Penentuan Potensi Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah

PENENTUAN POTENSI KESESUAIAN LOKASI PERIKANAN
BUDIDAYA TAMBAK RAMAH LINGKUNGAN
DI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

AHMAD IBNU RIZA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penentuan Potensi
Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di
Kabupaten Batang, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013

Ahmad Ibnu Riza
NIM C54090029

ABSTRAK
AHMAD IBNU RIZA. Penentuan Potensi Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya
Tambak Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh
SYAMSUL BAHRI AGUS dan VINCENTIUS P. SIREGAR.
Potensi lahan Perikanan budidaya tambak di Kabupaten Batang belum
dipetakan secara optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan lokasi
daerah potensial perikanan budidaya tambak dan desain perencanaan budidaya
tambak yang ramah Lingkungan di pesisir pantai Kabupaten Batang,
Jawa Tengah. Metode yang digunakan dengan pengolahan data spasial. Analisis
spasial menggunakan teknik tumpang susun (Overlay), kriteria terdiri dari
parameter-parameter fisik antara lain jenis tanah, tekstur tanah, kelerengan lahan,
penggunaan lahan, jarak dari pantai, dan jarak dari sungai. Penilaian kuantitatif
dilakukan terhadap tingkat kesesuaian lahan dengan skoring dan faktor pembobot

dari setiap parameter. Desain tambak ramah lingkungan dilakukan untuk
menganalisis tata ruang Kabupaten Batang dengan memperhatikan beberapa
faktor yaitu pasokan air, kontur tanah, sempadan pantai dan sungai, outlet dan
inlet yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Luasan zona potensial untuk
budidaya di pesisir Kabupaten Batang kriteria sangat sesuai sebesar 8855.44 Ha,
sesuai sebesar 4381.96 Ha dan tidak sesuai sebesar 18952.90 Ha. Berdasarkan
kriteria yang didapatkan Kecamatan Batang, Kecamatan Subah, dan Kecamatan
Gringsing merupakan daerah yang baik digunakan untuk perikanan budidaya
tambak di pesisir Kabupaten Batang.
Kata Kunci: analisis spasial, pesisir Kabupaten Batang, ramah lingkungan, tambak

ABSTRACT
AHMAD IBNU RIZA. Potential Determination of Appropriate Location for
Eco-Friendly Pond Aquaculture in Batang, Central Java. Supervised by
SYAMSUL BAHRI AGUS and VINCENTIUS P. SIREGAR.
The land potential for pond aquaculture in Batang has not mapped
optimally. The objectives of this study are to map a potential area and designing
eco-friendly pond aquaculture coastal of Batang, Central Java. Such spasial data
processing method was used for this study. Spasial analysis used overlay
techniques, criterias consists of some physical parameters included soil type, soil

texture, slope of land, land usage, distance from shore, and distance from river.
Quantitative assessment was done for degree of land suitability with scoring and
weighting factors each parameter. Designing eco-friendly pond aquaculture was
conducted for analysis spatial planning in Batang that consider several factors, are
water supply, land contours, border of coastal and rivers, outlet and inlet which
accordance to the actual condition. The area potential zones for pond aquaculture
in Batang coastal are categori in three group very appropriate 8855.44 Ha,
appropriate 4381.96 Ha, and not appropriate 18952.90 Ha. Based on the results
were obtained, sub-district of Batang, Subah, Gringsing are the most suitable
zone for pond aquaculture in Batang coastal.
Keywords : Batang coastal, eco-friendly, pond, spatial analysis

PENENTUAN POTENSI KESESUAIAN LOKASI PERIKANAN
BUDIDAYA TAMBAK RAMAH LINGKUNGAN
DI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

AHMAD IBNU RIZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Penentuan Potensi Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya Tambak
Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Nama
: Ahmad Ibnu Riza
NIM
: C54090029

Disetujui oleh,

Dr Syamsul Bahri Agus, SPi MSi

Pembimbing I

Dr Ir Vincentius P. Siregar, DEA
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc
Ketua Departemen

Tanggal lulus : 13 Desember 2013

Judul Skripsi: Penentuan Potensi Kesesuaian Lokasi Perikanan Budidaya Tambak
Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
: Ahmad Ibnu Riza
Nama
: C54090029
NIM

Disetujui oleh


U セ@
I

Dr SV1 SU{ Bahri Agus, SPi, MSi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Tanggal Lulus : 13 Desember 2013

Dr Ir Vincentius P. Siregar, DEA
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah “Penentuan Potensi Kesesuaian Lokasi
Perikanan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang,
Jawa Tengah” ini dapat diselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Kelautan.


1.

2.

3.
4.
5.

6.
7.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Dr Syamsul Bahri Agus, SPi, MSi dan Bapak Dr Ir Vincentius P.
Siregar, DEA selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan masukan dan
arahan serta meluangkan waktu kepada penulis.
Bapak Prof Dr Ir Setyo Budi Susilo, MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Agus S.
Atmadipoera, DESS selaku dosen Gugus Kendali Mutu dan Dr Ir Henry M.
Manik,MT selaku Ketua Komisi Pendidikan S1 Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan yang telah memberikan masukan untuk perbaikan karya

ilmiah ini.
Bapak Ir Irzal Effendi, MSi yang telah memberikan ilmu terkait budidaya
tambak yang ramah lingkungan serta masukan untuk karya ilmiah ini.
Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Adik serta seluruh keluarga atas dukungan,
motivasi dan doa yang telah diberikan.
Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Batang, Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Perhubungan (DISHUB), Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Batang yang telah memberikan
kemudahan dalam memperoleh data.
Temen-temen ITK 46 yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis.
Temen-temen satu organisasi FKMC, FSLDK IPB, IMAPEKA, HIMITEKA,
KURMA, GURAME yang telah memberikan inspirasi dan motivasi kepada
penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Ahmad Ibnu Riza

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
METODE ................................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 2
Metode Penelitian ................................................................................................ 3
Pengumpulan data ............................................................................................... 3
Pengolahan Basis Data ........................................................................................ 3
Analisis Data SIG ................................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Karakteristik Kawasan Pesisir Kabupaten Batang .............................................. 7
Analisis Spasial Parameter Kualitas Air............................................................ 11
Analisis Parameter Fisik Kesesuaian Tambak Pesisir ....................................... 13
Analisis lokasi perikanan budidaya tambak ...................................................... 15
Analisis desain tambak yang ramah lingkungan terhadap kebijakan Kabupaten
Batang ................................................................................................................ 16

Desain perencanaan tambak yang ramah lingkungan ....................................... 17
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................19
Simpulan ............................................................................................................ 19
Saran .................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................40

DAFTAR TABEL
1. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak ............................................... 5
2. Nilai perhitungan selang kelas kesesuaian ................................................. 6
3. Luas kecamatan pesisir Kabupaten Batang ................................................ 8

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir pengolahan data .................................................................... 7
2. Peta penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Batang ............................... 10
3. Peta lahan eksisting tambak di pesisir Kabupaten Batang ....................... 11
4. Peta hasil kesesuaian lokasi perikanan budidaya tambak di perairan
.
pesisir Kabupaten Batang......................................................................... 16

5. Peta desain lokasi perikanan budidaya tambak di Kecamatan
.
Gringsing ................................................................................................. 18

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta administrasi Kabupaten Batang........................................................ 21
2. Peta stasiun pengambilan data kualitas air ............................................... 22
3. Koordinat titik pengambilan data ............................................................. 23
4. Peta sebaran suhu di pesisir Kabupaten Batang ....................................... 24
5. Peta sebaran salinitas di pesisir Kabupaten Batang ................................. 25
6. Peta sebaran pH di pesisir Kabupaten Batang.......................................... 26
7. Peta sebaran DO di pesisir Kabupaten Batang ......................................... 27
8. Peta kelerengan lahan di pesisir Kabupaten Batang ................................ 28
9. Peta tekstur tanah di pesisir Kabupaten Batang ....................................... 29
10. Peta jenis tanah di pesisir Kabupaten Batang ........................................ 30
11. Peta jarak dari sungai di Kabupaten Batang .......................................... 31
12. Peta jarak dari pantai di Kabupaten Batang ........................................... 32
13 Peta sempadan sungai dan pantai di Kabupaten Batang ......................... 33
14. Peta rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Batang .......................... 34
15. Peta kontur di pesisir Kabupaten Batang ............................................... 35
16. Peta lokasi perikanan budidaya tambak terhadap kebijakan
.
di pesisir Kabupaten Batang ................................................................... 36
17. Peta desain perencanaan lokasi perikanan budidaya tambak
.
di pesisir Kabupaten Batang ................................................................... 37
18. Perhitungan luas kesesuaian lahan perikanan budidaya tambak
masing-masing kecamatan di pesisir Kabupaten Batang ....................... 39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih
dari 17.508 buah, Indonesia mempunyai kekayaan sumberdaya alam, khususnya
sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat melimpah dan dimanfaatkan
sebagai aset untuk kepentingan pembangunan nasional. Budidaya tambak
merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi),
menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu kolam, dan
agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi
tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi, 2009).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) hingga tahun 2009
tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia mencapai 606680 Ha atau
57,91% dari seluruh lahan budidaya.
Jawa Tengah merupakan salah satu sentra budidaya tambak di Indonesia.
khususnya di daerah Pantai Utara Jawa yaitu Kendal, Pati, Pekalongan dan Batang.
Sistem budidayanya dilakukan dengan pemanfaatan perairan payau dan
pertambakan. Kabupaten Batang adalah kabupaten yang sesuai untuk
dikembangkan sebagai daerah budidaya. Data Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Batang tahun 2011 menyebutkan berdasarkan kebijakan pemerintah
daerah Kabupaten Batang dan eksisting lokasi bahwa Kawasan Minapolitan
berbasis perikanan budidaya tambak diarahkan di Kecamatan Batang, Tulis,
Subah dan Gringsing. Potensi perikanan tambak seluas 209.37 Ha yang terletak di
4 (empat) kecamatan tersebut, tetapi belum seluruhnya dikelola secara maksimal.
Total luas lahan yang ada baru sekitar 13 Ha yang sudah dikelola secara baik.
Sedangkan budidaya perikanan air tawar berpotensi dikembangkan pada semua
kecamatan di Kabupaten Batang. Potensi perikanan budidaya air tawar mencapai
kurang lebih 59.037 Ha (Dinas Perikanan Batang, 2005).
Perencanaan pembangunan yang terencana akan lebih memberikan dampak
yang baik untuk kemajuan suatu daerah. Pemetaan penggunaan lahan yang sesuai
dengan kondisi daerah merupakan salah satunya solusi yang baik untuk
perencanaan pembangunan. Hampir sebagian wilayah pesisir pantai di Pulau Jawa
yang sampai sekarang masih mengembangkan sistem budidaya pesisir.
pemanfaatan lahan pesisir sebagai perikanan budidaya tambak di Kabupaten
Batang masih belum optimal. Padahal budidaya pesisir merupakan salah satu
potensi yang sangat menjanjikan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di
pesisir pantai. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan guna
mewujudkan keberhasilan usaha tambak yaitu pasokan air, topografi, tipe tanah,
vegetasi, elevasi, serta pengaruh aliran sungai dan banjir (Rabanal et al. 1976,
dalam Abdurrahman 2004).
Penginderaan jauh (Inderaja) secara luas didefinisikan sebagai teknik
pengumpulan gambar atau data lain tentang suatu objek dari pengukuranpengukuran yang dibuat pada suatu jarak tertentu dari objek
(Dahdouh Guesbas, 2002). Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem
komputer yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan personal
(manusia) yang dirancang untuk secara efisien memasukkan, menyimpan,

2
memperbaharui, memanipulasi, menganalisa dan menyajikan semua jenis
informasi yang berorientasi geografis (ESRI dan Aronoff dalam Purwanto, 2001).
Teknologi inderaja dan SIG dapat digunakan untuk melakukan analisis dan
pengumpulan informasi sumber daya perikanan dan infrastruktur. Aplikasi SIG
dalam bidang perikanan khususnya pada sistem informasi perikanan telah banyak
dilakukan di berbagai negara termasuk di Indonesia. Aplikasi SIG dalam sistem
informasi perikanan khususnya pada pengkajian kelayakan lokasi budidaya
(kelayakan lokasi budidaya tambak, kelayakan lokasi Keramba Jaring Apung
(KJA), kelayakan lokasi budidaya rumput laut dan sebagainya), prediksi daerah
potensial penangkapan ikan, peta tataruang wilayah pesisir.
Salah satu faktor untuk mencapai suatu keberhasilan usaha budidaya tambak,
di samping biaya investasi, kualitas, dan karakter spesifik dari biota yang di
budidayakan adalah kedisiplinan operator. Metode budidaya dengan teknologi
yang diterapkan seperti desain, tata letak, dan kontruksi, serta tingkat produksi,
juga harus mempertimbangkan karakteristik biofisik lokasi seperti biologi,
hidrologi, meteorologi, kualitas tanah, dan air yang sesuai dengan daya dukung
lingkungan wilayahnya (Radiarta et al. 2005). Banyak usaha budidaya tambak
intensif belum memanfaatkan kelebihan sistem informasi geografis dalam
melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya, dimana hal tersebut
penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan lokasi daerah potensial
perikanan budidaya tambak dan desain perencanaan budidaya tambak yang ramah
lingkungan di pesisir pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April - September 2013 di pesisir
pantai Kabupaten Batang. Survey lapang dilakukan pada bulan April 2013,
pengumpulan data pada bulan Mei 2013, dan pengolahan dan penyusunan data
dilakukan hingga bulan September di Laboratorium Komputer dan Laboratorium
Penginderaan Jauh Kelautan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Peralataan yang digunakan terdiri dari perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software). Perangkat keras yang digunakan antara lain notebook,
kamera digital, flashdisk dan printer. Perangkat lunak yang digunakan terdiri atas
ArcGIS 10 untuk proses analisis data SIG, ArcView 3.3 untuk analisis data spasial
kualitas air. Alat-alat yang digunakan untuk survey lapang adalah pH meter, DO
meter, Refraktometer, Hand GPS Garmin eTrex, dan data sheet untuk mencatat
data kualitas air.

3

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Citra satelit Quick Bird 2012 diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten
Batang
2. Peta Administrasi Kabupaten Batang dengan skala 1:175 000 dari PEMDA
Kabupaten Batang. peta ditampilkan pada lampiran 1
3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Batang tahun 2011-2031
dengan skala 1:175 000 dari PEMDA Kabupaten Batang. peta ditampilkan
pada lampiran 14
4. Data kualitas air dari survey lapang pada bulan April 2013.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penggabungan
atau tumpang susun (Overlay) terhadap beberapa data parameter dengan
menggunakan SIG. Penelitian ini secara umum mencakup 3 tahapan yaitu
pengumpulan data spasial dan data atribut serta data pendukung, pengolahan dan
penyusunan basis data, dan analisis data SIG.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai dengan melakukan survey lapang di perairan
pesisir Kabupaten Batang. Data survey lapang yang diambil meliputi nilai pH,
Disolve oxygen (DO), salinitas, suhu, titik koordinat, dan dokumentasi wilayah
pesisir. Ada 37 titik koordinat yang dilakukan dalam pengambilan data, dan
dokumentasi penggunaan lahan digunakan untuk perbandingan kondisi
kenampakan pada citra dengan kenampakan asli di lokasi penelitian. Peta stasiun
pengambilan data dapat dilihat pada Lampiran 2.
Proses pengolahan citra satelit Quick Bird digunakan sebagai peta dasar
dalam membuat peta penggunaan lahan (land use). Tahapan awal yang seharusnya
dilakukan untuk mendapatkan peta penggunaan lahan pada citra satelit adalah
koreksi geometrik, bertujuan untuk pemulihan kondisi citra agar sesuai dengan
koordinat geografi. Tapi pada penelitian ini citra satelit yang didapatkan sudah
terkoreksi, sehingga tahapan selanjutnya adalah melakukan klasifikasi penutupan
lahan dengan metode digitasi on screen. Peta administrasi Kabupaten Batang
digunakan untuk kenampakan peta administrasi wilayah pesisir pantai Kabupaten
Batang. Peta Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang digunakan untuk melihat
perencanaan pembangunan di wilayah pesisir pantai Kabupaten Batang. Data
kelerengan, jenis tanah, tekstur tanah, dan kontur di wilayah pesisir Kabupaten
Batang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Batang.
Pengolahan Basis Data
Basis data SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan
atribut-atribut di dalam layer-layer data (Jumadi, 2011). Semua data yang telah
diperoleh baik data primer (survey lapang) maupun data sekunder dikumpulkan
berdasarkan jenis peta. Pengolahan data kualitas air pada pesisir pantai Kabupaten
Batang untuk mendapatkan peta sebaran nilai kualitas air dengan menginterpolasi
keseluruhan data pada lokasi penelitian.

4
Pada proses pengolahan data jarak dari sungai, jarak dari pantai dan data
perencanaan pembuatan sempadan yaitu melalui penyangga dengan memasukkan
data dari garis sepanjang pantai dan garis sepanjang sungai yang ada di pesisir
pantai Kabupaten Batang. Penyangga jarak dari pantai ada 3 bagian adalah
2000 m, 4000 m, dan lebih dari 4000 m, sedangkan untuk penyangga jarak dari
sungai adalah 500 m, 1000 m, lebih dari 1000 m. Sempadan pantai dilakukan
penyangga dengan jarak 100 m dan sempadan sungai 50 m dari bagian kanan dan
kiri sepanjang sungai. Perencanan sempadan pantai dan sungai berguna untuk
mendukung dalam pengolahan daerah pesisir pantai agar pembangunan yang
dilakukan ramah lingkungan.
Seluruh data dari setiap parameter yang telah dilakukan proses pengolahan
selanjutnya dikumpulan dalam basis data seperti peta jenis tanah, peta tekstur
tanah, peta kelerengan, peta kontur, peta jarak dari pantai, peta jarak dari sungai,
peta perencanan daerah sempadan pantai dan sungai, serta peta penggunaan lahan
(land use), sedangkan peta sebaran kualitas air (DO, pH, salinitas, suhu) sebagai
parameter pendukung. Penyusunan basis data dilakukan pada semua parameter
yang telah di dapatkan selanjutnya dilakukan analisis data SIG untuk mengetahui
kesesuaian lahan perikanan budidaya tambak.
Analisis Data SIG
Analisis zona kesesuaian perikanan budidaya tambak ditentukan
berdasarkan matriks kesesuaian yang telah disusun. Matriks kesesuaian
mempunyai parameter-parameter tertentu dalam menganalisis kesesuaian lahan
lokasi perikanan budidaya tambak. Parameter pada Matriks kesesuaian diperoleh
dari studi pustaka dan tidak bersifat mutlak melainkan dapat dimodifikasi sesuai
kondisi wilayah penelitian. Penelitian ini menggunakan matriks kesesuaian lahan
perikanan budidaya tambak terdiri dari 6 parameter yang ditampilkan pada
Tabel 1. Pembuatan matriks kesesuaian ini digunakan beberapa literatur sebagai
acuan dengan memodifikasi matriks yang ada.
Modifikasi matriks dilakukan untuk menyesuaikan matriks yang telah ada
untuk kesesuaian perikanan budidaya tambak yang diinginkan. Penambahan
parameter pendukung sangat diperlukan untuk menganalisis dan memetakan
daerah lokasi supaya mendukung budidaya yang ramah lingkungan. Jarak
sempadan pantai dan sempadan sungai sangat dibutuhkan dalam melakukan
perencanaan lokasi untuk perikanan budidaya tambak. Jarak sempadan pantai dan
sempadan sungai merupakan daerah yang seharusnya tidak digunakan untuk
pembangunan dalam hal ini perikanan budidaya tambak, melainkan untuk faktor
pendukung terciptanya pembangunan yang ramah lingkungan. Jarak sempadan
pantai 100 m dan jarak sempadan sungai 50 m sisi kanan dan kiri sepanjang aliran
sungai. Informasi pembangunan yang akan dilaksanakan juga merupakan salah
satu parameter yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis kesesuaian
lokasi perikanan budidaya tambak.

5
Sistem pemberian skor masing-masing kelas sebagai berikut (Prahasta
dalam Laili, 2004): Pemberian skor 3 untuk kriteria sangat sesuai (S1), skor 2
untuk kriteria sesuai (S2), dan skor 1 untuk kriteria tidak sesuai (S3). Penentuan
bobot untuk setiap parameter disesuaikan dengan besarnya pengaruh parameter
terhadap nilai kesesuaian lokasi penelitian. Selain itu, modifikasi nilai bobot
terhadap setiap parameter ini juga dilakukan diskusi dengan pakar.
Tabel 1 Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak
Parameter
Bobot S1
Skor
S2
Skor

S3

Skor

Tekstur Tanah

15

Halus

3

Sedang

2

Kasar

1

Jenis Tanah

20

3

Regosol

1

15

3

Histosol,
Andosol
3.0-9.0

2

Kelerengan lahan
(%)
Jarak dari sungai
(m)
Jarak dari pantai
(m)
Landuse

Alluvial
Pantai
0-3.0

2

>9,0

1

15

< 500

3

500-1000

2

>1000

1

15

< 2000

3

2000-4000

2

>4000

1

20

Sawah,
tambak,
tegalan,
belukar,
Hutan
pantai

3

Kebun,
Hutan
Rawa

2

Pemukiman,
Industri
Pabrik

1

Sumber : dimodifikasi dari Poernomo (1992), Yustiningsih (1997), Husein (1999), dan masukkan dari pakar.

Nilai kesesuaian lahan diperoleh melalui penjumlahan dari hasil perkalian
bobot dan skor seluruh kriteria penyusun kesesuaian lahan. Secara matematis,
nilai kesesuaian lahan dituliskan dalam rumus:
N = Σ(Bi x Si) ……………….. (1)
ΣBi
Keterangan :
N = Total bobot nilai
Bi = Bobot pada tiap kriteria
Si = Skor pada tiap kriteria
Perhitungan teknik analisis overlay merupakan hasil kalkulasi dari jumlah
sel tiap kategori pada masing-masing parameter. Perhitungan kesesuaian lahan
budidaya perikanan menggunakan metode Pendekatan Analisis Spasial.
Perhitungan dilakukan dengan mengalikan dan menjumlahkan bobot serta skor
masing-masing parameter sehingga menghasilkan nilai total bobot pada tiap lokasi.
Perhitungan total nilai bobot dikelompokkan berdasarkan selang kelas kesesuaian.
Berdasarkan perhitungan nilai bobot maksimum diperoleh sebesar 3 dan nilai
minimum sebesar 1.

6
Nilai kesesuaian ditentukan dengan memberikan selang kelas kesesuaian
ke dalam jumlah kategori yang ada. Menurut Putra (2011) Pembagian selang kelas
yang ada dilakukan dengan metode equal interval, yang mana selang kelas
diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum bobot dan skor dikurangi dengan
perkalian nilai minimum bobot dan skor. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut :
Selang Kelas Kesesuaian = Nmaksimum - Nminimum …..(2)
Jumlah Kelas
Berdasarkan perhitungan dengan jumlah kelas kesesuaian 3 kelas nilai
selang kelas didapatkan sebesar 0.66. selang nilai perhitungan sangat sesuai (S1),
sesuai (S2), dan tidak sesuai (S3) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai perhitungan selang kelas kesesuaian
Katagori klasifikasi
Selang Kelas
Tidak sesuai
1.00 – 1.66
Sesuai
1.67 – 2.33
Sangat sesuai
2.34 – 3.00
Keterangan dari hasil kelas kesesuaian yang telah didapatkan sebagai
berikut:
1. Kelas sangat sesuai (S1)
Lahan ini sesuai untuk penggunaan budidaya tambak tanpa faktor
pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkelanjutan, atau
memiliki faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak menurunkan
produktivitasnya secara nyata
2. Kelas sesuai (S2)
Lahan ini mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap
produktivitas, kelas ini masih bisa diusahakan menjadi lahan tambak dengan
syarat di dalam pengolahannya diperlukan tambahan teknologi.
3. Kelas tidak sesuai (S3)
Lahan ini tidak sesuai untuk dijadikan lahan tambak karena faktor
penghambat yang sangat besar baik yang permanen maupun tidak permanen.
Hasil yang didapatkan dari analisis kesesuaian ini adalah lokasi perikanan
budidaya tambak di pesisir pantai Kabupaten Batang. Diagram alir dari penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 1.

7

Citra Quick Bird

Data Sekunder

Klasifikasi
Penggunaan Lahan
dengan digitasi

1. Peta Tekstur Tanah
2. Peta Jenis Tanah
3. Peta Kelerengan

Peta Penggunaan lahan

Basis Data
(Spasial dan atribut)

Buffer daerah Sempadan
sungai dan pantai serta
buffer jarak dari Pantai
dan sungai

Data Primer
(Data survey lapang)

Peta sebaran DO
(Disolve Oxigen),
Salinitas, pH, dan
Suhu

Analisis Kesesuaian
lahan dengan SIG

Zona kesesuaian
lokasi perikanan
budidaya tambak
Gambar 1 Diagram alir pengolahan data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kawasan Pesisir Kabupaten Batang
Letak Geografis
Kabupaten Batang terletak di utara Propinsi Jawa Tengah yang
mempunyai luas 788.642 km² dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Garis
pantai yang dimiliki sepanjang 38,75 km dan wilayah laut sejauh 4 mil diukur dari
garis pantai, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Batang mempunyai
kewenangan untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, pengelolaan
sumberdaya alam wilayah tersebut. Secara geografis Kabupaten Batang berada
pada 006º 51` 46 LS - 007º 11′ 47 LS dan 109º 40 19 BT - 110º 03 06 BT,
dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
sebelah timur dengan Kabupaten Kendal, sebelah barat dengan Kabupaten dan
Kota Pekalongan, dan sebelah selatan adalah Kabupaten Wonosobo dan
Banjarnegara.
Kabupaten Batang memiliki kondisi wilayah yang sangat heterogen yaitu
kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan, Topografi
Kabupaten Batang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian utara
dan selatan. Bagian utara merupakan daerah yang relatif datar, berupa dataran

8
rendah sedangkan bagian selatan merupakan daerah perbukitan sampai
pegunungan. Kondisi ini sangat berpotensial dalam bidang agroindustri,
agrowisata dan agrobisnis. Kabupaten Batang memiliki 6 kecamatan yang
langsung berbatasan dengan wilayah pesisir laut, antara lain Kecamatan Batang,
Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis, Kecamatan Subah, Kecamatan
Banyuputih, dan Kecamatan Gringsing. Luas kecamatan di pesisir Kabupaten
Batang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas kecamatan pesisir Kabupaten Batang
No.
1
2
3
4

Kecamatan
Batang
Kandeman
Tulis
Subah

Luas (ha)
3434.54
4174.67
4508.78
8352.17

Persentase (%)
10.67
12.97
14.01
25.95

5
6

Banyuputih
Gringsing

4442.50
7276.64

13.80
12.60

32 190.29

100

Luas Pesisir Kabupaten Batang
Sumber : BPS, 2012

Kondisi Fisik Pesisir perairan Kabupaten Batang
Iklim
Kabupaten Batang yang berada pada daerah dataran rendah dan dataran
tinggi beriklim tropis memiliki 2 (dua) musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Kondisi ini hampir sama dengan daerah-daerah lain di Pulau Jawa.
Musim penghujan biasanya terjadi dari November - Maret dan musim kemarau
terjadi mulai awal April – September. (BMKG Semarang, 2012).
Arus
Arus air laut merupakan pergerakan massa air secara vertikal dan
horisontal atau gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin.
Kecepatan arus perairan sangat penting dalam media budidaya untuk menjaga
kondisi berada pada kondisi yang optimum. Pada umumnya kecepatan arus
dipengaruhi oleh pasang surut dan angin. Arah dan kecepatan arus merupakan
salah satu yang parameter yang harus diketahui ketika kita akan menentukan
daerah budidaya perikanan.
Arah arus dipengaruhi oleh angin yang bertiup di suatu wilayah perairan.
Arah arus dapat berfungsi untuk mengetahui datangnya massa air laut yang
menuju ke pantai. Pada umumnya biota yang dibudidayakan menyukai kondisi
perairan yang bersih dan kondisi perairan yang stabil. Hal ini juga berpengaruh
terhadap arah masukkan air laut (inlet) ke kolam budidaya pesisir pantai. Arah
arus dominan pada musim penghujan bergerak dari arah timur menuju barat,
kecuali pada bulan Mei dimana arus sudah bergerak dari arah barat menuju timur
(DKP, 2012).

9
Pasang Surut
Tipe pasang surut salah satu parameter yang harus diketahui untuk
menentukan lokasi budidaya perikanan karena pola pasang surut mempengaruhi
masukan air ke dalam tambak ini terkait dengan manajemen pengolahan tambak
yang tepat. Lokasi yang tepat dengan mengetahui pola pasang surut akan
memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Dinas Hidrologi Oseanografi TNIAL menyatakan bahwa jenis pasang surut di perairan Kabupaten Batang adalah
tipe campuran condong ke diurnal, dimana air pasang dan surut terjadi dua kali
per hari serta ada bentuk asimetris antara gelombang sinusoidal pertama dan yang
kedua dengan bentuk mendekati pasang surut tipe diurnal (DKP, 2012).
Wilayah pesisir Kabupaten Batang berpotensi adanya rob (air pasang)
yang makin meningkat intensitas dan frekuensinya sehingga wilayahnya terkena
rob. Air pasang yang masuk ke dalam suatu wilayah pesisir atau tambak pada
umumnya masih baik dan mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi biota
yang dibudidayakan. Ikan dan udang memerlukan kadar garam tertentu untuk
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu untuk memperoleh
kadar garam yang sesuai maka perlu adanya pencampuran antara air laut dan air
darat. Pasang surut sangat berperan dalam pengolaan air selama operasional
tambak mulai di lakukan.
Analisis Penutupan Lahan
Proses klasifikasi dilakukan dengan interpretasi secara visual
menggunakan software ArcGIS melalui digitasi pada layar monitor. Klasifikasi
terhadap objek dilakukan dengan membagi kelas-kelas tertentu didasarkan atas
kenampakan terhadap citra komposit dan survey lapang yang dilakukan.
Klasifikasi dikelompokkan secara detail ke dalam 18 kelas yaitu TPI Batang,
alun-alun, bangunan, empang, hutan, industri, kebun, ladang, mangrove, objek
wisata, pelabuhan niaga, pembukaan lahan, pemukiman, rumput, sawah, semak
belukar, tambak, tegalan. Hasil citra klasifikasi ini akan dipakai dalam
menganalisis kesesuaian daerah budidaya perikanan karena hasil visual citra ini
dapat menjadi referensi yang tepat untuk kondisi terbaru penggunaan lahan yang
ada di Kabupaten Batang, meskipun demikian nanti akan dibandingkan dengan
penggunaan lahan yang sudah ada sebelumnya. Resolusi citra quickbird ini juga
menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan visualisasi dalam penggunaan
lahan yang ada. Berikut adalah gambaran hasil klasifikasi dapat dilihat pada
Gambar 2.

10

Gambar 2 Peta penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Batang
Penggunaan lahan eksisting tambak menyebar di masing-masing
kecamatan pesisir Kabupaten Batang. Daerah yang digunakan lahan tambak
antara lain di Kecamatan Gringsing, Batang, Kandeman, Subah. Kecamatan
Gringsing mempunyai penggunaan lahan tambak yang cukup luas. Berdasarkan
survey lapang di sepanjang pesisir Kabupaten Batang lahan tambak yang
digunakan sebagian besar masih belum teroptimalkan dengan baik. Beberapa
lahan tambak dibiarkan tanpa adanya kegiatan budidaya, misalkan di Kecamatan
Batang. Lahan tambak yang digunakan sebagian besar di daerah dekat dengan
sungai dan pantai. Hal ini merupakan karakteristik penggunaan lahan tambak
dengan faktor utama pasokan air yang digunakan untuk keberlangsungan
budidaya tambak. Masyarakat di daerah pesisir lebih cenderung menggunakan
lahan untuk kegiatan bercocok tanam seperti melati, dan tanaman palawija
dikarenakan mempunyai pendapatan yang lebih dibandingkan dengan budidaya,
kecenderungan masyarakat yang lebih memilih bercocok tanam dibandingkan
dengan budidaya sehingga daerah tambak eksisting yang ada hanya sedikit,
meskipun daerah tersebut sesuai digunakan untuk perikanan budidaya tambak.
Peta lahan eksisting tambak di pesisir Kabupaten Batang dilihat pada Gambar 3.

11

Gambar 3 Peta lahan eksisting tambak di pesisir Kabupaten Batang
Analisis Spasial Parameter Kualitas Air
Pantai merupakan bertemunya berbagai kekuatan alam yang berasal dari
laut, darat, dan udara saling berinteraksi, dan menciptakan bentuk seperti yang
terlihat saat ini yang bersifat dinamis dan selalu berubah (Sumampouw et al.
dalam Rakhmawaty, 2009). Kualitas air adalah salah satu faktor penentu dalam
mendukung lingkungan untuk pengembangan budidaya perikanan tambak.
menurut Pengamatan kualitas air di suatu pesisir dalam penentuan tingkat
kelayakan atau kesesuaian lahan budidaya perikanan dilihat dengan melakukan
pengamatan langsung atau survey lapang terutama di sepanjang pesisir Kabupaten
Batang. Parameter kualitas air yang diambil antara lain suhu, pH, Disolve Oxigen,
dan salinitas. Terlihat sebagian besar wilayah pesisir pantai Kabupaten Batang
sesuai untuk mendukung budidaya perikanan tambak.
Suhu Perairan
Suhu perairan yang tidak sesuai akan menyebabkan metabolisme biota
mengalami gangguan serta pertumbuhannya akan terhambat. Selain itu perubahan
suhu perairan akan mempengaruhi proses-proses biologis dan ekologis yang
terjadi di dalam air, dan akhirnya akan mempengaruhi komunitas yang ada di
dalamnya. (Aljufrizal, 2007). suhu yang dianjurkan untuk melakukan budidaya
berkisar antara 28 - 32 oC. Suhu perairan tambak banyak dipengaruhi oleh
temperatur udara yang terabsorbsi ke dalam air, sehingga besar dan kecilnya suhu
air di dalam kolom air tergantung akan penetrasi cahaya dan temperatur udara
sekitar. Sebaran suhu perairan di Pesisir Kabupaten Batang berkisar

12
antara 25.7 - 32.8 oC. Suhu perairan pada daerah pesisir ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar dapat dikategorikan sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perikanan
budidaya. Ada beberapa daerah yang kurang sesuai di daerah pesisir tersebut
karena nilai suhu di suatu peariran ada yang >32 oC. Suhu yang dikategorikan
sangat sesuai berkisar antara 25 - 32 oC sedangkan kisaran yang tidak sesuai untuk
lokasi budidaya adalah >32 oC. Peta sebaran suhu ditampilkan pada Lampiran 4.
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan,
salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau per mil. Salinitas juga merupakan
salah satu faktor pembatas penyebab terjadinya stratifikasi penyebaran biota laut
baik secara vertikal maupun horizontal. Salinitas yang digunakan dalam
melakukan budidaya perikanan berkisar antara 18 – 30 ppt. Salinitas yang tidak
sesuai dapat menyebabkan tingkat produksi pada biota tidak dapat optimal. Jika
hal ini terjadi khususnya di bidang budidaya perikanan akan menyebabkan
terganggunya pertumbuhan dan masa panen dari biota itu sendiri. Kesesuaian
yang tepat dalam penentuan lokasi budidaya berdasarkan sebaran salinitas
sangatlah penting. Pesisir Kabupaten Batang mempunyai kisaran salinitas
antara 0 - 32 ppt.
Kisaran salinitas didapatkan dari perairan lepas pantai dan daerah
masukkan air tawar dari daratan. Nilai salinitas yang tinggi dapat dilihat dari
sebaran menuju ke arah lepas pantai, hal ini terjadi karena perairan yang dekat
dengan daerah daratan dapat masukkan dari air tawar melalui sungai sehingga
akan lebih cenderung tercampur dan nilai salinitasnya lebih kecil dibandingkan
dengan lepas pantai. Nilai salinitas yang terdapat pada perairan pesisir pantai
Kabupaten Batang sebagian besar sesuai untuk digunakan sebagai budidaya
perikanan. Kesesuaian daerah budidaya yang sesuai untuk budidaya berkisar
antara 12 - 30 ppt, sedangkan salinitas < 12 dan > 30 ppt sudah dikatagorikan
daerah yang tidak sesuai untuk budidaya pearairan. Peta sebaran salinitas
ditampilkan pada Lampiran 5.
pH (Potential of Hidrogen)
Potential of Hidrogen (pH) merupakan konsentrasi ion hidrogen yang ada
di dalam air, nilai pH dapat dilihat terhadap aktivitas ion hidrogen yang ada di
dalam perairan. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan
biota laut (FAO,2006 dalam Romimohtarto, 2005). Kondisi pH yang rendah di
suatu perairan dapat diakibatkan oleh tingginya dekomposisi materi organik. Nilai
pH juga tergantung oleh suhu perairan, organisme terlarut, dan adanya anion dan
kation serta jenis dan stadium organisme, selain itu juga karena buangan limbah
industri dan rumah tangga. Sebaran pH diturunkan berdasarkan interpolasi dari
titik-titik pengukuran lapang di perairan pesisir pantai Kabupaten Batang,
nilai pH memiliki sebaran angka yang berkisar antara 7.1 – 8.2.
Nilai pH air laut di Indonesia umumnya mempunyai nilai antara 6.0 – 8.5.
Nilai pH dikatagorikan wilayah sangat sesuai memiliki nilai antara 7.5 - 8.5 dan
termasuk 7 - 7.5 termasuk dalam katagori sesuai, sedangkan perairan yang
memiliki nilai < 7 dan > 8.5 tidak sesuai dijadikan sebagai lokasi yang sesuai
untuk budidaya perikanan. Hasil pengukuran lapang menunjukkan perairan pesisir

13
pantai Kabupaten Batang keseluruhan sesuai digunakan untuk lokasi budidaya
perikanan. Peta sebaran pH ditampilkan pada Lampiran 6.
Disolve Oxigen (DO)
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air, yang
diukur dalam satuan milligram per liter (mg/l). Oksigen terlarut juga merupakan
komponen yang penting dalam suatu perairan untuk menggambarkan besarnya
tingkat produktivitas primer di suatu perairan. Semakin tinggi kandungan oksigen
yang terlarut maka dapat mengindikasi bahwa tingkat produktivitas primer
perairan tinggi. Produktifitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis.
Kadar oksigen terlarut untuk melakukan kegiatan budidaya umumnya berkisar
antara 5 – 8 mg/l. Lingkungan perairan dengan kadar oksigen terlarut yang
berlebihan akan menyebabkan kematian pada biota yang dibudidayakan. Ikan
akan hidup dengan baik pada kandungan oksigen 5 – 8 ppm
(BBL Lampung, 2001)
Sebaran spasial kadar oksigen terlarut dilakukan dengan menginterpolasi
titik-titik pengukuran lapang di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Batang.
Sebaran kadar oksigen terlarut berkisar antara 3.5 mg/l - 6.5 mg/l. Kategori
kesesuaian oksigen terlarut dibagi menjadi 3 kelas yaitu sangat sesuai berkisar
antara 6 mg/l -8 mg/l, sesuai berkisar antara 4 mg/l – 5.9 mg/l, dan kategori tidak
sesuai < 4 mg/l. Sebagian besar sepanjang pantai kecamatan Batang, Kandeman,
Banyuputih dan Gringsing sesuai untuk dilakukan budidaya perikanan. Peta
sebaran DO ditampilkan pada Lampiran 7.
Analisis Parameter Fisik Kesesuaian Tambak Pesisir
Kelerengan
Lereng merupakan salah satu parameter dalam melakukan penentuan
lokasi budidaya perikanan. Kemiringan lereng yang sangat sesuai antara 0 – 3 %,
untuk kemiringan yang sesuai berkisar antara 3 – 9 %, dan sedangkan untuk
kemiringan pantai yang kurang sesuai berkisar > 9 %. Daerah pesisir Kabupaten
Batang memiliki kemiringan pantai yang beragam antara 0 – 40 %. Sebagian
besar wilayah pesisir pantai mempunyai kemiringan pantai 0 – 2 % di kecamatan
Subah sebagian ada yang memiliki kemiringan > 25 %.
Kemiringan pantai yang sesuai akan membantu dalam memperlancar
pasokan air untuk lokasi budidaya perikanan. Hasil klasifikasi berdasarkan
kelerengan lokasi yang sesuai untuk melakukan budidaya di kecamatan Batang,
Kandeman, Banyuputih, Gringsing. Daerah Subah sebagian memiliki daerah yang
tidak sesuai untuk lokasi budidaya perikanan tapi untuk daerah pesisir Subah
sebagian besar sesuai. Peta kelerengan lahan ditampilkan pada Lampiran 8.
Tekstur tanah
Tekstur merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan lokasi
budidaya perikanan yang tepat. Tekstur tanah sangat ditentukan oleh seberapa
besar tanah memiliki komposisi yang baik untuk budidaya. Sebagian besar tekstur
tanah daerah pesisir pantai Kabupaten Batang yang dimiliki berupa tekstur yang
sedang dan halus. Tekstur tanah yang sangat sesuai dijadikan lokasi budidaya
perikanan adalah tekstur yang halus, sedangkan tekstur tanah sedang daerah

14
dikatakan sesuai untuk dijadikan lokasi budidaya perikanan. Tekstur tanah yang
kasar tidak sesuai dijadikan lokasi budidaya dikarenakan kemampuan tanah
menahan air tidak baik sedangkan tektur tanah yang halus mempunyai
kemampuan untuk menahan air lebih baik dan biasanya terdapat di daerah pesisir
terbentuk dari endapan laut dan sungai. Peta tekstur tanah ditampilkan pada
Lampiran 9.
Jenis tanah
Jenis tanah di Kabupaten Batang terbagi menjadi tiga yaitu Alluvial,
Andosol dan Regosol. Jenis tanah yang sesuai dalam melakukan analisis
kesesuaian lokasi budidaya perikanan adalah jenis tanah Alluvial, Histosol dan
Andosol, Hal ini dikarenakan jenis tanah Alluvial mempunyai kesuburan dan
kualitas material yang diendapkan dengan baik. Penyusunan tanah tambak
umumnya berasal dari hasil pengikisan aliran yang dilalui sungai. Tanah yang
terbentuk sebagai hasil pengendapan akan menjadi areal pertambakan yang sangat
subur (Afrianto dan Liviawaty, 1991). Jenis tanah Regosol tidak sesuai digunakan
sebagai daerah budidaya perikanan dikarenakan sulit digunakan untuk
membangun pematang yang kuat dan mempunyai sifat keras bila kering. Jenis
tanah di pesisir pantai Kabupaten Batang sebagian besar sesuai digunakan untuk
lokasi budidaya perikanan. Kecamatan yang berbatasan dengan pesisir Kabupaten
Batang sebagian besar sesuai digunakan untuk lokasi budidaya perikanan. Peta
jenis tanah ditampilkan pada Lampiran 10.
Jarak dari sungai
Jarak dari sungai juga merupakan parameter yang mendukung dalam
penentuan lokasi budidaya perikanan karena lahan budidaya akan membutuhkan
masukkan air tawar yang bisa didapatkan dari aliran sungai. Lokasi yang baik
adalah yang memiliki jarak kurang dari 500 m, dengan jarak yang cukup dekat
maka akan lebih mudah dalam mendapatkan masukan air tawar dan hal ini juga
untuk menghemat biaya operasional pembudidaya. Jarak 1000 m masih dapat
dikatakan sesuai tetapi harus didukung oleh teknologi yang lebih untuk
mendapatkan air tawar atau air laut, sedangkan untuk jarak lebih dari 1000 m
kurang sesuai untuk lokasi budidaya perikanan. Peta jarak dari sungai ditampilkan
pada Lampiran 11.
Jarak dari Pantai
Jarak dari pantai dikelompokkan menjadi tiga yaitu di bawah 2000 m,
2000 - 4000 m, dan diatas 4000 m. Jarak dari pantai ini untuk menentukan
pengaturan masuknya salinitas ke daerah budidaya perikanan. Daerah yang sangat
sesuai digunakan untuk budidaya perikanan adalah daerah yang dekat dari pantai
dengan jarak kurang dari 2000 m, sedangkan daerah yang sesuai yang mempunyai
jarak antara 2000 sampai 4000 m, dan daerah yang tidak sesuai untuk budidaya
perikanan lebih dari 4000 m. Lokasi budidaya perikanan yang dekat dengan
pantai memberikan kemudahan dalam pengaturan masukan air laut ke dalam
kolam. Daerah klasifikasi kesesuaian untuk warna hijau menunjukkan katagori
sangat sesuai, warna kuning masuk kategori sesuai, sedangkan untuk warna merah
menunjukkan daerah yang tidak sesuai untuk lokasi budidaya perikanan. Peta
jarak dari pantai ditampilkan pada Lampiran 12.

15
Analisis lokasi perikanan budidaya tambak
Peta kawasan kesesuaian lokasi budidaya perikanan di pesisir pantai
Kabupaten Batang dapat dilihat pada Gambar 4 terlihat perbedaan warna yang
dibentuk oleh zona potensial. Lokasi yang sesuai digunakan untuk lahan budidaya
perikanan ditunjukkan dengan warna hijau (
) dan kuning (
) sedangkan
kawasan yang tidak sesuai untuk lokasi budidaya perikanan ditunjukkan oleh
warna merah (
). Degradasi warna pada peta menunjukkan daerah laut dan
daratan. Warna hitam pada bagian utara menunjukkan pembatas antara daratan
dan laut.
Kelas sangat sesuai terlihat hampir seluruhnya ada di bagian pesisir pantai
ini dikarenakan pada daerah tersebut memiliki kelerengan antara 0 – 2 % dengan
topografi yang datar, jenis tanah yang sesuai yaitu alluvial. Jenis tanah ini di
dominasi dengan tekstur halus dan sedang, selain itu juga daerah tersebut
merupakan daerah masukkan air laut dan sungai sehingga hal ini sangat sesuai
untuk lokasi budidaya perikanan pesisir. Hasil luas kesesuaian lahan budidaya
yang sangat sesuai di daerah pesisir Kabupaten Batang adalah 8855.44 Ha.
Daerah yang sangat sesuai untuk dijadikan lokasi budidaya adalah Kecamatan
Gringsing, Kecamatan Subah, Kecamatan Batang, Kecamatan Kandeman,dan
Kecamatan Tulis. Hampir sebagian besar wilayahnya dapat dijadikan lokasi
budidaya perikanan hal ini dikarenakan kelima daerah tersebut mempunyai
wilayah yang masih ditumbuhi mangrove sehingga faktor lingkungan sangat
sesuai untuk dilakukan lokasi budidaya.
Kawasan yang sesuai ditujukkan dengan warna kuning pada peta. Daerah
ini terlihat lebih cenderung jauh dari masukkan air laut dan masukkan air sungai.
Daerah ini sesuai karena memiliki kemiringan antara 2 – 15 %, tekstur tanah halus
dan sedang, jenis tanah sebagian besar histosol,dan penggunaan tanah yang masih
dapat diusahakan untuk lokasi budidaya perikanan. Luas daerah sesuai untuk
lokasi budidaya perikanan sebesar 4381.69 Ha. Penggunaan daerah ini sebagian
besar adalah sawah, kebun dan sebagian rawa. Selain itu sedikit jauh dengan
masukkan air tawar dari sungai sehingga akan mengalami kesulitan untuk pasokan
air lahan budidaya. Lokasi yang berwarna merah menunjukkan lokasi yang tidak
sesuai ini dikarenakan faktor pembatas untuk melakukan budidaya di kawasan
tersebut, seperti yang disebutkan di atas faktor pembatas ada yang bersifat
permanen yaitu bangunan yang sudah ada sebelumnya misalkan kantor balai desa,
pemukiman, kawasan pariwisata dan sebagainya. Daerah yang tidak sesuai
memiliki luas sebesar 18952.90 Ha. Kecenderungan dari ketidaksesuaian daerah
tersebut adalah jarak dari sungai dan pantai sangat jauh, sehingga air yang
merupakan media utama dalam melakukan kegiatan budidaya tambak sulit untuk
didapatkan, selain itu kelerengan yang terdapat di Kabupaten Batang sangat
beragam sebagian besar daerah yang tidak sesuai mempunyai kemiringan lereng
25 – 40 %, seperti di sebagian Kecamatan Subah. Hal ini sangat tidak
memungkinkan untuk dijadikan lokasi budidaya tambak. Tapi jika memang
dilakukan memerlukan biaya operasional yang besar. Sifat tidak permanen artinya
bahwa adanya rencana pemerintah Kabupaten Batang untuk melakukan
pembangunan di kawasan tersebut.

16

Gambar 4 Peta hasil kesesuaian lokasi perikanan budidaya tambak di perairan
pesisir Kabupaten Batang
Analisis desain tambak yang ramah lingkungan terhadap kebijakan
Kabupaten Batang
Sempadan pantai dan sempadan sungai
Sempadan merupakan daerah yang digunakan untuk pengelolaan
lingkungan agar dapat membantu dalam keseimbangan tata ruang terbuka hijau di
suatu wilayah. Sempadan mempunyai peran yang sangat penting dalam
pengelolaan lingkungan. Fungsi sempadan di daerah pesisir untuk menahan atau
menjaga daratan dari abrasi, selain itu juga sepadan berguna untuk keseimbangan
ekosistem lingkungan. Sempadan sudah diatur oleh Keputusan Presiden No. 32
Tahun 1990 untuk sempadan pantai sedangkan sempadan sungai di atur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2008.
Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai ya