perlakuan
Kontrol
ICBB 6088
ICBB 9098
ICBB 9251
ICBB 6099
ICBB 6095
ICBB 8810
ICBB 9182
ICBB 8808
a

Hari ke1










2










3










4










5










6










7
‒a









Tidak menunjukkan nekrosis.

Antagonisme Antar Mikrob dalam Pupuk Hayati
Pengujian dilakukan hanya pada 8 mikrob yaitu ICBB 6088, ICBB 9098,
ICBB 9251, ICBB 6099, ICBB 6095, ICBB 8810, ICBB 9182 dan ICBB 8808.
Hal ini dilakukan karena isolat ICBB 7125 yang diduga Microbacterium lacticum
sebagai bakteri selulolitik tidak dapat dikulturkan.
Hasil uji antagonisme yang disajikan pada Tabel 6 menunjukkan ICBB
6088 dan ICBB 6099 saling antagonis. Hal ini terjadi karena terlihat zona bening
disekitar paper disc sehingga ada kompetisi antar mikrob dalam mendapatkan
sumber makanan. Hasil berbeda ketika ICBB 6088 diuji dengan ICBB 9098,
ICBB 9251, ICBB 6095, ICBB 8810, ICBB 9182 dan ICBB 8808 yang tidak
menunjukkan zona bening. Sama halnya dengan ICBB 6099 yang tidak
menunjukkan zona bening ketika diuji dengan ICBB 9098, ICBB 9251, ICBB
6095, ICBB 8810, ICBB 9182 dan ICBB 8808.
Mikrob yang menunjukkan sifat tidak saling antagonis pertumbuhannya
akan baik ketika ditempatkan dalam satu media. Hal ini terjadi karena tidak
adanya kompetisi dalam pertumbuhan. Sehingga mikrob tersebut ketika
digabungkan dalam satu bahan pembawa maka mikrob akan tetap tumbuh.
Manalu (2013) menyatakan jika isolat tidak saling antagonis, aktivitas
penghambatan dari pertumbuhan masing-masing mikrob tidak terjadi dan jika
isolat tersebut ditumbuhkan bersamaan dalam satu media maka masing-masing
isolat akan tetap tumbuh dan tidak saling menghambat.

15

Tabel 6 Hasil uji antagonis antar mikrob pada 8 isolat
Kode Isolat
ICBB 6088
ICBB 9098
ICBB 9251
ICBB 6099
ICBB 6095
ICBB 8810
ICBB 9182
ICBB 8808

ICBB ICBB ICBB ICBB ICBB ICBB
6088 9098 9251 6099 6095 8810



















+























ICBB ICBB
9182 8808















Identifikasi Mikrob
Identifikasi yeast menunjukkan ICBB 8808 memiliki karakter morfologi
koloni berwarna putih kekuningan, bentuk sirkular, permukaan licin dan tekstur
lunak, morfologi sel terlihat berbentuk oval atau bulat telur dengan ukuran 2.5 µm
(Gambar 1). Yeast adalah mikroorganisme tunggal yang biasanya memiliki ukuran
5-10