Sinergisitas Perikanan Tangkap Dengan Pariwisata Bahari Di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

(1)

ADI GUMBARA PUTRA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ”Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Adi Gumbara Putra


(3)

Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Palabuhanratu merupakan pusat kegiatan perikanan tangkap di Selatan Jawa Barat dan merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi. Sektor pariwisata dan perikanan tangkap merupakan sektor yang paling berpengaruh bagi perekonomian masyarakat Palabuhanratu, namun selama ini pengembangan kedua sektor tersebut masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal jika pengembangannya dilakukan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Palabuhanratu, sehingga dapat meningkatkan kontribusi kedua sektor dalam PDRB Kabupaten Sukabumi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis produktivitas untuk kegiatan perikanan tangkap, serta analisis persepsi dan apresiasi terhadap obyek wisata dan analisis permintaan wisata untuk kegiatan pariwisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima unit penangkapan ikan dominan di PPN Palabuhanratu memiliki trend produktivitas rata-rata yang menurun dari Tahun 2004-2008. Kawasan wisata Palabuhanratu memiliki nilai utilitas (U) sebesar Rp480.010,00, nilai surplus konsumen sebesar Rp210.874,00 dan nilai ekonomi total (NET) sebesar Rp55.868.106.000,00. Tiga strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan sinergisitas perikanan tangkap dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu, yaitu peningkatan kualitas fasilitas PPN Palabuhanratu, penambahan atraksi wisata dengan memanfaatkan kegiatan perikanan tangkap sebagai daya tarik wisata dan melakukan pembenahan dalam pelaksanaan event upacara adat hari nelayan.

Kata kunci: sinergisitas, produktivitas, permintaan pariwisata, nilai ekonomi wisata


(4)

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

ADI GUMBARA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(5)

Nama : Adi Gumbara Putra

NRP : C44051685

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS.

NIP. 19610924 198602 2001 NIP. 19610316 198601 1001

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1002


(6)

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan April 2008 ini adalah Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ir. Diniah, M.Si. dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS. selaku Komisi Pembimbing atas arahan dan bimbingannya.

2) Dr. Ir. Tri wiji Nurani, M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas arahannya.

3) Akhmad Solihin, S.Pi. dan Ir. Mukhamad Dahri Iskandar, M.Si. selaku dosen penguji tamu atas arahan dan sarannya.

4) Bapak Wakil Bupati Sukabumi (H. Marwan Hamami) atas bantuan dana selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

5) Bapak Yudi Pancayogo selaku Kepala Bidang Obyek dan daya Tarik Wisata dan Dra. Rukmi Utari selaku Kepala Bidang Sarana dan Pemasaran, Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi yang telah bersedia memberikan informasi dan data.

6) Kepala dan Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi atas bantuannya memberikan informasi dan data.

7) Kepala dan Staf Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu atas bantuannya memberikan informasi dan data.

8) Kepala dan Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi atas kesediaannya memberikan informasi dan data.

9) Kedua orang tua penulis atas doa dan dorongannya.

10) Yiyi yang telah membukakan mata ku setelah lama terlelap, memberikan arah setelah lama buta dan memberikan warna setelah lama gelap. Terima kasih karena selalu menjadi sumber motivasi, anugerah serta keindahan terbesar bagi penulis.


(7)

mencantumkan namanya dalam skripsi ini.

13) Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dan informasi dengan ikhlas dan sukarela.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan yang harus disempurnakan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2009 Penulis


(8)

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Juni 1987 dari pasangan Bapak Saat dan Ibu Patimah. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cisolok pada Tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Teknologi dan Manajemen perikanan Tangkap di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan sebagai kompetensi mayor dan manajemen fungsional di Departemen Manajemen sebagai kompetensi minor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Perikanan Tangkap pada tahun ajaran 2007/2008. Pengalaman berorganisasi penulis selama menjadi mahasiswa IPB adalah:

– Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton IPB, Tahun 2005-2006; – Staf Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia, Ikatan Keluarga dan

Mahasiswa Sukabumi IPB (IKAMASI), Tahun 2006-2007;

– Ketua Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi IPB (IKAMASI), Tahun 2007-2008;

– Sekertaris umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja IPB, Tahun 2007-2008;

– Staf Divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN), Tahun 2008-2009.

Tanggal 25 Juni 2009 penulis dinyatakan lulus dalam ujian skripsi yang dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan judul skripsi ”Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... ... 2

1.4 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu ... 4

2.1.1 Kapal ... 4

2.1.2 Alat penangkapan ikan ... 5

2.1.3 Nelayan ... 12

2.1.4 Hasil tangkapan ... 13

2.1.5 Daerah penangkapan ikan ... 13

2.1.6 Musim penangkapan ... 14

2.2 Permintaan Pariwisata ... 15

2.3 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap ... 17

2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata ... 18

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.2 Metode Penelitian ... 20

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 20

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 21

3.5 Analisis Data... 22

3.4.1 Analisis terhadap sektor perikanan tangkap ... 22

3.4.2 Analisis terhadap sektor pariwisata ... 22

3.4.3 Analisis SWOT ... 25

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 30

4.2 Keadaan Umum Palabuhanratu ... 33

4.2.1 Letak dan luas wilayah ... 33

4.2.2 Topografi dan bentang alam... 35

4.2.3 Iklim dan hidrologi ... 36

4.2.4 Geologi ... 37

4.2.5 Keadaan umum perikanan tangkap ... 39

4.2.6 Keadaan umum lima unit penangkapan ikan dominan yang beroperasi di dalam Teluk Palabuhanratu ... 41


(10)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keragaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu ... 48

5.1.1 Unit penangkapan ikan ... 48

5.1.2 Produktivitas ... 58

5.1.3 Peranan perikanan tangkap dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi ... 62

5.2 Karakteristik Pengunjung... 64

5.2.1 Daerah asal pengunjung ... 64

5.2.2 Umur pengunjung ... 65

5.2.3 Tingkat pendidikan... 66

5.2.4 Tingkat pendapatan ... 67

5.2.5 Lama kunjungan ... 67

5.2.7 Biaya perjalanan ... 68

5.2.8 Persepsi pengunjung ... 69

5.2.9 Nilai waktu yang hilang selama melakukan kunjungan wisata... 71

5.2.10 Intensitas kunjungan ke objek wisata lain ... 72

5.3 Fungsi Permintaan Pariwisata ... 73

5.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Obyek Wisata ... 76

5.5 Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari ... 77

5.6 Identifikasi Unsur SWOT Pengembangan Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Baharí di Palabuhanratu ... 82

5.6.1 Kekuatan ... 82

5.6.2 Kelemahan... 83

5.6.3 Peluang ... 84

5.6.4 Ancaman ... 85

5.6 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 86

5.7 Analisis SWOT Strategi Pengembangan Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu ... 88

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(11)

ADI GUMBARA PUTRA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ”Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Adi Gumbara Putra


(13)

Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI.

Palabuhanratu merupakan pusat kegiatan perikanan tangkap di Selatan Jawa Barat dan merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi. Sektor pariwisata dan perikanan tangkap merupakan sektor yang paling berpengaruh bagi perekonomian masyarakat Palabuhanratu, namun selama ini pengembangan kedua sektor tersebut masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal jika pengembangannya dilakukan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Palabuhanratu, sehingga dapat meningkatkan kontribusi kedua sektor dalam PDRB Kabupaten Sukabumi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis produktivitas untuk kegiatan perikanan tangkap, serta analisis persepsi dan apresiasi terhadap obyek wisata dan analisis permintaan wisata untuk kegiatan pariwisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima unit penangkapan ikan dominan di PPN Palabuhanratu memiliki trend produktivitas rata-rata yang menurun dari Tahun 2004-2008. Kawasan wisata Palabuhanratu memiliki nilai utilitas (U) sebesar Rp480.010,00, nilai surplus konsumen sebesar Rp210.874,00 dan nilai ekonomi total (NET) sebesar Rp55.868.106.000,00. Tiga strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan sinergisitas perikanan tangkap dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu, yaitu peningkatan kualitas fasilitas PPN Palabuhanratu, penambahan atraksi wisata dengan memanfaatkan kegiatan perikanan tangkap sebagai daya tarik wisata dan melakukan pembenahan dalam pelaksanaan event upacara adat hari nelayan.

Kata kunci: sinergisitas, produktivitas, permintaan pariwisata, nilai ekonomi wisata


(14)

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

ADI GUMBARA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(15)

Nama : Adi Gumbara Putra

NRP : C44051685

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS.

NIP. 19610924 198602 2001 NIP. 19610316 198601 1001

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1002


(16)

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan April 2008 ini adalah Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ir. Diniah, M.Si. dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS. selaku Komisi Pembimbing atas arahan dan bimbingannya.

2) Dr. Ir. Tri wiji Nurani, M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas arahannya.

3) Akhmad Solihin, S.Pi. dan Ir. Mukhamad Dahri Iskandar, M.Si. selaku dosen penguji tamu atas arahan dan sarannya.

4) Bapak Wakil Bupati Sukabumi (H. Marwan Hamami) atas bantuan dana selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

5) Bapak Yudi Pancayogo selaku Kepala Bidang Obyek dan daya Tarik Wisata dan Dra. Rukmi Utari selaku Kepala Bidang Sarana dan Pemasaran, Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi yang telah bersedia memberikan informasi dan data.

6) Kepala dan Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi atas bantuannya memberikan informasi dan data.

7) Kepala dan Staf Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu atas bantuannya memberikan informasi dan data.

8) Kepala dan Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi atas kesediaannya memberikan informasi dan data.

9) Kedua orang tua penulis atas doa dan dorongannya.

10) Yiyi yang telah membukakan mata ku setelah lama terlelap, memberikan arah setelah lama buta dan memberikan warna setelah lama gelap. Terima kasih karena selalu menjadi sumber motivasi, anugerah serta keindahan terbesar bagi penulis.


(17)

mencantumkan namanya dalam skripsi ini.

13) Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dan informasi dengan ikhlas dan sukarela.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan yang harus disempurnakan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2009 Penulis


(18)

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Juni 1987 dari pasangan Bapak Saat dan Ibu Patimah. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cisolok pada Tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Teknologi dan Manajemen perikanan Tangkap di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan sebagai kompetensi mayor dan manajemen fungsional di Departemen Manajemen sebagai kompetensi minor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Perikanan Tangkap pada tahun ajaran 2007/2008. Pengalaman berorganisasi penulis selama menjadi mahasiswa IPB adalah:

– Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton IPB, Tahun 2005-2006; – Staf Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia, Ikatan Keluarga dan

Mahasiswa Sukabumi IPB (IKAMASI), Tahun 2006-2007;

– Ketua Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi IPB (IKAMASI), Tahun 2007-2008;

– Sekertaris umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja IPB, Tahun 2007-2008;

– Staf Divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN), Tahun 2008-2009.

Tanggal 25 Juni 2009 penulis dinyatakan lulus dalam ujian skripsi yang dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan judul skripsi ”Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... ... 2

1.4 Manfaat ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu ... 4

2.1.1 Kapal ... 4

2.1.2 Alat penangkapan ikan ... 5

2.1.3 Nelayan ... 12

2.1.4 Hasil tangkapan ... 13

2.1.5 Daerah penangkapan ikan ... 13

2.1.6 Musim penangkapan ... 14

2.2 Permintaan Pariwisata ... 15

2.3 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap ... 17

2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata ... 18

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.2 Metode Penelitian ... 20

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 20

3.4 Metode Pengambilan Responden ... 21

3.5 Analisis Data... 22

3.4.1 Analisis terhadap sektor perikanan tangkap ... 22

3.4.2 Analisis terhadap sektor pariwisata ... 22

3.4.3 Analisis SWOT ... 25

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 30

4.2 Keadaan Umum Palabuhanratu ... 33

4.2.1 Letak dan luas wilayah ... 33

4.2.2 Topografi dan bentang alam... 35

4.2.3 Iklim dan hidrologi ... 36

4.2.4 Geologi ... 37

4.2.5 Keadaan umum perikanan tangkap ... 39

4.2.6 Keadaan umum lima unit penangkapan ikan dominan yang beroperasi di dalam Teluk Palabuhanratu ... 41


(20)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keragaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu ... 48

5.1.1 Unit penangkapan ikan ... 48

5.1.2 Produktivitas ... 58

5.1.3 Peranan perikanan tangkap dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi ... 62

5.2 Karakteristik Pengunjung... 64

5.2.1 Daerah asal pengunjung ... 64

5.2.2 Umur pengunjung ... 65

5.2.3 Tingkat pendidikan... 66

5.2.4 Tingkat pendapatan ... 67

5.2.5 Lama kunjungan ... 67

5.2.7 Biaya perjalanan ... 68

5.2.8 Persepsi pengunjung ... 69

5.2.9 Nilai waktu yang hilang selama melakukan kunjungan wisata... 71

5.2.10 Intensitas kunjungan ke objek wisata lain ... 72

5.3 Fungsi Permintaan Pariwisata ... 73

5.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Obyek Wisata ... 76

5.5 Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari ... 77

5.6 Identifikasi Unsur SWOT Pengembangan Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Baharí di Palabuhanratu ... 82

5.6.1 Kekuatan ... 82

5.6.2 Kelemahan... 83

5.6.3 Peluang ... 84

5.6.4 Ancaman ... 85

5.6 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 86

5.7 Analisis SWOT Strategi Pengembangan Sinergisitas Perikanan Tangkap dengan Pariwisata Bahari di Palabuhanratu ... 88

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penilaian bobot faktor strategis internal ... 26

2 Penilaian bobot faktor strategis eksternal ... 26

3 Matriks internal factor evaluation ... 28

4 Matriks eksternal factor evaluation ... 28

5 Matriks SWOT... 29

6 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi Tahun 2007... 32

7 Luas wilayah Palabuhanratu ... 34

8 Jumlah unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 ... 39

9 Jumlah kapal perikanan di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 ... 40

10 Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 ... 40

11 Volume dan nilai produksi di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 ... 41

12 Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan Tahun 2004-2008 ... 42

13 Perkembangan jumlah nelayan Tahun 2004-2008 ... 43

14 Perkembangan jumlah trip penangkapan ikan Tahun 2004-2008 ... 43

15 Perkembangan volume produksi ikan di PPN Palabuhanratu Tahun 2004-2008 ... 44

16 Perkembangan nilai produksi ikan di PPN Palabuhanratu Tahun 2004-2008 ... 45

17 Bahan dan ukuran bagian-bagian alat tangkap bagan apung ... 48

18 Bahan dan ukuran bagian-bagian alat tangkap rawai layur ... 51

19 Bahan dan ukuran bagian-bagian alat tangkap payang ... 53

20 Bahan dan ukuran bagian-bagian alat tangkap trammel net ... 55

21 Bahan dan ukuran bagian-bagian alat tangkap jaring rampus ... 57

22 Perkembangan produktivitas per trip lima unit penangkapan ikan dominan di PPN Palabuhanratu Tahun 2004-2008 ... 59

23 Perkembangan produktivitas unit penangkapan ikan dominan di PPN Palabuhanratu Tahun 2004-2008... 60

24 Perkembangan produktivitas nelayan lima unit penangkapan ikan dominan di PPN Palabuhanratu Tahun 2004-2008 ... 61

25 Daerah asal pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 64


(22)

26 Kelompok umur pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan

Maret 2009 ... 65

27 Tingkat pendidikan pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 66 28 Tingkat pendapatan pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan

Maret 2009 ... 67 29 Lama kunjungan pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan

Maret 2009 ... 68 30 Jenis biaya perjalanan pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu

Bulan Maret 2009 ... 69 31 Manfaat wisata pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan

Maret 2009 ... 70 32 Nilai keindahan kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 70 33 Nilai kenyamanan kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 71 34 Nilai waktu kunjungan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 71 35 Intensitas kunjungan wisatawan ke lokasi objek wisata lain ... 72 36 Koefisien regresi variabel model permintaan pariwisata ... 73 37 Harga sewa dan kapasitas unit penangkapan ikan untuk menampung

wisatawan ... 81

38 Matriks IFE strategi pengembangan sinergisitas perikanan tangkap

dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu ... 86 39 Matriks EFE strategi pengembangan sinergisitas perikanan tangkap

dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu ... 87 40 Matriks SWOT pengembangan sinergisitas perikanan tangkap dengan

pariwisata bahari di Palabuhanratu ... 88 41 Perangkingan alternatif strategi pengembangan sinergisitas perikanan


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Desain payang ... 6 2 Alat tangkap pancing ulur ... 7 3 Desain jaring rampus ... 8 4 Alat tangkap bagan apung ... 9 5 Desain jaring tiga lapis (trammel net) ... 10 6 Alat tangkap rawai layur ... 12 7 Peta Teluk Palabuhanratu ... 14 8 Diagram analisis SWOT ... 25 9 Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan Tahun 2004-2008 ... 42 10 Perkembangan jumlah nelayan Tahun 2004-2008 ... 43 11 Perkembangan jumlah trip penangkapan ikan Tahun 2004-2008 ... 44 12 Perkembangan volume produksi ikan Tahun 2004-2008 ... 45 13 Perkembangan nilai produksi ikan Tahun 2004-2008 ... 45 14 Konstruksi bagan apung ... 49 15 Konstruksi rawai layur ... 51 16 Konstruksi payang ... 53 17 Konstruksi trammel net... 55 18 Konstruksi jaring rampus ... 57 19 Perkembangan produktivitas per trip Tahun 2004-2008 ... 59 20 Perkembangan produktivitas unit penangkapan ikan Tahun 2004-2008 60 21 Perkembangan produktivitas nelayan Tahun 2004-2008 ... 62 22 Perkembangan kontribusi PDRB sektor perikanan dan perikanan

tangkap terhadap sektor pertanian Tahun 2002-2006 ... 63

23 Perkembangan kontribusi PDRB sektor perikanan dan perikanan tangkap terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi tanpa migas Tahun

2002-2006 ... 63

24 Perkembangan kontribusi PDRB sektor perikanan dan perikanan tangkap terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dengan migas Tahun 2002-2006 ... 63

25 Sebaran daerah asal pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 64


(24)

26 Sebaran kelompok umur pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 65 27 Sebaran tingkat pendidikan pengunjung kawasan wisata

Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 66 28 Sebaran tingkat pendapatan pengunjung kawasan wisata

Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 67 29 Sebaran lama kunjungan pengunjung kawasan wisata Palabuhanratu

Bulan Maret 2008 ... 68 30 Sebaran jenis biaya perjalanan pengunjung kawasan wisata

Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 69

31 Sebaran nilai waktu kunjungan wisatawan kawasan wisata

Palabuhanratu Bulan Maret 2009 ... 72 32 Kurva permintaan pariwisata ... 75

33 Peta wilayah pengembangan kegiatan wisata perikanan tangkap di

Palabuhanratu ... 81

34 Diagram analisis SWOT pengembangan sinergisitas perikanan


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Unit penangkapan payang ... 97 2 Unit penangkapan rawai layur ... 98

3 Unit penangkapan trammel net ... 99

4 Unit penangkapan jaring rampus ... 100

5 Unit penangkapan bagan apung ... 101 6 Obyek wisata di Palabuhanratu ... 102

7 Peta wisata Kabupaten Sukabumi ... 106

8 Rekapitulasi data responden di Kawasan Wisata Palabuhanratu Bulan

Maret 2009 ... 107 9 Hasil analisis regresi model permintaan pariwisata ... 108 10 Perhitungan surplus konsumen dan nilai ekonomi kawasan wisata

Palabuhanratu menggunakan Software Maple 9.5 ... 109 11 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Kepala Bidang Sarana

dan Pemasaran, Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi ... 110 12 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Kepala Bidang Obyek

dan daya Tarik Wisata, Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi ... 111 13 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Staf Bagian

Pariwisata, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Sukabumi ... 112 14 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Staf Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Sukabumi ... 113 15 Perhitungan analisis SWOT ... 114


(26)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Palabuhanratu merupakan sentral kegiatan perikanan tangkap di Selatan Jawa Barat, dengan didukung oleh posisinya yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Luas wilayah laut Kabupaten Sukabumi 702 km2 dan panjang garis pantai 117 km, memberikan peluang yang baik dalam pengembangan sub sektor perikanan tangkap dan pariwisata bahari.

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal di Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan salah satu fungsi Kabupaten Sukabumi adalah sebagai daerah pengembangan wisata. Kegiatan pariwisata di Kabupaten Sukabumi terpusat di sekitar Pantai Palabuhanratu, Ujung Genteng dan Lereng Gunung Gede-Pangrango (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008).

Berbeda dengan sektor pariwisata, sub sektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi belum menjadi perhatian utama. Padahal, selama ini perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sukabumi. Pada Tahun 2006, PDRB dari sub sektor perikanan tangkap sebesar Rp98.738.170.000 atau 0,75% dari keseluruhan PDRB yang dihasilkan Kabupaten Sukabumi. Perikanan tangkap memberikan kontribusi sebesar 2,23% dari keseluruhan PDRB yang dihasilkan sektor pertanian. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan PDRB yang dihasilkan sub sektor kehutanan, sebesar 2,17%.

Palabuhanratu sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Kabupaten Sukabumi. Keberadaan PPN Palabuhanratu telah memberikan kontribusi dalam peningkatan akivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi, sedangkan pantai Palabuhanratu telah menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan selama ini. Kegiatan pariwisata di Palabuhanratu didominasi oleh jenis pariwisata bahari yang menyajikan keindahan alam berupa pantai dan laut. Obyek wisata di Palabuhanratu yang banyak dikunjungi oleh wisatawan antara lain Pantai Gadobangkong, Pantai Citepus Kebun Kelapa, Pantai


(27)

Citepus Balai Desa, Gua Lalay dan Muara Sungai Cimandiri (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008).

Menurut Bappeda Kabupaten Sukabumi (2008), sektor pariwisata dan perikanan tangkap merupakan sektor yang paling berpengaruh bagi perekonomian masyarakat Palabuhanratu, namun selama ini pengembangan kedua sektor tersebut masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal, jika pengembangannya dilakukan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Palabuhanratu, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kontribusi kedua sektor dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana keragaan perikanan tangkap di Palabuhanratu?

2) Bagaimana permintaan pariwisata terhadap obyek wisata yang ada di Palabuhanratu?

3) Bagaimana nilai ekonomi sumberdaya pariwisata yang ada di Palabuhanratu? 4) Bagaimana sinergisitas kegiatan perikanan tangkap dengan pariwisata bahari di

Palabuhanratu?

5) Bagaimana menyusun strategi pengembangan sinergisitas perikanan tangkap dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu?

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1) Mengungkapkan keragaan perikanan tangkap di Palabuhanratu; 2) Menilai permintaan pariwisata bahari di Palabuhanratu;

3) Mengungkapkan sinergisitas kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata bahari, serta menentukan strategi pengembangannya di Palabuhanratu.


(28)

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

1) Mendapatkan gambaran tentang sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap dengan pariwisata bahari untuk menunjang pengembangan pariwisata yang berbasis perikanan tangkap di Palabuhanratu;

2) Memberikan masukan terhadap pengembangan pariwisata dengan berbasiskan perikanan tangkap kepada Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi;

3) Memberikan masukan bagi nelayan Palabuhanratu dalam upaya meningkatkan pendapatannya.


(29)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004). Menurut Monintja (1989), perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas. Komponen-komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan ikan. Menurut Kestevan (1973), unit penangkapan ikan merupakan kesatuan dari peralatan dan manusia yang terdapat dalam operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat tangkap dan nelayan.

Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu berpusat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu didirikan pada Tahun 1992 atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006).

2.1.1 Kapal

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Ekasari (2008), kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkapan ikan berguna sebagai wahana transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang diperoleh.


(30)

Jumlah kapal perikanan yang beroperasi di Palabuhanratu pada Tahun 2007 sebanyak 1.329 buah. Jumlah tersebut terdiri atas 693 buah perahu motor tempel (PMT) dan 636 buah kapal motor (KM) (Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008). Perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang terletak di bagian luar kapal. Umumnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil, karena harga perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine). Umumnya kapal motor mempunyai skala usaha cukup besar (Ekasari 2008).

2.1.2 Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah, 2008). Alat penangkapan ikan yang beroperasi di dalam Teluk Palabuhanratu adalah payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net dan rawai layur (Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008).

(1) Payang

Menurut Standar Nasional Indonesia (2005), payang merupakan alat penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri atas dua bagian sayap, medan jaring bawah (bosoom), badan serta kantong jaring. Payang dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ukuran badan jaring, yaitu payang berbadan jaring pendek dan payang berbadan jaring panjang. Desain kedua jenis payang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Payang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan yang berada di permukaan perairan menggunakan tali selambar yang panjang. Penurunan jaring dilaksanakan pada sisi kiri buritan kapal, dengan gerakan maju kapal membentuk lingkaran pelayaran atau melingkari gerombolan ikan sesuai dengan panjang tali selambar, yaitu 50–100 meter dan kecepatan kapal antara 1–1,5 knot. Penggunaan sayap jaring dan tali selambar yang panjang bertujuan untuk memperoleh jarak liputan atau lingkaran payang yang besar dan jarak liputan atau tarikan payang yang panjang. Penarikan dan pengangkatan jaring (hauling) dilakukan dari buritan kapal tanpa menggunakan mesin bantu penangkapan (fishing machinery) dan kedudukan kapal terapung (drifting). Agar tidak terjadi


(31)

gerakan mundur kapal yang berlebihan, diupayakan kapal bergerak maju dengan kecepatan lambat, sesuai dengan kecepatan penarikan payang (Standar Nasional Indonesia, 2005). Jenis ikan yang biasa tertangkap payang adalah layang (Decapterus sp), selar (Selaroides sp), kembung (Rastrelliger sp), lemuru (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella fimbriata), japuh (Dussumieria spp) dan lain-lain (Subani dan Barus 1988).

Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2005

Gambar 1 Desain payang.

Keterangan gambar:

1) Panjang Bagian – Bagian Jaring 2) Lebar Bagian – Bagian Jaring a) Panjang tali ris atas : l a) Keliling mulut jaring : a b) Panjang tali ris bawah : m b) Setengah keliling mulut jaring : h c) Keliling mulut jaring : a c) Lebar ujung depan bagian sayap atas : g2 d) Panjang total jaring :b d) Lebar ujung belakang bagian sayap atas : g1 e) Panjang bagian sayap atas : c e) Lebar ujung depan bagian sayap bawah : h2 f) Panjang bagian sayap bawah : d f) Lebar ujung belakang bagian sayap bawah:h1 g) Panjang bagian medan jaring bawah : bsm g) Jarak ujung-ujung belakang sayap atas : g” h) Panjang bagian badan : e h) Jarak ujung-ujung belakang sayap bawah : h” i) Panjang bagian kantong : f i) Lebar ujung depan bagian bosoom : h’

j) Lebar ujung belakang bagian bosoom : h1’ k) Lebar ujung depan bagian badan : i l) Lebar ujung belakang bagian badan : i1 m) Lebar ujung depan bagian kantong : j n) Lebar ujung belakang bagian kantong : j1


(32)

(2) Pancing ulur

Menurut Subani dan Barus (1988), pancing ulur atau hand line (Gambar 2) adalah suatu konstruksi pancing yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan skala kecil (small scale fishery). Secara garis besar pancing ulur terdiri atas komponen tali utama (main line) dan tali cabang (branch line) yang terbuat dari bahan PA monofilament, swivel yang terbuat dari bahan besi putih, mata pancing (hook) yang terbuat dari besi dan pemberat (sinkers) yang terbuat dari timah. Lokasi pemancingan dapat dilakukan di sembarang tempat seperti di perairan berkarang, perairan dangkal maupun dalam, juga di sekitar rumpon.

Sumber: Saputra (2002)

Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur.

(3) Jaring rampus

Menurut Subani dan Barus (1988), jaring rampus (Gambar 3) merupakan alat tangkap yang termasuk kelompok jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan atau jaring insang dasar. Menurut Standar nasional Indonesia (2006), alat penangkap ikan ini berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya sama besar dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris

Penggulung

Tali utama

Tali cabang Mata pancing

Pemberat Kili-kili (swivel)


(33)

bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang arah renang ikan, sehingga ikan sasaran terjerat matajaring atau terpuntal pada bagian tubuh jaring.

Menurut Subani dan Barus (1988), satu set jaring rampus terdiri atas 14-25 tinting dengan panjang 45 meter dan lebar 3,5 meter. Setiap set jaring rampus terdiri atas badan jaring berbahan PA monofilament, tali ris atas dan tali ris bawah dengan bahan PE multifilament, pelampung yang terbuat dari karet, pemberat yang terbuat dari bahan timah, pelampung tanda, tali selambar berbahan PE

multifilament, tali jangkar berbahan PE multifilament dan jangkar.

Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006

Gambar 3 Desain jaring rampus.

Pengoperasian jaring rampus dapat dilakukan dengan cara menetap, cara hanyut atau cara memancang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah gerakan ikan atau cara melingkar. Ikan sasaran tertangkap pada jaring rampus


(34)

dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal badannya pada tubuh jaring (Standar Nasional Indonesia, 2006).

(4) Bagan apung (Raft lift net)

Bagan apung (Gambar 4) adalah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindah-pindahkan di tempat yang diperkirakan banyak ikannya. Bagan apung dioperasikan hanya pada malam hari (light fishing), terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Hasil tangkapan bagan antara lain jenis ikan pelagis kecil seperti teri (Stolephorus commersonii), tembang (Sardinella fimbriata), pepetek (Leiognathus spp) dan selar (Selaroides sp) (Subani dan Barus, 1988).

Menurut Juniarti (1995), komponen-komponen bagan apung terdiri atas dek bagan, rumah bagan, roller, tali tarik, tali pemberat, pemberat, rakit, tali jangkar, jangkar, bingkai jaring dan jaring. Bahan yang digunakan untuk jaring bagan apung adalah waring. Waring merupakan anyaman pabrik yang terbuat dari poly prophylene (PP), tidak menggunakan simpul, warna jaring hitam dan mempunyai ukuran mata jaring 3 mm.

Sumber: BPPI, 2007

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung. (5) Trammel net

Menurut Standar nasional Indonesia (2006), jaring tiga lapis atau trammel net merupakan salah satu alat tangkap dari jenis jaring insang (gill net) yang


(35)

dipergunakan untuk menangkap udang dengan cara terpuntal dan banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil. Trammel net (Gambar 5) terdiri atas satu lapis jaring bagian dalam (inner net), dua lapis jaring di bagian luar (outer net), serampat (selvadge), tali pelampung (float line), tali ris atas (head rope), tali ris bawah (ground rope), tali pemberat (sinker line), pelampung dan pemberat. Jaring lapis dalam (inner net) merupakan bagian jaring bermata kecil yang membentuk kantong jaring dan terletak di antara dua lapis jaring luar (outer net), sedangkan jaringan lapis luar (outer net) adalah bagian jaring bermata besar terletak simetris di sisi-sisi luar jaring lapis dalam yang berfungsi sebagai kerangka pembentuk atau pengendor kantong jaring. Serampat (selvadge) adalah lembaran jaring yang terpasang di atas dan di bawah tubuh jaring. Serampat berfungsi sebagaipenguat tubuh jaring bagian atas dan bagian bawah.

Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006


(36)

Trammel net dioperasikan di dasar perairan dengan sasaran tangkapan udang. Waktu pengoperasian dilakukan pada siang hari (jam 04.00 – jam 14.00). Operasi penangkapan dilakukan dengan menggunakan dua cara penangkapan, yaitu secara pasif dan aktif. Operasi penangkapan secara pasif dilakukan dengan cara menurunkan jaring dari salah satu sisi lambung kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat batu dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada kapal, kemudian trammel net dibiarkan hanyut mengikuti gerakan arus. Operasi penangkapan secara aktif dilakukan dengan menurunkan jaring dari salah satu sisi lambung kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat jangkar dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada kapal, kemudian trammel net diputar dengan kapal membentuk gerakan setengah lingkaran atau bahkan membentuk 2-3 kali gerakan lingkaran atau putaran (Standar Nasional Indonesia, 2006). Menurut Subani dan Barus (1988), hasil tangkapan trammel net antara lain udang putih (Penaeus merguensis), bawal hitam (Formio niger), manyung (Arius spp) dan gulamah (Sciaenidae sp).

(6) Rawai layur

Menurut Astuti (2008), konstruksi rawai layur (Gambar 6) terdiri atas beberapa bagian, yaitu tali utama (main line), tali cabang (branch line), tali pelampung (float line), pelampung (float), pemberat (sinker), swivel, kawat barlen dan mata pancing (hook). Rawai layur dioperasikan secara one day fishing dan dilakukan pada malam hari.

Daerah penangkapan ikan rawai layur dilakukan di Teluk Palabuhanratu. Hal ini disebabkan ukuran kapal yang digunakan nelayan rawai layur relatif kecil dan konstruksinya sederhana, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di luar Teluk Palabuhanratu (Astuti 2008).


(37)

Sumber: Astuti (2008)

Gambar 6 Alat tangkap rawai layur.

2.1.3 Nelayan

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Ekasari (2008), nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan yang ada di wilayah Palabuhanratu dapat dikategorikan sebagai nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan asli adalah penduduk setempat yang telah turun-temurun berprofesi sebagai nelayan. Nelayan pendatang umumnya berasal dari Cirebon, Cilacap, Cidaun, Binuangeun dan Indramayu. Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan. Nelayan sambilan merupakan nelayan yang hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan pekerjaan penangkapan ikan.

Ekasari (2008) mengemukakan bahwa selain dikotomi seperti di atas, nelayan Palabuhanratu juga dapat dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan

Pelampung

Tali pelampung

Tali pemberat Mata pancing

Pemberat

Tali cabang Tali utama

Swivel


(38)

buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Nelayan buruh adalah orang yang bekerja sebagai kru atau anak buah kapal (ABK). Juragan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Juragan laut adalah pemilik armada atau perahu yang ikut dalam operasi

penangkapan ikan.

(2) Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan.

2.1.4 Hasil tangkapan

Ikan yang tertangkap di Perairan Teluk Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan ekonomis sedang dan hanya sebagian kecil yang bernilai ekonomis tinggi. Jenis ikan tersebut antara lain layur (Trichiurus sp), peperek (Leiognathus

spp), selar (Selaroides sp), tembang (Sardinella fimbriata), teri (Stolephorus commersonii), tongkol lisong (Auxis rochei), tongkol banyar (Rastrelliger kanagurta), tongkol abu-abu (Thunnus tonggol), udang rebon (Mysis sp), semar (Mene maculata) dan kembung (Rastrelliger sp). Jenis hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu jenis udang yang biasa tertangkap oleh alat tangkap trammel net (Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008).

Menurut Suhana (2008), di dalam perairan Teluk Palabuhanratu terkandung berbagai potensi sumberdaya ikan yang cukup melimpah, antara lain ikan pelagis, ikan demersal, udang dan biota laut lainnya. Jenis-jenis ikan yang sering tertangkap oleh nelayan Palabuhanratu antara lain teri (Stolephorus commersonii), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol lisong (Auxis rochei), udang putih (Penaeus merguensis) dan rajungan (Portunus pelagicus).

2.1.5 Daerah penangkapan ikan

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Palabuhanratu umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal di bawah 3 mil, terutama di Perairan Teluk Palabuhanratu (Gambar 7). Hampir semua kapal dengan ukuran < 10 GT dan perahu motor tempel melakukan operasi penangkapan ikan di dalam Teluk Palabuhanratu. Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) itu sendiri dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan (Ekasari, 2008).


(39)

Menurut Wewengkang (2002), umumnya daerah penangkapan ikan di Palabuhanratu berada di sekitar Teluk Palabuhanratu, meskipun ada beberapa jenis alat tangkap yang daerah penangkapannya di luar Teluk Palabuhanratu. Alat tangkap seperti rawai layur dan bagan apung mempunyai daerah operasi penangkapan ikan di wilayah 2-3 mil dari pantai. Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap payang dan jaring insang hanyut berada di sekitar teluk sampai jauh di luar teluk, seperti Perairan Ujung Genteng, Bayah, Cikara, Binuangeun, Pulau Tinjil dan Pulau Deli.

Sumber: Girsang, 2008

Gambar 7 Peta Teluk Palabuhanratu.

2.1.6 Musim penangkapan

Menurut Ekasari (2008), kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat, di kawasan Palabuhanratu dikenal musim peralihan dari musim barat ke musim timur dan dari musim timur ke musim barat. Penduduk setempat menyebut keadaan demikian dengan sebutan liwung.

Keterangan: Bagan apung Trammel net Jaring rampus Rawai layur Payang

Palabuhanratu Citepus

Cimandiri

Tg. Kembar

Gedogan

Ug. Karangbentang

Cimaja Cisolok

Karang Payung Guhagede 7º 00’

7º 05’

106º 17’ 30’’ 106º 22’ 30’’ 106º 27’ 30’’ 106º 32’ 30’’ TELUK PALABUHANRATU


(40)

Menurut Ekasari (2008), kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat kencang disertai dengan ombak yang sangat besar. Hal ini menyebabkan sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan keamanan. Kalaupun ada kapal yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan ikannya pun terbatas tidak terlalu jauh. Lain halnya dengan musim timur yang berlangsung sekitar Bulan Mei sampai dengan September. Pada musim tersebut keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil. Keadaan ini memungkinkan nelayan untuk melaut dan biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak penangkapan ikan. Kelimpahan ikan pada bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada perairan di Perairan Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya. Upwelling dapat terjadi karena pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke barat dan bergerak menjauhi teluk. Hal tersebut akan mengakibatkan kekosongan massa air di sekitar Teluk Palabuhanratu, kemudian air dari bawah naik ke atas (Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2007 yang dikutip oleh Ekasari, 2008).

2.2 Permintaan Pariwisata

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut (Ramly, 2007) :

(1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

(2) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha terkait di bidang tersebut.

(3) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

(4) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.


(41)

(5) Obyek dan daya tarik wisata adalah segala yang menjadi sasaran wisata. (6) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

(7) Wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu. Seseorang dapat disebut wisatawan, bila ia bepergian untuk sementara waktu dengan tujuan menikmati keseluruhan panorama alam dan lingkungan.

Menurut Pramono (2001), terminologi wisata bahari memang tidak secara tegas tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, namun merupakan penjabaran dari kegiatan wisata tirta yang tercantum dalam undang-undang tersebut. Wisata tirta adalah suatu kegiatan yang menjadikan laut, sungai, danau, rawa dan waduk sebagai lokasi aktivitas wisata. Secara umum wisata bahari merupakan jenis kegiatan pariwisata yang melandaskan pada daya tarik kelautan dan terjadi di lokasi atau kawasan yang didominasi perairan atau kelautan.

Daya tarik wisata bahari mencakup perjalanan di laut atau perairan yang dikemas atau diarahkan menjadi suatu pengalaman yang menarik. Kawasan yang dapat dikembangkan menjadi suatu obyek wisata bahari adalah kawasan yang memiliki kekayaan alam bahari serta peristiwa-peristiwa yang diselenggarakan di laut atau di pantai, seperti berselancar, menyelam, lomba layar, olahraga pantai, dayung, lomba memancing, upacara adat yang dilakukan di laut, termasuk adat-istiadat dan budaya masyarakat pesisir (Pramono, 2001).

Menurut Damardjati (2006), wisata bahari merupakan suatu pemanfaatan dari segi pariwisata atas kawasan air, sehingga pengembangannya secara lengkap dan profesional dapat menjadikan suatu obyek wisata yang menarik. Suatu obyek wisata bahari biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menyelam (scuba diving), memancing (fishing), berselancar (surfing), berperahu (boating) dan lain-lain.

Permintaan (demand) sebagai suatu konsep mengandung makna berlakunya hukum tingkahlaku terhadap beberapa variabel, diantaranya kualitas produk (product quality), harga (price) dan kegunaan atau manfaat (benefit) barang bagi


(42)

pemakainya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata (DTW) tertentu. Faktor-faktor itu adalah jumlah pendapatan seseorang setelah dikurangi kewajiban pajak atau kewajiban lainnya yang harus dibayar, baik kepada pemerintah atau pihak lainnya (disposable personal income), waktu senggang (leasure time), teknologi, besar atau kecilnya jumlah keluarga (size of family), keamanan serta accessibility

(Yoeti, 2006).

Yoeti (2006) menyatakan bahwa sifat dan karakter permintaan untuk melakukan perjalanan wisata sangat berbeda dengan permintaan untuk produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur (tangible goods). Perbedaan sifat atau karakter tersebut adalah permintaan pariwisata sangat elastis, karena permintaan tersebut menunjukkan elastisitas langsung terhadap pendapatan dan biaya perjalanan (elasticity), permintaan pariwisata sangat peka terhadap keadaan sosial, politik dan keamanan (sensitivity), permintaan pariwisata selalu meningkat (expansion) danpermintaan pariwisata bersifat musiman (seasonality).

MenurutMiddleton (1994), permintaan pasar dan perilaku konsumen dalam perjalanan wisata menggambarkan dua dimensi, yaitu faktor penentu dan faktor motivasi. Faktor penentu adalah faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor politik yang ada dalam suatu masyarakat yang membatasi jumlah permintaan terhadap perjalanan pariwisata. Faktor motivasi adalah faktor internal yang ada dalam setiap individu, seperti kebutuhan, keinginan dan impian.

Ada delapan faktor penentu utama yang mempengaruhi permintaan perjalanan wisata, yaitu faktor ekonomi, demografi, geografi, sosio-kultur dan perilaku sosial, harga yang bersaing, mobilitas, peraturan pemerintah serta media komunikasi. Faktor penentu permintaan ini adalah faktor eksternal dari kepentingan setiap individu dan perubahan yang terjadi dalam setiap faktor tersebut akan sangat mempengaruhi ukuran dan pola pasar pariwisata (Middleton, 1994).

2.3 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap

Pengembangan pariwisata yang dihubungkan dengan sektor perikanan tangkap (fishing) selama ini masih kurang di Indonesia. Hubungan antara sektor


(43)

perikanan tangkap dengan sektor pariwisata salah satunya terwujud dalam kegiatan rekreasi perikanan tangkap (recreational fisheries). Menurut Pitcher dan Hollingworth (2002), rekreasi perikanan dapat diartikan sebagai kegiatan menangkap ikan untuk kesenangan. Selain sebagai suatu kesenangan, ada manfaat pelengkap yang didapat dari rekreasi perikanan, seperti keuntungan ekonomi, sumber makanan dan suatu pelatihan olah raga (sport fishing).

Berdasarkan data dari The National Marine Fisheries Service (NMFS), di Amerika Serikat rekreasi memancing di laut merupakan olah raga di luar kedua yang paling populer. Pada Tahun 1998 rekreasi memancing menghasilkan 6% dari total produksi ikan Amerika Serikat. Di bagian timur laut Amerika Serikat, pada Tahun 1994 telah terjadi 22.518.000 perjalanan rekreasi perikanan dan pada Tahun 1997 perjalanan rekreasi perikanan meningkat menjadi 36.966.000 perjalanan (Gentner dan Lowther, 2002).

2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber daya, memperluas kesempatan, mengakui keberhasilan dan mengintegrasikan kemajuan. Dari segi kualitatif, pengembangan berfungsi sebagai peningkatan meliputi penyempurnaan program ke arah yang lebih baik. Hal-hal yang dikembangkan meliputi aktivitas manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan itu sendiri. Pengembangan dalam hal ini mencakup pengembangan kuantitas dan kualitas, keterampilan produktif dan perluasan pasar. Dari segi kuantitatif, fungsi pengembangan dalam memperluas program dengan titik berat perluasan jangkauan wilayah dan jangkauan program (Ramly, 2007).

Ramly (2007) menjelaskan bahwa pengembangan kawasan wisata harus didasarkan pada regulasi nasional maupun kesepakatan internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan landasan pengembangan ekowisata nasional. Pengembangan wisata regional atau lokal didasarkan pada


(44)

regulasi di daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasi paradigma baru yang memberdayakan rakyat. Tujuan pengembangan wisata yang ingin dicapai adalah kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan hanya dilakukan terhadap aspek estetika, pengetahuan tentang ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Analisis situasi merupakan cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategis antara peluang-peluang eksternal dan kemampuan internal suatu daerah yang akan dikembangkan. Faktor internal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan suatu sektor dan berasal dari dalam sektor tersebut, sedangkan faktor-faktor eksternal adalah hal-hal yang yang dapat mempengaruhi keberadaan suatu sektor tetapi berasal dari luar sektor. Salah satu metode analisis situasi umum yang digunakan adalah analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis ini merupakan identifikasi secara sistematik terhadap kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi (Rangkuti, 2008).

SWOT adalah suatu kerangka yang bermanfaat untuk penilaian yang dilengkapi dengan penyajian informasi yang relevan hingga proses diagnosis dan pemberian petunjuk yang terbaik dalam pengembangan hingga peramalan, yang selanjutnya dapat memberikan informasi untuk taktik dan strategi pemasaran (Middleton, 1994). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan yang paling baik. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi (Rangkuti, 2008).


(45)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan Maret sampai dengan April 2009. Lokasi penelitian bertempat di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Gulo (2005), metode survei merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan instrument untuk meminta tanggapan dari responden tentang sampel. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melihat langsung kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di Palabuhanratu, serta hasil wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang disediakan. Wawancara dilakukan terhadap nelayan dan wisatawan, meliputi: (1) Karakteristik pengunjung, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan, intensitas kunjungan, daerah asal, persepsi dan apresiasi terhadap obyek wisata dan biaya perjalanan.

(2) Kondisi perikanan tangkap, seperti kondisi nelayan, karakteristik alat penangkapan ikan, karakteristik kapal penangkapan ikan dan metode operasional alat penangkapan ikan.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukabumi, Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi

dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Data tersebut yaitu 1) Data volume dan nilai produksi ikan di Palabuhanratu Tahun 2004-2008; 2) Data perkembangan jumlah nelayan di Palabuhanratu Tahun 2004-2008; 3) Data perkembangan jumlah kunjungan wisatawan Tahun 2004-2008;


(46)

4) Data produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sukabumi Tahun 2002-2006;

5) Profil obyek wisata di Palabuhanratu; 6) Monografi masyarakat Palabuhanratu;

7) Data kebijakan pariwisata dan perikanan tangkap di Palabuhanratu; 8) Letak geografis, keadaan alam dan potensi wilayah Palabuhanratu.

3.3 Metode Pengambilan Responden

Metode pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik

accidential sampling dan purposive sampling. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik antara dua populasi yang berbeda, yaitu wisatawan dan nelayan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Menurut Nasution 2007, teknik accidental sampling adalah metode pengambilan sampel secara tidak acak, proses pengambilan sampel dilakukan tanpa perencanaan yang seksama. Responden yang dimintai informasinya benar-benar diperoleh secara kebetulan tanpa suatu pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengambil data dari wisatawan yang dijadikan responden. Responden untuk pariwisata berjumlah 30 orang wisatawan.

Menurut Nasution 2007, metode purposive sampling adalah penarikan sampel yang dipilih secara cermat menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel tersebut. Metode purposive sampling diterapkan pada nelayan yang ada di Palabuhanratu. Nelayan yang dipilih menjadi responden adalah nelayan yang memiliki pengetahuan tentang unit penangkapan ikan, seperti nelayan pemilik, juru mudi dan pembuat alat tangkap. Pengambilan data dilakukan pada lima jenis

unit penangkapan ikan yang paling dominan dan memiliki daerah penangkapan di dalam Teluk Palabuhanratu. Unit penangkapan ikan tersebut adalah unit penangkapan payang, unit penangkapan bagan apung, unit penangkapan jaring rampus, unit penangkapan trammel net dan unit penangkapan rawai layur. Jumlah responden adalah 10% dari masing-masing unit penangkapan ikan. Responden dari unit penangkapan payang berjumlah 5 orang, responden dari unit penangkapan bagan apung berjumlah 20 orang, responden dari unit penangkapan jaring rampus berjumlah 4 orang, responden dari unit penangkapan jaring trammel


(47)

net berjumlah 3 orang dan responden dari unit penangkapan rawai layur berjumlah 23 orang.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis terhadap sektor perikanan tangkap

Analisis terhadap sektor perikanan tangkap dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing unit penangkapan ikan serta menghitung produktivitasnya. Nilai produktivitas didapat dengan mencari nilai relatif hasil tangkapan terhadap jumlah trip, jumlah nelayan dan jumlah unit penangkapan ikan per tahun. Perhitungannya menggunakan rumus:

Produktivitas per trip penangkapan ikan =

Produktivitas unit penangkapan ikan =

Produktivitas nelayan =

3.4.2 Analisis terhadap sektor pariwisata

1) Kurva permintaan rekreasi

Metode yang digunakan untuk menganalisis permintaan rekreasi adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Lipton (1995) yang dikutip oleh Sobari dan Anggraini (2008), metode biaya perjalanan merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service).

Pendugaan tingkat kunjungan wisatawan terhadap obyek wisata yang ada di Palabuhanratu merupakan fungsi dari biaya perjalanan ke lokasi wisata, pendapatan, biaya perjalanan ke lokasi alternatif, biaya waktu yang dikeluarkan individu untuk berkunjung dan persepsi dan apresiasi pengunjung tehadap obyek wisata di Palabuhanratu, seperti pada fungsi berikut:


(48)

Q = f (X1,X2,X3,X4,X5) Keterangan :

Q = jumlah kunjungan (kali)

X1 = biaya perjalanan untuk mengunjungi lokasi wisata (Rp per orang) X2 = pendapatan individu (Rp per bulan)

X3 = nilai waktu individu ketika mengunjungi lokasi wisata (Rp per orang) X4 = biaya perjalanan pada lokasi wisata alternatif (Rp per orang)

X5 = manfaat wisata, keindahan dan kenyamanan obyek wisata

Penggunaan metode biaya perjalanan dalam penelitian ini menggunakan pengelompokkan pengunjung berdasarkan pengeluaran individu (individual travel cost model). Menurut Grigalunas et al (1998) yang dikutip oleh Sobari dan Anggraini (2008), individual travel cost model adalah suatu metode untuk memperkirakan rata-rata kurva permintaan individu terhadap lokasi wisata, dalam pendekatan ini pengunjung dikelompokkan berdasarkan pengeluaran. Fungsi permintaan dan consumer surplus atas kunjungan wisata untuk model individual sebagai berikut:

(a) Pendugaan fungsi permintaan

Q =

(b) Transformasi intersep baru fungsi permintaan

ln Q = + ln + ln + ln + ln + ln

ln Q = ( +( (ln + ( ln ) + ( ln ) + ( ln )) + ln ln Q = + ln

(c) Transformasi fungsi permintaan di atas ke fungsi permintaan asal

Q =

(d) Menduga total kesediaan membayar U = (V)d(V)

dimana:

U = utilitas terhadap sumberdaya

a = batas jumlah sumberdaya rata-rata yang dikonsumsi atau diminta

f(V) = fungsi permintaan (e) Menduga konsumen surplus

CS = U – b2 b2 = a×Q


(49)

(f) Menghitung nilai ekonomi total lokasi wisata

NET = CS× TV

dimana:

NET = nilai ekonomi total lokasi wisata

CS = consumer surplus

TV = total kunjungan per tahun

2) Analisis persepsi dan apresiasi terhadap obyek wisata

Penggunaan analisis persepsi dan apresiasi dilakukan untuk mengukur tingkat keindahan dan kenyamanan obyek wisata, serta manfaat yang didapatkan wisatawan selama melakukan kegiatan wisata.

(a) Keindahan alam

Keindahan alam merupakan nilai relatif yang diberikan oleh manusia kepada alam yang mempunyai ciri tertentu dan mendatangkan rasa keterkaitan atau kekaguman. Secara kuantitatif, dirumuskan:

Ka = (Ers/Era)×100%

keterangan:

Ka = keindahan alami (%)

Ers = jumlah responden yang sepakat menyatakan “indah” Era = jumlah seluruh responden

Nilai (skor) dari keindahan >80% : sangat indah 60% -79% : lebih dari indah 40% -59% : indah

20% -39% : kurang indah <20% : tidak indah

(b) Kenyamanan (Amenity/Comfortability)

Kenyamanan merupakan nilai yang diberikan oleh manusia terhadap suatu rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Secara kuantitatif, dirumuskan:

Na = (Ers/Era)×100%

keterangan:

Na : kenyamanan alami (%)

Ers : jumlah responden yang sepakat menyatakan “nyaman”


(50)

Nilai (skor) dari kenyamanan >80% : sangat nyaman 60% -79% : lebih dari nyaman 40% -59% : nyaman

20% -39% : kurang nyaman <20% : tidak nyaman (c) Manfaat wisata

Manfaat wisata dilihat dari kesan yang timbul pada diri pengunjung setelah melakukan kunjungan wisata. Kesan tersebut dapat berupa kesan negatif, netral dan positif. Kesan negatif merupakan kesan yang timbul dari ketidakpuasan pengunjung terhadap obyek wisata atau suasana saat melakukan kegiatan wisata, sedangkan kesan positif merupakan kesan yang timbul dari kepuasan pengunjung terhadap obyek wisata atau suasana saat melakukan kegiatan wisata. Kesan yang timbul pada pengunjung yang tidak mendapatkan kesan positif maupun negatif dari kunjungan wisatanya disebut kesan netral.

3.4.3 Analisis SWOT

SWOT adalah alat untuk menyusun suatu strategi dalam mengembangkan suatu kegiatan. Analisis SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh hubungan antara faktor eksternal dan faktor internal. Dengan analisis ini, kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), yang merupakan faktor internal dapat diidentifikasi, begitu pula peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang merupakan faktor eksternal (Rangkuti, 2008).

Sumber : Rangkuti, 2008

Gambar 8 Diagram analisis SWOT. 3. Mendukung strategi Turn Around

2. Mendukung strategi diversifikasi 4. Mendukung strategi defensif

1. Mendukung strategi agresif Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

Kekuatan Internal Kelemahan Internal


(51)

a) Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Menurut Rangkuti (2008), analisis faktor internal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan analisis faktor eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks EFE.

Tahap pertama yang harus dilakukan Penyusunan matriks IFE dan matriks EFE adalah dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE dan semua peluang serta ancaman pada matriks EFE.

b) Penentuan bobot setiap variabel

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan analisis faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode “Paired Comparison” (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2,3. Skala digunakan untuk pengisian kolom adalah

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dari objek wisata dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan untuk penilaian faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Penilaian bobot faktor strategis internal

Faktor Strategis Internal A B C …. TOTAL

A B C …. TOTAL

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991

Tabel 2 Penilaian bobot faktor strategis eksternal

Faktor Strategis Eksternal A B C …. TOTAL

A B C …. TOTAL


(52)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

= bobot variabel ke-i = nilai variabel ke-i i = 1,2,3,…..n

n = jumlah variabel c) Penentuan peringkat (rating)

Penentuan peringkat (rating) dilakukan oleh Staf Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi, staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukabumi terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi pariwisata dan perikanan tangkap. Menurut Rangkuti (2008), perhitungan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi pariwisata dan perikanan tangkap di Palabuhanratu.

Untuk matriks IFE skala peringkat yang digunakan, yaitu :

1 = sangat lemah; 2 = lemah;

3 = kuat; 4 = sangat kuat.

Adapun untuk matriks EFE skala peringkat yang digunakan :

1 = rendah, respon kurang; 2 = sedang, respon rata-rata; 3 = tinggi, respon di atas rata-rata; 4 = sangat tinggi, respon superior. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan rating ditampilkan dalam matriks berdasarkan analisis lingkungan dan situasi obyek wisata yang disajikan pada Tabel 3 dan 4.


(53)

Tabel 3 Matriks internal factor evaluation

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan : 1.

:

Kelemahan : 1.

: Total

Sumber : David, 2003

Total skor pembobotan berkisar dari yang terendah 1,0 sampai yang tertinggi 4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 menunjukkan kondisi internal organisasi lemah, sedangkan jika di atas 2,5 mengindikasikan kondisi internal organisasi yang kuat (David, 2003).

Tabel 4 Matriks eksternal factor evaluation

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan : 1.

:

Kelemahan : 1.

: Total

Sumber : David, 2003

Total skor pembobotan tertinggi untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor pembobotan 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi mampu merespon peluang maupun ancaman dengan baik. Dengan kata lain, strategi perusahaan sangat efektif dalam mengambil manfaat dari peluang yang ada dan meminimalisasi potensi yang kurang baik dari ancaman eksternal (David 2003).

Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matriks SWOT seperti pada Tabel 5. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, untuk merumuskan beberapa alternatif strategi.


(1)

Palabuhanratu menggunakan

Software

Maple 9.5

> restart:

> a:=2.333333333;b0:=610.0791655;b1:=-0.439311383:

> X:=(Q/b0)^b1:

> plot(X,Q):

> U:=int(X,Q=0...a):

> TC:=(a/b0)^b1:

> b2:=TC*a:

> CS:=U-b2:

> TQ:=264936:

> NET:=CS*TQ:

a := 2.333333333

b0 := 610.0791655

b1 := -0.439311383

X := 16.73600747

Q0 .4 3 93 11 3 83

U := 48.00102559

TC := 11.53441228

b2 := 26.91362865

CS := 21.08739694

TQ := 264936


(2)

Lampiran 11 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Kepala Bidang Sarana dan Pemasaran, Dinas Kepariwisataan,

Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi

Tabel penilaian bobot strategi internal

Faktor penentu A B C D E F G H I J K Total Bobot

A Keindahan dan kenyamanan obyek wisata 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 26 0.118 B Lokasi obyek wisata dan PPN Palabuhanratu berdekatan 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 18 0.082

C Ketersediaan sarana penunjang 2 3 3 2 2 2 3 1 1 1 20 0.091

D Peningkatan jumlah nelayan dan armada penangkapan 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 14 0.064 E Adanya objek wisata budaya upacara adat hari nelayan 2 3 2 3 2 2 1 3 2 1 21 0.095

F Nilai ekonomi wisata besar 1 2 2 3 2 3 3 2 1 1 20 0.091

G Wisatawan bersifat musiman 1 2 2 1 2 1 3 1 2 1 16 0.073

H Kondisi muara Sungai Cimandiri mengalami pendangkalan 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 15 0.068 I Produktivitas sektor perikanan tangkap menurun 1 2 3 3 1 2 3 3 2 1 21 0.095 J Unit penangkapan ikan belum memiliki perlengkapan keamanan di laut 1 2 3 3 2 3 2 3 2 3 24 0.109 K Tingkat pendidikan wisatawan menengah ke bawah 2 1 3 3 3 3 3 3 3 1 25 0.114

Total 220 1

Tabel penilaian bobot strategi eksternal

Faktor penentu A B C D E Total Bobot

A Rencana pembangunan PPS Palabuhanratu 2 2 1 3 8 0.200

B Rencana pembangunan floating restaurant di daerah Cimandiri 2 2 3 3 10 0.250 C Rencana pengembangan dan pengelolaan pasar ikan Palabuhanratu menjadi obyek wisata 2 2 2 3 9 0.225 D Maraknya pengembangan wisata sungai di Palabuhanratu 3 1 2 3 9 0.225

E Persaingan antar daerah yang semakin tinggi 1 1 1 1 4 0.100


(3)

Lampiran 12 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Kepala Bidang Obyek dan daya Tarik Wisata, Dinas Kepariwisataan,

Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi

Tabel penilaian bobot strategi internal

Faktor penentu A B C D E F G H I J K Total Bobot

A Keindahan dan kenyamanan obyek wisata 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 26 0.118 B Lokasi objek wisata dan PPN Palabuhanratu berdekatan 1 1 2 2 1 3 2 1 1 1 15 0.068

C Ketersediaan sarana penunjang 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 26 0.118

D Peningkatan jumlah nelayan dan armada penangkapan 1 2 1 3 1 3 2 2 2 3 20 0.091 E Adanya objek wisata budaya upacara adat hari nelayan 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 14 0.064

F Nilai ekonomi wisata besar 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 27 0.123

G Wisatawan bersifat musiman 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 0.050

H Kondisi muara Sungai Cimandiri mengalami pendangkalan 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 18 0.082 I Produktivitas sektor perikanan tangkap menurun 1 3 1 2 2 1 3 2 1 2 18 0.082 J Unit penangkapan ikan belum memiliki perlengkapan keamanan di laut 1 3 1 2 3 1 3 3 3 2 22 0.100 K Tingkat pendidikan wisatawan menengah ke bawah 2 3 2 1 3 2 3 3 2 2 23 0.105

Total 220 1

Tabel penilaian bobot strategi eksternal

Faktor penentu A B C D E Total Bobot

A Rencana pembangunan PPS Palabuhanratu 3 2 2 3 10 0.250

B Rencana pembangunan floating restaurant di daerah Cimandiri 1 2 2 3 8 0.200 C Rencana pengembangan dan pengelolaan pasar ikan Palabuhanratu menjadi obyek wisata 2 2 2 3 9 0.225 D Maraknya pengembangan wisata sungai di Palabuhanratu 2 2 2 3 9 0.225

E Persaingan antar daerah yang semakin tinggi 1 1 1 1 4 0.100


(4)

Lampiran 13 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Staf Bagian Pariwisata, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Sukabumi

Tabel penilaian bobot strategi internal

Faktor penentu A B C D E F G H I J K Total Bobot

A Keindahan dan kenyamanan obyek wisata 2 2 1 3 1 3 3 3 3 3 24 0.109 B Lokasi objek wisata dan PPN Palabuhanratu berdekatan 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 17 0.077

C Ketersediaan sarana penunjang 2 2 2 2 1 2 3 1 1 1 17 0.077

D Peningkatan jumlah nelayan dan armada penangkapan 3 2 2 2 3 1 3 3 1 1 21 0.095 E Adanya objek wisata budaya upacara adat hari nelayan 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 15 0.068

F Nilai ekonomi wisata besar 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 18 0.082

G Wisatawan bersifat musiman 1 2 2 3 2 2 1 2 1 1 17 0.077

H Kondisi muara Sungai Cimandiri mengalami pendangkalan 1 3 1 1 3 3 3 1 1 1 18 0.082 I Produktivitas sektor perikanan tangkap menurun 1 2 3 1 3 3 2 3 2 1 21 0.095 J Unit penangkapan ikan belum memiliki perlengkapan keamanan di laut 1 2 3 3 3 3 3 3 2 1 24 0.109 K Tingkat pendidikan wisatawan menengah ke bawah 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 28 0.127

Total 220 1

Tabel penilaian bobot strategi eksternal

Faktor penentu A B C D E Total Bobot

A Rencana pembangunan PPS Palabuhanratu 2 2 3 3 10 0.250

B Rencana pembangunan floating restaurant di daerah Cimandiri 2 2 3 3 10 0.250 C Rencana pengembangan dan pengelolaan pasar ikan Palabuhanratu menjadi obyek wisata 2 2 3 3 10 0.250 D Maraknya pengembangan wisata sungai di Palabuhanratu 1 1 1 3 6 0.150

E Persaingan antar daerah yang semakin tinggi 1 1 1 1 4 0.100


(5)

Lampiran 14 Penilaian bobot strategi internal dan eksternal oleh Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi

Tabel penilaian bobot strategi internal

Faktor penentu A B C D E F G H I J K Total Bobot

A Keindahan dan kenyamanan objek wisata 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 24 0.109 B lokasi objek wisata dan PPN Palabuhanratu berdekatan 1 2 2 2 2 2 3 1 2 3 20 0.091 C Ketersediaan sarana penunjang 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 20 0.091 D Peningkatan jumlah nelayan dan armada penangkapan 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 21 0.095 E Adanya objek wisata budaya upacara adat hari nelayan 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 22 0.100 F Nilai ekonomi wisata besar 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 20 0.091 G Wisatawan bersifat musiman 1 2 1 2 2 1 3 1 2 3 18 0.082 H Kondisi muara Sungai Cimandiri mengalami pendangkalan 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 12 0.055 I Produktivitas sektor perikanan tangkap menurun 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 0.136 J Unit penangkapan ikan belum memiliki perlengkapan keamanan di laut 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 20 0.091 K Tingkat pendidikan wisatawan menengah ke bawah 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 13 0.059

Total 16 20 20 19 18 20 22 28 10 20 27 220 1

Tabel penilaian bobot strategi eksternal

Faktor penentu A B C D E Total Bobot

A Rencana pembangunan PPS Palabuhanratu 3 3 3 3 12 0.300 B Rencana pembangunan floating restaurant di daerah Cimandiri 1 2 2 2 7 0.175 C Rencana pengembangan dan pengelolaan pasar ikan Palabuhanratu menjadi objek wisata 1 2 3 3 9 0.225 D Maraknya pengembangan wisata sungai di Palabuhanratu 1 2 1 2 6 0.150 E Persaingan antar daerah yang semakin tinggi 1 2 1 2 6 0.150


(6)

Total skor kekuatan (

strengths

)

= 1,802

Total skor kelemahan (

weaknesses

)

= 0,806

Total skor peluang (

opportunities

)

= 2,566

Total skor ancaman (

threats

)

= 0,600

Selisih total skor kekuatan dan kelemahan (sumbu horizontal)

= 1,802 - 0,806

= 0,996

Selisih total skor peluang dan ancaman (sumbu vertikal)

= 2,566

0,600

= 1,966

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

Kekuatan Internal

Kelemahan Internal