Mempelajari Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia, serta Pengembangan Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam.

MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI
INDONESIA DAN MALAYSIA, SERTA PENGEMBANGAN
MODEL SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI VIETNAM

KHO DI DZA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mempelajari Sistem
Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia, serta Pengembangan Model Sistem
Sertifikasi Halal di Vietnam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Kho Di Dza
NIM F24098002

ABSTRAK
KHO DI DZA. Mempelajari Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia,
serta Ide Pengembangan Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam. Dibimbing
oleh EKO HARI PURNOMO dan JOKO HERMANIANTO.
Sertifikasi halal untuk fasilitas produksi pangan, produk pangan, atau rumah
pemotongan hewan adalah pemeriksaan terhadap manusia, praktik, dan produkproduk yang mematuhi hukum-hukum Islam oleh organisasi yang kompeten.
Makanan bersertifikat halal umumnya memperoleh tanda khusus atau logo yang
menunjukkan bahwa produk tersebut telah diperiksa secara independen. Ada
ratusan organisasi di seluruh dunia yang menawarkan jasa sertifikasi halal, namun
definisi halal yang tepat tidak selalu sama. Perbedaan ini disebabkan oleh persepsi
metode sertifikasi halal untuk satu organisasi tidak sama dengan organisasi yang
lain. Tujuan pengkajian ini adalah menganalisis perbedaan sistem sertifikasi halal
antara Indonesia dan Malaysia, serta ide pengembangan model sistem sertifikasi
halal di Vietnam. Pengkajian ini dilakukan dengan mengobservasi secara

langsung dan analisis dokumen resmi dari lembaga sertifikasi halal. observasi
langsung dilakukan di LPPOM MUI di Indonesia. Dokumen resmi diperoleh dari
kantor LPPOM MUI di Indonesia, BHH JAKIM di Malaysia dan CBI HCM di
Vietnam serta dari website resmi mereka. Perbedaan sistem sertifikasi halal antara
Indonesia dan Malaysia diamati pada proses sertifikasi halal dan sistem jaminan
halal. Model sistem sertifikasi halal di Vietnam diusulkan untuk memasukkan
struktur organisasi, sumber daya manusia, metodologi pelaksanaan, sistem
jaminan halal dan kebijakan umum.
Kata kunci: sertifikasi halal, sistem jaminan halal, Indonesia, Malaysia, Vietnam.

ABSTRACT
KHO DI DZA. Study on Halal Certification System in Indonesia and Malaysia,
and Halal Certification System Model in Vietnam. Supervised by EKO HARI
PURNOMO and JOKO HERMANIANTO.
Halal certification in food production facility, food product, or
slaughterhouse are an inspection of people, practices and products which is adhere
to Islamic dietary laws by competent organization. Generally, halal certified get
an specific seal or logo which indicates that it has been independently inspected.
There are hundreds of organization around the world that offer halal certification
services, though the exact definition of halal is not always same. These difference

caused by the perception of halal certification methods for one organization is not
the same with others. The objective of this study is analyze the differences of halal
certification system in Indonesia and Malaysia, and an idea to establish halal
certification system model in Vietnam. This study is conducted direct observation
and analysis of official documents from halal certification body. Direct
observation was conducted in LPPOM MUI. Official documents were obtained
from LPPOM MUI, BHH JAKIM and CBI HCM office, and their official
websites. The difference of halal certification system in Indonesia and Malaysia is
observed in the halal certification procedure and halal assurance system. Model of

halal certification system in Vietnam is proposed to include organizational
structure, human resources, implementation methodology, halal assurance system
and public policy.
Keywords: halal certification, halal assurance system, Indonesia, Malaysia,
Vietnam.

MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI
INDONESIA DAN MALAYSIA, SERTA PENGEMBANGAN
MODEL SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI VIETNAM


KHO DI DZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Mempelajari Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia,
serta Pengembangan Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam.
Nama
: Kho Di Dza
NIM
: F24098002


Disetujui oleh

Dr Eko Hari Purnomo,MSc
Pembimbing I

Dr Ir Joko Hermanianto
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Feri Kusnandar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Mempelajari
Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia, serta Pengembangan Model

Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam” berhasil diselesaikan. Pengkajian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai selesai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
1. Ibunda Ha Li Mah, serta keluarga tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.
2. Program beasiswa IDB yang telah memberikan kesempatan untuk penulis bisa
memdapatkan ilmu di Indonesia.
3. Bapak M. Fadhol Arovah Maryadie sebagai Honorary Students’ Counsellor
program beasiswa IDB di Indoneia yang telah memberikan banyak perhatian
dan bantuan selama penulis kuliah di Indonesia.
4. Dr Eko Hari Purnomo selaku pembimbing skripsi pertama yang telah banyak
memberikan arahan kepada penulis selama kuliah hingga menyelesaikan masa
kuliah ini.
5. Dr Joko Hermanianto selaku pembimbing skripsi kedua yang telah banyak
memberi saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.
6. Ir Sumunar Jati selaku pembimbing lapang yang telah banyak memberi
bimbingan masa magang di LPPOM MUI.
7. Staf-staf LPPOM MUI dan Bahagian Hab Halal JAKIM yang telah membantu
dalam memperoleh informasi selama pengumpulan data.
8. Seluruh dosen dan staf di ITP-IPB.
9. Teman-teman ITP 46 serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian

dan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan pembaca untuk
melakukan penelitian dalam bidang halal selanjutnya.

Bogor, April 2014
Kho Di Dza

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Pengkajian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu Magang

2

Prosedur

2


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

2
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN


16

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia
2 Sitem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia

3
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses sertifikasi halal di LPPOM MUI-Indonesia
2 Proses sertifikasi halal di Bahagian Hab Halal JAKIM-Malaysia
3 Proses sertifikasi halal di Commission Board of Islamic Community in
Ho Chi Minh city (CBI HCM)-Vietnam
4 Logo halal di MUI-Indonesia, JAKIM-Malaysia dan CBI HCMVietnam
5 Contoh sertifikasi halal di MUI-Indonesia

6 Contoh sertifikasi halal di JAKIM-Malaysia
7 Contoh sertifikasi halal di CBI HCM-Vietnam

17
18
19
20
21
22
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan perdagangan bebas di era globalisasi menyebabkan
perubahan perilaku konsumen terhadap produk halal. Kesadaran terhadap
pentingnya produk halal semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya volume perdagangan produk halal, jumlah negara yang terlibat
dalam bisnis halal dan keterlibatan perusahaan-perusahaan multinasional maupun
lokal di setiap negara dalam memproduksi produk halal. Kenaikan persentase
bisnis halal di dalam bisnis internasional menunjukkan bahwa produk-produk
makanan halal mulai diterima masyarakat dunia sebagai produk yang memiliki
mutu tinggi.
Pangan halal merupakan masalah paling utama bagi konsumen muslim.
Menurut Syafie dan Othman (2006), halal mencakup dari proses pemotongan,
penyimpanan, penyajian, penyiapan, kesehatan dan kebersihan. Selain halal,
muslim juga diwajibkan mengkonsumsi makanan yang baik (thoyyib), seperti
belum kadarluwasa, tidak mengandung zat tambahan yang beracun, tidak
membahayakan kesehatan. Makanan halal pasti thoyyib sedangkan makanan
thoyyib tidak selalu halal. Hal ini disebabkan oleh thoyyib sering kali bersifat
subyektif sementara halal bersifat mutlak.
Ketertarikan terhadap produk halal telah meluas hingga negara non-muslim,
karena komunitas muslim semakin berkembang di dunia. Pasar utama pangan
halal diantaranya India (255,30 juta muslim), Indonesia (218,68 juta muslim),
Republik Rakyat Cina (RRC) (135,74 juta muslim), Rusia (27,27 juta muslim),
Malaysia (18 juta muslim), Amerika Serikat (6,67 juta muslim), Perancis (6,13
juta muslim), dan Jerman (4,03 juta muslim) (Anonim 2014). Pasar kelompok
pangan halal telah melibatkan sekitar 150 negara dengan total konsumsi
masyarakat muslim mencapai US$ 632 miliar per tahun dan aktivitas perdagangan
halal internasional sebesar US$ 250 miliar per tahun (Purnomo 2011). Perkiraan
pemasaran produk halal global mencapai nilai lebih dari 800 miliar dolar per
tahun (LPPOM MUI 2013). Di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia dan
Thailand merupakan dua negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang
pasar halal global. Namun pesatnya bisnis produk halal tersebut belum didukung
secara kuat dengan pengembangan sistem jaminan halal (Halal Assurance System)
dari kelembagaan sertifikasi halal.
International Organization for Standardization (ISO) memiliki toleransi
seperti standar kualitas, namun kehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah
toleransi (zero tolerant). Jika satu bahan atau proses diragukan kehalalannya,
harus diganti atau diperbaiki agar memperoleh sertifikat halal. Saat ini, lembagalembaga sertifikasi halal belum terstandardisasi. Sertifikasi halal yang diperoleh
dari lembaga di suatu negara sering ditolak oleh majelis ulama atau lembaga di
negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dan kepercayaan antar
lembaga sertifikasi halal, produsen, ulama, peneliti, pemerintah dan pihak-pihak
terkait lainnya yang mampu mendorong tumbuhnya bisnis produk halal.

2
Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian ini adalah memberikan penjelasan tentang perbedaan
sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, pengkajian ini juga
memberikan ide pembuatan model sistem sertifikasi halal yang sesuai di Vietnam.

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan
dan Kosmetika Majelis Ulama Indoneisa (LPPOM MUI), Global Halal Center
jalan Pemuda no. 5-Bogor, selama empat bulan, dimulai dari bulan Februari
sampai dengan Juni 2013. Pengambilan data dilakukan di Commission Board of
Islamic Community in Ho Chi Minh city (CBI HCM) Vietnam pada bulan Juni
2013 dan Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)
Malaysia pada bulan Januari 2014.
Prosedur
Kegiatan magang ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu studi pustaka dan
pengambilan data. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan
informasi mengenai topik yang dikaji. Studi pustaka diperoleh dari buku pedoman
sertifikasi halal, skripsi, internet, jurnal maupun laporan-laporan yang
berhubungan dengan topik pengkajian. Pengambilan data sekunder dapat
diperoleh dari dokumen lembaga sertifikasi halal di LPPOM MUI Indonesia,
BHH JAKIM Malaysia dan CBI HCM Vietnam.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia
Sistem sertifikasi halal menjadi dasar pengembangan lembaga sertifikasi
halal. Setiap negara terdapat perbedaan sistem sertifikasi halal sesuai dengan
peraturan pemerintah, kebudayaan, maupun metodologi pelaksanaan. Penjelasan
sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia dapat dilihat pada Tabel 1.

3
Tabel 1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia
Kategori
Indonesia
Lembaga yang Lembaga Pengkajian Pangan, Obatberwenang
Obatan dan Kosmetika - MUI
mengeluarkan (LPPOM-MUI)
sertifikat halal
Sejarah dan
- Tanggal 6 Januari 1989, Majelis Ulama
perkembangan Indonesia membangunkan Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan
Kosmetika
(LPPOM),
memberi
peranan dalam produk yang beredar di
masyarakat.
- Awal tahun 1994, LPPOM MUI
mengeluarkan sertifikat halal pertama
untuk produsen.
- LPPOM MUI kerjasama dengan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM),
Kementrian
Agama,
Kementrian Pertanian, Kementrian
Koperasi, dan Institut Pertanian Bogor.
- Khususnya dengan Kementrian Agama
dan BPOM, sertifikasi halal dari MUI
merupakan
persyaratan
dalam
penetapkan label halal pada kemasan.
- 2008 LPPOM MUI menetapkan sistem
jaminan halal.
- 2012 LPPOM MUI menerapkan sistem
CEROL

Visi dan misi

Malaysia
Bahagian Hab Halal - Jabatan
Kemajuan Islam Malaysia (BHHJAKIM)
- Tahun 1974, Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia (JAKIM) memberi status
halal kepada produk makanan dan
barang gunaan.
- Tahun 1994, konfirmasi halal
diberikan dalam bentuk sertifikasi
dan logo halal.
- Tanggal 30 September 1998,
pemeriksaan halal dilaksanakan oleh
Syarikat Ilham Daya (perusahaan
yang ditunjuk oleh kerajaan).
- Tanggal 1 September 2002, kerajaan
memutuskan bahwa semua urusan
pengesahan halal dilakukan oleh
JAKIM melalui Bahagian Kajian
Makanan dan Barangan Gunaan
Islam.
- Tanggal 17 November 2005 lembaga
pengesahan halal memiliki nama baru
yaitu Bahagian Hab Halal.
- Tanggal 2 April 2008, pengurusan
lembaga halal diambil alih oleh Halal
Industry Development Corporation.
- Tanggal 8 Juli 2009, pengurusan
sertifikasi halal Malaysia dalam dan
luar negara dikembalikan kepada
JAKIM.
- Tahun 2003 mulai menerapkan
sistem online dalam pendaftaran.
- Tanggal
1
Juli
2013
mengimplementasi sistem jaminan
halal.
- Visi dari BHH JAKIM adalah
menjadi sebuah pusat layanan
sertifikasi halal yang kompeten dan
diakui di tingkat nasional maupun
internasional.

- Visi dari LPPOM MUI adalah menjadi
pusat halal dunia yang memberikan
informasi, solusi, dan standar halal
secara nasional dan internasional dan
menjadi lembaga sertifikasi halal
terpercaya di Indonesia dan dunia
untuk memberikan ketenteraman bagi
umat Islam.
- Misi dari LPPOM MUI adalah - Misi dari BHH JAKIM adalah
melakukan sertifikasi halal untuk memastikan semua produk yang
produk-produk halal yang dikonsumsi diberi
sertifikasi
halal
atau
oleh
masyarakat,
memberikan menggunakan perbahasaan
halal
informasi yang lengkap dan akurat adalah suci dan halal menurut hukum
mengenai kehalalan suatu produk, syariah.
membuat dan mengembangkan standar
sistem
pemeriksaan
halal,
dan
mengedukasikan dan menyadarkan
masyarakat
untuk
senantiasa
mengkonsumsi produk halal.

4
Tabel 1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia (lanjutan)
Regulasi halal

- UU no.7 tahun 1996 tentang
Pangan.
- UU no.8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen “Pelaku
usaha dilarang memproduksi atau
memperdagangkan barang yang dan
atau jasa yang tidak mengikuti
ketentuan berproduksi secara halal
sebagaimana pernyataan halal yang
dicantumkan dalam label”.
- PP no.69 tahun 1999 tentang Label
dan Iklan pangan.
- Keputusan Menteri Agama RI
nomor 518 tahun 2001 tentang
Pedoman
dan
Tata
Cara
Pemeriksaan dan Penetapan Pangan
Halal. (Asiah 2012)
Buku
- HAS 23000 Persyaratan Sertifikasi
panduanstandar
Halal.
halal
- HAS 23101 Pedoman Pemenuhan
Kriteria Sistem Jaminan Halal di
Industri Pengolahan.
- HAS 23103 Pedoman Pemenuhan
Kriteria Sistem Jaminan Halal di
Rumah Potong Hewan.
- HAS 23201 Persyaratan Bahan
Pangan Halal.

Prosedur
sertifikasi halal

- Terima pendaftaran.
- Tentuan pembayaran.
- Pre-audit.
- Audit lapang.
- Evaluasi pasca-audit.
- Rapat komisi fatwa.
- Keluar sertifikat halal.
- Inspeksi mendadak.
Periode berlaku - Dua tahun.
SH

- Perintah perihal dagangan-definisi
halal dibawah bagian 28 Akta perihal
dagangan (APD) tahun 2011 tentang
1. Hukum syariah
2. Makanan
3. Layanan yang berkaitan dengan
makanan dan barang gunaan
- Perintah perihal dagangan-sertifikasi
dan logo halal dibawah bagian 29
APD 2011 tentang
1. Pihak berkuasaan berwibawa
2. Sertifikasi halal
3. Sertifikasi halal untuk produk impor
4. Logo halal untuk makanan dan
barang gunaan. (Wiku 2008)

- MS 1500:2009 Makanan Halal
Pengeluaran,
Penyediaan,
Pengendalian dan Penyimpanan
(semakan kedua).
- MS 2200:2008 Barang Gunaan
Islam-Bahagian 1: Kosmetik dan
Dandanan Diri.
- MS 2200-2:2012 Barang Gunaan
Islam-Bahagian
2:
Penggunaan
Tulang, Kuku, dan Bulu Haiwan.
- MS 2400-1:2010 Halalan-Toyyiban
Assurance
Pipeline-Part
1:
Management System Requipments
for Transportation of Goods and /or
Cargo Chain Services.
- MS 2400-2:2010 Halalan-Toyyiban
Assurance
Pipeline-Part
2
:
Assurance
Pipeline-Part2:
Mangement System Requipments for
Warehousing and Related Activities.
- MS 2400-3:2010 Halalan-Toyyiban
Assurance
Pipeline
Part
3:
Management System Requipments
for Retailing.
- MS
2424:2010
Halal
Pharmaceuticals: General Guideline.
- Terima pendaftaran.
- Pre-audit.
- Tentuan biaya.
- Audit lapang.
- Evaluasi pasca-audit.
- Rapat komisi fatwa.
- Keluar sertifikat dan logo halal.
- Inspeksi mendadak.
- Dua tahun.

5
Prosedur Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia
Logo halal yang tercantum pada label menunjukkan bahwa produk tersebut
layak dikonsumsi oleh masyarakat muslim karena tidak mengandung bahan-bahan
haram dan diproses secara halal. Logo halal dapat dicantumkan pada produk jika
produsen telah memperoleh sertifikat halal dari suatu lembaga yang berwenang.
Perusahaan harus melalui beberapa tahapan proses untuk mendapatkan sertifikat
halal. Langkah-langkah proses sertifikasi halal dari LPPOM MUI dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan dari Bahagian Hab Halal JAKIM dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah sebuah organisasi swadaya
masyarakat yang mengakomodasi ulama, zu’ama dan cendekiawan islam di
seluruh Indonesia. MUI memandatkan LPPOM sebagai lembaga sertifikasi halal
di Indonesia. Sedangkan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) merupakan
lembaga yang mengatur urusan agama Islam dan dikelola oleh pemerintah
Malaysia. JAKIM mengamanahkan Bahagian Hab Halal sebagai headquarter
lembaga sertifikasi halal yang ada di Malaysia. Oleh karena itu, dapat
diidentifikasi bahwa kedua lembaga sertifikasi halal tersebut bertangungjawab
kepada masyarakat Islam di negara masing-masing maupun di seluruh dunia.
Indonesia dan Malaysia secara umum memiliki prosedur sertifikasi halal
yang sama yaitu meliputi penerimaan pendaftaran, pre-audit, audit, evaluasi
pasca-audit, dan pengeluaran sertifikat halal.
Penerimaan pendaftaran
Penerimaan permohonan di LPPOM MUI Indonesia dapat dikirim melalui
kantor pos, fax atau dilakukan secara online dengan sistem certification online
(CEROL). LPPOM MUI memiliki kantor pusat di Jakarta dan Bogor serta 33
cabang di provinsi seluruh Indonesia. Sistem CEROL LPPOM MUI hanya
digunakan oleh kantor pusat dan dapat diakses melalui website www.elppommui.org. Pendaftaran di provinsi berlaku untuk rumah potong hewan (RPH),
perusahaan tempat produksi dan lingkup pemasarannya ada di satu provinsi dan
bukan merupakan cabang dari perusahaan di provinsi lain. Perusahaan tempat
produksi dan lingkup pemasarannya ke beberapa provinsi dengan kategori no
risk/low risk dan lokasi/outlet di berbagai provinsi tetapi sistem manajemen
terpisah. Seterusnya, restoran hanya ada di satu provinsi dan tidak menggunakan
sistem waralaba hingga sertifikasi halal dapat didaftarkan di provinsi LPPOM
MUI. Produk dengan merek sama pada semua tempat produksi/outlet harus
disertifikasi oleh LPPOM MUI di masing-masing provinsi. LPPOM MUI pusat
dapat memberi sertifikasi halal untuk RPH di luar negeri, perusahaan yang kantor
pusatnya di suatu provinsi tetapi cabangnya di provinsi lain atau merupakan
cabang dari perusahaan luar negeri, perusahaan yang pemasaran produknya ke
beberapa provinsi atau ekspor, perusahaan berlokasi di luar negeri dan restoran
yang menggunakan sistem waralaba.
Permohonan sertifikasi halal di Malaysia dapat langsung dikirim kepada
Bahagian Hab Halal JAKIM untuk pemasaran di tingkat nasional dan
internasional. Sedangkan untuk perusahaan di tingkat pemasaran lokal,
permohonan dapat didaftarkan kepada Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) atau
Jabatan Agama Islam Negeri (JAIN) di daerah yang sesuai. Perusahaan dapat
mendaftarkan permohonan secara online melalui website www.halal.gov.my.

6
Sistem e-Halal ini akan memisahkan permohonan mengikuti lokasi
perusahaan/pabrik di setiap daerah secara automatik. Lembaga sertifikasi halal di
Malaysia tidak memberi sertifikasi halal kepada produk yang diproses di luar
negeri, obat-obatan atau produk yang dikategorikan sebagai produk farmaseutikal
oleh Kementerian Kesihatan Malaysia.
Pre-audit
Di LPPOM MUI Indonesia, pre-audit dilakukan setelah menerima
pendaftaran melalui sistem CEROL. Bidang sistem jaminan halal (SJH) akan
mengecek kesesuaian nama produk yang didaftarkan dengan kriteria SJH, yaitu
tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan
atau tidak sesuai dengan hukum syariah islam. Sebagai contoh ham, bacon, hot
dog, rum, whisky, sexy dan lain-lain. Selanjutnya, bidang SJH akan mengecek
produk yang didaftarkan masuk ke dalam kategori produk baru, produk
pengembangan atau produk perpanjangan. Produk baru yaitu produk yang belum
pernah memiliki sertifikat halal baik itu nama, jenis maupun kelompok produk.
Produk pengembangan adalah produk yang belum pernah disertifikasi
kehalalannya, tetapi ada dalam satu kelompok produk yang sama dengan produk
yang telah memiliki sertifikat halal. Produk dalam kategori perpanjangan adalah
produk yang memiliki sertifikat halal sebelumnya dan masa berlakunya akan
habis.
Kategori produk baru, bidang SJH akan memeriksa produk itu termasuk
dalam jenis apa berdasarkan penjelasan ketentuan kelompok dan jenis produk
bersertifikasi halal MUI. Jika memungkinkan, bidang SJH akan berusaha untuk
mengarahkan produk dalam satu kelompok yang sama. Khusus produk retail,
produk akan diarahkan sesuai dengan kategori yang disetujui oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bidang SJH harus memastikan kesamaan
jenis produk pengembangan yang didaftarkan dengan produk yang telah
disertifikasi halal sebelumnya. Jika jenisnya berbeda, mereka akan menentukan
jenis produk berdasarkan ketetapan yang telah ditentukan. Pada produk
perpanjangan, bidang SJH akan mencocokan nama produk, jenis produk dan
kelompok produk dengan sertifikat halal sebelumnya. Apabila suatu produk yang
diproduksi di banyak pabrik, harus dipastikan bahwa seluruh pabrik dan seluruh
produk di masing-masing pabrik didaftarkan. Pemeriksaan terhadap dokumen
yang dibutuhkan antara lain adalah sertifikasi halal sebelumnya (jika ada),
manual sistem jaminan halal (SJH), status SJH dan sertifikasi SJH (jika ada),
diagram alir proses produksi, daftar semua fasilitas dan semua pabrik yang
melibatkan proses produksi.
Setelah pass all pre-audit, LPPOM MUI akan menentukan waktu untuk
melakukan audit. Penjadwalan auditor untuk kategori industri pengolahan terdiri
dari dua auditor dari LPPOM MUI, sedangkan untuk kategori rumah potong
hewan terdiri dari satu auditor LPPOM MUI dan satu auditor dari wakil komisi
fatwa. Auditor melibatkan dua orang dari BPOM untuk produk retail dan
penjadwalan audit dapat ditentukan setelah perusahaan melakukan pembayaran.
Proses pembayaran termasuk biaya sertifikasi halal yang berlaku selama dua
tahun. Pembiayaan mencakup biaya audit, sertifikasi halal, status nilai
implementasi/sertifikasi SJH, analisis laboratorium (produk tertentu) dan
publikasi majalah jurnal halal.

7
Di Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia, bidang proses akan mengecek
kecukupan dokumen antara lain adalah profil perusahaan, pendaftaran perusahaan,
nama dan keterangan produk/menu yang dimohonkan, bahan baku yang
digunakan, nama dan alamat produsen/pemasok bahan, status halal bahan baku
beserta sertifikasi halal atau spesifikasi produk untuk bahan baku yang kritikal,
jenis bahan kemasan, proses dan prosedur produk, peta lokasi pabrik/perusahaan,
serta dokumen lain seperti HACCP, ISO, GHP, GMP, TQM dan sebagainya (jika
ada). Kemudian, perusahaan akan melakukan pembayaran yang melibatkan semua
kajian dan pengujian laboratorium. Biaya sertifikasi halal yang berlaku selama
dua tahun, kecuali untuk permohonan rumah sembelih adalah satu tahun saja.
Jadwal audit dapat ditetapkan setelah pembayaran dilakukan dan pengauditan
melibatkan dua auditor dari Bahagian Hab Halal, yaitu auditor dari bagian Jabatan
Hal Ehwal Islam dan auditor dari bagian teknis.
Audit
Sebelum melakukan audit, pihak LPPOM MUI Indonesia akan
memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Pada saat audit, perusahaan
harus dalam keadaan memproduksi produk yang akan disertifikasi. Auditor akan
memverifikasi dokumen yang didaftar (spesifikasi bahan, produk, fasilitas, sistem
implementasi SJH) dan sertifikasi halal pendukungnya dengan dokumen yang ada
di perusahaan, serta memeriksa ke lokasi produsen. Selain itu, auditor juga
memeriksa pelaksanaan SOP dan menilai cara penerapan sistem jaminan halal dan
pengambilan sampel dapat dilakukan jika dibutuhkan.
Pihak Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia melaksanakan audit tanpa
memberitahukan kepada pihak permohonan. Saat mengaudit di perusahaan,
auditor akan memeriksaan kesesuaian dokumen, peralatan, penyimpanan,
pengemasan, pengangkutan, kebersihan pabrik, kebersihan pekerja dan
pengurusan sisa sampah. Sampel kemasan, label dan bahan makanan dapat
diambil jika diperlukan. Sebelum menutup pertemuan, auditor akan menyediakan
laporan hasil audit. Jika tidak memuaskan, auditor akan memberitahukan kepada
pihak perusahaan dan akan memeriksa ulang pada waktu yang sesuai.
Pemeriksaan ulang harus dilakukan untuk memastikan tindakan perbaikan yang
dihendaki telah dilakukan oleh perusahaan.
Evaluasi pasca-audit
Evaluasi pasca-audit meliputi rapat auditor dan rapat komisi fatwa.
1. Rapat auditor
Rapat auditor di LPPOM MUI Indonesia akan dilaksanakan setiap hari
Jum’at. Hasil audit (bahan dan SJH) terhadap produk yang dipermohonkan dan
hasil dari analisis lab (jika ada) dievaluasi dalam rapat auditor. Hasil audit yang
belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada perusahaan melalui audit
memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan
hasil audit untuk diajukan pada rapat komisi fatwa.
Pertemuan auditor di Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia dilaksanakan
dua kali setiap bulan. Dalam pertemuan ini, auditor akan membahas hasil audit di
lapangan, hasil uji laboratorium untuk produk tertentu, hasil audit ulang setelah
tindakan perbaikan dan membuat laporan untuk persiapan ke pertemuan komisi
fatwa.

8
2. Rapat komisi fatwa
Rapat komisi fatwa LPPOM MUI Indonesia melipatkan dua elemen, yaitu
komisi fatwa MUI dan perwakilan dari LPPOM. Pertemuan dapat dijadwalkan
setiap minggu. Persyaratan untuk bisa masuk ke rapat komisi fatwa, yaitu
perusahaan harus mendapatkan nilai SJH minimal B. Rapat komisi fatwa MUI
dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua
persyaratan yang ditentukan dan hasilnya akan disampai kepada produsen
pemohon sertifikasi halal. Keanggotaan komisi fatwa mewakili seluruh organisasi
islam yang ada di Indonesia
Pertemuan komisi fatwa Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia
dilaksanakan dua kali setiap bulan. Pertemuan melibatkan semua anggota komisi
fatwa yang terdiri dari ketua, sekretaris, wakil departemen Mufti, wakil
Kementerian Kesihatan Malaysia, wakil Kementerian Perdangan Dalam Negeri,
Koperasi dan Penggunaan (KPDNKK), wakil MAIN, wakil JAIN dan wakil
Jabatan Perkhidmatan Veterinar (JPV).
Pengeluar sertifikat halal
Di Indonesia, sertifikat halal akan diterbitkan oleh MUI setelah tiga minggu
produk tersebut dinyatakan halal dalam rapat komisi fatwa. Sertifikat halal
berlaku dua tahun sejak tanggal penetapan fatwa. Tiga bulan sebelum masa
berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan
sertifikasi halal sesuai dengan aturan yang telah ditentukan LPPOM MUI. Logo
halal dapat dicantumkan pada produk setelah produsen memperoleh sertifikat
halal dari MUI serta memiliki persetujuan pencantuman halal dari BPOM.
Sesudah dapat sertifikat halal dan status SJH, perusahaan bertanggungjawab
mengirimkan laporan berkala dan hasil audit internal, mengirimkan daftar bahan
terbaru dan mengirimkan perubahan data sertifikasi (pengelompokan produk,
penambahan /pengurangan bahan baku, profil perusahaan, dan sebagainya).
LPPOM MUI dapat melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) terhadap perusahaan
pemegang sertifikasi halal. Inspeksi mendadak yaitu pemeriksaan/pengaudit tanpa
diberitahu kepada pihak perusahaan. Kriteria perusahaan yang diberlakukan
SIDAK yaitu perusahaan memperoleh sertifikat SJH, produk dalam kategori
kritis/beresiko tinggi, implementasi SJH kurang bagus atau terdapat
laporan/informasi dari masyarakat.
Di Malaysia, pengeluar sertifikat dan logo halal oleh Bahagian Hab Halal
JAKIM adalah 30 hari setelah bayaran diterima dan memenuhi segala prosedur
dan syarat pengesahan halal diterapkan. Sertifikasi halal berlaku dua tahun selama
tidak terjadi penyimpangan, kecuali sertifikasi halal untuk rumah sembelih hanya
berlaku satu tahun. Produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikasi halal
tiga bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir. Logo halal dapat
diperoleh dari Bahagian Hab Halal setelah mendapatkan sertifikat halal. Bahagian
Hab Halal JAKIM dapat memeriksaan pelaksanan dan monitoring secara
mendadak tanpa pengetahuan pihak pemegang sertifikat halal. Setelah
pemeriksaan, auditor meninggalkan hasil monitoring mendadak kepada
perusahaan dan hendaklah perusahaan melakukan perbaiki jika terdapat
penyimpangan.

9
Sistem Jaminan Halal di Indonesia dan Malaysia
Sistem jaminan halal kini dinilai sangat penting untuk melindungi
konsumen muslim karena dengan melaksanakan sistem jaminan halal, perusahaan
dapat menjamin terus-menerus produksi produk halal. Sistem jaminan halal (SJH)
adalah suatu pengelolaan terpadu terhadap bahan, proses, produk, sumberdaya
manusia dan prosedur untuk menghasilkan produk halal dan meyakinkan
masyarakat bahwa produk halal secara konsisten selama masa berlaku sertifikat
halal. Kriteria sistem jaminan halal yang diimplementasikan perusahaan adalah
pernyataan yang menjadi kunci bahwa perusahaan memenuhi kehalalan produk.
Penjelasan tentang sistem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Sistem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia
SJH

Indonesia

Definisi dan - SJH adalah sistem manajemen yang
tujuan
disusun, diterapkan dan dipelihara
oleh perusahaan untuk menjaga
kesinambungan proses produksi halal
sehingga produk yang dihasilkan
dapat selalu dijamin kehalalan sesuai
dengan persyaratan LPPOM MUI dan
hukum syariah.
- Penerapan SJH adalah menjamin
kehalalan
produk
agar
dapat
menyempurnakan kewajiban bagi
kaum muslimin untuk mengkonsumsi
produk halal.
Tanggal
- SJH diberlakukan oleh LPPOM MUI
pelaksanaan
pada tahun 2005 yang diterapkan
pada semua jenis industri (pangan,
obat, kosmetik) dalam skala kecil
maupun besar serta industri berbasis
jasa seperti importer, distributor,
transportasi dan retailer.
Kriteria
1. Kebijakan halal.
2. Tim manajemen halal.
3. Pelatihan dan edukasi.
4. Bahan.
5. Produk.
6. Fasilitas produksi.
7. Prosedur tertulis aktivitas kritis.
8. Kemampuan telusur.
9. Penanganan produk yang tidak
memenuhi kriteria.
10. Audit internal.
11. Kaji ulang manajemen.

Malaysia
- SJH adalah sebuah mekanisme internal
dalam pemantauan dan pengendalian
halal.
- Penerapan SJH antara lain dapat
mencegah
ketidakpatuhan
dan
meningkatkan produksi produk halal.
Sistem jaminan halal dapat diterapkan
untuk
mengimplementasikan,
mengembangkan dan meningkatkan
efektivitas pengendalian kemurnian
dan keaslian halal.

- Penerapan SJH di Malaysia dimulai
pada tanggal 1 Juli 2013, yang
diwajibkan untuk industri menengah
hingga
besar,
dan
industri
multinasional.

1. Penentuan titik kritikal halal.
2. Pengembangan
dan
verifikasi
diagram alir.
3. Pelaksanaan
dari
tindakan
pengendalian.
4. Pengembangan
dari
tindakan
korektif.
5. Sistem dokumentasi dan manajemen
pencatatan.
6. Proses verifikasi.

10
Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam
Kondisi sistem sertifikasi halal di Vietnam saat ini
Di Vietnam, islam adalah agama minoritas, sehingga Perwakilan
Masyarakat Islam kota Hochiminh dibangun pada tanggal 7 Januari 1992 secara
hukum dengan keputusan no 28/QD-UB. Pada tahun 1994, untuk melakukan
pertimbangan aplikasi sertifikasi halal, Perwakilan Masyarakat Islam kota
Hochiminh menyelenggarakan konferensi dan pertemuan untuk memperkenalkan
sebuah lembaga yang memberi sertifikat halal yaitu Commission Board of Islamic
Community in Ho Chi Minh city (CBI HCM) untuk melindungi masyarakat islam
di Vietnam. CBI HCM adalah suatu lembaga sertifikasi halal swadaya masyarakat
dan sebagai salah satu perwakilan dari lembaga halal di yang ada di Vietnam saat
ini.
Tahapan memperoleh sertifikat halal di CBI HCM dapat di lihat pada
lampiran 3. Lembaga sertifikasi halal Commission Board of Islamic Community in
Ho Chi Minh city belum menerapkan sistem pendaftaran secara online sehingga
permohonan dikirim langsung ke CBI HCM melalui fax atau pos.
Pada tahap pre-audit, CBI HCM melakukan pemeriksaan dokumen yang
diperlukan, antaranya adalah sertifikasi halal untuk produk diduga kehalalannya
(syubhat), pendaftaran perusahaan, nama produk yang didaftarkan, daftar bahan
yang digunakan, dan diagram alir proses produksi. Sedangkan, untuk kegiatan
audit, dijadwalkan suatu tim auditor yang terdiri dari empat orang dari lembaga
setifikasi halal CBI HCM. Waktu untuk pemeriksaan akan ditentukan oleh pihak
perusahaan dan diberitahukan pada pihak CBI HCM untuk memperoleh jadwal
yang sesuai. Ketentuan pembayaran belum disebutkan dalam prosedur sertifikasi
halal di CBI HCM.
Saat audit, pihak CBI HCM akan mengobservasi di tempat produksi untuk
pemeriksaan dan penentuan kesesuaian persyaratan hukum islam. Pada saat
pemeriksaan, perusahaan harus menetapkan orang berpengalaman untuk
membimbing dan menunjukkan proses produksi. Auditor juga memeriksa
dokumen yang terkait dengan produk yang didaftarkan. Setelah pemeriksaan, tim
auditor akan menilai dan memberikan saran maupun peringatan terhadap
pelaksanaan. Perusahaan harus menjanjikan bahwa akan menetapkan sesuai
dengan hukum islam yang ditentukan. Lembaga halal CBI HCM belum
menyediakan laboratorium untuk melakukan pengujian sampel pada produk high
risk.
Lembaga halal CBI HCM tidak melakukan pertemuan pasca-audit untuk
membahas hasil setelah audit di perusahaan. Pemutusan status halal produk
berdasarkan pada laporan pemeriksaan dari tim auditor saat audit di perusahaan.
Sertifikat halal akan dikeluarkan dan berlaku selama satu tahun jika hasil audit
memuaskan. Pengeluar sertifikat halal akan dilakukan selama satu minggu bekerja
setelah observasi lapang. Selama masa berlaku sertifikat halal, pemeriksaan
berkala akan dilakukan. Jika terdapat penyimpangan, CBI HCM berhak menarik
balik sertifikat halal walaupun masih dalam masa berlaku. Satu bulan sebelum
masa berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan
sertifikat halal.

11
Ide pengembangan model sistem sertifikasi halal di Vietnam yang diajukan
Dalam upaya mengatasi kemungkinan produk mengandung bahan-bahan
haram atau diragukan kehalalannya, perlu mendirikan suatu lembaga di Vietnam
yang mempunyai wewenang sehingga berhak mengeluarkan sertifikat halal.
Berdasarkan hasil pengkajian ini, diajukan sebuah ide konsep untuk sistem
sertifikasi halal di Vietnam yang melipatkan langkah-langkah sebagai berikut:
Step 1: Lembaga halal Vietnam
Lembaga sertifikasi halal di Vietnam harus kompeten, jujur dan dapat
dipercaya oleh masyarakat islam di Vietnam maupun dunia. Oleh karena itu,
lembaga halal di Vietnam hendaklah bekerjasama dan dapat dukungan yang kuat
dari masyarakat islam Vietnam dan lembaga halal lain seperti MUI Indonesia,
JAKIM Malaysia, CICOT Thailand, dan lain-lain.
Step 2: Regulasi halal
Manakala, diharapkan pemerintah di Vietnam memfasilitasi dan
menetapkan regulasi yang berkaitan dengan produk halal, sertifikat dan logo halal
untuk melindungi masyarakat islam.
Step 3: Struktur organisasi
Badan sertifikasi halal di Vietnam perlu membangunkan sebuah struktur
organisasi yang terdiri dari direktur dan wakil direktur lembaga sertifikasi halal,
bidang auditing, bidang komisi fatwa, bidang sistem jaminan halal, bidang
penelitian dan pengkajian ilmiah, bidang sertifikat dan logo halal serta bidang
sosialisasi dan informasi halal.
Step 4: Sumberdaya manusia
Selanjutnya, lembaga halal di Vietnam hendaklah mempunyai tim auditor
yang terdiri dari tenaga ahli bidang teknik yang berpengalaman dan memiliki
pemahaman tentang produk. Auditor hendaklah lulusan dari pangan, kimia,
biologi, biokimia, mikrobiologi dan lain sebagainya. Sedangkan komisi fatwa
terdiri dari pakar ulama yang berpengalaman dalam menghasilkan ketetapan
hukum islam terhadap produk halal.
Step 5: Metodologi sistem sertifikasi halal
Tata cara dan tahapan mendapatkan sertifikat halal:
1. Penerimaan pendaftaran dari pemohon sertifikat halal.
2. Pre-audit untuk mempelajari data sebelum kegiatan audit.
3. Audit di perusahaan dan memeriksa semua bahan baku, bahan tambahan
pangan maupun bahan penolong yang terlipat dalam proses produksi.
Auditor juga mengunjung ke gudang penyimpan, proses distribusi, dan lainlain.
4. Pertemuan para auditor untuk diskusi hasil audit diperusahaan.
5. Rapat kommisi fatwa untuk memutuskan status kehalalan suatu produk.
6. Pengeluar sertifikat dan logo halal.
7. Pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah memegang
sertifikat halal.
Metodologi pelaksanaan prosedur sertifikasi halal diefektifkan dengan
menambahkan pedoman standar untuk produk halal, membuat pelatihan dan
edukasi untuk memberi pemahaman dan pengetahuan tentang hukum islam ke
seluruh perusahaan.

12
Step 6: Sistem jaminan halal
Sistem jaiman halal merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses
sertifikasi halal. Badan sertifikasi halal di Vietnam belum mempunyai sistem
jaminan halal (SJH) untuk meyakinkan masyarakat bahwa produk konsisten halal
selama masa berlaku sertifikat halal. Oleh karena itu, badan sertifikasi halal di
Vietnam hendaklah mewajibkan perusahaan untuk menyusun suatu sistem
jaminan halal dan dokumentasi sebagai manual SJH. Kriteria SJH di Indonesia
sangat jelas, lengkap dan banyak kelebihan, salah satunya adalah mampu
memberikan jaminan dan ketentraman bagi masyarakat, sehingga memungkinkan
untuk diaplikasikan di Vietnam. Kriteria sistem jaminan halal di Vietnam meliputi
sebelas kategori yaitu:
1. Kebijakan halal
2. Tim manajemen halal
3. Edukasi dan pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas produksi
7. Prosedur aktivitas kritis
8. Penanganan produk tidak memenuhi kriteria
9. Kemampuan telusur
10. Audit internal
11. Kajian ulang manajemen
Step 7: Kebijakan umum
Selain upaya mengembangkan sistem sertifikasi halal adri lembaga halal
sendiri, diharapkan juga suatu kebijakan umum untuk perusahaan di antaranya
adalah:
 Industri pengolahan/restoran/rumah potong hewan hendaklah memproduksi
produk halal saja.
 Perusahaan harus memastikan sumber bahan baku, bahan tambahan dan
bahan penolong adalah halal.
 Perusahaan memenuhi prosedur sertifikasi halal Vietnam.
 Perusahaan menyusun manual sistem jaminan halal.
 Perusahaan memiliki tim audit halal internal.
 Perusahan mempunyai minimal seorang pekerja muslim di bagian produksi.
 Pemprosesan, pengendalian, pengemasan, pengangkutan, dan penyajian
dalam keadaan bersih dan tidak mengandung bahan yang tidak halal
mengikut hukum islam.
 Penggunaan peralatan/fasilitas produksi bersih dan bebas dari najis.
 Perusahaan wajib melaporkan ke badan sertifikasi halal jika ada perubahan
data sertifikasi halal (data bahan, fasilitas, nama produk, nama perusahaan,
alamat perusahaan/pabrik, perpindahan perusahaan/pabrik dan sebagainya).

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perbedaan sistem halal antara Indonesia dan Malaysia terletak pada sistem
sertifikasi halal, prosedur sertifikasi halal dan sistem jaminan halal. Selain itu,
perbedaan aturan dalam prosedur sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia
antara lain pendaftaran, pre-audit, audit, evaluasi pasca-audit dan pengeluaran
sertifikat halal. Berdasarkan hasil pengkajian ini, dapat mengetahui kondisi yang
sesuai untuk perkembangan sistem sertifikasi halal di Vietnam. Badan lembaga
halal di Vietnam perlu bekerjasama dengan lembaga halal lain, menetapkan
regulasi untuk produk halal, membangun sebuah struktur organisasi yang kuat,
memiliki sumber daya manusia yang unggul serta metodologi sertifikasi halal
yang baik dan benar. Selanjutya, diharapkan badan sertifikasi halal di Vietnam
menambahkan penyusunan manual sistem jaminan halal yang sesuai dengan
kondisi di Vietnam.
Saran
Pengkajian ini perlu mendapatkanan dokumentasi sistem audit di JAKIM
Malaysia dan CBI HCM Vietnam yang lebih lengkap. Selanjutnya, pengkajian ini
juga membutuhkan pembelajaran tentang sistem jaminan halal di negera lain
hingga didapatkan gambaran menyeluruh mengenai kesinambungan proses
produksi halal. Manakala di LPPOM MUI Indonesia, disarankan melibatkan
Badan POM dalam kegiatan rapat komisi fatwa untuk produk retail. Selain itu,
diharapkan sebuah badan sertifikasi halal yang standar di setiap negara minoritas
islam untuk pengawasan yang lebih ketat dan berkelanjutan terhadap produk
sebagai upaya perlindungan konsumen dari segi keamanan serta kehalalannya.
Lembaga sertifikasi halal di Vietnam diharapkan bekerjasama serta dapat
dukungan dari lembaga halal lain dan masyarakat seluruh dunia. Pemerintah
Vietnam hendaklah menetapkan regulasi halal untuk produk halal. Kemudian,
lembaga halal Vietnam perlu membangunkan sebuah organisasi yang terdiri dari
direktur, wakil direktur lembaga sertifikasi halal, bidang auditing, bidang komisi
fatwa, bidang sistem jaminan halal, bidang penelitian dan pengkajian ilmiah,
bidang sertifikat dan logo halal serta bidang sosialisasi dan informasi halal.
Setelah itu, lembaga halal di Vietnam harus memiliki tim auditor yang
berpengalaman dan pemahaman tentang produk serta komisi fatwa dari pakar
ulama islam. Lembaga halal Vietnam hendaklah menerapkan metodologi
sertifikasi halal yang meliputi proses penerimaan pendaftaran, pre-audit, audit,
rapat auditor, rapat komisi fatwa, pengeluar sertifikat halal serta pemeriksaan
mendadak kepada perusahaan. Badan halal di Vietnam dibutuhkan juga menyusun
sebuah sistem jaminan halal untuk meyakinkan produk konsisten selama masa
berlaku sertifikasi halal dan menentukan kebijakan umum untuk perusahaan
pemohon sertifikat halal.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Muslim Population [Internet]. [diunduh 2014 Mei 05]. Tersedia
pada http://www.muslimpopulation.com
[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.
Makanan dan Minuman. Garis Panduan [Internet]. [diunduh 2013 April 20].
Tersedia
pada:
http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/garispanduan/makanan-a-minuman.
[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2013.
Pedoman Sistem Manajemen Jaminan Halal Untuk Sertifikasi Halal
Malaysia. Selangor (Malaysia): BHH JAKIM.
[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.
Prosedur Permohonan. Mengenai Pensijilan Halal [Internet]. [diunduh 2013
April
20].
Tersedia
pada:
http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/mengenai-pensijilanhalal/prosedur-permohonan.
[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.
Sejarah Halal. Korporat [Internet]. [diunduh 2013 April 20]. Tersedia pada:
http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/korporat/sejarah-halal.
[CBI HCM] Commission Board of Islam in Ho Chi Minh city. Halal Certificate
Granting Procedures to Vietnam Products. Ho Chi Minh (Vietnam): CBI
HCM.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal Edisi Tahun
2008. Jakarta (ID): LPPOM MUI.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2010. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal Edisi Tahun
2010. Jakarta (ID): LPPOM MUI.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2012. Persyaratan Sertifikasi Halal. Jakarta (ID):
LPPOM MUI.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2013. Strategi dan Teknik Implementasi Sistem Jaminan
Halal.2013. Bogor (ID): LPPOM MUI.
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2013. Association Halal Industry of Kazakhtan Kunjungi
MUI [Internet]. [diunduh 2014 April 13].
[PKPKL] Persatuan Keselamatan Pengguna Kuala Lumpur. 2012 April 14. Halal
Di Bawah Akta Perihal Dagangan 2011. Utusan Malaysia: 13
Purnomo, D. 2011. Halal Agro-industry Development Strategy In Anticipating
Global halal Business. IPB. Bogor.
Syafie S.dan Othman N Md, 2006. Halal Certification: An international
marketing issuesand challeng [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12].
Tersedia
pada:
http://www.ctwcongress.de/ifsam/download/track_13/pap00226.pdf.

15
Wiku Adisasmito. 2008. Analisis kebijakan nasional MUI dan BPOM dalam
labeling obatan dan makanan [studi kasus]. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.

16

LAMPIRAN

17
Lampiran 1. Proses sertifikasi halal di LPPOM MUI-Indonesia.

18
Lampiran 2. Proses sertifikasi halal di Bahagian Hab Halal JAKIM-Malaysia

19
Lampiran 3. Proses sertifikasi halal di Commission Board of Islamic Community
in Ho Chi Minh city (CBI HCM)-Vietnam
Pemohon

Penerimaan pendaftaran

Pre-audit
Tidak
Audit
Memuaskan

Pengeluarkan
sertifikat halal

19
20
Lampiran 4. Logo halal di MUI-Indonesia, JAKIM-Malaysia dan CBI HCMVietnam

Logo halal di MUI-Indonesia

Logo halal di JAKIM-Malaysia

Logo halal di CBI HCM-Vietnam

21

Lampiran 5. Contoh sertifikat halal di MUI-Indonesia

22
Lampiran 6. Contoh sertifikat halal di JAKIM-Malaysia

23
Lampiran 7. Contoh sertifikat halal di CBI HCM-Vietnam

24

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Kho Di Dza. Lahir di kota Ho
Chi Minh,Vietnam pada tanggal 05 Juni 1989 dari ayah
Su Lay Man dan ibu Ha Li Mah, sebagai anak tunggal.
Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD Tran
Hung Dao yang lulus pada tahun 2000. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Duc Tri yang
lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Luong The Vinh yang lulus pada
tahun 2007 dan pada tahun 2009, penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor dengan program studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjalani studi di IPB penulis
aktif dalam berbagai kepanitiaan dan lembaga kemahasiswaan. Kepanitiaan yang
pernah diikuti adalah International Student Summit 2012. Lembaga
kemahasiswaan yang pernah diikuti adalah International Student Forum (ISF) dan
Association of IDB Sponsored Students in Indonesia (AISI). Penulis adalah salah
satu penerima beasiswa Islamic Development Bank (IDB) dari Arab Saudi.