Analisis Persepsi Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.

ANALISIS PERSEPSI KEBERLANJUTAN PERIKANAN
TANGKAP SKALA KECIL DI CISOLOK, SUKABUMI, JAWA
BARAT

DEDY PUTRA WAHYUDI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Persepsi
Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Dedy Putra Wahyudi
NIM C452110061

ABSTRACT
DEDY PUTRA WAHYUDI. Perception Analysis of Small Scale Fisheries
Sustainability in Cisolok, Sukabumi, West Java. Supervised by EKO SRI
WIYONO, BUDY WIRYAWAN, and IIN SOLIHIN.
Indonesian fishery resources management is a very complex system.
Sustainability is the key word in the construction of which is expected to improve
fishery resources and fishing communities themselves. Fishing activity in the PPI
Cisolok is one example of small-scale fishing activities that still uses traditional
fishing technology.
Efforts to improve peformance of small-scale fishermen and improving the
management of fisheries in Cisolok strived towards its sustainability therefore a
study that aims to access the relationship aspects or sub-aspects that are
influenced in small-scale fisheries in Cisolok has been conducted. Aspects and

sub-aspects that were used refer to the theory of sustainable development, namely
economic, social, ecological, and governance aspects.
This study refers to the technique of path analysis which is an analytical
technique used to analyze the causal relationships between variabels using value
scale. The data collection process was obtained in two stages. The first stage of
data collecting process through interviews and surveys based on the needs of the
data that had been previously determined. The second phase was done through
interviews based on questionnaires in the form of closed questions. The sample of
respondents (40 peoples) was taken intentionally by using purposive sampling and
snowball method.
The results of analysis showed that the economic aspect has the greatest
effect among the other. Based on analysis in four aspects of sustainability, the
problem in PPI Cisolok can be identified, namely; catch’s price is controlled by
the private sector, lack of fishermen involvement in policy-making process,
environmental condition that unable to accommodate the increasing rate of fishing
effort and lack of data collection on small-scale fisheries process. To overcome
this, the government needs to publish rules regarding to catch pricing
determination, involving fishermen in the policy-making process and greater
control over the running of small-scale fisheries in PPI Cisolok especially in terms
of exploitation limit and data collecting.

Keywords: Sustainability, Small-Scale Fisheries, Cisolok

ABSTRAK
DEDY PUTRA WAHYUDI. Analisis Persepsi Keberlanjutan Perikanan Tangkap
Skala Kecil di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh EKO SRI
WIYONO, BUDY WIRYAWAN, dan IIN SOLIHIN.
Pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia merupakan suatu sistem yang
sangat kompleks. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam pembangunan
perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki sumber daya dan masyarakat
perikanan itu sendiri. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan
salah satu contoh aktivitas perikanan skala kecil dengan teknologi penangkapan
yang masih tradisional.
Upaya peningkatan kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok dan
pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan merupakan tujuan
dilakukannya sebuah studi untuk mengetauhi hubungan aspek-aspek maupun subaspek yang terlibat di dalam perikanan tangkap skala kecil di Cisolok. Aspek dan
sub-aspek yang digunakan mengacu pada teori sustainable development yaitu
aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek kepemerintahan.
Penelitian ini mengacu pada teknik path analysis yaitu sebuah teknik
analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antar variabel
yang menggunakan besaran nilai. Data diperoleh melalui dua tahap. Tahap

pertama dilakukan melalui wawancara dan survei berdasarkan kebutuhan data.
Tahap kedua dilakukan melalui wawancara dan survei berdasarkan kuesioner.
Sampel responden (40 orang) diambil secara sengaja dengan menggunakan
metode purposive sampling dan metode snowball.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa aspek ekonomi memiliki
pengaruh terbesar diantara ketiga aspek lainnya. Berdasarkan analisis keempat
aspek keberlanjutan dapat diketahui permasalahan yang terjadi di PPI Cisolok
yaitu penentuan harga hasil tangkapan yang dikendalikan oleh pihak swasta,
nelayan kurangnya pelibatan nelayan terhadap proses pengambilan kebijakan,
kondisi lingkungan yang sudah tidak dapat menampung laju pertambahan effort
nelayan dan kurangnya pendataan terhadap proses berjalannya perikanan tangkap
skala kecil. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pemerintah mengeluarkan
aturan mengenai penentuan harga hasil tangkapan, melibatkan nelayan dalam
proses pengambilan kebijakan dan lebih mengawasi proses berjalannya perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok terutama dalam hal pembatasan eksploitasi dan
pendataan.
Kata kunci: Keberlanjutan, Perikanan Skala Kecil, Cisolok

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS PERSEPSI KEBERLANJUTAN PERIKANAN
TANGKAP SKALA KECIL DI CISOLOK, SUKABUMI, JAWA
BARAT.

DEDY PUTRA WAHYUDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo M.Si

Judul Tesis
Nama
NIM

: Analisis Persepsi Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil
di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
: Dedy Putra Wahyudi
: C452110061

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si

Ketua

Dr. Ir. Budy Wiyawan, M.Sc
Anggota

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan
Perikanan Tangkap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 28 Mei 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2013 ini ialah sistem
perikanan, dengan judul Analisis Persepsi Keberlanjutan Perikanan Tangkap
Skala Kecil di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eko Sri Wiyono, S.Pi,
M.Si, Bapak Dr Budy Wiryawan, M.Sc, dan Bapak Dr Iin Solihin, S.Pi, M.Si
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf Dinas PPI Cisolok, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, serta temanteman seperjuangan Pascasarjana (Magister) PSP 2011 atas kebersamaan dan
semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Dedy Putra Wahyudi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

XII

DAFTAR GAMBAR

XII

DAFTAR LAMPIRAN

XIII

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran


1
1
3
3
3

2 METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
1. Analisis Persepsi Masyarakat Perikanan Skala Kecil
2. Analisis Hubungan Variabel Keberlanjutan

5
5
6
6
6
7


3 PERSEPSI MASYARAKAT TERKAIT KEBERLANJUTAN PERIKANAN
TANGKAP SKALA KECIL DI PPI CISOLOK
Pendahuluan
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Analisis Perikanan Tangkap Skala Kecil di PPI Cisolok
Hasil
Aspek Ekonomi
Aspek Sosial
Aspek Ekologi
Aspek Kepemerintahan
Pembahasan
Simpulan
4 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA VARIABEL BEBAS TERHADAP
KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PPI
CISOLOK
Pendahuluan
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Path Analysis
Model Jalur dan Analisis Statistik
Hasil dan Pembahasan
a. Pengaruh variabel bebas (x) secara gabungan terhadap
keberlanjutan perikanan tangkap di Cisolok (y)
b. Pengaruh aspek keberlanjutan (x) secara parsial terhadap
keberlanjutan perikanan tangkap di Cisolok (y)
c. Pengaruh variabel bebas (x) didalam aspek keberlanjutan
secara parsial terhadap keberlanjutan perikanan tangkap di
Cisolok (y)

8
8
10
10
11
12
12
16
19
22
24
25

26
26
27
27
28
29
32
32
33

35

d. Perhitungan hubungan masing-masing aspek keberlanjutan
Simpulan

40
42

5 PEMBAHASAN UMUM

43

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

45
45
46

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

49

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
4.1 Aspek keberlanjutan dan variabel-variabel yang digunakan
4.2 Pengaruh variabel bebas secara gabungan terhadap keberlanjutan perikanan
tangkap di cisolok
4.3 Pengaruh aspek keberlanjutan secara parsial terhadap keberlanjutan
perikanan tangkap di cisolok
4.4 Pengaruh aspek keberlanjutan (x) terhadap keberlanjutan perikanan tangkap
skala kecil di PPI Cisolok
4.5 Pengaruh variabel bebas secara gabungan terhadap keberlanjutan perikanan
tangkap di cisolok
4.6 Pengaruh variabel bebas (x) secara parsial terhadap keberlanjutan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok (y)
4.7 Hubungan antar variabel bebas (x)

28
32
33
34
35
37
40

DAFTAR GAMBAR
1.1 Kerangka pemikiran
2.1 Peta lokasi penelitian
3.1 Persepsi terhadap keuntungan
3.2 Persepsi terhadap hasil tangkapan
3.3 Pendapatan nelayan
3.4 Konsumsi BBM
3.5 Persepsi terhadap partisipasi angkatan kerja
3.6 Persepsi terhadap keuntungan
3.7 Persepsi terhadap peran keluarga
3.8 Persepsi terhadap komposisi hasil tangkapan
3.9 Persepsi terhadap ukuran hasil tangkapan
3.10 Persepsi terhadap tingkat eksploitasi (trip penangkapan)
3.11 Persepsi dampak penangkapan terhadap spesies non target
3.12 Persepsi terhadap kepatuhan terhadap sistem pemerintahan

5
6
12
13
15
15
17
17
18
19
20
20
21
22

3.13 Persepsi terhadap transparansi dan partisipasi
23
4.1 Hubungan kausal indikator keberlanjutan/variabel bebas (x) terhadap variabel
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil (y) serta hubungan antar masingmasing variabel bebas (x).
29
4.2 Model diagram jalur pengaruh aspek ekonomi, sosial, ekologi dan
kepemerintahan terhadap keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok
44

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Data persepsi hasil kuesioner
Dokumentasi penelitian

49
50

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
UU No. 45 Tahun 2010 tentang perikanan menjelaskan bahwa pelaksanaan
pengelolaan perikanan oleh Pemerintah ditujukan untuk : (1) meningkatkan taraf
hidup nelayan kecil dan pembudi daya ikan-kecil; (2) meningkatkan penerimaan
dan devisa negara; (3) mendorong perluasan dan kesempatan kerja; (4)
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani; (5)
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan; (6) meningkatkan produktivitas,
mutu, nilai tambah, dan daya saing; (7) meningkatkan ketersediaan bahan baku
untuk industri pengolahan ikan; (8) mencapai pemanfaatan sumber daya ikan,
lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan secara optimal; dan
(9) menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata
ruang (Masyahoro, 2006). Penerapan manajemen perikanan tangkap secara
terpadu dan terarah sangat diperlukan agar pemanfaatan sumberdaya ikan dapat
dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan peraturan mengenai pengelolaan
perikanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Keberlanjutan adalah kata kunci dalam pengembangan perikanan yang
diharapkan dapat meningkatkan sumber daya dan masyarakat perikanan karena
potensi sumber daya perikanan di beberapa daerah merupakan jaminan dari
kegiatan penangkapan ikan dan pengembangan perikanan (Masyahoro, 2006).
Konsep pembangunan berkelanjutan mengoptimalkan empat aspek, meliputi
ekonomi, aspek sosial, lingkungan, dan pengelolaan sehingga pengelolaan sumber
daya perikanan di Indonesia adalah sistem yang sangat kompleks. Resolusi
tahunan semakin menekankan bahwa kelestarian lingkungan sangat penting, tetapi
tidak lebih penting dibanding kesejahteraan sosial dan ekonomi (Rice, 2014),
selain itu, Moldan (2001) didalam Kocmanová et al. (2011) menyatakan bahwa
aspek lingkungan berfokus pada perlindungan lingkungan, khususnya perbaikan
dan perlindungan terhadap sumber daya alam yang terbatas, karena kualitas
lingkungan pada gilirannya sangat berdampak pada kualitas hidup masyarakat.
Perikanan adalah salah satu sektor yang diandalkan untuk pembangunan
masa depan Indonesia, karena dapat memberikan dampak ekonomi kepada
sebagian penduduk indonesia (Hermawan, 2006) hal ini disebabkan karena
perikanan skala kecil memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan, mata
pencaharian dan angka kemiskinan, (Barnes et al., 2013). Namun sampai saat ini
perekonomian perikanan skala kecil berada dalam kondisi yang sangat buruk
karena kurangnya daya saing masyarakat perikanan skala kecil menghadapi
berbagai ancaman lokal dan global, kerentanan sosial, tekanan terkait resiko
pekerjaan, ketahanan pangan, kesejahteraan , dan gaya hidup tradisional
masyarakat pesisir dan budaya ( Kittinger, 2013).
Sektor perikanan merupakan salah satu perodusen produk bahan pangan
yang penting bagi masyarakat, selain itu sektor perikanan menjadi salah satu
sumber pendapatan negara di samping menjadi sumber mata pencaharian sebagian
besar masyarakat di kawasan pantai terutama nelayan, oleh karena itu perikanan
perlu dikelola secara tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

2

Upaya untuk meningkatkan taraf hidup nelayan skala kecil dan
meningkatkan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan, dapat
dilakukan salahsatunya dengan mengkaji hubungan antar aspek berkelanjutan
yang terlibat dalam perikanan skala kecil secara intensif (Chesson et al, 1999.)
Lebih rinci widodo et al. (2006) mengemukakan bahwa sebuah sistem perikanan
tersususn oleh beberapa komponen yang memiliki berbagai bentuk interaksi yang
kompleks dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adapun faktor-faktor penting
yang terlibat dalam membangun keberlanjutan perikanan tangkap menurut FAO
(1999) terdiri empat aspek penting yakni aspek ekonomi, aspek sosial, aspek
ekologi, dan aspek kelembagaan. Keempat aspek tersebut dapat digunakan
sebagai rujukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan
atau keberlanjutan perikanan tangkap di suatu kawasan. Dalam upaya
mengoptimalkan aspek keberlanjutan didalam perikanan tangkap skala kecil
bukan merupakan perkara yang mudah dan mungkin akan dihadapkan dengan
masalah seperti; apakah perikanan tangkap skala kecil berlanjut dengan kondisi
yang sama atau lebih baik (Hannesson, 2008), dan potensi konflik yang kompleks
dalam perikanan skala kecil. Salah satu sumber keterpurukan perikanan tangkap
skala kecil disebabkan oleh keterbelakangan sosial dan teknologi, (Sharma, 2011).
Skala perikanan tangkap dapat dibedakan dalam berbagai cara. Menurut
Smith (1983), dasar perbedaan tersebut mencakup perikanan skala kecil atau skala
besar, perikanan pantai atau lepas pantai, perikanan artisanal atau komersial.
Penggolongan jenis skala perikanan tersebut masih menjadi perdebatan hingga
saat ini mengingat dimensinya yang cukup luas. Perikanan tangkap nasional
masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan
dengan keberadaan perikanan tangkap di indonesia yang masih didominasi oleh
perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar 85% dan hanya sekitar 15% di lakukan
oleh usaha perikanan dengan skala yang lebih besar skala (Hermawan 2006).
Definisi perikanan di Indonesia terteran didalam undang-undang nomer 31 Tahun
2004 pasal 1 ayat 1 adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan dampai dengan pemasaran. Pengklasifikasian
skala perikanan terlampir di dalam keputusan menteri kelautan dan perikanan
nomor 40 tahun 2003 pasal 2 dijelaskan bahwa perusahaan perikanan indonesia di
bidang usaha penangkapan ikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu; perusahaan
perikanan skala kecil dan perusahaan perikanan skala besar. Pembedaan skala
perusahaan perikanan tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria kepemilikan kapal,
bahan kapal, tempat pembangunan kapal, Gross Tonnage (GT) kapal, kekuatan
mesin kapal, anak buah kapal yang dipekerjakan, dan status perusahaan yang
memiliki kapal penangkap ikan (Widodo et al., 2006).
Berikut kriteria perusahaan perikanan skala kecil yang dimaksud pada pasal
2 tersebut:
1. Memiliki kapal penangkap ikan yang terbuat dari bahan kayu dan dibangun
didalam negeri;
2. Gross Tonnage (GT) kapal yang dimiliki, baik satu unit atau secara kumulatif,
tidak lebih dari 60 GT atau menggunakan mesin berkekuatan tidak lebih dari
180 DK;
3. Tidak mempekerjakan anak buah kapal (ABK) warga negara asing;
4. Status perusahaan tidak berbadan hukum.

3

Porsi perikanan tangkap skala kecil cukup besar mengakibatkan sebagian
besar produksi perikanan tangkap disuplai oleh oleh sektor perikanan tangkap
skala kecil. Namun dalam waktu yang bersamaan, eksploitasi perikanan secara
berlebihan dan degradasi habitat mengancam sumberdaya pesisir dan laut. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar sektor perikanan tangkap skala kecil ini belum
dikelola dengan baik dan pendekatan-pendekatan yang digunakan belum berhasil
mengelola kapasitas perikanan dan mengatasi konflik. Pendekatan tersebut tidak
mampu mengimbangi kecepatan kemajuan ekonomi, pertumbuhan penduduk,
kebutuhan pangan, serta kemiskinan (Berkes, 2008).
Perikanan tangkap skala kecil di Indonesia identik dengan kondisi/karakter
usaha skala kecil. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan salah
satu contoh aktivitas perikanan yang didominasi oleh perikanan berskala kecil
dengan teknologi penangkapan yang masih tradisional. Hal ini menyebabkan
usaha perikanan tangkap skala kecil di Cisolok membutuhkan perhatian lebih
dalam menganalisis hubungan dan kinerja keempat aspek penting dalam
menjamin keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai didalam penelitian ini yaitu: (1)
Mendeskripsikan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok; (2) Menganalisis
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat terkait usaha dalam
mewujudkan perikanan tnangkap berkelanjutan; (3) Menentukan variabel dan subvariabel penting sebagai bahan rekomendasi didalam mengoptimalkan
pengaplikasian teori sustainable development.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai faktorfaktor penting dalam aktivitas nelayan skala kecil di PPI Cisolok.
2. Sebagai gambaran kondisi/status dan hubungan masing-masing indikator yang
telah ditentukan oleh FAO sebagai aspek pembangunan perikanan tangkap
berkelanjutan.
3. Sebagai bahan rekomendasi terhadap pemerintah dalam mengoptimalkan
pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan pada perikanan tangkap
skala kecil di Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Pengelolaan sumberdaya perikanan indonesia merupakan suatu sistem yang
sangat kompleks. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam pembagunan
perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki sumber daya dan masyarakat
perikanan itu sendiri. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok sebagian besar
menggunakan alat tangkap pancing layur, jarring rampus dan payang merupakan
salah satu aktivitas perikanan skala kecil dengan teknologi penangkapan yang
masih tradisional. Terdapat beberapa isu permasalahan dalam upaya pengelolaan
perikanan tangkap yaitu; rendahnya harga hasil tangkapan nelayan, peran
kelompok nelayan maupun nelayan dalam menentukan kebijakan pengelolaan

4

perikanan masih sangat kurang, dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak
kepada perikanan skala besar.
Peningkatkan taraf hidup nelayan skala kecil dan memperbaiki kinerja
pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok kearah perikanan tangkap yang
berkelanjutan memerlukan sebuah studi yang mempelajari hubungan keempat
aspek penting dalam teori sustainable development terhadap pelaksanaan
pengelolaan perikanan yang bekelanjutan di PPI Cisolok. Keempat aspek yang
dijadikan patokan sebagai parameter penilaian didalam teori keberlanjutan
perikanan tangkap yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek
kepemerintahan. Teori sustainable development telah banyak diaplikasikan dalam
upaya pengelolaan perikanan tangkap namun hanya sampai pada tahap
pengaplikasian tanpa melihat hubungan variabel maupun sub-variabel didalam
pelaksanaan teori sustainable development. Berdasarkan uraian tersebut maka
dilakukan sebuah penelitian untuk melihat seberapa besar hubungan antar variabel
beserta sub-variabel didalam konsep pembangunan perikanan tangkap yang
berkelanjutan dan untuk melihat indikator yang berperan besar didalam
pelaksanaan konsep perikanan tangkap yang berkelanjutan.
Penelitian ini mengacu pada teknik analisis jalur (path analysis) yang
merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan
sebab akibat antar variabel yang menggunakan besaran nilai dalam menentukan
besarnya pengaruh variabel bebas yang dalam hal ini adalah variabel sustainable
development sebagaimana yang syaratkan FAO 1999 yaitu aspek ekonomi, aspek
sosial, aspek ekologi, dan aspek kepemerintahan terhadap variabel terikat yaitu
pelaksanaan konsep perikanan tangkap yang berkelanjutan di PPI Cisolok
(Hermawan, 2006). Keempat aspek yang digunakan masing-masing memiliki
atribut atau indikator yang terkait dengan sustainability.
Tahapan awal dari penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan isu-isu
permasalahan terkait keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok
serta pengumpulan data primer dan sekunder terkait keempat aspek penting yang
disyaratkan FAO mengenai sustainable development yaitu aspek ekonomi, aspek
sosial, aspek ekologi, aspek kelembagaan, dan variabel dari masing-masing aspek
aspek tersebut. Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan analisis jalur secara
gabungan dan parsial. Analisis jalur gabungan yaitu menganalisis pengaruh
keempat aspek penting terhadap keberlanjutan perikanan tangkap, sedangkan
analisis jalur secara parsial yaitu untuk melihat nilai hubungan antar masingmasing aspek dan sub-variabel keberlanjutan terhadap keberlanjutan perikanan.
Analisis jalur terhadap aspek/variabel keberlanjutan di PPI Cisolok diharapkan
dapat memberikan manfaat mengenai nilai pengaruh masing-masing indikator
terhadap keberlanjutan perikanan tangkap di PPI Cisolok dan dapat menjadi
acuan maupun rekomendasi didalam pengoptimalan pengelolaan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok.
Kerangka pemikiran terkait analisis keberlanjutan perikanan skala kecil di
PPI Cisolok disajikan pada Gambar 1.1.

5

Keberlanjutan
perikanan
tangkap skala
kecil di PPI

Ekonomi

Sosial

Ekologi

Kelembag

Nilai pengaruh variabel exogenous
terhadap keberlanjutan perikanan

Variabel dan sub-variabel penting
dalam pengelolaan keberlanjutan
perikanan
Rekomendasi variabel
dan sub-variabel
penting dalam
pengelolaan perikanan
Keterangan:
: Batasan analisis jalur parsial
: Batasan

analisis

jalur

gabungan

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran

2 METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai April 2013 di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
dengan pertimbangan bahwa perikanan di PPI Cisolok merupakan perikanan
tangkap skala kecil dan nelayan yang terlibat di dalamnya hampir seluruhnya
merupakan penduduk asli.

6

Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode survei, wawancara dan diskusi. Pemilihan dan penentuan
responden kunci yang terlibat dalam penelitian menggunakan metode purposive
sampling adalah suatu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007) melalui pendekatan
personal. Pertimbangan tersebut didasarkan pada karakteristik sampel yang akan
diambil. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena memiliki
informasi yang diperlukan. Tahap pertama, responden yang dijadikan sampel
merupakan responden kunci dari perikanan tangkap skala kecil di Cisolok.
Responden tersebut mewakili orang-orang yang terlibat dalam perikanan tangkap
skala kecil di Cisolok seperti pelaku dan stakeholder perikanan, yaitu kepala UPT
PPI Cisolok, pelaku usaha perikanan 1 orang, staf UPTD Palabuhanratu 1 orang,
dan tokoh masyarakat nelayan di PPI Cisolok 1 orang. Pada tahap kedua,
responden yang dijadikan sebagai sampel berjumlah 40 responden yang
merupakan 10% dari 399 orang nelayan yang beraktifitas dikawasan PPI Cisolok.
Analisis Data
1. Analisis Persepsi Masyarakat Perikanan Skala Kecil
Pendekatan penelitian yang digunakan merupakan pendekatan secara
kualitatif yaitu persepsi masing-masing responden terkait aspek dan variabel
keberlanjutan perikanan. Pengambilan data persepsi dilakukan dengan bantuan
kuesioner. Selanjutnya data-data kuantitatif tersebut diubah kedalam bentuk angka
menggunakan 3 kriteria pengelompokan berdasarkan tingkat kesamaan persepsi
masing-masing responden. Kriteria yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu; (1)
apakah tidak terjadi perubahan, (2) peningkatan, atau (3) penurunan terkait
masing-masing variabel penilaian. Selanjutnya analisis persepsi masyarakat
terkait perikanan skala kecil di PPI Cisolok dianalisis secara deskriptif. Hasil
analisis tersebut disajikan dalam bentuk naratif dan diagram.

7

2. Analisis Hubungan Variabel Keberlanjutan
Analisis hubungan antar variabel keberlanjutan dilakukan menggunakan
teori path analysis dengan bantuan perangkat analisis statistik. Prosedur path
analysis menggunakan bantuan perangkat analisis statistik sebagai berikut :
a. Perhitungan nilai pengaruh gabungan variabel bebas (x) terhadap
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok (y)
Perhitungan nilai pengaruh gabungan adalah perhitungan untuk melihat
pengaruh variabel bebas(x) ekonomi, sosial, ekologi dan kepemerintahan
secara gabungan terhadap variabel terikat (y) keberlanjutan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok yang dilihat pada nilai R square. Besarnya
nilai R square akan menentukan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yaitu keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok.
b. Perhitungan pengaruh parsial aspek keberlanjutan (x) secara parsial terhadap
keberlanjutan tangkap skala kecil di PPI Cisolok (y)
Perhitungan nilai pengaruh parsial aspek keberlanjutan didalam
penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh aspek-aspek keberlanjutan (x)
secara terpisah/parsial terhadap keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil
di PPI Cisolok (y) nilai pengaruh variabel tersebut dapat dilihat pada hasil
analisis yaitu nilai Beta di kolom Standarized Coefficients Beta.
c. Perhitungan pengaruh parsial variabel bebas (x) terhadap keberlanjutan
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok (y)
Perhitungan nilai pengaruh parsial variabel bebas didalam penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas (x) yang menjadi indikator
didalam masing-masing aspek ekonomi, sosial, ekologi dan kepemerintahan
secara parsial terhadap variabel terikat (y) yaitu keberlanjutan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok yang dapat dilihat pada hasil analisis yakni
pada nilai Beta di kolom Standarized Coefficients Beta.
d. Perhitungan hubungan antar variabel didalam aspek keberlanjutan
Perhitungan nilai hubungan antar aspek keberlanjutan (x) bertujuan
untuk melihat hubungan suatu aspek keberlanjutan dengan aspek
keberlanjutan lainnya. Hubungan antar variabel bebas dapat dilihat pada hasil
analisis statistik pada tabel Correlations, yakni pada kolom Pearson
Correlations.

8

3 PERSEPSI MASYARAKAT TERKAIT KEBERLANJUTAN
PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PPI CISOLOK
Pendahuluan
Skala perikanan tangkap dapat dibedakan dalam berbagai cara. Menurut
Smith (1983), dasar perbedaan tersebut mencakup perikanan skala kecil atau skala
besar, perikanan pantai atau lepas pantai, perikanan artisanal atau komersial.
Penggolongan jenis skala perikanan tersebut masih menjadi perdebatan hingga
saat ini mengingat dimensinya yang cukup luas. Di Indonesia, batasan mengenai
perikanan skala kecil diatur didalam keputusan menteri kelautan dan perikanan
nomor 40 tahun 2003 pasal 2 dijelaskan bahwa perusahaan perikanan Indonesia di
bidang usaha penangkapan ikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu; perusahaan
perikanan skala kecil dan perusahaan perikanan skala besar (Widodo et al. 2006).
Pembedaan skala perusahaan perikanan tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria
kepemilikan kapal, bahan kapal, tempat pembangunan kapal, Gross Tonnage (GT)
kapal, kekuatan mesin kapal, anak buah kapal yang dipekerjakan, dan status
perusahaan yang memiliki kapal penangkap ikan.
Berikut kriteria perusahaan perikanan skala kecil yang dimaksud pada pasal
2 tersebut:
1. Memiliki kapal penangkap ikan yang terbuat dari bahan kayu dan di bangun
didalam negeri;
2. Gross Tonnage (GT) kapal yang dimiliki, baik satu unit atau secara
kumulatif, tidak lebih dari 60 GT atau menggunakan mesin berkekuatan
tidak lebih dari 180 DK;
3. Tidak mempekerjakan anak buah kapal (ABK) warga negara asing;
4. Status perusahaan tidak berbadan hukum.
Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala
kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia
yang masih didominasi oleh perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar 85% dan
hanya sekitar 15% di lakukan oleh usaha perikanan dengan skala yang lebih besar
(Hermawan 2006). Porsi perikanan tangkap skala kecil yang sedemikian besar
mengakibatkan sebagian besar produksi perikanan tangkap disuplai oleh oleh
sektor perikanan tangkap skala kecil. Namun dalam waktu yang bersamaan,
eksploitasi perikanan secara berlebihan dan degradasi habitat mengancam
sumberdaya pesisir dan laut. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sektor
perikanan tangkap skala kecil ini belum dikelola dengan baik dan pendekatanpendekatan yang digunakan belum berhasil mengelola kapasitas perikanan dan
mengatasi konflik. Pendekatan tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan
kemajuan ekonomi, pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan, serta kemiskinan
(Berkes et al. 2008)
Pengelolaan sumberdaya perikanan indonesia merupakan suatu sistem yang
sangat kompleks. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam pembagunan
perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki sumber daya dan masyarakat
perikanan itu sendiri. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan
salah satu aktivitas perikanan skala kecil dengan teknologi penangkapan yang
masih tradisional. Terdapat beberapa isu permasalahan dalam upaya keberlanjutan

9

perikanan tangkap yaitu; konflik antar nelayan asli dan nelayan pendatang dalam
perebutan sumberdaya, rendahnya harga hasil tangkapan nelayan. peran kelompok
nelayan maupun nelayan dalam menentukan kebijakan pengelolaan perikanan
masih sangat kurang, dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada
perikanan skala besar.
PPI Cisolok merupakan satu-satunya pangkalan pendaratan ikan di
Kecamatan Cisolok yang berlokasi di Desa Cikahuripan. Kecamatan Cisolok yang
merupakan kecamatan pesisir yang berada di ujung barat Kabupaten Sukabumi,
berbatasan langsung dengan Provinsi Banten di sebelah barat, Kecamatan Cikakak
di sebelah timur, Kecamatan Kabandungan di sebelah utara dan di sebelah selatan
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Luas Kecamatan Cisolok
mencapai 16.987 ha yang terdiri dari 10 desa, 4 desa pantai dan 6 desa non pantai.
Luas wilayah Desa Cikahuripan yakni 702 Ha dengan ketinggian di atas
permukaan laut 0,20 mdl dan curah hujan sebesar 3000-3500 mm. Desa
Cikahuripan terbagi dalam 3 Dusun, 15 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun
Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Cikahuripan yaitu; Desa Gunung Tanjung di
sebelah Utara, Desa Cisolok di sebelah Timur, Samudera Indonesia di sebelah
Selatan, dan di sebelah barat adalah Desa Pasir Baru.
Desa Cikahuripan memiliki beberapa sarana dan prasarana yang
mendukung kagiatan pemerintahan maupun kemasyarakatan. Sarana tersebut
berupa satu buah kantor desa dimana seluruh kegiatan pemerintahan di Desa
Cikahuripan berlangsung. Kondisi kantor Desa Cikahuripan sangat baik,
dilengkapi dengan sebuah ruang rapat yang cukup besar dengan kapasitas lebih
dari 50 orang.
Upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki pengetahuan agama yang baik, Desa Cikahuripan memiliki tiga buah
sekolah dasar, tiga buah PAUD dan 3 buah Lembaga Pendidikan Agama. Khusus
untuk PAUD, satu buah PAUD belum memiliki bangunan tetap. Untuk
melaksanakan kegiatan belajar, PAUD ini masih menumpang di bangunan
Posyandu. PAUD ini belum memiliki fasilitas seperti bangku, meja, alat
permainan edukatif (APE) dan papan tulis. Hal ini berbeda dengan PAUD lainnya
yang memiliki fasilitas sudah lengkap, hanya saja tidak memiliki lapangan yang
cukup luas untuk bermain anak, karena PAUD ini diapit dengan Masjid dan
rumah warga.
Fasilitasi kegiatan keagamaan bagi masyarakat desa Cikahuripan, desa ini
memiliki dua belas buah masjid dan lima belas buah mushola. Untuk menyalurkan
hobi dan keinginan berolahraga masyarakat, Desa Cikahuripan memfasilitasi
kegiatan tersebut. Desa ini memiliki dua buah lapangan badminton dan dua buah
meja pingpong. Sedangkan dalam bidang kesehatan, Desa Cikahuripan memiliki
empat buah posyandu yang tersebar di tiga dusun.
Jumlah penduduk Desa Cikahuripan berdasarkan data laporan tahunan desa
tahun 2012 adalah 6.379 jiwa dengan jumlah laki-laki 3.226 jiwa dan perempuan
3.153 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.716 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebanyak 110 jiwa.
PPI Cisolok terdapat 213 unit kapal terdiri dari 197 unit kapal congkreng
dan 16 unit kapal payang. Jumlah nelayan yang beraktifitas dikawasan tersebut
sebanyak 399 orang yang semuanya merupakan nelayan lokal, terdiri dari 94
nelayan jaring rampus, 247 nelayan pancing layur, dan 108 nelayan payang.

10

PPI Cisolok telah di bangun breakwater dan dermaga baru meski belum
selesai sepenuhnya, PPI ini kedepannya dipersiapakan untuk mengganti fungsi
PPN Palabuhanratu sebagai tempat berlabuh bagi kapal-kapal berukuran 30 GT
kebawah. Hal tersebut dikarenakan rencana pemerintah untuk mengembangkan
pembangkit listrik tenaga uap di kawasan Palabuhanratu, serta peningkatan status
PPN Palabuhanratu menjadi pelabuhan perikanan samudera (PPS).
Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak jarang memunculkan konflik
antara berbagai pihak yang berkepentingan. Definisi sistem yang kompleks
menurut Charles (2001) adalah apabila sistem tersebut memiliki sejumlah unsur
yang terkait satu sama lain secara dinamik maupun statis. Semakin banyak jumlah
unsur dalam struktur sebuah sistem, maka semakin kompleks sistem tersebut
(Kusumastanto, 1995). Setiap pihak yang berkepentingan mempunyai maksud,
tujuan, target dan rencana untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan tersebut.
Perbedaan maksud, tujuan, sasaran dan rencana tersebut mendorong terjadinya
konflik pemanfaatan sumber daya perikanan maupun kesalahan didalama system
pengelolaan sumberdaya perikanan.
Upaya untuk menjamin keberlanjutan didalam suatu sistem maka diperlukan
suatu analisis yang mencakup seluruh bagian dari sistem tersebut sehingga dalam
upaya mengoptimalkan kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok kearah
perikanan tangkap yang berkelanjutan tidak hanya sebatas memperhatikan aspek
lingkungan dan sumbedaya saja tetapi seluruh aspek yang terkait didalam
perikanan tangkap skala kecil di Cisolok. Oleh karena itu diperlukan sebuah studi
yang dapat menggambarkan keempat aspek penting maupun sub-aspek yang
terlibat didalam perikanan tangkap skala kecil di cisolok. dalam teori sustainable
development terhadap pelaksanaan pengelolaan perikanan yang bekelanjutan di
PPI Cisolok. Keempat aspek yang dijadikan sebagai parameter didalam
mendeskripsikan perikananan tangkap skala kecil di PPI Cisolok mengacu pada
teori sustainable development yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi,
dan aspek kepemerintahan.
Salah satu tujuan dilakukannya analisis ini bertujuan mendeskripsikan
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok berdasarkan persepsi langsung dari
pihak-pihak yang terlibat didalam perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok,
sehinga dapat informasi terkait factor-faktor keberlanjutan secara umum dapat
diketahui.
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Proses pengumpulan data diperoleh melalui dua tahap. Proses pengumpulan
data tahap pertama dilakukan melalui wawancara dan survei berdasarkan
kebutuhan data yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap kedua dilakukan melalui
wawancara dan survei berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya.
Kuesioner dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup. Sampel responden diambil
secara sengaja dengan menggunakan metode purposive sampling dan metode
snowball. Metode purposive sampling adalah suatu teknik penentuan sampel yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007).
Pertimbangan tersebut didasarkan pada karakteristik sampel yang akan diambil.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap

11

bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Pada tahap pertama, responden yang dijadikan sampel merupakan
responden kunci dari perikanan tangkap skala kecil di Cisolok. Responden
tersebut mewakili orang-orang yang terlibat dalam perikanan tangkap skala kecil
di Cisolok seperti pelaku dan stakeholder perikanan, yaitu kepala UPT PPI
Cisolok, pelaku usaha perikanan 1 orang, staf UPTD Palabuhanratu 1 orang, dan
tokoh masyarakat nelayan di PPI Cisolok 1 orang. Pada tahap kedua, responden
yang dijadikan sebagai sampel berjumlah 40 responden yang merupakan 10% dari
399 orang nelayan yang beraktifitas dikawasan PPI Cisolok.
Analisis Perikanan Tangkap Skala Kecil di PPI Cisolok
Dalam upaya pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan
sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan satu aspek saja, tetapi dengan melihat
seluruh seluruh informasi dari aspek yang terlibat (Fauzi et al. 2005). Aktivitas
perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan aktivitas perikanan yang didominasi
oleh perikanan berskala kecil dengan teknologi penangkapan yang masih
tradisional. Dalam upaya meningkatkan taraf hidup nelayan skala kecil dan
memperbaiki kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok kearah perikanan
tangkap yang berkelanjutan maka diperlukan perhatian terhadap seluruh aspek
yang terkait didalam sistem perikanan skalala kecil di PPI cisolok keempat aspek
penting dalam teori sustainable development yaitu aspek ekonomi, aspek sosial,
aspek ekologi, dan aspek kelembagaan. Teori sustainable development telah
banyak diaplikasikan dalam mengupayakan keberlanjutan pengelolaan perikanan
tangkap.
Lebih rinci Widodo et al. (2006) mengemukakan bahwa sebuah sistem
perikanan tersususn oleh beberapa komponen yang memiliki berbagai bentuk
interaksi yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adapun
faktor-faktor penting yang terlibat dalam membangun keberlanjutan perikanan
tangkap menurut FAO (1999) terdiri empat aspek penting yakni aspek ekonomi,
aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek kelembagaan. Keempat aspek tersebut
masing-masing memiliki sub-aspek yang menjadi indikator penilaian untuk
masing-masing aspek penting sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam
menyusun kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan atau keberlanjutan
perikanan tangkap di suatu kawasan pengelolaan perikanan.
Indikator-indikator didalam masing-masing aspek yang digunakan didalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Aspek ekonomi : keuntungan, hasil tangkapan, nilai hasil tangkapan, investasi
pada armada penangkapan dan fasilitas, biaya melaut, subsidi, jumlah tenaga
kerja, pendapatan nelayan, dan tingkat konsumsi.
2. Aspek sosial : partisipasi nelayan, tingkat pendidikan nelayan, konflik, tradisi
penangkapan/kebudayaan, dan peran keluarga didalam pengambilan
keputusan.
3. Aspek ekologi : komposisi hasil tangkapan, tingkat eksploitasi, efek langsung
operasi penangkapan terhadap spesies non target, efek tidak langsung operasi
penangkapan terhadap trophic level, efek langsung alat penangkapan terhadap
habitat, tekanan penangkapan terhadap area penangkapan.
4. Aspek kelembagaan : peraturan pemerintah, partisipasi dan transparansi, serta
kapasitas pengelolaan.

12

Persepsi responden terhadap Indikator-indikator tersebut diperlukan sebagai
indikator penilaian apakah indikator tersebut mendukung atau kurang mendukung
kearah perikanan tangkap yang berkelanjukan. Suatu indikator dikatakan
mendukung keberlanjutan jika responden memberikan jawaban yang berdampak
positif terhadap keberlanjutan perikanan tangkap lebih dari 50% dan begitu pula
sebaliknya.
Hasil
Aspek Ekonomi
1) Keuntungan
Persepsi responden mengenai keuntungan dalam melakukan usaha
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan
keuntungan selama lima tahun terakhir. Peningkatan keuntungan akan menunjang
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi
keuntungan nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir :

Menurun,
57.5%

Meningkat,
0.0%

Tetap, 42.5%

Gambar 3.1 Persepsi terhadap keuntungan
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa 57,5% responden
menyatakan bahwa keuntungan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok dalam lima tahun terakhir cenderung menurun, dan 42,5% menyatakan
keuntungan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok cenderung tetap.
Penurunan keuntungan disebabkan oleh semakin meningkatnya biaya untuk
melakukan operasi penangkapan dan hasil tangkapan yang semakin berkurang
sehingga sub-aspek keuntungan kurang menunjang keberlanjutan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok.
2) Hasil tangkapan
Persepsi responden mengenai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala
kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan hasil tangkapan selama lima
tahun terakhir, Peningkatan hasil tangkapan maka akan menunjang keberlanjutan
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi hasil tangkapan
nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir:

13

Meningkat,
0.0%
Tetap, 20.0%

Menurun,
80.0%

Gambar 3.2 Persepsi terhadap hasil tangkapan
Berdasarkan data kuesioner diketahui sebagian besar responden
menyatakan hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok
dalam lima tahun terakhir cenderung menurun, dan hanya 20% responden yang
menyatakan hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok
cenderung tetap. Penurunan hasil tangkapan disebabkan oleh penurunan jumlah
sumberdaya ikan dan semakin jauhnya fishing ground sehingga sub-aspek hasil
tangkapan kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok.
3) Nilai hasil tangkapan
Persepsi responden mengenai nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap
skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan nilai hasil tangkapan
selama lima tahun terakhir, yang apabila terjadi peningkatan nilai hasil tangkapan
maka akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok.
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden
menyatakan bahwa nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di
PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Peningkatan tersebut sebagian
besar dipengaruhi oleh telah tersedianya unit-unit usaha pengumpul dan
pengolahan ikan yang memasarkan hasil tangkapan dalam bentuk segar maupun
kering sehingga sub-aspek nilai hasil tangkapan dapat menunjang keberlanjutan
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.
4) Investasi
Persepsi responden mengenai nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap
skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada kebutuhan investasi sebagai
penunjang operasi penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok dimana semakin
tingginya investasi maka akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala
kecil di PPI Cisolok.
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden
menyatakan investasi terhadap usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok
meningkat. Peningkatan kebutuhan investasi tersebut sebagian besar dipengaruhi
oleh semakin jauhnya fishing ground nelayan sehingga membutuhkan unit
penangkapan baik kapal maupun alat tangkap yang mendukung serta biaya

14

operasi penangkapan yang besar. Selain itu sangat dibutuhkan investasi pada
bidang pemasaran hasil tangkapan nelayan skala kecil di PPI Cisolok. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya modal pengumpul sehingga tidak dapat menampung
semua hasil tangkapan pada musim puncak penangkapan. Oleh karena itu subaspek investasi dianggap dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala
kecil di PPI Cisolok.
5) Biaya melaut
Persepsi responden mengenai kebutuhan biaya melaut usaha perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan kebutuhan
biaya melaut dalam melakukan operasi penangkapan ikan skala kecil di PPI
Cisolok dimana peningkatan biaya melaut tidak akan menunjang keberlanjutan
perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden
menyatakan bahwa kebutuhan biaya melaut dalam usaha perikanan tangkap skala
kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Berdasarkan hasil
wawancara diketahui bahwa seluruh responden menyatakan peningkatan biaya
melaut disebabkan oleh semakin tingginya harga bahan bakar untuk melakukan
operasi penangkapan dan semakin jauhnya daerah penangkapan, sehingga subaspek biaya melaut dianggap kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap
skala kecil di PPI Cisolok.
6) Jumlah tenaga kerja
Persepsi responden mengenai jumlah tenaga kerja didalam usaha perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan atau penurunan
jumlah tenaga kerja dengan alat tangkap yang sama di PPI Cisolok. Persentase
pertambahan tenaga kerja yang kecil akan menyebabkan tingkat persaingan yang
rendah sehingga dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di
PPI Cisolok.
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden
menyatakan jumlah tenaga kerja dalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI
Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Peningkatan jumlah tenaga kerja
disebabkan oleh pertambahan penduduk, kurangnya lapangan pekerjaan lain,
adanya bantuan dana maupun unit penangkapan baru dari pemerintah, serta
ketertarikan terhadap peningkatan nilai hasil tangkapan terutama untuk komoditi
ikan layur. Berdasarkan data tersebut maka sub-aspek jumlah tenaga kerja cukup
menunjang keberlanjutan perikanan tangkap di PPI Cisolok.
7) Pendapatan nelayan
Persepsi responden mengenai pendapatan nelayan didalam usaha perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan atau penurunan
jumlah pendapatan dalam usaha penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok
dimana semakin tingginya rata-rata pendapatan nelayan akan dapat menunjang
keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi
nelayan mengenai pendapatan nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima
tahun terakhir :

15

Meningkat,
0.0%

Menurun,
70.0%

Tetap, 30.0%

Gambar 3.3 Pendapatan nelayan
Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa sub-aspek pendapatan
nelayan kurang menunjang keberlanjutan. Hal ini disebabkan hampir seluruh
responden menyatakan bahwa jumlah pendapatan nelayan dalam usaha perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir menurun, dimana
30% responden menyatakan kebutuhan biaya melaut tidak terjadi perubahan dan
70% responden menyatakan sangat menurun. Penurunan pendapatan nelayan
disebabkan oleh semakin tingginya biaya melaut, semakin banyaknya tenaga kerja
dan unit penangkapan baru, dan semakin berkurangnya hasil tangkapan,
sedangkan 30% responden menyatakan pendapatan nelayan tidak terjadi
perubahan diperoleh dengan jalan mengurangi jumlah personil didalam unit
penangkapanya maupun mengurangi biaya-biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan operasi penangkapan seperti mengurangi jumlah bahan bakar dan
hanya memilih fishing ground tertentu yang diyakini memiliki potensi jumlah
hasil tangkapan terbaik saja.
8) Konsumsi BBM
Persepsi responden mengenai konsumsi BBM yang digunakan didalam
usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada
peningkatan atau penurunan jumlah BBM yang digunakan dalam usaha
penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok sehingga persentase peningkatan
konsumsi BBM yang rendah akan dapat menunjang keberlanjutan perikanan
tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi nelaya skala kecil di PPI
Cisolok terkait konsumsi BBM :
Meningkat,
10.0%

Menurun,
25.0%
Tetap, 65.0%

Gambar 3.4 Konsumsi BBM

16

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa tingkat konsumsi BBM
responden terbagi kedalam tiga bagian, yaitu; 10% responden menyatakan tingkat
konsumsi BBM dalam lima tahun terahir meningkat yang disebabkan semakin
jauhnya lokasi fishing ground, 65% menyatakan tingkat konsumsi BBM dalam
lima tahun terakhir tidak terj