Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung Untuk Meningkatkan Eksistensinya)

(1)

(2)

Bandung Untuk Meningkatkan Eksistensinya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan

Oleh : MILA NIM. 41807007

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

GAYA HIDUP HEDONISME DI KALANGAN REMAJA KOTA BANDUNG (StudiFenomenologiTentang Gaya HidupHedonDiKalanganRemaja Kota

BandungUntukMeningkatkanEksistensinya) Penyusun :

Mila NIM : 41807007 Skripsiinidibawahbimbingan : DesayuEka Surya, S.Sos., M. Si

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Kota Bandung, untuk menjawab di angkatnya sub focus pola-pola tindakan, identitas, Fungsi interaksi, untuk menganalisa focus penelitian yaitu Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi fenomenologi, yang menjadi subyek penelitian ini adalah kalangan remaja hedon di wilayah bandung dan juga dari pihak psikologi dan juga orang tua sebagai informan pendukung, sedangkan informan yang diambil terdiri dari 3 informan kunci yaitu remaja hedon di wilayah bandung dan 1 orang ahli psikologi anak dan remaja, juga 1 orang dari pihak orang tua sebagai informan pendukung, adapun pemilihan informan tersebut berdasarkan sampling purpose.

Data di peroleh melalui wawancara mendalam, dengan pendekatan penelitian kualitatif observasi, studi pustaka, internet searching, dan dokumentasi. Dengan melakukan teknik analisa data seperti mengumpulkan, menyeleksi, menyusun, dan kemudian di analisis data tersebut dari hasil wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1).pola-pola tindakan gaya hidup hedonism remaja kota bandung adalah pola interkasi dengan lingkungan atau dengan orang-orang baik verbal dan nonverbal yang di perlihatkan remaja kota bandung yang memilki gaya hidup hedon. 2). Identitas gaya hidup hedonism remaja di kota bandung adalah sebuah pengenalan jati diri yang menunjukan seseorang mempunyai status ekonomi dan status sosial di lingkungan sekitar. 3). Fungsi interaksi gaya hidup hedonism remaja di kota bandung adalah lebih menunjukan cara berinteraksi dengan kelompok social dan mereka cenderung mempunyai kelompok sendiri. 4). Gaya hidup hedonism remaja kota bandung adalah lebih menunjukan bagaimana gaya hidup remaja yang selalu mengikuti jaman atau yang sedang tren.

Kesimpulan peneliti dari gaya hidup dalah lebih menunjukan pencarian jatidiri mereka, mereka selalu mengikuti perkembangan yang sedang tren, mereka cenderung mempunyai berkelompok dan mereka selalu ingin di kenal di lingkungan sosial.

Saran peneliti bagi gaya hidup hedonisme di kalangan remaja kota bandung adalah bias membatasi mana yang mempunyai gaya hidup negatif. Mempunyai gaya hidup yang sewajarnya seperti remaja pada umumnya, tentunya agar remaja saat ini lebih mementingkan pendidikan dibandingkan bersenang-senang dan juga lebih memilki gaya hidup hemat.


(5)

v ABSTRACT

HEDONISM LIFESTYLE AMONG ADOLESCENTS IN BANDUNGCITY (Study Phenomenology About Lifestyle Hedon Among Teenagers

In Bandung City To Improve Its existence) Author:

Mila NIM: 41807007

This thesis under the guidance: Desayu Eka Surya, S.Sos.,M. Si

The purpose of this study aims to determine Lifestyles Hedonism Among Adolescents in Bandung, to answer in his adopted sub focus action patterns, identity, function of the interaction, to analyze the research focus HedonismLifestyles Among Adolescents in Bandung.

This study used a qualitative approach to study the methods of phenomenology, which is the subject of this study is among hedonismteenagerin the bandung region and also from the psychologistandparents as supportinginformants, while the informants are drawn consists of three key informants in the bandungregion that hedonisteens and 1 child and adolescent psychologist, also a parents as supportersinformants, As forthe selection ofinformantswas based onpurposive sampling. Data were obtained through in-depth interviews, qualitative research approach of observation, book study, internet searching, and documentation. By performing data analysis techniques such as collecting, selecting, preparing, and then in the analysis of data from interviews.

The results showed that 1). action patterns of teenage hedonism lifestyle bandung city is a pattern of interaction with the environment or with people both verbal and non verbal show that in bandung city teenagers who have the lifestyle hedon. 2). The identity of teenage hedonism lifestyle in the city of Bandung is an introduction that indicates a person's identity have economic status and social status in the neighborhood. 3). Functioninteractionhedonisticlifestyle ofteenagers in thecity ofBandungismoreto showhow tointeractwithsocialgroupsandtheytend to havetheir owngroup. 4). Hedonism lifestyle bandung city teenager is more to show how the teenage lifestyle that always keep pace with the times or a trend.

The conclusionof researchersfrom the lifestyleismoreto showtheirsearch for identity, they always follow the developmentaltrend, they tend to have a group and they always want to know the social environment.

Suggestions for researchers hedonism lifestyle among teens bandung city is able to limit which ones have a negative lifestyle. Have a reasonable lifestyle as teenagers in general, of course, so that teenagers today are more concerned with education than to have fun and also have the more frugal lifestyle.


(6)

vi

beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya, dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat dan salam senantiasa diberikan pada Rasul junjungan, uswah ibadah, uswah hasanah, Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, keluarga, para shahabat sampai kita semua hingga akhir zaman nanti.

Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada DzatIllahiRobbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas takterbatas kepada peneliti yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberijudul “Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Kota Bandung”.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Pertama- tama peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sangat tulus kepada Yts. Bapak Ajang dan Ibu Welih selaku orang tuapeneliti yang selalu memberikan perhatian, kepercayaan, semangat dan juga do’a yang berlimpah kepada penulis,

terimakasih, kalian adalah orang tua yang terbaik”.

Peneliti menya dari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka peneliti sangat


(7)

vii

mengharapkan dan menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik kedepannya. Namun peneliti tetap memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah yang telah menuntun qolbu, akal dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya.

Dan dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah member izin dan pengesahan skripsi ini agar dapat dijadikan literature bagi penerus.

2.Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengasahan pada usulan penelitian ini.

3.Yth. MellyMaulin, S.Sos.,M.Si. selaku Dosen Wali Kelas IK-1 dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagai ilmu serta wawasan salama penulis melakukan perkuliahan.

4.Yth. Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si. selaku Dosen penbingbing yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis. Penulis banyak-banyak terimaksih atas perhatian, kritik, dan sarannya kepada penulis selama ini.

5.Yth.Seluruh Dosen IK, khusunya kepada Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Yadi


(8)

viii

6.Yth. Mba astri Ikawati, A.Md, Selaku sekertariat program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurussurat perijinan yang berkaitan dengan skrifsi yang penulis laksanakan.

7. Yth. Seluruh Staf Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan bekal dan dasar ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. keluarga Besar Bapak dan Mama terimakasih atas doa dan dukungan kepada penulis.

10.Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2007, dan teman-temanlainnya, Terimakasih.

11.Teman-Teman Satu bingbingan, terimakasih atas kerjasamanya dan semangatanya. Utuk Dini, dan Tatang Kartiwa, dan teman-teman yang lainnya tidak bisa di sebutkan satu persatu penuli sucapkan banyak-banyak terimakasih.

Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya.Amin.Wassalaamu’alaikumWr. Wb.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Mila 41807007


(10)

x

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah………..1

1.2RumusanMasalah ... ...9

1.2.1 Pertanyaan Makro...9

2.1.2 Pertanyaan Mikro ... ….. 9

1.3 MaksuddanTujuanPenelitian ... ….10

1.3.1MaksudPenelitian ... ….10

1.3.2TujuanPenelitian ... ….10

1.4KegunaanPenelitian ... ….10

1.4.1KegunaanTeoritis ... ….10

1.4.2KegunaanPraktis ... ….11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... ….13


(11)

xi

2.1.1.2 Proses Komunikasi ... ….16

2.1.1.3 Unsur-UnsurKomunikasi ... ….17

2.1.1.4 FungsiKomunikasi ... ….21

2.1.1.5 TujuanKomunikasi...22

2.1.2 TinjauanPsikologi Komunikasi ... …23

2.1.2.1 Definisi psikologi Komunikasi………..……23

2.1.2.2 Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi……….25

2.1.2.3 Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi……….28

2.1.2.4 Penggunaan Psikologi Komunikasi……….………30

2.1.3 Tinjauan Gaya Hidup ... ….33

2.1.3.1 Pengertian Gaya Hidup………...33

2.1.4 TinjauanTentang Hedonisme ... ….37

2.1.4.1 DefinisiHedonisme ... ….37

2.1.5 TinjaunTentang Remaja ... …39

2.1.5.1 Pengertian Remaja ... …39

2.1.6 Tinjauan Eksistensi ... ....40

2.1.6.1 Pengertian Eksistensi ... …40

2.2KerangkaPemikiran ... …40

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... ....40

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... …42

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 ObjekPenelitian ... …44


(12)

3.2 Tinjauan Remaja Kota Bandung ... …52

3.2 Metode Penelitian ... …53

3.2.1 Desain Penelitian ... …53

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... …57

3.2.2.1 Studi Pustaka ... …57

3.2.2.2 StudiLapangan ... …58

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... …59

3.2.3.1 Subjek dan Informan Penelitian ... …59

a. Subjek Penelitian ... ...59

b. Informan Penelitian ... …59

c. InformanPendukung ... …60

3.2.4Teknik Analisis Data ... …61

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... …62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...64

4.1 Deskripsi Identitas Informan ………..65

4.1.1 Informan ……….66

4.1.2 Informan Pendukung ………..72

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ………...75

4.2.1 Pola-Pola Tindakan Gaya Hidup Hedon Di Kalangan remaja Kota Bandung ………..76

4.2.2 Identitas Gaya Hidup Hedon Di Kalangan remaja Kota Bandung………...85

4.2.3 Fungsi Interaksi Gaya Hidup Hedon Di Kalangan remaja Kota Bandung ………...91

4.2.4 Gaya Hidup Hedon Di Kalangan remaja Kota Bandung ………..99


(13)

xiii

BAB V PENUTUP ……….112

5.1 Kesimpulan ………...112

5.2 Saran ………....114

DAFTAR PUSTAKA ………...116

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….…..116


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 DaftarInforman Kunci 60

Tabel 3.2 DaftarInforman Pendukung 61


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Lampiran. 1……….....153

Gambar Lampiran. 2………......154

Gambar Lampiran. 3………......155

Gambar Lampiran. 4………....156

Gambar Lampiran. 5………....157

Gambar Lampiran. 6………....158

Gambar Lampiran. 7………....159


(16)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya.Di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Saat orang sudah terbiasa dengan gaya hidupnya yang mewah sulit untuk orang mengubah hidupnya menjadi sederhana.

Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus (341-270 SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM).Mereka berdualah yang dikenal sebagai perintis paham Hedonisme.Sebenarnya, dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Bila Aristippus lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad seperti makan, minum, seksualitas, maka Epicurus lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin, dan lain sebagainya. Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang bersifat privat atau pribadi1.

1

http://muslimabipraya.wordpress.com/2008/06/04/gaya-hidup-hedonisme/Badan Koordinasi Dakwah Islam /28-maret-2012- pukul 19.00 WIB


(17)

2

Gaya hidup hedonisme wujud dari ekpresi atau prilaku yang di miliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Dimana remaja tersebut lebih mementingkan kesanangan dari pada melakukan hal yang lebih positif. Hedonisme sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari prilaku mereka sehari-hari. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonisme sangat menarik bagi mereka, dimana prilaku pada remaja hanya menginginkan kesenangan. Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja. Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir mereka dalam menyikapi berbagai persoalan. Banyak diantara para remaja yang melarikan diri dari masalah dengan berhura-hura, kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan di kalangan remaja. Mereka cenderung hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temannya dan mereka tidak mau belajar, apa bila mereka di nasehati maka mereka akan marah dan tidak terima, mereka menganggap bahwa mereka yang benar. Mereka cenderung tidak pernah memanfaatkan waktunya dengan baik karna waktunya habis untuk bermain dan bersenang-senang.

Keluarga merupakan salah satu sumber yang menyebabkan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena anak tersebut hidup dan berkembang dari pergaulan keluarga yaitu antara orang tua dengan anak, bapak dengan ibu, anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama. Sebagai orang tua sangatlah


(18)

penting untuk mengawasi anaknya agar tidak terjerumus dengan pergaulan yang tidak baik. Mengingat banyak sekali faktor yang mendorong kenakalan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga seperti contoh kurangnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua maka seorang anak akan mencari kasih sayang di luar rumah, seperti dikelompok kawan-kawannya sedangkan tidak semua teman-temannya mempunyai keluakuan baik, maka peran orang tua untuk memberikan kasih sayang juga perhatian itu sangat penting. Selain memberikan kasih sayang kepada anaknya peran orang tua juga harus bisa menjaga keluarga agar utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan dengan baik, karna faktor tidak harmonisnya keluarga itu juga bisa menjadi penyebab kenakalan si anak karna seorang anak tidak akan merasa nyaman apabila berada di dalam rumah, apabila ibu dan ayah sering bertengkar, pertengkaran biasanya terjadi karna ketidak samanya pendapat maka anak tersebut akan merasa ragu akan kebenaran yang harus ditegakan.

Seperti yang kita ketahui kenakalan remaja banyak sekali penyebabnya dari faktor orang tua, faktor yang ada didalam diri anak itu sendri, faktor masyarakat atau lingkungan, faktor yang berasal dari sekolah, dan faktor perkembangan jaman atau semakin canggihnya teknologi.

Sekarang ini perkembangan jaman dan juga perkembangan teknologi yang semakin berkembang itu sangat mempengaruhi untuk mendorong remaja untuk melakukan gaya hidup hedonisme, dimana mengutamakan kesanangan, kepuasan, juga rasa ingin tahu atau mencoba hal-hal yang baru yang membuat hati senang dan tidak peduli akan lingkungan disekitar, baik itu yang dilakukan positif


(19)

4

maupun negatif. Hedonisme sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin dari perilaku mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di kafe, mall dan plaza.Ini merupakan bagian dari agenda hidup mereka.

Gaya hidup merupaan gambaran bagi setiap orang dimana seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi.Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup juga dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, itu tergantung pada bagaimana orang tersebut.

Menurut Amstrong, gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal)2.

Saat ini yang sangat mempengaruhi gaya hidup adalah remaja hampir di setiap kota para remaja sekarang ini berlomaba-loba untuk menunjukan bahwa dirinya bisa mengikuti mode yang sekarang sedang tren, Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode tren sekarang dalam kehidupan

2

http://fokreninlove.blogspot.com/2011/04/gaya-hidup-hedonis-remaja modern.html / 30-maret-2012- pukul 19.00 WIB.


(20)

hari adalah masalah berpakaian. Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman. Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan, di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode trem sekarang. Otomatis bukan hanya remaja Metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. Dimana para remaja tersebut bisa meengikuti mode orang jaman sekarang karna selain perkembangan zaman juga kecangihan teknologi yang semakin meluas baik itu di perkotaan ataupun perkampungan.

Seperti kita lihat bukan hanya dikota besar saja gaya hidup hedonisme sudah menjamaur bahkan skarang mencapai seluruh pelosok kota. Kota Bandung sebagai salah satu kota yang mengikuti budaya hedonisme di mana para remaja berlomba-loba mengikuti tren yang sedang berkembang sekarang, terlihat sekali apabila hari libur tiba atau hari weekend kota Bandung sangat ramai dengan aktivitas belanja, wisata kuliner dan menikmati keindahan kota Bandung, hal itu tidak heran apa bila liburan tiba kota bandung sangat padat dengan aktifitas orang untuk bersenag-senang. Bukan hanya tempat-tempat belanja, wisata kulinernya saja bandung terkenal juga dengan kehidupan gemerlapnya malam, bandung terkenal juga dengan gaya hidup gelamor dan bersenang-senang dengan banyaknya tempat-tempat dugem (dunia gemerlap). Hal tersebut mendorong remaja kota bandung ingin mencoba sesuatu yang beda, rasa ingin tahu dan juga ingin merasakan serta terdorongnya akan perubahan jaman yang semakin maju.


(21)

6

Sejak mudahnya akses jalan dari Jakarta menuju kota badung maka para remaja baik itu dari kota bandung atau kota lainnya seperti Jakarta sangat mudah untuk menghabiskan hari libur atau weekend untuk berada di kota bandung. Sebagian besar remaja kota bandung sangat memperhatikan penampilan dan bagaimana mereka berteman atau bergaul dengan teman-temannya.

Dimana budaya hedonisme uang merupakan segala-galanya, kesenangan dan hiburan yang dicari berlandaskan materi. Budaya ini sangat tren sekali, masyarakat sudah berubah menjadi masyarakat yang berorientasi hanya kepada materi semata. Terbukti dengan munculnya bermacam-macam FO (Factory Outlet) di bandung, munculnya tempat-tempat hiburan malam, tempat karaoke dan lain-lain. Masyarakat hedonisime, cenderung konsumtif. Mereka ingin membeli apa saja yang baru dan menjadi tren. Yang dijadikan pedoman tren mereka adalah seseorang yang mereka idolakan seperti selebritis. Mereka meniru, memuja, dan ingin mirip dengan orang yang mereka puja, mereka akan melakukan apa saja untuk dapat menjadi seperti itu. Sehingga mereka mulai kehilangan jati diri masing-masing. Selain itu para remaja kota bandung ini cenderung ingin menjadi sesuatu yang beda dari remaja-remaja kota lain baik itu cara gaya hidup, cara berpakaian, cara berpenampilan, juga cara bagaimana mereka ingin di kenal dan akui sebagai remaja yang mengikuti tren. Bukan hanya tren saja yang mereka tiru juga berdampak pada cara tingkah laku yang meniru masyarakat barat yang individual, cuek tidak menghiraukan orang lain dan juga cara bicara.


(22)

Menurut Arthur T. Jersild cs. Dalam bukunya “Child Psychology” (1978). Pada fase perkembangan,kedudukan usia remaja dibagi beberpa fase yaitu sebagai berikut :

1. X – 0 tahun : Permulaan kehidupan (masa konsepsi), masaprenatal ( dalam kandungan), proses kelahiran.

2. 0 -1 tahun : masa bayi(infancy).

3. 1 -5 tahun : masa kanak - kanak (early childhood). 4. 5 – 12 tahun : masa anak - anak (middle childhood). 5. 15- 18 tahun : masa remaja (adolescence).

6. 18 -25 tahun : masa dewasa awal (pre adulthood). 7. 25 -45 tahun : masa dewasa (early adulthood).

(sofyan, 2010 : 23)

Menurut Dr. Zakiah Daradjat (1978) dalam bukunya Remaja & Masalahnya oleh Prof. DR. Sofyan s. Willis, M.PD. Mengungkapkan bahwa :

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh kebargantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung pada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja, karna ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam


(23)

8

Maka jika di kategorikan sebagai remaja yaitu pada usia 15 sampai dengan 18 tahun, maka dalam usia tersebut remaja termasuk dalam golongan pelajar menengah atas atau siswa siswi SMA, dan juga usia kuliah smester awal.

Maraknya gaya hidup hedonisme dikalangan remaja tentu tidak lepas dari dampak positif dan negatif. Kegiatan hedon tentunya banyak orang yang berfikir bahwa gaya hidup tersebut lebih banyak mengandung dampak negatif, tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa ada pula dampak positifnya, dan dampak positif dari gaya hidup hedonisme terbagi dua, eksternal dan internal yaitu: Untuk dampak eksternal orang tersebut akan lebih terlihat royal atau saling berbagi terhadap orang lain (memberikan barang-barang atau hadih, mentraktir, menambah pemasukan bagi penjual barang). Hal tersebut dikarnakan gaya hidup yang konsumtif sehingga membantu perekonomian para pedagang, ataupun teman-temannya, karena orang yang memiliki gaya hidup hedonisme ingin terlihat lebih eksis atau menonjol dari lingkungan sekitarnya. Selain itu bagi diri sendiri atau internal dampak positif yang didapat dari gaya hidup hedonisme yaitu dapat mengurangi tingkat stress dengan cara bersenang-senang atau menghibur diri sendiri (wisata kuliner, shoping, traveling).

Selain dampak positif juga terdapat dampak negative dari gaya hidup hedonisme yaitu terbagi dua eksternal dan internal : Untuk dampak negatif eksternal gaya hidup hedonisme orang tersebut cenderung ingin melakukan sesuatu hal yang baru dan mementingkan diri sendiri tanpa peduli orang lain walaupun hal tersebut melanggar aturan atau hukum serta mengganggu


(24)

ketentraman public atau masyarakat, contohnya: sering pulang larut malam, membawa minuman keras (mabuk-mabukan), mendengarkan musik terlalu keras, tidak bersosialisasi dengan masyarakat (asocial), cenderung berkelompok, terlalu cuek dengan aturan lingkungan. Dampak negatif internal dari gaya hidup hedon adalah: orang tejerumus kedalam pergaulan bebas seperti pergi ke klab malam atau ketempat dugem (dunia gemerlap), narkoba, sexs bebas, menghamburkan uang yang tidak jelas (boros), yang pada intinya merusak diri sendiri.

Tentunya dengan melihat dampak positif dan negatif penulis tertarik untuk berusaha memahaminya lebih dalam agar dapat ditemukan solusi dari gaya hidup hedonisme tersebut, dengan melakukan penelitian ini harapan bagi peneliti adalah agar remaja masa kini tidak terpengaruh pada pola gaya hidup yang salah seperti halnya gaya hidup hedonisme dan agar tidak merugikan masyarakat sekitar dan menjadi remaja yang memiliki aturan dan norma-norma baik itu dilingkungan keluarga ataupun di lingkungan masyarakat sekitar. Agar remaja saat ini menerapkan gaya hidup hemat, lebih mengutamakan mengejar prestasi dibandingkan mengandalkan materi dan mengejar kesenangan.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti menganggat judul penelitian sebagai berikut : Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Kota Bandung.


(25)

10

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, yaitu Bagaimana Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja Kota Bandung ?.

1.2.2Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana pola-pola tindakan hedonisme di kalangan remaja Kota Bandung?.

2. Bagaimana identitas hedonisme di kalangan remaja Kota Bandung?. 3. Bagaimana Fungsi interaksi hedonisme di kalangan remaja Kota

Bandung?.

4. Bagaimana gaya hidup hedonisme di remaja kota bandung?. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian.

Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui fenomena gaya hidup hedonisme di kalangan remaja kota bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui pola-pola tindakan hedonisme di kalangan remaja Kota Bandung?.

2. Untuk mengetahui identitas hedonisme di kalangan remaja Kota Bandung?.

3. Untuk mengetahui Fungsi interaksi hedon di kalangan remaja Kota Bandung?.


(26)

4. Untuk mengetahui gaya hidup hedonisme dikelangan remaja kota bandung?.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan dari penelitian ini peneliti berharap bahwa penelitian yang dilakukan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan tambahan di dalam bidang kajian ilmu komunikasi, sehingga menjadi praktis bagi yang mebutuhkannya untuk di kembangkan di penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu agar dapat bermanfaat di dalam pengaplikasiannya baik itu bagi peneliti, mahasiswa, dan juga masyarakat luas sehingga dapat di gunakan untuk mengkaji masalah berkaitan dengan gaya hidup hedon.

1. kegunaan untuk peneliti

Peneliti tentunya berharap dengan dilakukannya penelitian ini maka akan menambah pengetahuan yang bermanfaat di dalam penglap ikasiaya di masyarakat, serta menjadikan acuan untuk peneliti di dalam mengembangkan kemampuannya di dalam menganalisis sebuah permasalahan dan mencari jawaban mengenai sebuah masalah dalam


(27)

12

pembahasannya peneliti mengkaji bagaimana gaya hidup hedon di kalangan remaja kota bandung.

2. Kegunaan untuk akademik

Dengan di adakannya penelitian ini peneliti berharap penelitian yang dilakukan bermanfaat dan berguna dalam mengembangakan ilmu yang sudah ada bagi para mahasiswa pada umumnya dan khususnya pada mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia terutama pada bidang ilmu komunikasi, dan dapat menjadi sebuah literatur bagi peneliti yang ingin meneliti pada bidang kajian yang sama di dalam mengembangkan atau mengkaji ulang penelitian yang sudah ada.

3. Kegunaan untuk masyarakat

Peneliti berharap hasil penelitian yang dilakukan akan menambah wawasan masyarakat atau informasi tentang gambaran gaya hidup hedon di kalangan remaja kota bandung.


(28)

(29)

1 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Pada dasarnya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi di dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup masyarakat orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain maka akan terisolasi dari masyarakatnya.

Menurut Dr. Everett Kleinjan dari East west Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.

Banyak para pakar menilai komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam kehirupan bermasyarakat. Profesor Wilbur Schram menyebutnya bahwa berkomunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyrakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Scramm; 1982).


(30)

Menurut Harold D. Lasswell salah satu peletak dasar komunikasi lewat ilmu politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebeb, mengapa manusia perlu berkomunikasi

Pertama,adalah hasrat manusia untuk mendorong lingkungannya. Mel alui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk di manfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengemb angkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamnannya, maupun informa si yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

Kedua, adalah upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan. Proses kelanjutan suatu masyarakat sebenarnya tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuain disini bukan saja terletak pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir, gempa bumi, dan musim yang mempengaruhi prilaku manusia, tetapi juga dalam masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini di perlukan penyesuain, agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis.

Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transpormasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakat yang di anut untuk pertukaran nilai, prilaku, dan peranan.Misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah


(31)

15

difungsikan untuk mendidik warga Negara. Bagaimana media masa menyalurkan hati nurani khalayaknya, dan bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuat untuk mengayomi kepentingan anggota masyarakan yang dilayaninya.

Tiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi individu dalam berhubungan dalam sesama anggota masyarakat. Profesor Dvid K. Berlo dari Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrument dari interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat (Byenes,1965).

Membahas tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang yang benar juga tidak ada definisi yang salah. Sama halnya seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan sesuatu yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik. Atau terlalu luas misalnya komunikasi adalah interaksi antara dua belah pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang di sampaikan.

Dalam penyampaian informasi dari seseorang ke orang lain, bukanlah hal yang mudah, sebab apabila mudah maka tidak akan mungkin terjadi komunikasi yang meleset. Pada saat berkomunikasi, ibarat dua dunia yang berbeda bertemu sebab masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda atau latar belakang yang berbeda.


(32)

Proses penyampaian juga harus bisa menimbulkan kesamaan makna mengenai apa yang di bahas. Kesamaan makna dapat terlihat dari mengerti bahasa yang di gunakan dan mengerti makna dari hal yang di percakapkan. Dengan adanya persamaan tersebut maka akan memudahkan penerima informasi dari orang yang kita ajak berkomunikasi.

Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek komunikasi dari Onong Uchana Effendy, yang dikutip dari Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah :

“Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces

to modify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif". (Effendy, 2001:10).

2.1.1.2 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari yang namanya proses. Oleh karna itu apakar suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak

tergantung dari proses komunikasi tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah :

“Diartikan sebagai “transfer informasi”‖atau pesan-pesan (message)

dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual


(33)

17

Sementara itu menurut onong Uchjana Effendy proses komunikasi terbagi dua tahap, berikut uraiannya :

1. Proses komunikasi secara primer

Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.

2.Proses komunikasi secara sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain”. (Effendy, 1984 : 11-17).

Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapaikan informasi kepada komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan satu jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.

2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Didalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasi


(34)

yang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Dari berbagai pengertian komunikasi yang banyak ditemui, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber 2. Pesan 3. Media 4. Penerima 5. Pengaruh 6. Tanggapan Balik 7. Lingkungan

Dari poit di atas dapat di simpulkan bahwa, semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, atau lembaga.Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa


(35)

19

inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi.

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan


(36)

media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa terjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut dimensi internal.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena


(37)

21

pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.

2.1.1.4 Fungsi Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy pada umumnya komunikasi memiliki berbagai macam fungsi dalam kehidupan manusia seperti berikut ini ;

1. Menyampaikan infortmasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003 :8)

Dari point di atas, dapat disimpulkan bahwa biasanya selalu ada dan terkandung pada setiap pesan yang disampaikan, baik itu media cetak ataupun elektronik ataupun pada lisan dan tulisan. Penyampaian informasi ini merupakan hal umum dan biasa dalam kehidupan sehari-hari, mendidik (to educate) biasanya fungsi ini dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai pengajar (guru, dosen), hiburan merupakan salah satu fungsi komunikasiyang cukup diminati karna adanya faktor-faktor kesenangan, mempengaruhi (to influence) biasanya bersatu dengan penyampaian informas, setiap indivudu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari


(38)

komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut .

Jadi secara umum dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.1.5 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang di lakukan sehari-hari oleh manusia tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantunya diharpkan saling tercipta saling pengertian. Dan berikut adalah tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poit yang dikemukakan di atas tersebut oleh Onong Uchjana Effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, prilaku, dan perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang


(39)

23

utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap maupun bertindak.

2.1.2Tinjauan Psikologi Komunikasi 2.1.2.1 Definisi psikologi Komunikasi

Komunikasi dan psikoligi adalah bidang yang saling berkaitan satu sama lain, terlebih sama-sama melibatkan manusia. Psikologi juga meneliti kesadaran dan juga pengalaman manusia. Psikologi juga mengarahkan pengertiannya kepada prilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya prilaku manusia itu.

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu, bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu yang lain. Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap prilaku manusia.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada manusia lalu juga dapat meramalkan respon yang akan datang. Kita harus mengetahui sejarah respon sebelum meramalkan respon individu masa ini. Dari sini lah timbul perhatian pada gudang memori ( memory storage) dan set ( penghubung masa lalu dan masa sekarang) salah satu unsure sejarah respon ialah peneguhan. Peneguhan adalah respon lingkungan (atau orang lain pada respon organism yang asli). Bergera dan Lambret menyebutnya


(40)

Feedback (unpan balik). Fitsher tetap menyebut peneguhan saja.(Fisher, 1978: 136-142).

Pada saat pesan disampaikan dari komunikator, psikologi melihat kedalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan stimulasi yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak ketika sendiri atau dalam kelompok.

Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan

behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi1.

Komunikasi adalah kegiatan yang saling bertukar informasi yang dilakukan manusia untuk mengubah pendapat atau prilaku lainnya. Komunikasi merupakan sebuah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia beriteraksi dengan manusia lain. Secara psikologis, peristiwa sosial akan membawa kita kepada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan sosial yang baik, seperti yang kita ketahui manusia tidak bisa hidup sendiri.

Ada beberapa pengertian psikologi komunikasi yang di artikan para ilmu psikologi misalnya komunikasi yang di lakukan oleh sebuah sistem yang lain atau komunikasi adalah sebuah pengaruh dari individu lain yang menimbulkan perubahan.

3

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/apa-itu-psikologi-komunikasi.html-samm/tgl16-03-2012/22.10.


(41)

25

Proses komunikasi yang terjadi di dalam diri seorang individu dan orang lain dan kumpulan manusia dalam proses sosial. Berdasarkan pendapat tersebut maka Burgon & Huffener membuat klasifikasi komunikasi, yaitu : 1. Komunikasi intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di dalam

individu (internal).

2. Komunikasi intrepersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi antara individu satu dengan individu lain sehingga memerlukan tanggapan (feedback) dari orang lain.

3. Komunikasi massa, yaitu proses komunikasi yang dilakukan kepada sekumpulan manusia dimana didalamnya terdapat proses sosial, baik melalui media massa atau langsung dan bersifat satu arah (one way comunicatian).(Burgon & Huffener, 2002)

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).

Jadi pada dasarnya komunikasi adalah suatu pembentukan, penyampaian, penerima,dan mengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang atau di atara dua atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2.2 Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Telah banyak di buat definisi komunikasi. Hovland, Janis, dan Kelly, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by whicth an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of

other individuals (the audience)”(1953:12). Dance (1967) mengartikan

komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “

menimbulkan resppons melalui lambang-labang verbal”, ketika lambang -lambang verbal bertindak sebagai stimuli. Raymond S. Ross(1974: b7)


(42)

Mendefinisikan komunikasi sebagai “ a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.” (proses transaksional yang meliputi pemisahan,dan pemilihan bersama lambang secara kongnitif begitu, sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber).

Dari pengertian di atas menunjukan rentangan maksna komunikasi sebagaimana digunakan dalam dunia psikologi. Bila diperhatikan, dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi semua penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara empat, sistem atau organism. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikotrapi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indra ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organism. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi psikologi memberikan karakteristik manusia konunikan serta faktor-faktor internal maupun ekternal yang mempengaruhi komunikasi.

Psikologogi juga tertarik antra individu: bagaimana pesan dari seseorang indicidu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada


(43)

27

individu yang lain. Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang tang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap prilaku manusia. Penelitian ini melahirkan ilmu blasteran antara psikologi dan linguistic, psikolinguistik. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat kedalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personaldan stuasional yang mempengaruhiny, dan menjelaskan berbagai corak komunikanketika sendiri atau didalam kelompok.

Komunikasi boleh ditunjukan untuk memberikan informasi, menghibur atau mempengaruhi. Yang ketiga, lazim disebut komunikasi persuasife, amat erat kaitanya dengan psikologi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan prilaku orang lain melalui pendekatan psikologis. Ketika komunikasi dikenal sebagai proses mempengaruhi orang lain, disiplin-disiplin yang menambah perhatian yang sma bersarnya seperti psikologi. Para ilmuan dengan berbagai latar belakang ilmunya, dilukiskan George A. Miller sebagai “participating in and contributing to one of the graet intellectual adventure of the twentieth

century” (ikut serta dalam dan bersama-sama memberikan sumbangan pada salah satu petualangan intelektual bersama pada abad ke dua puluh). Komunikasi, begitu ujar George A. Miller selanjutnya, telah menjadi “one of the principal preoccupation of our time” (salah satu kesibukan utama pada jaman ini).2


(44)

2.1.2.3 Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Ini tampak jelas dari beberapa definisi komunikasi yang menggunakan perspektif sosiologi. Colin Cherry

(1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, “usaha untuk membuat satuan

sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkai peraturanyang berbagai kegiatan mencapai tujuan”..

Harnack dan Fest (1964) menganggap komunikasi sebagai “proses interaksi diantara orang untuk tujuan intergarsi intrafersonal dan interfersonal”. Edwin Neuman juga (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai “proses untuk

mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang berfungsi”. Aliran sosiologi yang banyak mewarnai studi komunikasi ialah aliran interaksi simbolik (Blumer, 1969).

Flisafat sudah lama menaruh perhatian pada komunikasi, sejak kelompok sophist yang menjual retorika pada orang yunani. Aristoteles sendiri menulis De Arte Rhetorika. Tetapi filsafat tidak melihat komunikasi sebagai alat untuk memperkokoh tujuan kelompok,seperti pandangan sosiologi. Filsafat meneliti komunikasi secara kritis dan dialektis. Filsafat mempersoalkan apakah hakekat manusia komunikan, dan bagaimana ia mengenal komunikasi untuk berhubungan denagn realitas lain di alam semesta ini; dan sebagainya. Bila sosiologi melihat komunikasi sebagai intergrator sosial, filsafat melihat posisi komunikasi dalam hubungan timbale balik atara manusia dan alam semesta. Kaum fenomenologi, misalnya,


(45)

29

melihat pesan sebagai objek kesadaran yang dinamis. Pesan ditelaah dengan menghubungkannya pada kondisi-kondisiempirisyang menjadi konteks pesan tersebut (Lanigan 1979).

Fisher menyebut empat cirri pendekatan psikologi pada komunikasi: penerimaan stimuli secara indarawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai simuly dan respons (internal mediation of stimuli), prediksi repons (prediction of response), dan peneguhan respons (rein forcement of responses). Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ pengindraan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk orang, pesan, suara, warna- pokoknya segala hal yanh

mempengaruhi kita. Ucapan,”Hai apa kabar”. Merupakan suatu stimuli yang

terdiri dari berbagai stimuli: pemandangan, suara, penciuman, dan

sebagainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam juwa kita dalam “kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan

tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respon yang tampak. Kita mengetaui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengatahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa ini. Dari sini lah timbul perhatian pada gudang memori (memory storage) dan set (penghubung masa lalu dan masa sekarang). Salah satu unsure sejarah respons ialah peneguhan. Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang


(46)

lain pada respons organism yang asli). Bergera dan Lambert menyebutnya feedback (unpan balik). Fisher tetap menyebutnya peneguhan saja (Fisher, 1978: 136-142).

Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang etrjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Mencoba menganalisa peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Bila di tanyakan dimana letak psikologi komunikasi, kita cenderung meletakannya sebagai bagian dari psikologi sosial. Karna itu, pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.3

2.1.2.4 Penggunaan Psikologi Komunikasi

Kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pila komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui komunikasi kita menentukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita.

Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif, menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Mass, (1974:9-13). Menimbulkan lima hal : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Menurut cerita, seorang pimpinan pasukan VOC bermaksud menghormati seorang pengamen Madura. Untuk itu, dipegangnya tangan sang pemaisuri dan diciumnya. Sang pangeran marah. Ia

3


(47)

31

mencabut kerisnya, menusuk belanda itu dan terjadilah bertahun-tahun perang VOCdengan penduduk Madura, sehingga ribuan korban jatuh. Kita tidak tahu apakah cerita itu benar apa tidak tahu cerita itu benar apa tidak, tetapi betapa sering kita bertengkar hanya karna pesan kita di artikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Untuk menghindari hal ini perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator.

Tidak semua komunikasi ditunjukan untuk menyampaikan informasi

dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya

dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut

analisis transaksional sebagai “Saya Oke-Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim

disebut komunikasi fanis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal.

Sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada pemilihannya, bukan untuk masuk surge, tetapi untuk masuk DPR dan menghindari masuk kotak. Guru ingin mengajar muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesaknya untuk membeli. Semua ini adalah komunikasi persuasife. Komunikasi persuasive memerlukan


(48)

pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang

menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses

mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seprti atas kehendaknya sendiri (kamus ilmu komunikasi,1979). Para psikolog memang sering bergabung dengan komunikolog justru pada bidang persuasi.

Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan komunikasi yang baik. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow (1980:80-92) menyebutnya “ kebutuhan akan

cinta”atau”belongingness”. William Schutz (1966) memperinci kebutuhan

sosial ini kedalam tiga hal inclusion, control, affection. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan sosial (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang(affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai, kebutuhan sosisal ini hanya dapat di penuhi dengan komunikasi interfesonal yang efektif.

Tindakan, di atas kita telah membicarakan persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditunjukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh


(49)

33

lebih sukar lagi mendorong orang bertindak. Tetapi efektifitas komunikasi biasanya di ukur daritindakan nyata yang dilakukan komunikate. Propaganda suatu patai politikefektif bila sekian jutamemilih mencoblos lsmbang parpol itu. Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. karna untuk menimbulkan tindakan, kita harus lebih berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikapatau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil komunlatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhiprilaku manusia.4

2.1.3 Tinjauan Gaya Hidup

2.1.3.1 Pengertian Gaya Hidup

Dilihat dari definisi gaya hidup David Chaney dalam buku Rahma Sugihartati, adalah:

“Gaya hidup adalah pola-pola tindakan dalam membedakan antara satu

dengan yang lain. Gaya hidup adalah bentuk identitas kolektif yang berkembang seiring waktu.Gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami”. (David Chaney,2004)

Secara umum gaya hidup dapat di artikan sebagai Gaya hidup keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.


(50)

Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, dan sebagainya.

“gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh

individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut”. (Amstrong, 2003)

Amstrong dalam Nugraheni menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

A. Faktor Internal 1. Sikap.

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

2. Pengalaman dan pengamatan.

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh


(51)

35

pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

3. Kepribadian.

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4. Konsep diri.

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsepdiri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amatluas untuk menggambarkan hubungan antara konsep dirikonsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan tampilan luar yang menjadi awal perilaku.

5. Motif.

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.


(52)

6. Persepsi.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

B. Faktor Eksternal 1. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanyadan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang member pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidakmenjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gayahidup tertentu.

2. Keluarga.

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3. Kelas sosial.

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalamsebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai,


(53)

37

minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsure pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

4. Kebudayaan.

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilakuyang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

2.1.4 Tinjauan Tentang Hedonisme 2.1.4.1 Definisi Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan penganut


(54)

paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.

Disinyalir Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.

Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia atau Kesenangan.

Seperti yang kita ketahui virus hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja. Dari anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.

Paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan. Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah


(55)

39

budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.

2.1.5 Tinjauan Tentang Remaja 2.1.5.1 Pengertian Remaja

Dari definisi di atas diketahui bahwa remaja merupakan periode dimana anak-anak menjadi tumbuh atau berkembang kearah dewasa, hal ini dikuatkan oleh pernyataan Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa5.

Menurut Arthur T. Jersild cs. Dalam bukunya “Child Psychology” (1978).

Pada fase perkembangan, kedudukan usia remaja dibagi beberpa fase yaitu sebagai berikut

1. X – 0 tahun : Permulaan kehidupan (masa konsepsi), masa prenatal (dalam kandungan), proses kelahiran.

2. 0 -1 tahun : masa bayi (infancy).

3. 1 -5 tahun : masa kanak - kanak (early childhood). 4. 5 – 12 tahun : masa anak - anak (middle childhood). 5. 15- 18 tahun : masa remaja (adolescence).

6. 18 -25 tahun : masa dewasa awal (pre adulthood).

7. 25 -45 tahun : masa dewasa (early adulthood).(sofyan,2010:23)


(56)

kategorikan sebagai remaja yaitu pada usia 15 sampai dengan 18 tahun, maka dalam usia tersebut remaja termasuk dalam golongan pelajar menengah atas atau siswa siswi SMA, dan juga usia kuliah smester awal.

2.1.6 Tinjauan Eksistensi

2.1.6.1 Pengertian Eksistensi

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, „melampaui‟ atau „mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”. (Abidin Zaenal. 2007:16) Adapun yang dimaksud eksistensi dalam penelitian ini adalah eksistensi bagaimana gaya hidup hedonisme yang sekarang ini telah menjamur di kalangan remaja kota Bandung, rasa ingin di akui, ingin di perhatikan dan juga mengikuti mode tren jaman sekarang para remaja sering menonjolkan sesuatu yang bisa di bedakan dengan remaja lainnya.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan teori-teori dari para ahli sebagai landasan berfikirnya, dalam hal ini peneliti menggunakan Definisi Gaya hidup menurut David Chaney yaitu :

“Gaya hidup adalah pola-pola tindakan dalam membedakan antara

satu dengan yang lain. Gaya hidup adalah bentuk identitas kolektif yang berkembang seiring waktu.Gaya hidup berfungsi dalam


(57)

41

interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami”. (David Chaney,2004)

Dari definisi di atas maka dapat di ketahui bahwa gaya hidup merupakan pola tindakan dari seseorang yang mencerminkan identitas orang tersebut dalam berinteraksi dengan orang lainnya. Sedangkan menurut Assel (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spendtheir time (activities), what they consider important in theirenvironment (interest), and what they think of themselves and theworld around them (opinions )” atau dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang dirinya dan dunia di sekitarnya (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.

Peneliti dalam penelitiannya menggunakan metode fenomenologi (phenomenological philoshop) yang memfokuskan kepada pemahaman mengenai respon atas kehadiran atau keberadaan manusia dan juga pemahaman atas bagian yang spesifik dari perilaku khusus, bukan sekedar menggambarkan suatu kejadian dari bagian luarnya saja atau menggambarkan secara umum melalui pengamatan, namun peneliti juga harus melakukan pendekatan khusus.

Menurut Stephen W Littlejohn yang dikutip oleh Engkus Koswara dalam metode penelitian komunikasi bahwa


(58)

phenomenology makes actual lived experience the basic data

ofreality”. (Liitle John, 1996:204).

Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa. Fenomenologi membuat sebuah pengalaman nyata yang aktual berdasarkan data yang realistis, oleh sebab itu peneliti dalam melakukan penelitiannya di dasarkan keingintahuannya atas sebuah kejadian nyata dan aktual melalui pendekatan khusus guna mendapatkan sebuah pengalaman yang berdasarkan objek nyata yang riil atau faktual, Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadian dipahami melalui pengalaman secara sadar (councious experience). Fenomenologi menganggap pengalaman yang aktual sebagai data tentang realitas yang dpelajari.Kata gejala (phenomenon yang bentuk jamaknya adalah phenomena) merupakan asal istilah fenomenologi di bentuk dan dapat diartikan sebagai suatu tampilan dari objek.Kejadian atau kondisi-kondisi menurut persepsi.Penelahaan masalah dilaksanakan dengan multi perspektif atau dari beragam sudut pandang.

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Melalui penelitiannya maka peneliti berusaha menjelaskan mengenai

bagaimana “Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Remaja Kota Bandung”

dan menjadikannya sebagai konsep dalam penelitiannya, maka peneliti dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengkaitkan landasan pemikiran teoritis yang telah di jelaskan dengan konsep atau judul penelitiannya.


(59)

43

Dilihat dari faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedon di kalangan remaja kota bandung salah satunya adalah faktor pola-pola tindakan, identitas, dan Fungsi interaksi.

1. Pola-Pola Tindakan

Pola tindakan yang mempengaruhi gaya hidup remaja kota bandung yang mengarah ke gaya hidup hedon seperti interaksi dengan lingkungan atau dengan orang-orang di sekitar baik verbal dan non verbal, seperti gaya bicara, pola bahasa, gaya berpakaian, bahasa tubuh atau gesture.

2. Identitas

Identitas yang ditonjolkan oleh remaja kota bandung yang mempunyai gaya hidup hedon cenderung dapat diketahui melalui, materi, status sosial di masyarakat.

3. Fungsi Interaksi

Bagaimanaremaja kota bandung dalam gaya hidup hedon menjalani fungsi interaksi sosial di masyarakat dengan kelompok sosial (memiliki kelompok tersendiri).


(60)

44

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Hedonisme

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?". Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene(433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja seperti kaum Aristippos, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.

Disinyalir Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.


(61)

45

Manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk bermain ) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini. Sebagai contohnya, remaja yang suka ML ( making love/bercinta ) atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia.Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perilaku hedon.

Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa.


(62)

Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda.

Para remaja berlomba-lomba mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apa yang diinginkannya. Berbagai upaya dilakukan agar apa yang diinginkannya dapat tercapai. Segala daya dan upaya dilakukan untuk mencapai kenikmatan hidup, salah satu caranya dengan mencari popularitas. Menjadi orang yang terkenal dan diidolakan bak selebritis. Media-media instan pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk menjadi bintang,banyak contoh AFI, KDI, Indonesian Idol,dll. Sebuah infiltrasi budaya yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja yang menawarkan gaya hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup.

Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia atau Kesenangan.


(63)

47

Hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Hedonisme Egoistis

Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam.

2. Hedonisme Universal

Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme, kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.

Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme banyak jenisnya,secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:

a. Kesenangan Fisik

Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.

b. Kesenangan Rohani

Bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merduataumusik, maka hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran jiwa.


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc.2008. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. RemajaRosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Bandung. PT. RemajaRosdaKarya

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Prof. Dr.Sofyan S. Willis, M. Pd. 2010. Remaja dan Masalahnya. Bandung. Alfabeta

Prof. Dr. Engkus Kuswarno,2009. Fenomenologi. Konsepsi, Pedoman, danContohPenelitian.

Rakhmat, Djalalaudin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. RemajaRosdakarya.

Skripsi :

Skripsi. AyuYustining. 2011. Gaya Hidup Kaum Biseksual. Bandung : UniversitasKomputer Indonesia, JurusanIlmuKomunikasi

Skripsi. Ferry Herlinawati. 2010. FenomenaGaya Hidup Pengguna Blacberry

Smart Phone Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung.Bandung : Universitas


(3)

Skripsi. RohmaAjeng K. 2010.Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Hedonisme Remaja. Jakarta : UniversitasMuhamadiah.

Internet searching:

http://dc390.4shared.com/doc/ITViqjIi/preview.html/tgl16-maret- 2012/21.00

http://fokreninlove.blogspot.com/2011/04/gaya-hidup-hedonis-remaja modern.html / 30-maret-2012- pukul 19.00 WIB

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/apa-itu-psikologi-komunikasi.html-samm/tgl16-03-2012/22.10 http://muslimabipraya.wordpress.com/2008/06/04/gaya-hidup hedonisme/BadanKoordinasiDakwahIslam/28-maret-2012-pukul19.00 WIB. http://ruangmerindukandiadandia.wordpress.com/2010/02/14/fenomenologi-edmund-husserl/#_ftn8/ tgl126-april-2012/21.00 http://www.blogspot.com http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/tgl16-03-2012/22.10 http://www.google.co.id


(4)

.http://www.infoskripsi.com/Theory/Pendekatan-Fenomenologis-Bagian-I.html/ tgl126-april-2012/22.00


(5)

Nama Lengkap : Mila

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Subang, 7 Agustus 1988 Alamat lengkap : Jl. Sekeloa Bawah No. 31 Kewarganegaraan : WNI

Status perkawinan : Belum menikah Tinggi, berat badan : 156 cm /65Kg Kesehatan : Baik

Agama : Islam

Telepon, HP : 085794120085

E-mail : Mila_Humas1@yahoo.com

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(6)

1995 – 2001 : SDN Rancabogo 1, telah lulus

2001 – 2004 : SMPN 4 Subang, telah lulus

2004 – 2007 : SMAN 1 Pagaden, telah lulus

2007 - Sekarang : Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrai

Humas, Universitas Komputer Indonesia (Unikom)

1. Peserta mentoring agama islamUnikom 2008.

2. Peserta “Study Tour Mass Media 2009”.

3. Peserta Table Meanner Course, 2008 4. Peserta Talkshow Penyiar Radio BBC.

5. Pserta Worksop on modern Strategi Public Relations.

6. Perseta Seminar BudayaPreneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Malalui Jiwa

Entrepreneuship” Unikom, 2010.

Bandung Juli 212

Peneliti

PendidikanFormal

Pelatihan/ Seminar/ Workshop