Hubungan Antara Pola Menonton Sinetron Dengan Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan

HUBUNGAN ANTARA POLA MENONTON SINETRON
DENGAN GAYA HIDUP HEDONISME REMAJA PEDESAAN
(Kasus Remaja Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor)

CITRA TRESNA ASIH
I34120129

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara
Pola Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup Remaja Pedesaan (Kasus Remaja
Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)” benar-benar hasil karya
saya sendiri berdasarkan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum pernah

diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun kecuali
kutipan yang ada dalam tulisan ini. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya
yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis ini kepada Institut
Pertanian Bogor. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bogor, Agustus 2016

Citra Tresna Asih
NIM. I34120119

iv

ABSTRAK
Citra Tresna Asih. Hubungan antara Pola Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan. Di bawah bimbingan HADIYANTO.
Sinetron merupakan salah satu hiburan bagi masyarakat yang disiarkan melalui
televisi. Namun peningkatan minat masyarakat khususnya remaja terhadap sinetron
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sinetron tersebut. Kualitas

sinetron yang buruk dikhawatirkan memberikan perubahan gaya hidup bagi remaja.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif
menggunakan instrumen kuesioner yang didukung dengan data kualitatif, yaitu
wawancara mendalam. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 50 orang
remaja Desa Benteng. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tingkat perhatian
menonton sinetron mempunyai hubungan dengan aktivitas gaya hidup hedonisme.
Hubungan nyata lainnya adalah antara tingkat ekonomi keluarga dengan opini dan
aktivitas gaya hidup hedonisme dan hubungan antara tingkat interaksi dengan
keluarga dengan aktivitas gaya hidup hedonisme.
Kata kunci: hedonisme, remaja, sinetron
Citra Tresna Asih. Relations between Watching Soap Opera Patterns with
Hedonism Lifestyle of Rural Adolescent. Under the guidance of HADIYANTO.
Soap opera is one of entertainment shows for peoples which broadcast on
television. But the increase of people interest especially teenagers to soap opera is
not matched by an good quality of the soap opera. The poor quality of soap opera
that is concern that provides changing lifestyles for teenagers. This study used
survey method with quantitative research approach using a questionnaire that is
supported by qualitative data that is in-depth interviews. The number of
respondents in this study were 50 teenagers of Desa Benteng. This study found that
the level of attention to watch soap operas have a relationship with a hedonistic

lifestyle activities. Other significant relationship is between the economic level of
families with opinions and hedonistic lifestyle activities and the relationship
between the level of interaction with the family lifestyle activities hedonism.
Keywords: hedonism, soap operas, teenagers

vi

HUBUNGAN ANTARA POLA MENONTON SINETRON
DENGAN GAYA HIDUP HEDONISME REMAJA PEDESAAN
(Kasus Remaja Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor)

CITRA TRESNA ASIH
I34120129

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

viii

x

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang
bermanfaat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan antara Pola Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup Hedonisme
Remaja Pedesaan (Kasus Remaja Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor)”. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW, keluarga beliau, dan para sahabat serta pengikutnya hingga hari akhir.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Hadiyanto, MSi sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Tulisan ini penulis persembahkan untuk
keluarga penulis tercinta Ibu Rina, Ayah Endang, Kakak Novan, Kakak Ichsan dan
Teh Evi yang selalu mendoakan penulis dan memberikan dukungan serta kasih
sayang kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pemerintah
Desa Benteng, warga RW 01 Benteng khususnya remaja RT 01, RT 02 dan RT 04
RW 01 Desa Benteng yang telah bersedia mengizinkan dan membantu penulis
dalam pelaksanaan penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada sahabat sekaligus teman seperjuangan Lamboys, Paramita Dwi
Febriani, Umi Wasilah, dan Fina Windayani yang telah memberi semangat dan
dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Serta tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar SKPM dan SKPM
49 atas kebersamaannya, HIMASIERA 2015 khususnya divisi Advertising and
Multimedia serta senior-senior seluruh angkatan SKPM atas kesediaannya berbagi
pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016


Citra Tresna Asih
NIM. I34120129

xii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Program televisi
Pola menonton tayangan televisi
Remaja
Gaya Hidup Hedonisme

Hubungan Pola Menonton Televisi dengan Gaya Hidup Remaja
Faktor Lingkungan Sosial Remaja
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
Pola Menonton Sinetron Remaja
Faktor Lingkungan Sosial Remaja
Gaya Hidup Hedonisme
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis Desa Benteng
Kondisi Demografi Desa Benteng
Ketenagakerjaan
Tingkat Pendidikan
Kondisi Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Perhubungan
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kondisi Sosial Remaja Desa Benteng
GAMBARAN UMUM SINETRON
Sinetron Anak Jalanan
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jenis Kelamin Responden
Kategori Umur Responden
Tingkat Pendidikan Responden
Status Pekerjaan Responden
Pendapatan Responden
POLA MENONTON SINETRON RESPONDEN

xvii
xxi
xxiii
1
1
3
4

5
7
7
7
8
9
10
11
12
13
14
15
15
15
15
16
17
18
18
19

20
21
21
22
22
23
24
24
24
25
27
27
29
29
29
30
30
31
33


xiv

Frekuensi Menonton Sinetron
Durasi Menonton Sinetron
Tingkat Perhatian Menonton Sinetron
Motivasi Menonton Sinetron
Motivasi Identitas Pribadi
Motivasi Interaksi dan Integrasi Sosial
Motivasi Hiburan
FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL REMAJA
Interaksi dengan Teman Sebaya
Tingkat Ekonomi Keluarga
Tingkat Interaksi dengan Keluarga
Tingkat Penggunaan Media Sosial
GAYA HIDUP HEDONISME REMAJA DESA BENTENG
Opini
Minat
Aktifitas
HUBUNGAN ANTARA POLA MENONTON SINETRON DENGAN
GAYA HIDUP HEDONISME
Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Opini Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Minat Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Frekuensi Menonton Sinetron dengan Aktivitas
Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Durasi Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Durasi Menonton Sinetron dengan Opini Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Durasi Menonton Sinetron dengan Minat Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Durasi Menonton Sinetron dengan Aktivitas Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Perhatian Menonton Sinetron dengan Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Perhatian Menonton Sinetron dengan
Opini Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Perhatian Menonton Sinetron dengan
Minat Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Perhatian Menonton Sinetron dengan
Aktivitas Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Motivasi Menonton Sinetron dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Motivasi Identitas Pribadi dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Motivasi Interaksi dan Integrasi Sosial dengan
Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan

33
34
35
36
37
37
38
39
39
40
41
42
45
45
46
47
49
49
49
50
50
52
52
53
53
55
55
56
56
58
58
60

Hubungan Antara Motivasi Hiburan dengan Gaya Hidup Hedonisme
Remaja Pedesaan
Ikhtisar
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL REMAJA
DENGAN GAYA HIDUP HEDONISME
Hubungan Antara Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Opini
Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Minat
Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Aktivitas
Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Opini Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Minat Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Aktivitas Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Keluarga dengan Gaya Hidup
Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Keluarga dengan Opini Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Keluarga dengan Minat Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Interaksi dengan Keluarga dengan Aktivitas Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Gaya
Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Intensitas Penggunaan Media Sosial
dengan Opini Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Intensitas Penggunaan Media Sosial
dengan Minat Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Hubungan Antara Tingkat Intensitas Penggunaan Media Sosial
dengan Aktivitas Gaya Hidup Hedonisme Remaja Pedesaan
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

63
66
69
69
69
70
70
72
72
73
73
75
75
76
76
78
78
79
79
80
83
83
84
85
89
107

xvi

DAFTAR TABEL
1. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
2. Jumlah dan persentase tataguna lahan Desa Benteng, Kecamatan

17

Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2015
Jumlah dan persentase penduduk di Desa Benteng berdasarkan
kelompok umur tahun 2015
Jumlah dan persentase penduduk di Desa Benteng berdasarkan
jenis pekerjaan tahun 2015
Jumlah dan persentase penduduk di Desa Benteng berdasarkan
pendidikan tahun 2015
Jumlah kepemilikan sarana dan prasarana perhubungan Desa
Benteng tahun 2015
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Benteng tahun
2015
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan islam di Desa Benteng
tahun 2015
Jumlah dan persentase jenis kelamin responden di Desa Benteng
tahun 2016
Jumlah dan persentase kelompok umur responden di Desa Benteng
tahun 2016
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan responden di Desa
Benteng tahun 2016
Jumlah dan persentase status pekerjaan responden di Desa Benteng
tahun 2016
Jumlah dan persentase kelompok pendapatan responden di Desa
Benteng
Jumlah dan persentase motivasi identitas pribadi Remaja Desa
Benteng dalam menonton sinetron anak jalanan tahun 2016
Jumlah dan persentase motivasi identitas pribadi remaja Desa
Benteng dalam menonton sinetron anak jalanan tahun 2016
Jumlah dan persentase motivasi hiburan remaja Desa Benteng
dalam menonton sinetron tahun 2016
Jumlah dan persentase remaja Desa Benteng berdasarkan lama
interaksi remaja dengan teman sebaya tahun 2016
Jumlah dan persentase remaja Desa Benteng berdasarkan
penghasilan orang tua remaja Desa Benteng tahun 2016
Jumlah dan persentase remaja Desa Benteng berdasarkan Waktu
Interaksi Remaja Desa Benteng dengan Keluarga Tahun 2016
Jumlah dan persentase remaja Desa Benteng berdasarkan Waktu
Penggunaan Media Sosial Tahun 2016
Jumlah dan persentase tingkat opini mengenai gaya hidup
hedonisme remaja Desa Benteng Tahun 2016

21

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

22
23
24
24
25
25
29
29
30
31
31
37
37
38
39
40
41
42
45

xviii

22. Jumlah dan persentase tingkat minat terhadap gaya hidup
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

37.

38.

39.

hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Jumlah dan persentase tingkat aktifitas gaya hidup hedonisme
remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan opini gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan minat gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara frekuensi menonton sinetron dengan aktivitas
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat frekuensi menonton sinetron
dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara durasi menonton sinetron dengan opini gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara durasi menonton sinetron dengan minat gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara durasi menonton sinetron dengan aktivitas gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat durasi menonton sinetron dengan
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat perhatian menonton sinetron dengan
opini gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat perhatian menonton sinetron dengan
minat gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat perhatian menonton sinetron dengan
aktivitas gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat perhatian menonton sinetron
dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat motivasi pribadi menonton sinetron
dengan opini gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun
2016
Hubungan antara tingkat motivasi identitas pribadi menonton
sinetron dengan minat gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng
tahun 2016
Hubungan antara tingkat motivasi pribadi menonton sinetron
dengan aktivitas gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng
tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat motivasi identitas pribadi
menonton sinetron dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa
Benteng tahun 2016

46
47
49
50
51
51
52
53
54
54
55
56
57
57

58

59

59

60

40. Hubungan antara tingkat motivasi integrasi dan interaksi sosial

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.

menonton sinetron dengan opini gaya hidup hedonisme remaja
Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat motivasi integrasi dan interaksi sosial
menonton sinetron dengan minat gaya hidup hedonisme remaja
Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat motivasi integrasi dan interaksi sosial
menonton sinetron dengan aktivitas gaya hidup hedonisme remaja
Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat motivasi integrasi dan interaksi
sosial menonton sinetron dengan gaya hidup hedonisme remaja
Desa Benteng tahun 2016
Hubungan antara tingkat motivasi hiburan menonton sinetron
dengan opini gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun
2016
Hubungan antara tingkat motivasi hiburan menonton sinetron
dengan minat gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun
2016
Hubungan antara tingkat motivasi hiburan menonton sinetron
dengan aktivitas gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng
tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat motivasi hiburan menonton
sinetron dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun
2016
Hasil Uji Korelasi rank Spearman Hubungan Pola Menonton
Sinetron dengan Gaya Hidup Hedonisme
Hubungan tingkat interaksi dengan teman sebaya dengan opini
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat interaksi dengan teman sebaya dengan minat
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat interaksi dengan teman sebaya dengan aktivitas
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat interaksi dengan teman sebaya
dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan opini gaya hidup
hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan minat gaya hidup
hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan aktivitas gaya hidup
hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat ekonomi keluarga dengan gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016

61

61

62

63

63

64

65

65
66
69
70
71
71
72
73
74
74

xx

57. Hubungan tingkat interaksi dengan keluarga dengan opini gaya
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.

hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat interaksi dengan keluarga dengan minat gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat interaksi dengan keluarga dengan aktivitas gaya
hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat interaksi dengan keluarga dengan
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat intensitas penggunaan media sosial dengan opini
gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat intensitas penggunaan media sosial dengan
minat gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hubungan tingkat intensitas penggunaan media sosial dengan
aktivitas gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil uji statistik antara tingkat intensitas penggunaan media sosial
dengan gaya hidup hedonisme remaja Desa Benteng tahun 2016
Hasil Uji Korelasi rank Spearman Hubungan Faktor Lingkungan
Sosial Remaja dengan Gaya Hidup Hedonisme

75
76
77
77
78
79
79
80
81

DAFTAR GAMBAR
1. Proses Belajar Sosial (Bandura)
2. Kerangka Pemikiran
3. Persentase tingkat frekuensi menonton sinetron pada remaja Desa
Benteng tahun 2016
4. Persentase tingkat durasi menonton sinetron pada remaja Desa
Benteng tahun 2016
5. Persentase tingkat perhatian menonton sinetron pada remaja Desa
Benteng tahun 2016
6. Persentase responden menurut kegiatan yang dilakukan saat
menonton sinetron tahun 2016
7. Persentase topik pembicaraan remaja saat berkumpul tahun 2016
8. Persentase Jenis Pekerjaan Orangtua Remaja Desa Benteng 2016
9. Persentase responden berdasarkan aplikasi media sosial yang
digunakan tahun 2016

12
14
33
34
35
36
40
41
43

xxii

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Sketsa wilayah
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kerangka Sampling
Tabel Hasil Uji Reliabilitias dan Uji rank Spearman
Tulisan Tematik

91
93
95
99
105

xxiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gaya hidup merupakan cara pandang dan perilaku seseorang melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Setiap individu mempunyai gaya hidup yang berbedabeda. Gaya hidup remaja saat ini identik dengan gaya hidup yang aktif, dimana
remaja bersenang-senang dan masih mudah terpengaruh oleh berbagai informasi
yang mereka terima. Definisi gaya hidup sendiri menurut Setiadi (2010), gaya hidup
secara luas didefinisikan sebaga cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana
seseorang menghabiskan waktu, apa yang mereka anggap paling penting dalam
lingkungan dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga
dunia sekitarnya. Engel et al. (1994) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola di
mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup dapat terlihat
berbeda antara gaya hidup remaja kota dengan gaya hidup remaja desa. Gaya hidup
remaja kota terbilang lebih modern karena kehidupan mereka cukup dekat dengan
segala fasilitas seperti sekolah, mal, tempat hiiburan dan sebagainya yang ditunjang
dengan tingkat ekonomi pada tingkat menengah ke atas sehingga memudahkan
akses remaja terhadap fasilitas tersebut. Melalui hal tersebut, dapat memacu remaja
kota untuk melakukan gaya hidup hedonisme. Berbeda halnya dengan remaja kota,
remaja desa lebih identik dengan kesederhanaan dimana di sekeliling mereka sangat
jarang terdapat fasilitas seperti mal, tempat hiburan, dan sebagainya, disamping itu
tingkat ekonomi mereka yang sebagian besar adalah menengah ke bawah
memungkinkan ketidakmampuan remaja desa mengakses fasilitas tersebut. Namun,
dengan kemajuan teknologi dan modernisasi yang terjadi saat ini, perubahan gaya
hidup dapat terjadi dengan cepat. Adanya modernisasi saat ini memungkinkan
remaja desa pun berusaha untuk mengikuti gaya hidup remaja kota, salah satunya
adalah gaya hidup hedonisme. Seperti yang dikutip Praja dan Damayantie (2013)
menurut Chaney dalam ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain: 1) Industri
gaya hidup; 2) Iklan gaya hidup; 3) Public relations dan journalisme gaya hidup;
4) Gaya hidup mandiri; dan 5) gaya hidup hedonis.
Gaya hidup hedonisme merupakan cara pandang seseorang untuk
menikmati kesenangan semata dalam kehidupan. Menurut Takariani (2013),
hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,
bersenang-senang, pestapora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup , entah
ini menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Saat ini, gaya hidup hedonisme telah
mempengaruhi gaya hidup masyarakat tak terkecuali remaja. Menurut Plumer
dalam Kasali (2000) ada tiga aspek gaya hidup hedonis, yaitu 1) Activities
(kegiatan) yaitu tindakan nyata yang dilakukan seseorang; 2) Interest (minat) yaitu
objek, peristiwa atau topik yang menadi perhatian khusus seseorang; dan 3)
Opinion (opini) yaitu jawaban lisan atau tertulis yang diberikan sebagai stimulus
mengenai pikiran, harapan dan evaluasi dalam perilaku. Menurut penelitianpenelitian yang telah dilakukan, hedonisme memang bukan hanya tentang perilaku
konsumtif tetapi juga tentang keinginan seseorang yang cenderung hanya ingin
hidup senang tanpa berusaha keras. Sehubungan dengan itu, hasil penelitian Praja
dan Damayantie (2013) menyebutkan bahwa gaya hidup hedonisme telah dilakukan
oleh remaja pada kalangan mahasiswa, bentuk gaya hidup hedonisme yang

2

dilakukan adalah pergi ke mall, cafe, diskotik dan kegiatan-kegiatan kesenangan
lainnya. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perkuliahan dikesampingkan,
penurunan motivasi dan prestasi belajar dan pola hidup materialistis. Berbagai
contoh gaya hidup dapat kita lihat dari berbagai macam sumber, salah satunya
melalui media televisi.
Televisi merupakan salah satu sumber utama informasi dan hiburan bagi
masyarakat luas. Menurut UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 4 ayat 1, televisi sebagai
media penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan
yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Sebelumnya, pada Pasal 1 ayat 4 dijelaskan
bahwa penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum,
baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Sinetron merupakan salah satu program siaran televisi yang menayangkan
berbagai macam contoh gaya hidup pagi khalayaknya. Namun seiring dengan
tingginya persaingan dalam industri produksi tayangan hiburan, kualitas dari
konten program hiburan tak terkecuali sinetron justru mendapatkan penilaian yang
buruk. Hal tersebut didukung dengan survei yang dilakukan Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) mengenai kualitas program siaran televisi pada bulan NovemberDesember 2015 yang menyatakan bahwa kualitas program acara sinetron masih
buruk ditandai dengan indeks kualitas program sinetron yang mendapatkan indeks
hanya sebesar 2,58 dari standar kualitas yang ditetapkan oleh KPI yaitu dengan skor
4.
Saat ini, sebagian besar sinetron yang ditayangan dan diproduksi yaitu
sinetron yang bertemakan kehidupan remaja meliputi kisah percintaan remaja, gaya
hidup remaja yang secara langsung maupun tidak langsung menarik perhatian
remaja yang menjadi sasaran utamanya. Kekhawatiran akan pengaruh yang
diberikan sinetron disampaikan oleh Komisioner KPI Pusat Agatha Lily dalam
Sosialisasi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
Yogyakarta Rabu, 20 Agustus 20141, masa anak-anak dan remaja adalah masa
paling rentan terpengaruh terpaan media karena mereka belum memiliki daya
seleksi terhadap apa yang mereka tonton. Fenomena tersebut dijelaskan Bandura
dalam Teori Belajar Sosial, dimana menurut teori tersebut perilaku menonton
televisi merupakan cara seseorang untuk mengamati suatu perilaku atau tindakan
menerima perilaku atau tindakan itu hanya dengan cara melihatnya. Menurut teori
kognisi sosial, manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan ini
melalui dua cara yaitu imitasi dan identifikasi. Menurut teori ini dijelaskan pula
kemungkinan seseorang mengamati dan belajar hal positif dan bermanfaat maupun
perilaku negatif yang ditolak masyarakat melalui media yang mereka konsumsi.
Gaya hidup hedonisme sendiri sering kali diidentikan dengan kehidupan
masyarakat kota yang memang kesehariannya dekat dengan tempat-tempat yang
sesuai dengan gaya hidup hedonisme, didukung pula dengan tingkat ekonomi
masyarakat kota yang sebagian besar memang mampu untuk melakukan gaya hidup
hedonisme. Beberapa penelitian mengenai gaya hidup hedonisme remaja di kota
yang dihubungkan dengan pola menonton sinetron telah dilakukan, seperti yang
dilakukan oleh Pinasthika (2010) dan Takariani (2013), sinetron mempunyai peran
1

[KPI]. 2014. Anak-anak dan Remaja Rentan Terpaan Media. [internet]. Diunduh pada:
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32361-anak-anak-dan-remajarentan-terpaan-media

3

yang signifikan terhadap pembentukan gaya hidup hedonisme remaja, remaja
cenderung ingin mengikuti gaya hidup idolanya, malas belajar, suka nongkrong,
dan sebagainya. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Pinasthika (2010) pada
remaja di Kota Bogor dijelaskan bahwa motif dari sebagian besar remaja yang
diteliti dalam menonton televisi adalah untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan
dimana akibatnya, semakin tinggi frekuensi remaja dalam menonton tayangan
sinetron semakin sedikit waktu yang digunakan remaja untuk belajar. Pada hasil
penelitian Takariani (2013) dibuktikan bahwa daya tarik, isi pesan dan intensitas
menonton tayangan sinetron televisi berpengaruh secara signifikan terhadap sikap
mengenai gaya hidup hedonis remaja di Cimahi.
Kenyataan tersebut membuat adanya kekhawatiran akan perubahan sikap
dan perilaku anak dan remaja yang akhirnya akan mempengaruhi gaya hidupnya
yang disebabkan oleh apa yang ditontonnya. Tanpa pengaturan dan pengawasan
dari orang tua dalam hal pemilihan tayangan yang ditonton, akan berdampak buruk
pada sikap dan perilaku anak dan remaja tersebut. Indonesia sebagai negara
berkembang masih sangat membutuhkan perbaikan di segala aspek, tentunya
dengan bantuan remaja-remaja yang giat belajar, kreatif, mampu bekerja keras dan
siap bersaing dengan remaja dari negara maju yang kualitas pendidikannya sudah
jauh dibandingkan dengan kualitas pendidikan di Indonesia. Keadaan remaja yang
semakin lama hanya ingin hidup bersenang-senang tanpa berusaha, secara tidak
langsung dapat menghambat proses pembangunan di negeri ini, khususnya pada
bidang pendidikan dan kesejahteraan. Remaja desa yang sebagian besar hidupnya
masih jauh dari sejahtera dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah,
seharusnya dapat bekerja keras lebih dari remaja di perkotaan untuk memperbaiki
kehidupannya.
Hasil survey BPS (2010), remaja berusia 15-24 tahun pada perdesaan di
Kabupaten Bogor berjumlah 708.635 jiwa. Berdasarkan data pemerintah Desa
Benteng, sekitar 1.626 jiwa remaja tinggal di desa tersebut. Sebagian besar daerah
perdesaan di wilayah Kabupaten Bogor sendiri sudah dengan mudah mengakses
siaran televisi termasuk siaran tayangan sinetron. Keadaan seperti itu
memungkinkan gaya hidup hedonisme juga terjadi pada remaja pedesaan, melalui
tayangan televisi khususnya sinetron. Berdasarkan hal tersebut peneliti untuk
tertarik untuk meneliti hubungan antara pola menonton tayangan sinetron
dengan gaya hidup hedonisme remaja pedesaan.
Rumusan Masalah Penelitian
Televisi merupakan salah satu sumber informasi dan hiburan bagi masyarakat
luas. Berbagai macam jenis tayangan televisi telah banyak diproduksi salah satunya
adalah sinetron. Sinetron merupakan salah satu tayangan hiburan yang digemari
masyarakat dan ditayangkan hampir setiap hari di berbagai stasiun televisi lokal
maupun swasta. Waktu tayang yang terus bekelanjutan pada tayangan sinetron
menyebabkan munculnya pola menonton bagi penontonnya, tak terkecuali remaja.
Menurut konsep dari Mc. Quail dan Windhal (1981) yang digunakan Parwadi
(2005) mengukur penggunaan televisi yaitu menggunakan jumlah waktu rata-rata
sehari yang dihabiskan untuk menonton televisi, frekuensi menonton acara televisi
dan tingkat perhatian dalam menonton acara televisi. Berdasarkan hal tersebut,
perlu digambarkan bagaimana pola menonton sinetron pada remaja pedesaan.

4

Berdasarkan pola tertentu, tayangan sinetron mempunyai hubungan dalam
mempengaruhi penontonnya salah satunya adalah pengembangan gaya hidup
seseorang. Menurut teori belajar sosial Bandura pada Yusuf (2000), televisi
membantu pengalaman belajar seseorang yang sebelumnya hanya dapat
diimajinasikan sehingga dapat divisualisasikan. Namun saat ini kualitas tayangan
sinetron berada pada nilai kualitas program tayangan dengan nilai yang kurang baik
berdasarkan survey kualitas program siaran televisi yang dilakukan oleh KPI pada
bulan November-Desember 2015 yaitu dengan indeks hanya sebesar 2,58 dari
standar kualitas yang ditetapkan oleh KPI yaitu dengan skor 4. Berdasarkan hal
tersebut, dikhawatirkan terjadi perubahan gaya hidup terhadap pemirsa program
sinetron khususnya oleh remaja. Gaya hidup merupakan cara pandang dan
berperilaku seseorang dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Salah satu bentuk
dari gaya hidup adalah gaya hidup hedonisme dimana gaya hidup ini merupakan
dimana seseorang lebih mengutamakan kesenangan dalam kehidupannya. Pada
umumnya, gaya hidup hedonisme terjadi pada masyarakat kota, yang memang
dekat dengan sumber hiburan seperti mall, bioskop, taman hiburan dan sebagainya.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana gaya hidup hedonisme
pada remaja pedesaan.
Melihat dari pola menonton remaja pedesaan tersebut, dapat dilihat bagaimana
hubungan pola menonton sinetron dengan gaya hidup hedonisme remaja
pedesaan. Selain itu, terdapat pula faktor lain yang memiliki hubungan dengan
gaya hidup hedonisme remaja, yaitu faktor lingkungan sosial remaja. Hal tersebut
telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan Praja dan Damayantie (2013),
Sholihah dan Kuswardani (2015), Fitria (2015). Praja dan Damayantie (2013)
menjelaskan bahwa faktor penyebab gaya hidup hedonisme pada mahasiswa di
Lampung adalah berasal dari pergaulan teman-teman yang juga mempunyai gaya
hidup mewah dan hura-hura. Menurut hasil penelitian Sholihah dan Kuswardani
(2015) penghasilan orang tua juga dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumtif
yang mempunyai hubungan dengan gaya hidup hedonisme, dengan penghasilan
orang tua yang rendah maka orang tua tidak dapat memenuhi semua permintaan
anak. Selain itu, menurut Kotler (1997) salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi gaya hidup, menurut Kotler, keluarga memegang peran terbesar dan
terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu karea pola pengasuhan
orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung
mempengaruhi pola hidupnya. Terakhir, berdasarkan penelitian Fitria (2015) media
sosial instagram membantu remaja perempuan dalam mengikuti perkembangan
zaman yang akhirnya berdampak pada gaya hidup yang konsumtif. Berdasarkan hal
tersebut, yang menjadi pertanyaan terakhir adalah bagaimana hubungan faktor
lingkungan sosial remaja dengan gaya hidup hedonisme remaja pedesaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis bagaimana
hubungan pola menonton televisi dengan gaya hidup hedonisme remaja pedesaan
1. Menghasilkan deskripsi tentang pola menonton sinetron pada remaja pedesaan
2. Menghasilkan deskripsi tentang gaya hidup hedonisme remaja pedesaan
3. Menghasilkan analisis tentang hubungan pola menonton sinetron dengan gaya
hidup hedonisme remaja pedesaan

5

4. Menghasilkan analisis tentang hubungan faktor lingkungan sosial remaja
dengan gaya hidup hedonisme remaja pedesaan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku
pengamat dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat
diperoleh yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai
hubungan pola menonton tayangan sinetron dengan gaya hidup hedonisme
remaja pedesaan
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini membantu kepada masyarakat khususnya remaja dan
keluarganya mengenai hubungan pola menonton tayangan sinetron dengan
gaya hidup hedonisme remaja pedesaan
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penyiaran sinetron remaja
televisi

6

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Program televisi
Pada kehidupannya, masyarakat mempunyai kebutuhan untuk memperoleh
informasi terkini yang terjadi di luar lingkungan hidupnya. Televisi merupakan
salah satu media massa populer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi
terkini serta hiburan. Dalam UU No. 32 Tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran
televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka
maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Menurut
Ardianto dkk. (2007) ada tiga karakteristik televisi berdasarkan stimulasi alat indra
yaitu: 1) Audiovisual; 2) Berpikir dalam gambar; dan 3) Pengoperasian lebih
kompleks.
Tayangan televisi merupakan produk yang dibuat perusahaan televisi dalam
menyampaikan pesan tertentu. Tayangan-tayangan yang menarik pemirsa
menjadikan televisi sebagai salah satu kebutuhan utama bagi rumah tangga.
Persaingan antar stasiun televisi swasta dalam memproduksi dan menyajikan
tayangan yang menarik semakin tinggi agar pemirsa tertarik terhadap tayangan
yang disiarkan. Menurut Diahloka (2012), Program-program televisi memiliki
banyak keunggulan diantaranya orang bisa melihat gambar-gambar yang menarik,
dibandingkan dengan media elektronik lainnnya seperti radio yang hanya dapat
dinikmati dengan indera pendengaran saja.
Menurut Ardianto dkk. (2007) fungsi televisi sama dengan fungsi media
massa lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Hal
tersebut didukung oleh penjelasan Morissan (2005) mengenai pengelompokan jenis
program televisi yang ditayangkan di televisi sebagai berikut:
1) Program informasi yaitu segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak
audien. Berdasarkan bentuknya, program informasi dibagi menjadi dua
yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
2) Program Hiburan yaitu segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan.
Program yang termasuk program hiburan adalah drama, musik dan
permainan.
Tentunya, diantara tayangan maupun program-program tersebut ada
program yang paling berpengaruh dan menarik perhatian masyarakat. Seperti dalam
penelitian Pandiya (2008), yang menemukan bahwa program televisi favorit remaja
Kota Semarang adalah berita liputan olahraga, film luar negeri, dan petualangan.
Selain itu hasil penelitian Pinasthika (2010) membuktikan bahwa intensitas
menonton televisi, daya tarik dan isi pesan dari sinetron mempengaruhi sikap dan
perilaku remaja di Cimahi. Berdasarkan beberapa contoh hasil penelitian diatas
dapat disimpulkan bahwa sinetron remaja saat ini adalah salah satu tayangan yang
memberikan pengaruh dan diminati oleh remaja.

8

Pola menonton tayangan televisi
Sumartono (2014) mendefinisikan pola menonton adalah perilaku
menonton yang dilakukan berulang-ulang. Hasil penelitian Hernawati dan Palapah
(2010) melihat pola konsumsi media yaitu televisi melalui jumlah durasi remaja
dalam menonton televisi dalam satu hari, motif penggunaan televisi, dan frekuensi
menonton televisi. Menurut konsep dari Mc. Quail dan Windhal (1981) yang
digunakan Parwadi (2005) mengukur penggunaan televisi yaitu menggunakan
jumlah waktu rata-rata sehari yang dihabiskan untuk menonton televisi, frekuensi
menonton acara televisi dan tingkat perhatian dalam menonton acara televisi.
Sementara itu, Pinasthika (2010) membuktikan bahwa intensitas menonton televisi,
daya tarik dan isi pesan dari sinetron mempengaruhi sikap dan perilaku hedonisme
remaja di Cimahi.
Melalui uraian di atas, maka pola menonton sinetron dapat dilihat dari:
1) Durasi menonton sinetron
Durasi menonton sinetron merupakan lama waktu individu dalam menonton
sinetron setiap satu kali tayang. Dalam hasil penelitian Pinasthika (2010), remaja
di Kota Bogor menggunakan waktunya sebanyak 15 menit sampai satu jam
untuk menonton sinetron.
2) Frekuensi menonton sinetron
Frekuensi menonton sinetron adalah tingkat keseringan individu dalam
menonton tayangan sinetron dalam rentan waktu tertentu.
3) Tingkat perhatian dalam menonton tayangan sinetron
Merupakan sejauhmana individu memperhatikan tayangan yang sedang ia
tonton.
4) Motivasi menonton tayangan sinetron
Motif menonton tayangan sinetron merupakan dorongan individu untuk
menonton sinetron remaja. Menurut McQuail (1991) yang dirujuk Feryandes
(2013), terdapat empat motivasi khalayak dalam menggunakan media yang
terdiri dari:
a. Motivasi informasi yaitu khalayak mencari berita tentang peristiwa dan
kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan
dunia,mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin
tahu dan minat umum, belajar, dan memperoleh rasa damai melalui
penambahan pengetahuan;
b. Motivasi identitas pribadi yaitu khalayak menemukan penunjang nilai-ila
pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai
lain, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri
c. Motivasi integrasi dan interaksi sosial yatu khalayak memperoleh
pengetahuan tentang keadaan orang lain, mengidentifitkasi diri dengan orang
lain dan meningkatkan rasa memiliki, menemukan bahan percakapan dan
interaksi sosial, memperoleh teman selain dari manusia, membantu
menjalankan peran sosial, dan memungkinkan seseorang untuk dapat
menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat
d. Motivasi hiburan yaitu khalayak melepaskan diri atau terpisah dari
permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi
waktu, penyaluran emosi dan membangkitkan gairah seks.

9

Remaja
Remaja merupakan suatu tingkatan dimana seseorang beralih dari masa anakanak menuju masa dewasa. Tingkat ini juga biasa disebut dengan masa peralihan.
Menurut pendapat Chaplin yang dikutip oleh Pinasthika (2010) mendefinisikan
remaja sebagai periode antara pubertas dan kedewasaan, biasanya usia 12-21 tahun
untuk perempuan dan 13-22 tahun untuk laki-laki. Disamping itu, menurut
Diahloka (2012), masa remaja dikenal dengan masa storm dan stress dimana terjadi
pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan
pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Perbedaan pendefinisian remaja
biasanya terjadi pada stratifikasi usia seseorang. Seperti yang dikutip oleh Diahloka
(2012) menurut Monks dkk. (2010), masa remaja adalah pada usia 12 sampai
dengan 21 tahun dan terbagi atas beberapa fase yaitu fase remaja awal (12-15
tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).
Pada masa remaja, biasanya remaja memiliki rasa keingintahuan yang
sangat tinggi. Menurut Pandiya (2008) remaja merupakan masa puber dimana ia
akan mencari role model di luar lingkungan keluarga, berbeda dengan anak-anak
yang menjadikan sosok yang ditemui di keluarganya sebagai role model. Menurut
Yusuf (2000), Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang
atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupanya.
Sehubungan dengan itu, Yusuf (2000) mengatakan bahwa perkembangan
identitas pada saat remaja ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Iklim keluarga, yaitu berkaitan dengan interaksi sosio-emosional antar
anggota keluarga, sikap dan perlakuan orangtua dengan anak. Apabila
hubungan dan kondisi keluarga positif, maka remaja akan mampu
mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil.
2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang menurut persepsi seorang remaja
merupakan figur yang mempunyai posisi di masyarakat. Pada
umumnya, tokoh idola bagi remaja adalah seseorang yang berasal dari
kalangan selebritis.
3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesemparan seorang remaja untuk
melihat ke depan dan menguji dirinya dalam adegan kehidupan yang
beragam
Dalam kehidupan sehari-hari, remaja saat ini meluangkan waktunya cukup
banyak untuk menonton televisi khususnya film atau sinetron remaja. Melalui
tayangan-tayangan di televisi, remaja mendapatkan pengetahuan dan role model
yang selanjutnya memungkinkan untuk menjadi panutannya dalam menjalani
kehidupannya. Perubahan sikap dan perilaku serta gaya hidup dapat terjadi pada
remaja melalui tayangan-tayangan hiburan televisi khususnya film atau sinetron
remaja. Seperti hasil penelitian Nurlailah dan Azeharie (2011) yang membuktikan
bahwa remaja menghabiskan waktu 1-3 jam perharinya untuk menonton televisi.
Melalui hasil penelitian Parwadi (2005) juga dibuktikan bahwa melalui tayangan
hiburan televisi, remaja cenderung menganggap bahwa menonton tayangan agresif,
seks dan konsumtif merupakan hal yang wajar bahkan merupakan sesuatu yang
harus diikuti dalam kehidupan nyata.

10

Gaya Hidup Hedonisme
Gaya hidup merupakan cara pandang dan perilaku seseorang untuk
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Menurut Setiadi (2010), gaya hidup secara luas
didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang
menghabiskan waktu, apa yang mereka anggap paling penting dalam lingkungan,
dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di
sekitarnya. Menurut Engel et al. (1994) gaya hidup didefinisikan sebagai pola di
mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Selanjutnya ia menjelaskan
bahwa gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya,
kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup sangat mempengaruhi
seseorang dalam menjalani kehidupannya. Sehubungan dengan hal tersebut,
Sihabudin (2011) berpendapat gaya hidup sebagai pembeda kelompok akan muncul
dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Seperti yang dikutip
oleh Sari (2015) menurut Adlin (2006) menyatakan bahwa gaya hidup mencakup
sekumpulan kebiasaan, pandangan-pandangan dan pola-pola respon terhadap
hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.
Melalui karakter dan minat individu yang berbeda-beda, muncul berbagai
macam gaya hidup di kehidupan masyarakat. Beberapa bentuk gaya hidup menurut
Chaney (1996) yang dikutip Praja dan Damayantie (2013), antara lain: 1) Industri
gaya hidup; 2) Iklan gaya hidup; 3) Public relations dan journalisme gaya hidup;
4) Gaya hidup mandiri; 5) dan gaya hidup hedonis.
Menurut Praja dan Damayantie (2013), hedonisme sudah muncul sejak awal
sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonis merupakan gaya hidup yang terus
berkembang seiring berkembangnya jaman. Hedonisme berasal dari kata Hedone
yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesenangan atau kenikmatan.
Menurut Takariani (2013), hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap
bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para
penganut paham ini, bersenang-senang, pestapora, dan pelesiran merupakan tujuan
utama hidup,baik hal tersebut ini menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
Mendukung pernyataan tersebut, Felicia dkk. (2014) mengutip pernyataan
Veenhoven (2003) yaitu individu yang hidup dengan gaya hidup hedonis adalah
individu yang memandang secara positif mengenai kesenangan dan akan
mengambil atau memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk mencapai
kesenangan yang diharapkan. Seperti pendapat Susanto (2001) yang dipaparkan
Martha (2010) bahwa atribut kecenderungan gaya hidup hedonismeliputi lebih
sering mengisi waktu luang di mal,kafe, da restoran-restoran siap saji (fast food),
serta memiliki sejumlah barang-barang prestisius.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang menurut Kotler
(1997) yang dikutip oleh Rianton (2013) terdiri atas faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah sikap, pengalaman dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Menurutnya, faktor internal ini adalah
sesuatu yang datang dari diri seseorang setelah ia mencerna apa yang ia lihat, amati
lalu pelajari. Selanjutnya, faktor eksternal menurut Kotler (1997) terdiri dari
kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan.
Dalam mengukur gaya hidup menurut Engel et al. (1994) dapat digunakan
teknik Psikografis yaitu menggunakan pengukuran kegiatan (Activities), minat
(Interest) dan opini (Opinion). Menurut Reynolds dan Darden dalam Engel et al.
(1994) komponen AIO didefinisikan sebagai berikut:

11

1) Kegiatan (Activities), yaitu tindakan nyata seseorang
2) Minat (Interest), yaitu ketertarikan terhadap objek, peristiwa atau topik
adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun
terus menerus kepadanya
3) Opini (Opinion), yaitu jawaban lisan atau tertulis yang diberikan sebagai
respons terhadap situasi stimulus dimana pertanyaan diajukan. Opini
digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi.
Hubungan Pola Menonton Televisi dengan Gaya Hidup Remaja
Televisi mempunyai daya tarik karena media ini mempunyai keunggulan
yaitu dapat memvisualisasikan berbagai macam informasi kepada pemirsa. Tak
hanya masyarakat dan pemerintah yang mengambil keuntungan dari hal tersebut,
pihak swasta pun tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang produksi televisi.
Seperti yang dikatakan Soetrisno (1996) yang dikutip oleh Parwadi (2005), ketika
stasiun televisi dikuasai oleh pemilik modal atau kaum kapitalis, maka kepentingan
konsumen dikalahkan oleh kepentingan kaum pemilik modal. Dapat dilihat saat ini
banyak tayangan yang mementingkan komersialitas saja, dibandingkan kualitas
dari tayangan tersebut. Pihak swasta cenderung memikirkan bagaimana tayangan
yang diproduksinya menarik perhatian pemirsanya, namun mengabaikan pesan
moral yang seharusnya dapat disampaikan pada tayangan-tayangan yang disiarkan.
Seperti contohnya adalah tayangan televisi untuk remaja.
Menurut penelitian Pandiya (2008) tayangan televisi yang remaja nikmati
sebagian besar adalah liputan olahraga, film luar negeri, dan petualangan. Tayangan
favorit remaja lainnya adalah acara musik dan sinetron. Contohnya adalah program
Music Television atau yang disingkat MTV, menurut penelitian Nurlailah dan
Azeharie (2011) merupakan program televisi yang memberikan pengaruh terhadap
gaya hidup remaja karena pada program tersebut menampilkan idola-idola remaja,
musik yang sedang tenar di kalangan remaja, gaya pakaian idola remaja, dan
sebagainya sehingga memotivasi remaja untuk mengikuti gaya hidup yang
ditayangkan melalui program tersebut.
Selanjutnya melalui penelitian yang dilakukan Pinasthika (2010), Nurlailah
dan Azeharie (2011), Diahloka (2012), dan Takariani (2013) ditemukan pula efek
tayangan sinetron remaja yang merupakan tayangan fiktif, sering mengangkat
kegiatan sekolah remaja seperti hidup mewah, percintaan remaja, nongkrong,
bullying dan sebagainya terhadap penyimpangan perilaku seks, agresi, konsumtif
dan hedonis pada remaja. Menurut teori belajar sosial Bandura, televisi membantu
pengalaman belajar seseorang yang sebelumnya hanya dapat diimajinasikan
sehingga dapat divisualisasikan. Asumsi terpenting pada teori ini adalah belajar
observasional terjadi ketika tingah laku observer berubah sebagai hasil dari
pandangannya terhadap tingkah laku seorang model seperti orangtua, guru, saudara,
teman, pahlawan dan bintang film. Berdasarkan teori itu pula, dijelaskan bahwa
seseorang dapat mendapatkan pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku
orang lain. Proses pembelajaran tersebut adalah seperti disajikan pada Gambar 1.

12

Belajar dari
mengamati
(Observational
learning)

Fase-fase:
1. Attention
2. Retention
3. Production
4. Motivational

Sikap
dan
Perilaku

Gambar 1 Proses Belajar Sosial (Bandura)
Yusuf (2000) menjelaskan menurut Bandura meyakini bahwa belajar melalui
observasi (observational learning) atau “modeling” itu melibatkan empat proses,
yaitu sebagai berikut:
1) Attentional yaitu proses dimana observer atau anak menaruh perhatian
terhadap tingkah laku atau penampilan model orang yang diimitasi
2) Retention, yaitu proses yang merujuk kepada upaya anak untuk
memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik penampilan
fisiknya, mental, dan tingkah lakunya ke dalam memori
3) Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapa