Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng Minuman dan Rangka Bambu
INOVASI DINDING PENGISI
MENGGUNAKAN SAMPAH KALENG MINUMAN
DAN RANGKA BAMBU
RIA ARDIANTI PEDESI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inovasi Dinding
Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng Minuman dan Rangka Bambu adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ria Ardianti Pedesi
NIM F44100006
ABSTRAK
RIA ARDIANTI PEDESI. Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah
Kaleng Minuman dan Rangka Bambu. Dibimbing oleh ERIZAL.
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sampah yang harus dikelola setiap hari, contohnya
kemasan kaleng minuman. Selain itu, juga menimbulkan tingginya
permintaan akan hunian sehingga penggunaan bata merah sebagai bahan
baku dinding konvensional juga meningkat. Namun faktanya, produksi bata
merah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
meliputi memanfaatkan sampah minuman kaleng sebagai bahan baku
dinding pengisi, mengetahui kualitas dinding pengisi kaleng minuman dari
nilai kuat tekan dan kuat lentur, menganalisis perbandingan biaya pekerjaan
serta analisis dampak dinding kaleng minuman dan bata merah. Penelitian
ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, pembuatan dan
pengujian bahan uji. Selain itu, analisis perbandingan biaya menggunakan
harga satuan Kabupaten Bogor tahun 2014. Sampah kaleng minuman dapat
dimanfaatkan menjadi material untuk dinding pengisi. Berat dinding kaleng
50.63% lebih ringan dibandingkan dinding pasangan bata dan ketebalan
dinding yang dihasilkan yaitu 11 cm. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai
kuat tekan (fc’) rata-rata sebesar 2.313 MPa untuk dinding pasangan bata,
sedangkan dinding kaleng minuman sebesar 1.905 MPa. Selain itu, nilai
kuat lentur (flt) rata-rata dinding pasangan bata sebesar 1.015 MPa,
sedangkan untuk dinding kaleng sebesar 1.297 MPa. Biaya pekerjaan
dinding bata 1 m2 yaitu sebesar Rp203 860, sedangkan dinding kaleng
minuman yaitu sebesar Rp159 747.74 untuk asumsi 1 dan Rp171 997.74
untuk asumsi 2, sehingga biaya pekerjaan dinding kaleng minuman lebih
murah dibandingkan dinding bata dengan selisih sebesar Rp44 112.26 dan
Rp31 862.26 per 1 m2. Berdasarkan analisis dampak, penggunaan dinding
pengisi kaleng minuman dan rangka bambu memberikan dampak positif
terhadap lingkungan, sehingga layak digunakan dan diterapkan oleh
masyarakat sebagai dinding pengisi alternatif.
Kata kunci: analisis biaya, analisis dampak, dinding kaleng minuman ,
dinding pasangan bata, kuat tekan, kuat lentur
ABSTRACT
RIA ARDIANTI PEDESI. The Innovation Of Non-Load Bearing Wall
Using Rubbish Cans And Bamboo Frame. Supervised by ERIZAL.
The rapid population growth resulted the increasing in volume of waste for
example, rubbish cans. In addition, it also creates a strong demand for
homes that brick as conventional material of wall is increasing. The fact is
production of brick can cause damage to the environment. The purposes of
the research are to use rubbish cans as material of non-load bearing wall, to
know the quality of cans wall from the compressive strength, flexural
strength, cost comparison and impact analysis of cans and bricks wall. The
study consisted of three steps such as preparation, the manufacture and
testing of the test material. Beside that, the cost comparison analysis
between brick masonary wall and cans wall use the unit price of Bogor
district in 2014. Rubbish cans could be use as material for the non-load
bearing wall with the Weight is 50.63% lighter than masonry wall and the
wall thickness is 11 cm. Based on the calculation, the average value of
compressive strength are 2.313 MPa for the brick masonary wall, and 1.905
MPa for the cans wall. The average value of flexural strength are 1.015 MPa
for the brick masonary wall and 1.297 MPa for the cans wall. Beside that,
the cost of work for 1 m2 brick masonary wall is Rp203860, while the wall
of the waste cans is Rp159 747.74 for first assumptions and Rp171 997.74
for second assumption. So that, the work cost of the cans wall is cheaper
than a brick wall with the difference amount are Rp44 112.26 and Rp31
862.26 per 1 m2. Based on the impact analysis, using the cans wall and
bamboo frames have some positive impacts for the environment, so that it
can used and implemented by the community as an alternative option.
Keywords: cans wall, compressive strength,cost analysis flexural strength,
brick wall, impact analysis
INOVASI DINDING PENGISI
MENGGUNAKAN SAMPAH KALENG MINUMAN
DAN RANGKA BAMBU
RIA ARDIANTI PEDESI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng
Minuman dan Rangka Bambu
Nama
: Ria Ardianti Pedesi
NIM
: F44100006
Disetujui oleh
Dr Ir Erizal, M. Agr
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini
ialah inovasi bahan bangunan, dengan judul Inovasi Dinding Pengisi
Menggunakan Sampah Kaleng Minuman Dan Rangka Bambu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Erizal, M. Agr selaku pembimbing tugas akhir atas
bimbingan yang diberikan selama melaksanakan penelitian ini.
2. Ayah H. Baharuddin Puha, ibu Hj. Mardiana, kakak Muhammad
Tito Irianto, S.E, H. Wahyu Hardian Muharram, S.H dan Ary
Baharuddin, S.E serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan,
dan kasih sayangnya.
3. Haska Adi Pradana. S.T atas dukungan, doa, pengertian dan saran
yang selalu diberikan kepada penulis.
4. Istiana, Eko, dan Christopher selaku teman-teman sebimbingan dan
juga seluruh teman-teman SIL angkatan 47 atas bantuan dan
dukungannya.
5. Bapak Dodi selaku laboran laboratorium struktur yang telah
membantu pada saat pengujian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Ria Ardianti Pedesi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dinding Pengisi
3
Mortar
4
Sampah
5
Batu Bata
6
Bambu
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
Waktu dan Tempat
8
Alat dan Bahan
8
Prosedur Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Karakteristik Dinding
14
14
Kuat Tekan Dinding Pengisi
16
Kuat Lentur Dinding Pengisi
17
Analisis Harga Satuan Material dan Pekerja
19
Dinding Pasangan Bata
19
Dinding Kaleng Minuman
21
Analisis Dampak Dinding Kaleng Minuman Dan Pasangan Bata
SIMPULAN DAN SARAN
25
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
DAFTAR TABEL
1 Kuat Tekan Bata Merah
2 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding pasangan bata
3 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding kaleng minuman
4 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat tekan
dinding
5 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat lentur
dinding
6 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding pasangan bata merah
tebal ½ bata, 1 Pc : 5 PP
7 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding bata merah,
tebal 1.75 cm, 1 Pc : 5 PP
8 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran
dengan asumsi 1
9 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran
dengan asumsi 2
10 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding sampah kaleng
minuman, , 1 Pc : 5 PP
7
14
15
16
17
20
21
23
23
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perendaman bata merah
Adukan mortar 1 PC : 5 PP
Pemberian mortar sebagai alasatau dasar
Pemasangan bata merah
Pekerjaan plesteran
Pemberian lem korea pada kaleng
Kaleng-kaleng yang telah dibungkus kawat ayam
Rangka bambu
Gabungan kaleng dan rangka bambu yang siap di plester
(a) Benda uji dinding kaleng diplester dengan cetakan (b)
Benda uji dinding kaleng yang telah di plester
11 Bagan alir penelitian
12 Perbedaan cara penyusunan (a) kaleng minuman dan (b) bata
merah
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
13
15
DAFTAR LAMPIRAN
1
Interpolasi penentuan volume pekerjaan untuk plesteran dengan
ketebalan 1.75 cm, 1 PC : 5 PP
2 Dokumentasi pengujian benda uji
30
31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Kaleng
minuman merupakan salah satu jenis sampah yang banyak ditemukan di
lingkungan. Reduksi sampah kemasan kaleng minuman belum dapat didaur
ulang secara maksimal untuk meminimalisasi sampah di Indonesia.
Setidaknya dalam satu jam sebuah perusahaan minuman kaleng mampu
memproduksi mencapai 2 000 sampai 3 000 kaleng minuman. Dengan
demikian, kemasan kaleng dapat dihasilkan sebanyak 72 000 buah dalam
satu hari. Jumlah produksi yang sebesar itu akan menyebabkan jumlah
sampah kemasan kaleng minuman akan semakin banyak bila tidak
dilakukan proses daur ulang. Namun, konsep daur ulang sampah kaleng
tersebut belum dapat dilakukan secara maksimal karena belum diproduksi
massal dengan menggunakan teknologi memadai. Kemasan minuman
kaleng didaur ulang sebatas pada pembuatan berbagai macam kerajinan
tangan sehingga hanya mampu megurangi sampah kaleng dalam jumlah
yang sedikit.
Selain menyebabkan peningkatan volume sampah, pertumbuhan
penduduk juga menimbulkan tingginya permintaan akan perumahan
sehingga penggunaan bata merah sebagai bahan baku dinding konvensional
semakin meningkat. Namun faktanya, produksi bata merah dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan karena proses pengambilan bahan
bakunya diambil dari sawah produktif. Tanah lempung yang merupakan
tanah subur, dikeruk hingga kedalaman 1 sampai 3 meter dan hanya
menyisakan tanah keras yang tidak subur. Setidaknya terdapat 650 hektar
lahan sawah di Kabupaten Bantul telah rusak akibat pengambilan tanah
lempung tersebut. Ditambah lagi, dengan penurunan kualitas udara akibat
proses pembakaran bata merah.
Saat ini, keberadaan kayu semakin langka karena pemanfaatan kayu
masa lalu yang dilakukan secara besar-besaran. Sumber daya kayu
berkurang dengan adanya pembatasan yang dikenakan pada penebangan di
hutan alam terutama di daerah tropis, telah memfokuskan perhatian dunia
pada kebutuhan untuk mengidentifikasi pengganti material yang dapat
diperbaruhi, ramah lingkungan dan secara luas dapat dimanfaatkan. Dengan
pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasi yang baik untuk sebagian
besar kondisi iklim dan kondisi tanah, bambu muncul sebagai alternatif
yang sangat cocok. Bambu banyak digunakan untuk berbagai bentuk
konstruksi bangunan, khususnya untuk perumahan di daerah pedesaan.
Bambu merupakan sumber daya terbarukan dan serbaguna, ditandai dengan
kekuatan tinggi dan berat volume rendah, dan mudah dikerjakan dengan
menggunakan alat sederhana.
2
Seiring kemajuan zaman dan teknologi, berbagai jenis material
substitusi banyak beredar di pasar untuk pembuatan dinding. Perbandingan
antara material yang satu dengan yang lain saat ini tidak cukup hanya
semata melihat faktor harga dan mutu. Fungsi dinding itu sendiri harus
menjadi landasan utama pengambilan keputusan pemilihan bahan. Rumah
modern saat ini banyak yang sudah bergeser mengandalkan kolom dan
balok sebagai unsur utama dan satu-satunya struktur (sistem rangka portal).
Peran dinding hanya sebagai partisi dan tidak lagi bersifat struktur bila
menggunakan sistem rangka tersebut, sehingga memungkinkan adanya
alternatif material pengganti yang lebih variatif. Oleh sebab itu,
pemanfaatan sampah minuman kaleng dan rangka bambu dapat digunakan
sebagai material alternatif dinding pengisi untuk menggantikan dinding
konvensional. Hal tersebut dimaksudkan selain untuk mengurangi volume
sampah kaleng di lingkungan, mengurangi penggunaan kayu, juga
mengurangi penggunaan bata merah yang dapat merusak lingkungan.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, permasalahan pokok
yang ada antara lain sebagai berikut :
1. Apakah sifat mekanik dinding kaleng minuman mendekati maupun
menyerupai dinding pasangan bata?
2. Apakah dinding pengisi kaleng minuman berpotensi untuk dapat
dijadikan sebagai substitusi dinding pengisi bata merah?
3. Bagaimana perbandingan biaya pekerjaan dinding menggunakan
sampah kaleng minuman dan bata merah?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Tujuan dari penelitian ini meliputi :
Memanfaatkan sampah minuman kaleng sebagai bahan baku dinding
pengisi.
Mengetahui kualitas dinding pengisi kaleng minuman dari nilai kuat
tekan dan kuat lentur dibandingkan dengan dinding bata.
Menganalisis perbandingan biaya pekerjaan dinding menggunakan
sampah kaleng minuman dan bata merah.
Menganalisis dampak yang dapat ditimbulkan dari dinding kaleng
minuman dan pasangan bata terhadap lingkungan dan manusia.
3
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mengetahui kualitas dan dampak yang
ditimbulkan oleh dinding pengisi sampah kaleng minuman sehingga dapat
digunakan sebagai material alternatif dinding pengisi. Selain itu, penelitian
ini juga dapat membantu masyarakat yang memiliki dana terbatas untuk
membangun rumah tinggal sekaligus dapat mengurangi volume sampah
kaleng minuman di lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini hanya membahas dinding pengisi yang merupakan
dinding non-struktural pada bangunan dengan sistem rangka portal.
Dinding pengisi pada penelitian ini ditujukan untuk bangunan rendah
dan bertingkat rendah.
Penelitian ini membandingkan nilai kuat tekan dan kuat lentur dinding
kaleng dan dinding pasangan bata dengan plesteran.
Penelitian ini juga membandingkan biaya pembuatan dinding kaleng
dan dinding pasangan bata per 1 m2.
Tenaga kerja yang dianalisa untuk 1 m2 adalah pekerja, tukang batu
atau tukang kayu, kepala tukang dan mandor.
Analisis yang dilakukan mencakup volume bahan, biaya material dan
upah tenaga kerja.
Analisis harga material dan upah tenaga kerja mengacu pada harga
Kabupaten Bogor tahun 2014.
Analisis dampak yang dilakukan hanya seputar dampak terhadap
lingkungan dan manusia secara umum.
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding Pengisi
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan atau membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan
konstruksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ada yang berupa dinding
struktural (load bearing wall) dan ada yang berupa dinding pengisi (nonload bearing wall). Dinding struktural menopang beban mati seperti lantai,
atap, maupun berat bebannya sendiri. Selain itu, dinding strutural juga
4
menopang beban angin dan beban hidup, sedangkan dinding pengisi tidak
menopang beban sama sekali. Dinding pengisi sering digunakan sebagai
partisi pemisah dibagian dalam atau penutup luar bangunan pada struktur
portal beton bertulang maupun struktur portal baja. Dinding dengan kualitas
baik memberikan kekuatan dan stabilitas, tahan cuaca, tahan api, isolasi
termal dan suara. (Bengtsson dan Whitaker 1988).
Dinding pengisi tersebut dipasang apabila struktur utama selesai
dikerjakan, jadi pelaksanaannya bersamaan dengan pelaksanaan finishing
bangunan. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya dianggap sebagai
komponen non struktur, bahkan keberadaannya tidak menjadi permasalahan
dalam pemodelan struktur asalkan intensitas beban yang timbul sudah
diantisipasi terlebih dahulu (misal, dianggap sebagai beban merata).
Meskipun dikategorikan sebagai komponen non-struktur tetapi mempunyai
kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila
ada beban horizontal (akibat gempa) yang besar (Dewobroto 2005).
Menurut Bengtsson dan Whitaker (1988) ada berbagai cara untuk
membangun dinding dan terdapat berbagai material yang dapat digunakan,
tetapi dinding tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
1. Masonry wall, merupakan dinding dari bahan atau material blok yang
bersifat individu seperti bata, batu atau beton ringan dan sebagainya,
kemudian disatukan menggunakan mortar.
2. Monolithic wall, merupakan dinding dari bahan atau material yang
diletakkan pada bentuk tertentu selama pekerjaan konstruksi contohnya
dinding beton dan pagar tanah tradisional.
3. Frame wall, merupakan dinding sebagai bingkai dari bahan atau
material yang lebih kecil biasanyanya dari kayu.
4. Membrane wall, merupakan dinding seperti sandwich yang terdiri dari
2 lapisan tipis atau lembaran dari plastik, asbes, metal atau bahan
lainnya dan terikat pada suatu inti untuk menghasilkan elemen dinding
yang tipis, kekuatan tinggi dan ringan.
Mortar
Menurut SNI 03-6882-2002 tentang Spesifikasi Mortar untuk Spesi
Pasangan, mortar merupakan campuran material yang terdiri dari agregat
halus (pasir), bahan perekat (tanah lempung, kapur, semen portland), dan air
dengan komposisi tertentu. Adapun macam mortar adalah :
1. Mortar lumpur yaitu mortar dengan bahan perekat tanah.
2. Mortar kapur yaitu mortar dengan bahan perekat kapur.
3. Mortar semen yaitu mortar dengan bahan perekan semen.
Kuat tekan mortar semen dipengaruhi oleh jumlah semen dalam
campuran, faktor air semen, perbandingan volume semen dan pasir serta
karakteristik pasir (Wang dan Salmon 1994 dalam Elhusna, Gunawan dan
Fogi 2013). Lebih lanjut, disebutkan bahwa faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan adukan mortar adalah compactibility
5
(pemadatan) dan workability (kemudahan pekerjaan). Compactibility
diperoleh kerika adukan dibuat dengan komposisi yang tepat, sedangkan
workability berkaitan dengan konsumsi air dan variasi ukuran pasir (gradasi
pasir). Kedua faktor tersebut meningkat ketika adukan bersifat homogen.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Jawa Barat,
mortar yang digunakan sebagai pasangan bata dibutuhkan kuat tekan
sebesar 25 kg/cm2 untuk dinding yang tidak memikul beban (Marzuki dan
Jogaswara 2007).
Mortar yang digunakan untuk spesi bata merah maupun plesteran
memiliki fungsi yang berbeda-beda dan penggunaanya tergantung kepada
kebutuhan. Macam spesi maupun plesteran dibedakan berdasarkan pada
takaran pasir dan semen, mulai dari 1 : 1 sampai 1:5 (Hidayat, 2010). Tebal
lapisan mortar tidak boleh melebihi tebal bata, karena akan berpengaruh
pada berkurangnya kekuatan ikatan antara bata merah dan mortar, akibat
penyerapan dan penguapan yang berlebihan. Di Indonesia biasanya
digunakan siar tegak dan siar kasuran masing-masing setebal 1 sampai 2 cm
(Wisnumurti 2007).
Sampah
Sampah merupakan limbah padat, terdiri atas zat atau bahan organik
dan anorganik yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat dan harus
dikelola dengan baik sehingga tidak membahayakan lingkungan (Kastaman
dan Kramadibrata 2007). Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisasisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil
bagian utamanya karena pengolahan atau sudah tidak ada manfaatnya, jika
ditinjau dari segi sosial ekonomis sudah tidak memiliki nilai dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian.
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya kerusakan dan
pencemaran lingkungan. Mekanisme pengelolaan sampah khusunya limbah
padat meliputi, kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar dan lainnya). Sedangakan
penanganan sampah yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pembuangan akhir
(Pakpahan 2010).
Sampah rumah tangga merupakan jenis sampah dengan jumlah
terbesar di lingkungan. Secara umum berdasarkan komposisi sampah yang
dihasilkan yaitu berupa sampah organik dan anorganik sehingga potensi
untuk mengoptimalkan potensi 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dapat
diimplementasikan. Berdasarkan sifatnya menurut Artiningsih (2008),
sampah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
6
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui
proses alami.
2. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang.
Sampah kaleng minuman termasuk dalam jenis sampah anorganik
karena terbuat dari bahan aluminium. Menurut Davis (1993), aluminium
memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi dan sering digunakan
sebagai logam utama untuk mencegah terjadinya korosi. Reaksi aluminium
dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan
lapisan film tahan terhadap korosi dari atmosfir. Kemasan kaleng minuman
yang beredar dipasaran bukan terdiri dari aluminium murni tetapi telah
dicampur dengan logam lainnya seperti tembaga, magnesium, mangan,
khromium dan seng untuk meningkatkan kekuatan ataupun kemampuan
mencegah korosi (Suyono S dan Nakazawa K 1984). Reaksi aluminium
oksida sebagai berikut :
4Al (s) + 3O2 (g)
2Al2O3 (s)
Batu Bata
Batu bata atau sering disebut juga bata merah dalah bahan bangunan
dari tanah lempung dan mineral-mineral lain yang dibentuk dalam ukuranukuran tertentu. Pada dasarnya, terdapat tiga tipe tanah lempung yang
digunakan sebagai bahan baku bata (Civil Enginering Material, 2001 dalam
Nur, 2008), yaitu :
1. Lempung permukaan “surface clays” ditemukan diatas permukaan
bumi yang berasal dari deposit tanah hasil sedimentasi alami. Jenis
lempung ini memilki kandungan asam 10-25%.
2. Lempung biasa “shales” juga merupakan hasil dari alam tetapii telah
mengalami perlakuan dengan memberi tekanan tinggi dan tidak larut
dalam air.
3. Lempung tanah api “fired clays” merupakan bata yang memilki
tingkat kekuatan yang lebih besar dari yang lain.
Dalam Wisnumurti (2007) kekuatan dari batu bata sangat dipengaruhi
oleh komposisi material mentah penyusunnya, temperatur pembakaran,
proses pembuatannya serta porositasnya. Bata ideal mempunyai ukuran
panjang 23 cm lebar 11 cm dan tebal 5 cm. Namun, bata merah yang berada
di pasar umumnya memiliki ketebalan 3 sampai 5 cm, lebar 7 sampai 11 cm,
panjang 17 sampai 22 cm dan berat 3 kg/biji (Susanta 2007 dalam Sinaga
2012). Bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang-bidang sisi datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan
bentuk yang berlebihan. Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan,
diperbolehkan. Disamping syarat-syarat tersebut diatas pembeli dan penjual
dapat mengadakan perjanjian tersendiri (Yayasan Dana Normalisasi
Indonesia, 1978 dalam Sinaga, 2012). Menururt Wisnumurti (2007), kuat
7
tekan dinding pasangan bata dengan campuran mortar 1 PC : 5 PP adalah
sekitar 20 kg/cm2.
Tabel 1 Kuat Tekan Bata Merah
Mutu Bata Merah
Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Lebih besar dari 100
100-80
80-60
Bambu
Bambu merupakan tanaman yang tidak bergantung pada musim dan
hidupnya mengelompok membentuk suatu rumpun. Batang bambu
berbentuk silinder dengan garis tengah atau diameter antara 2 sampai 30 cm
dan panjangnya dapat mencapai 3 sampai 35 m. Panjang garis tengah dan
ketebalan batang bambu bergantung dari jenis spesies dan umur tanaman
bambu. Batang bambu umumnya berongga dan terbagi atas interval-interval
yang dibatasi oleh ruas (Surjokusumo dan Nugroho 1993 dalam Putra
2013). Banyak jenis bambu yang terdapat di Indonesia, kurang lebih ada 75
jenis bambu , namun yang mempunyai nilai ekonomis hanya sekitar 10 jenis
saja. Jenis-jenis bambu yang sering digunakan untuk konstruksi bangunan di
Indonesia, antara lain bambu wulung, bambu legi, bambu petung, dan
bambu ampel.
Jika menggunakan jenis bambu yang tepat, bangunan dari bambu
dapat bertahan hingga 50 tahun lebih. Ini bisa dilihat dari rumah-rumah
tradisional. Bambu yang sudah dewasa (berumur 305 tahun) mempunyai
kekuatan tarik hingga 480 MPa. Kekuatan tarik bambu tersebut lebih tinggi
daripada kuat tarik baja yang hanya 370 MPa. Selain itu, bambu juga
mampu menahan gaya tarik hingga 12 000 kg/m2. Bambu merupakan bahan
yang elastis hingga dapat menjadi material untuk rumah tahan gempa karena
dapat bergerak menyesuaikan diri dengan guncangan yang terjadi. Sebagai
material alami yang dapat diperbaharui selama 3 sampai 5 tahun, bambu
bisa dikatakan ramah lingkungan. Ini berdasarkan standar yang ditetapkan
para ahli : suatu material bisa dikatakan ramah lingkungan jika dapat
diperbaharui maksimal setiap 6 tahun (Akmal 2011).
Mekanisme interaksi antar bambu dan pasta semen tidak cukup baik.
Bambu mudah menyerap dan melepaskan air pada saat mengering, sehingga
terjadi perubahan dimensi bambu. Hal tersebut juga terjadi ketika bambu
diselimuti pasta semen. Menurut Wang T (1944) dalam Putra (2013), bambu
dapat menyerap air hingga 25 % pada 24 jam pertama.
8
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian “Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng
Minuman dan Rangka Bambu“ dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan
Maret hingga Mei 2014. Tahapan pembuatan dan pengujian benda uji
dilakukan di Laboratorium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Beberapa bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu sampah
kaleng minuman, bata merah, semen portland, pasir, bambu, kawat ayam,
kawat bendrat, paku, super glue dan Harga satuan material dan pekerja
Kabupaten Bogor tahun 2014. Selain itu, pada penelitian ini juga
dibutuhkan alat-alat untuk membantu proses pembuatan benda uji yaitu
sendok semen, meteran, kertas amplas, bambu, tang, gergaji, martil, plastik
cor, cetakan atau bekisting yang terbuat dari multiplek, ember, alat tulis,
timbangan, dan wadah pengadukan mortar. Pada saat pengujian benda uji,
digunakan Universal Testing Machine (UTM) untuk mendapatkan nilai
beban maksimum untuk kuat tekan maupun kuat lentur.
.
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan persiapan,
pembuatan dan pengujian bahan uji. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan
juga analisis perbandingan biaya pekerjaan dinding sampah kaleng
minuman dan dinding pasangan bata. Tahapan dan prosedur penelitian
disajikan dalam bagan alir pada Gambar 11.
Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan baik alat maupun bahan yang
dibutuhkan seperti, pengumpulan sampah kaleng, rancangan ukuran dinding
kaleng dan bata, rancangan dan pembuatan bekisting untuk cetakan dinding
kaleng.
9
Pembuatan Benda Uji
Benda uji merupakan dinding pengisi yang terdiri dari bata merah dan
sampah kaleng minuman dengan ukuran 36 x 25 cm. Langkah-langkah
pembuatan benda uji sebagai berikut :
1. Benda uji dinding bata merah
a. Bata direndam terlebih dahulu sekitar 5 – 10 menit sebelum
dilakukan pemasangan bata.
Gambar 1 Perendaman bata merah
b. Pembuatan mortar dilakukan pada saat akan dilakukan
pemasangan. Mortar yang digunakan adalah dengan perbanding 1
PC dan 5 PP.
Gambar 2 Adukan mortar 1 PC : 5 PP
c. Spesi dasar diletakkan sepanjang 35 cm dengan ketebalan 2.5 cm.
Gambar 3 Pemberian mortar sebagai alasatau dasar
d. Bata disusun dan diberikan mortar pada siar tegak dan vertikalnya
dengan ketebalan spesi yaitu 1 cm.
10
Gambar 4 Pemasangan bata merah
e. Setelah dibiarkan beberapa hari hingga ortar pada spesi telah
mengering, dinding pasangan bata kemudian di plester dengan
ketebalan 1.75 cm sehingga mengahsilkan dinding dengan tebal
13.5 cm. Adukan plesteran yang digunakan sama dengan spesi,
yaitu 1 PC : 5 PP.
Gambar 5 Pekerjaan plesteran
2. Benda uji dinding sampah kaleng minuman
a. Kaleng minuman disusun sebanyak 2 buah secara vertikal dan
diberikan super glue agar kaleng lebih stabil.
Gambar 6 Pemberian super glue pada kaleng
b. Susunan kaleng tersebut kemudian dibungkus dengan kawat ayam.
Gambar 7 Kaleng-kaleng yang telah dibungkus kawat ayam
c. Susunan-susunan kaleng tersebut digabungkan dan dirangkai
dengan bambu sebagai rangkanya dengan ukuran bambu 23 cm x
11
2 cm x 0.5 cm sebanyak 5 batang dan ukuran bambu 34 cm x 2 cm
x 0.5 cm sebanyak 2 batang. Kemudian bambu tersebut dirangkai
atau digabungkan dengan menggunaka paku.
Gambar 8 Rangka bambu
d. Rangka bambu dan susunan kaleng yang telah dilapisi kawat ayam
kemudian digabungkan dengan menggunakan kawat bendrat dan
kemudian dikencangkan.
Gambar 9 Gabungan kaleng dan rangka bambu yang siap
diplester
e. Spesi dasar diletakkan sepanjang 50 cm dengan ketebalan 1.5 cm.
f. Permukaan gabungan kaleng dan bambu tersebut, kemudian
diberikan plester dengan perbandingan 1 PC : 5 PP dengan
ketebalan sekitar 1 cm sehingga hasil akhir ketebalan dinding akan
menjadi 11 cm. Pada proses ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan cetakan atau bekisting.
(a)
(b)
Gambar 10 (a) Benda uji dinding kaleng diplester dengan cetakan (b)
Benda uji dinding kaleng yang telah di plester
12
Pengujian Benda Uji
Pengujian benda uji dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari.
Pengujian yang akan dilakukan berupa uji tekan dan uji lentur. Dari hasil
yang diperoleh kemudian dapat dianalisis dan dibandingkan antara dinding
kaleng dan dinding bata.
1. Uji Tekan Dinding
Uji tekan dilakukan untuk megetahui kualitas dinding tersebut. Berikut
ini merupakan rumus untuk menghitung nilai kuat tekan dinding (fc’).
fc' =
Pu+W
b.h
(1)
Keterangan :
fc’ = kuat tekan dinding (MPa)
Pu = beban maksimum (N)
b = panjang benda uji (mm)
h = lebar benda uji (mm)
W = massa benda uji (N)
2. Uji Lentur Dinding
Pemeriksaan kuat lentur adalah kemampuan menerima beban lentur
maksimum dari ikatan antara bahan-bahan penyusun dinding tersebut.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
flt =
(Pu+W). l
(2)
2
b.h
Keterangan :
flt = kuat lentur dinding (MPa)
Pu = beban maksimum (N)
b = lebar penampang patah (mm)
h = tinggi penampang patah (mm)
l = panjang bentang (mm)
W = massa benda uji (N)
Analisis Perbandingan Biaya Pekerjaan Dinding Kaleng Minuman Dan
Pasangan Bata
Selain membandingkan kekuatannya, penelitian ini juga
membandingkan biaya pembuatan dinding kaleng dan dinding pasangan
bata per 1 m2. Tahapan analisis dilakukan berdasarkan harga satuan material
dan upah tenaga kerja Kabupaten Bogor Tahun 2014. Analisis yang
dilakukan mencakup volume pekerjaan, biaya material dan upah tenaga
kerja. Tenaga kerja yang dianalisa untuk 1 m2 adalah pekerja, tukang
batu/tukang kayu, kepala tukang dan mandor.
13
Perhitungan volume bahan yang digunakan pada pembuatan dinding
dihitung dengan menggunakan rumus volume sebagai berikut :
V=pxlxt
(3)
Keterangan : p = panjang (cm)
l = lebar (cm)
t = tebal (cm)
Mulai
Persiapan
Harga satuan material dan
upah tenaga kerja
Kabupaten Bogor Tahun
2014
Pembuatan
Benda Uji
Perawatan
Perhitungan Volume
Pekerjaan
Pengujian Dinding
Uji Tekan
Uji Lentur
Perhitungan Biaya Material
dan Upah Pekerja
Analisis Hasil
Penyusunan Tugas Akhir
Selesai
Gambar 11 Bagan alir penelitian
14
Analisis Dampak Dinding Kaleng Minuman Dan Pasangan Bata
Analisis dampak pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode studi literatur dari berbagai sumber. Analisis dampak tersebut
mencakup dampak terhadap lingkungan dan manusia secara umum,
sehingga dapat memberikan gambaran umum dampak positif maupun
negatif yang ditimbulkan dari inovasi dinding pengisi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Karakteristik Dinding
Pengukuran dan Penimbangan Benda Uji
Sebelum dilakukan pengujian, benda uji diukur dan dilakukan
penimbangan untuk mengetahui perbedaan berat dari kedua jenis dinding
tersebut. Hasil pengukuran dan penimbangan dapat dilihat pada tabel 2 dan
tabel 3.
Tabel 2 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding pasangan bata
Ukuran (cm)
Benda Uji
Berat (kg)
Panjang
Tinggi
Tebal
1
36
25
13.5
23.7
2
38
25
14.0
24.9
3
36
26
12.0
22.5
4
35
25
13.5
23.9
5
36
25
13.5
23.8
6
36
25
13.5
23.8
Rata-rata
23.7
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai panjang, lebar dan tebal dinding
pasangan bata pada beberapa benda uji tidak sesuai dengan ukuran rencana,
yaitu 36 x 25 x 13.5 cm, seperti pada benda uji no. 2, 3 dan 4. Namun,
perbedaan ukuran benda uji tersebut masih dapat ditoleransi karena
perbedaannya kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena pembuatannya
dilakukan secara manual (human error). Pada hasil penimbangan berat uji
diperoleh berat rata-rata sebesar 23.7 kg.
15
Tabel 3 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding kaleng minuman
Ukuran (cm)
Benda Uji
Berat (kg)
Panjang
Tinggi
Tebal
1
36
25
11
11.8
2
36
25
11
11.0
3
36
25
11
12.3
4
36
25
11
11.5
5
36
25
11
11.9
6
36
25
11
12.1
Rata-rata
11.7
Pada benda uji dinding kaleng minuman memiliki ukuran yang sama
sesuai dengan rencana yaitu 36 x 25 x 11 cm. Hal ini dikarenakan pada saat
pembuatan menggunakan bantuan cetakan atau bekisting sehingg ukurannya
lebih akurat. Pada hasil penimbangan berat uji diperoleh berat rata-rata
sebesar 11.7 kg, sehingga berat dinding kaleng 50.63% lebih ringan
dibanding dinding pasangan bata.
Bila kedua hasil dinding tersebut dibandingkan, tebal dinding kaleng
minuman lebih tipis dibanding dinding bata. Hal ini disebabkan ukuran dan
bentuk kaleng minuman berbeda dengan bata merah. Kaleng minuman
berbentuk silinder dengan diameter 6.5 cm dan tinggi 11.5 cm, sedangkan
bata merah berbentuk balok dengan panjang 19 cm, lebar 10 cm dan tebal 5
cm. Selain itu, cara penyusunan masing-masing material juga berbeda,
sehingga ketebalan dinding akhir yang dihasilkan akan berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada gambar 13.
(a)
(b)
Gambar 12 Perbedaan cara penyusunan (a) kaleng minuman dan (b) bata
merah
Berat rata-rata dinding kaleng minuman juga jauh lebih ringan
dibandingkan dinding bata Hal ini dikarenakan dinding kaleng
menggunakan bahan yang sangat ringan yaitu kaleng minuman yang terbuat
dari aluminium sedangkan dinding bata menggunakan material bata merah
yang terbuat dari tanah lempung. Semakin ringan berat dinding akan
mengurangi beban yang ditumpu struktur bangunan tersebut sehingga akan
mempengaruhi dimensi kolom, balok dan pondasi dan serta biaya bangunan
tersebut. Menurut Suyono (1984), beberapa faktor pemilihan jenis pondasi
antara lain didasarkan pada batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya
yaitu beban yang harus ditopang dan waktu dan biaya pelaksanaan
16
pekerjaan. Dimensi struktur yang kecil dan ketebalan dinding yang tipis
tersebut akan berdampak positif pada ruangan yang dibentuknya yaitu akan
menjadi lebih luas.
Kuat Tekan Dinding Pengisi
Uji tekan adalah cara untuk mengetahui sifat mekanik suatu
bahan. Kekuatan tekan material adalah gaya per satuan luas yang dapat
menahan kompresi dan ketika batas kuat tekan tercapai, maka bahan akan
terdeformasi atau mengalami perubahan bentuk. Pengujian ini dilakukan di
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban
maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan
nilai kuat tekan (fc’) disajikan pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksimum
dinding pasangan bata adalah 4 200 N, dan 4 200 N, sedangkan dinding
kaleng minuman adalah sebesar 2 400 N, 2 900 N, 2 900 N. Dari hasil
tersebut, beban maksimum dinding bata jauh lebih besar dibandingkan
dinding kaleng minuman. Kemudian dengan menggunakan persamaan 1
diperoleh nilai kuat tekan (fc’) sebesar 2.346 MPa dan 2.280 MPa untuk
dinding pasangan bata, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar
2.313 MPa. Nilai kuat tekan dinding kaleng minuman sebesar 1.904 MPa,
dan 1.906 MPa, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar 1.905
MPa.
Tabel 4 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat tekan
dinding
Benda
b
h
W
Pu
Pu+W
Faktor
fc'
Uji
(mm) (mm)
(N)
(N)
(N)
Pengali (Mpa)
Dinding Bata
1
350
135
234.22 4 200 4 434.22
25
2.346
2
360
135
233.24 2 800 3 033.24
25
1.560*
3
360
135
233.24 4 200 4 433.24
25
2.280
Rata-rata
2.313
Dinding Kaleng
1
360
110
112.70 2 400 2 512.70
25
1.586*
2
360
110
116.62 2 900 3 016.62
25
1.904
3
360
110
118.58 2 900 3 018.58
25
1.906
Rata-rata
1.905
* Data tidak digunakan karena memiliki perbedaan yang sangat besar dengan kedua data
dari benda uji lainnya
Bila ditinjau hasil tersebut, nilai kuat tekan dinding kaleng minuman
lebih kecil dibandingkan nilai kuat tekan dinding pasangan bata. Hal
tersebut disebabkan kaleng memiliki rongga didalamnya dan hanya terdiri
dari lembaran tipis aluminium sehingga sangat mempengaruhi kekuatan dari
dinding kaleng tersebut. Berbeda dengan bata merah yang berwujud padat
dan keras, sehingga memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar. Walaupun
17
demikian, dinding kaleng minuman tetap dapat digunakan sebagai dinding
pengisi karena dinding tersebut tidak menopang beban sehingga tidak
membutuhkan kuat tekan yang terlalu besar, asalkan dinding tersebut
mampu menopang beratnya sendiri. Selain itu, dinding kaleng minuman
dengan plesteran 1 PC : 5 PP ini dapat diterapkan sebagai dinding pengisi
biasa yang terletak di dalam bangunan dan tidak terkena paparan air karena
perbandingan campuran plesteran tersebut tidak kedap terhadap air.
Menurut hasil penelitian Nur (2008) diperoleh nilai kuat tekan dinding
pasangan bata sebesar 0.750 hingga 2.870 MPa. Jika dibandingkan dengan
literatur tersebut, hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk kedua jenis
dinding masuk dalam rentang nilai kuat tekan tersebut. Selain itu, menurut
Wisnumurti (2007) kuat tekan dinding pasangan bata dengan campuran
mortar 1PC : 5 PP adalah sekitar 20 kg/cm2 atau sama dengan 1.96 MPa.
Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, untuk
dinding pasangan bata memiliki kuat tekan lebih besar dibandingkan dengan
literatur tersebut, sedangkan dinding kaleng minuman lebih rendah. Bila
suatu dinding pengisi memiliki nilai kuat tekan yang rendah sehingga tidak
mampu menahan bebannya sendiri, maka akan terjadi kegagalan. Pada
dinding akan terjadi pendistribusian beban dari atas hingga ke bagian paling
bawah dari dinding. Karakteristik kegagalan pada dinding akibat beban
berupa tekanan, memiliki bentuk retak vertikal pada pertengahan tinggi dan
sejajar dengan siar tegak (Wisnumurti 2007).
Kuat Lentur Dinding Pengisi
Menurut Haygreen dan Bowyer (1993) kekuatan lentur adalah suatu
nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan
regangan hingga dibawah batas proporsi. Pengujian ini dilakukan di
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban
maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan
nilai kuat lentur (flt) disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat lentur
dinding
Benda
b
h
l
W
Pu
Pu+W
Faktor
Flt
Uji
(mm) (mm) (mm)
(N)
(N)
(N)
Pengali (Mpa)
Dinding Bata
1
135
250
180 232.26 1 500 1732.26
25
0.924
2
140
250
190 244.02 1 600 1844.02
25
1.001
3
120
260
180 220.50 1 800 2020.50
25
1.121
Rata-rata
1.015
Dinding Kaleng
1
360
110
180 115.64 1 800 1915.64
25
1.254
2
360
110
180 107.80 1 800 1907.80
25
1.249
3
360
110
180 120.54 2 000 2120.54
25
1.388
Rata-rata
1.297
18
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksmimum
dinding pasangan bata adalah 1 500 N, 1 600 N, dan 1 800 N, sedangkan
dinding kaleng minuman adalah 1 800 N, 1 800 N, dan 2000 N. Dari hasil
tersebut beban maksimum dinding kaleng minuman lebih besar
dibandingkan dinding pasangan bata. Kemudian dengan menggunakan
persamaan 2, diperoleh nilai kuat lentur dinding bata sebesar 0.924 MPa,
1.001 MPa, dan 1.121 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt) ratarata sebesar 1.015 Kuat lentur dinding kaleng diperoleh nilai sebesar 1.254
MPa, 1.249 MPa dan 1.388 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt)
rata-rata sebesar 1.297 MPa.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai kuat lentur dinding kaleng minuman
lebih besar dibandingkan dinding pasangan bata, sehingga dinding kaleng
minuman lebih baik dalam menahan beban horizontal berupa beban gempa.
Hal ini disebabkan adanya peggunaan rangka bambu pada dinding kaleng
minuman. Selain berfungsi menjaga vertikalitas dan melindungi susunan
kaleng pada dinding, rangka bambu juga menyebabkan dinding pengisi
tersebut memiliki nilai kuat lentur yang lebih baik jika dibandingkan
dinding pasangan bata. Bambu merupakan bahan yang elastis hingga dapat
menjadi material untuk rumah tahan gempa karena dapat bergerak
menyesuaikan diri dengan guncangan yang terjadi. Namun, hasil kuat lentur
dinding pasangan bata dengan plesteran yang diperoleh pada penelitian ini
lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mahendra (2012) yaitu
sebesar 1.63 MPa, begitupula dengan nilai kuat lentur dinding kaleng
minuman.
Nilai kuat lentur yang lebih rendah dibandingkan literatur tersebut
dapat disebabkan oleh penggunaan material yang berkualitas rendah. Kuat
lentur pasangan bata yang dipengaruhi oleh kekuatan batu bata yang dapat
ditentukan dari bahan campuran batu bata, komposisi bahan campura batu
bata, proses pencetakan, pengeringan dan lamanya pembakaran, serta daya
lekat permukaan bata dengan mortar dan komposisi campuran mortar yang
digunakan dalam pasangan bata tersebut (Nur 2008). Pada dinding kaleng
minuman dapat disebabkan oleh penggunaan bambu yang berkualitas
rendah. Kandungan air yang berlebihan pada bambu dapat mempengaruhi
kualitasnya, sehingga diperlukan proses pengeringan yang sempurna dan
bila perlu dilakukan perlakuan khusus seperti pemberian cat minyak, atau
bahan lainnya sebagai perlindungan tambahan. Selain itu, kuat lentur yang
rendah juga dapat disebabkan oleh tidak homogennya campuran mortar
yang digunakan pada penelitian karena pencampuran dilakukan secara
manual dan tidak menggunakan mesin seperti molen. Rendahnya nilai kuat
lentur dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dinding tersebut, namun
bentuk retakan yang dihasilkan berbeda dengan retakan akibat kegagalan
gaya tekan.
19
Analisis Harga Satuan Material dan Pekerja
Dinding Pasangan Bata
Analisis pekerjaan pemasangan dinding bata merah dan spesi dengan
menggunakan harga satuan Kabupaten Bogor Tahun 2014, diuraikan
sebagai berikut :
1. Ukuran bata merah yang dipakai adalah 20 cm x 10 cm x 5 cm.
Dalam 1 m2 terdapat 80 buah bata merah dengan spesi 1 cm.
Perhitungannya sebagai berikut :
10 000 cm2
=79.36 buah ≈80 buah
(20 cm+1 cm)x (5 cm+1 cm)
2. Jumlah bata merah didapat 79.36 buah, namun pada perhitungan
harga material ini dibulatkan menjadi 80 buah. Harga bata merah per
buah adalah Rp795, maka dalam 1 m2 memerlukan biaya sebesar :
80 buah x Rp795=Rp 63 600
3. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk spesi,
perlu dihitung terlebih dahulu volume spesi yang dibutuhkan dengan
ketebalan 1 cm. Perhitungannya sebagai berikut :
V.Dinding pas.bata=100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3
V. Bata total=(20 cm x 10 cm x 5 cm) x 80 buah= 80 000 cm3
volume spesi = 20 000 cm3 =0.02 m3
4. Harga satuan pasir adalah Rp232 617 per m3, dan harga PC adalah
Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada
perhitungan dalam satuan per m3, konversi perhitungan sebagai
berikut:
50 kg
= 0.01587 m3
kg
3 150 3
m
Jadi 1 sak semen portland dengan berat 50 kg memiliki volume
sebesar 0.01587 m3, sehingga diperoleh harga satuan semen per m3
sebesar Rp4 095 000.
5. Spesi yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP
dengan ketebalan spesi 1 cm, sehingga volume pasir dan semen
dengan perbandingan tersebut sebesar :
1
semen = x 0.02 m3 = 0.0033 m3
6
5
pasir = x 0.02 m3 = 0.0167 m3
6
Harga pasir = 0.0167 m3 x Rp232 617 = Rp3 877.73
Harga semen = 0.0033 m3 x Rp4 095 000 = Rp13 513.5
6. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan
juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya
sebagai berikut :
Pekerja
= 0.3200 Oh x Rp98 000 = Rp31 360
Semen =
20
Tukang Batu = 0.1000 Oh x Rp114 000 = Rp11 400
Kepala Tukang = 0.0100 Oh x Rp132 000 = Rp1 320
Mandor
= 0.0150 Oh x Rp150 300 = Rp2 254.5
Harga material dan upah tenaga kerja per 1 m2 untuk pekerjaan pasangan
dinding bata merah dengan spesi 1 PC : 5 PP, adalah sebesar Rp127 325.73.
Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding pasangan bata merah tebal ½
bata, 1 Pc : 5 PP
HARGA SAT.
HARGA
URAIAN
SAT
VOLUME
Rp.
Rp.
Bata Merah
Bh
80.000
795
63 600.00
3
Semen Portland
m
0.0033
4 095 000
13 513.50
Pasir Pasang
m3
0.0167
232 617
3 877.73
Pekerja
Oh
0.3200*
98 000
31 360.00
Tukang Batu
Oh
0.1000*
114 000
11 400.00
Kepala Tukang
Oh
0.0100*
132 000
1 320.00
Mandor
Oh
0.0150*
150 300
2 254.50
Jumlah
127 325.73
* berdasarkan SNI 6897-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
Analisis pekerjaan plesteran dinding bata merah, diuraikan sebagai berikut :
1. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk plesteran,
perlu dihitung terlebih dahulu volume plesteran yang dibutuhkan
dengan ketebalan 1,75 cm. Perhitungannya sebagai berikut :
V. dinding+plesteran =100 cm x 100 cm x 13.5 cm =135 000 cm3
V. dinding pas.bata =100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3
volume plester=35 000 cm3 =0.035 m3
2. Harga satuan pasir adalah Rp 232 617 per m3, dan harga PC adalah
Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada
perhitungan ini dalam satuan per m3sehingga harga satuannya
menjadi sebesar Rp4 095 000. Konversi perhitungan sama seperti
perhitungan spesi pasangan bata sebelumnya.
3. Plesteran yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP
dengan ketebalan 1.75 cm, sehingga volume pasir dan semen dengan
perbandingan tersebut sebesar :
1
semen = x 0.035 m3 = 0.0058 m3
6
5
pasir = x 0.035 m3 = 0.0292 m3
6
Harga semen= 0,0058 m3 x Rp4 095 000 = Rp 23 751
Harga Pasir = 0,0292 m3 x Rp232 617 = Rp6 792.42
4. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan
juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya
sebagai berikut :
21
Pekerja
= 0.225 Oh x Rp98 000 = Rp22 050
Tukang Batu = 0.175 Oh x Rp114 000 = Rp19 950
Kepala Tukang = 0.0175 Oh x Rp132 000 = Rp2 310
Mandor
= 0.01125Oh x Rp150 300 = Rp1 690.88
Nilai Volume yang digunakan merupakan hasil interpolasi antara
volume pekerjaan pada ketebalan plester 2cm dan 1.5 cm, karena
ketebalan plester yang digunakan adan 1.75 cm.
Harga material dan upah tenaga kerja per m2 untuk pekerjaan plesteran
dinding bata merah dengan keteba1an 1.75 cm, 1 PC : 5 PP, adalah sebesar
Rp76 544.29. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding bata merah, tebal
1.75 cm, 1 Pc : 5 PP
HARGA SAT.
HARGA
URAIAN
SAT
VOLUME
Rp.
Rp.
3
Semen Portland
m
0.00580
4 095 000.00
23 751.00
3
Pasir Pasang
m
0.02920
232 617.00
6 792.42
Pekerja
Oh
0.22500*
98 000.00
22 050.00
Tukang Batu
Oh
0.17500*
114 000.00
19 950.00
Kepala Tukang
Oh
0.01750*
132 000.00
2 310.00
Mandor
Oh
0.01125*
150 300.00
1 690.88
Jumlah
76 544.29
* berdasarkan SNI 2837-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
Total harga pekerjaan per m2 untuk pekerjaan pemasangan dinding bata
merah berikut dengan spesi dan plesteran adalah sebagai berikut :
Biaya Total= Rp127 325.73+Rp76 544.29 =Rp203 860
Dinding Kaleng Minuman
Analisis pekerjaan pemasangan dinding kaleng minuman dan
plesteran, diuraikan sebagai berikut :
1. Ukuran kaleng yang digunakan adalah 6.5 cm dan tinggi 11.5 cm.
Dalam 1 m2 terdapat 125 buah sampah kaleng minuman tanpa spesi.
Perhitungannya sebagai berikut :
(100 cm x (100 cm – 2 cm )
=125 buah
(6.5 cm+0.3 cm)x 11.5 cm
Nilai 0.3 merupakan nilai ketebalan kawat ayam pada saat
membungkus kaleng sehingga diameter kaleng dan kawat ayam
menjadi 6.8 cm. Selain itu, nilai 1 cm merupakan nilai ketebalan
mortar yang digunakan sebagai alas atau perletakan dan pentup
dinding kaleng.
2. Pada dinding kaleng akan diberikan dua asumsi dalam
perhitungannya, yaitu :
22
3.
4.
5.
6.
7.
Asumsi 1 : Kaleng yang digunakan merupakan sampah yang
dikumpulkan sendiri sehingga memiliki harga satuan
sebesar Rp0
Asumsi 2 : Kaleng dibeli dari pemulung dengan harga per kg
sebesar Rp7 000. Dengan berat 1 kaleng sebesar 14
gram sehingga satu kg kaleng terdiri dari 72 buah.
Harga satuan kaleng menjadi Rp98 per buah.
Jumlah kaleng yang digunakan untuk dinding per 1 m2 adalah
sebanyak 125 buah. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku
kaleng sebesar :
Asumsi 1 : 125 buah x Rp0 = Rp0
Asumsi 2 : 125 buah x Rp98 = Rp12 250
Pada dinding kaleng ini tidak menggunakan spesi yang terbuat dari
mortar namun, diganti menggunakan super glue untuk merekatkan
kaleng-kaleng tersebut. Harga super glue adalah sebesar Rp5 000 per
botol dan cukup untuk membuat dinding 1 m2.
Setelah
kaleng-kaleng
direkatkan
kemudian
dibungkus
menggunakan kawat ayam. Harga kawat ayam sebesar Rp12 012 per
m2. Untuk mengetahui kebutuhan kawat ayam per 1 m2 dinding
kaleng, perlu dilakukan perhitungan luas selimut kaleng.
Perhitungannya sebagai berikut
Luas selimut kaleng =2 x 3.14 x 3.25 cm x 11.5 cm = 234.72 cm2
Kawat ayam = 234.72 cm2 x 125 buah =29 339.38 cm2 = 2.934 m2
Harga kawat ayam = 2.934 m2 x Rp12 012 = Rp35 243.21
Dinding kaleng minuman ini juga membutuhkan rangka sehingga
tetap menjaga vertikalitasnya, pada penelitian ini digunakan rangka
bambu. Harga bambu diameter 5 sampai 7 cm adalah Rp18 500
dengan asumsi panjang bambu adalah 5 m. Harga 1 m bambu yaitu
Rp3 700. Untuk rangka dinding ini, bambu bilah yang digunakan
seharga Rp616.67/bagian. Untuk dinding dengan ukuran 1 m2
dibutuhkan 3.5 m bambu bilah. Perhitungan harga satuannya sebagai
berikut :
3.5 m x Rp616.67 = Rp4 393.77
Bilah-bilah bambu tersebut digabungkan dengan menggunakan paku
ukuran 2 c
MENGGUNAKAN SAMPAH KALENG MINUMAN
DAN RANGKA BAMBU
RIA ARDIANTI PEDESI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inovasi Dinding
Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng Minuman dan Rangka Bambu adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ria Ardianti Pedesi
NIM F44100006
ABSTRAK
RIA ARDIANTI PEDESI. Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah
Kaleng Minuman dan Rangka Bambu. Dibimbing oleh ERIZAL.
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sampah yang harus dikelola setiap hari, contohnya
kemasan kaleng minuman. Selain itu, juga menimbulkan tingginya
permintaan akan hunian sehingga penggunaan bata merah sebagai bahan
baku dinding konvensional juga meningkat. Namun faktanya, produksi bata
merah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
meliputi memanfaatkan sampah minuman kaleng sebagai bahan baku
dinding pengisi, mengetahui kualitas dinding pengisi kaleng minuman dari
nilai kuat tekan dan kuat lentur, menganalisis perbandingan biaya pekerjaan
serta analisis dampak dinding kaleng minuman dan bata merah. Penelitian
ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, pembuatan dan
pengujian bahan uji. Selain itu, analisis perbandingan biaya menggunakan
harga satuan Kabupaten Bogor tahun 2014. Sampah kaleng minuman dapat
dimanfaatkan menjadi material untuk dinding pengisi. Berat dinding kaleng
50.63% lebih ringan dibandingkan dinding pasangan bata dan ketebalan
dinding yang dihasilkan yaitu 11 cm. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai
kuat tekan (fc’) rata-rata sebesar 2.313 MPa untuk dinding pasangan bata,
sedangkan dinding kaleng minuman sebesar 1.905 MPa. Selain itu, nilai
kuat lentur (flt) rata-rata dinding pasangan bata sebesar 1.015 MPa,
sedangkan untuk dinding kaleng sebesar 1.297 MPa. Biaya pekerjaan
dinding bata 1 m2 yaitu sebesar Rp203 860, sedangkan dinding kaleng
minuman yaitu sebesar Rp159 747.74 untuk asumsi 1 dan Rp171 997.74
untuk asumsi 2, sehingga biaya pekerjaan dinding kaleng minuman lebih
murah dibandingkan dinding bata dengan selisih sebesar Rp44 112.26 dan
Rp31 862.26 per 1 m2. Berdasarkan analisis dampak, penggunaan dinding
pengisi kaleng minuman dan rangka bambu memberikan dampak positif
terhadap lingkungan, sehingga layak digunakan dan diterapkan oleh
masyarakat sebagai dinding pengisi alternatif.
Kata kunci: analisis biaya, analisis dampak, dinding kaleng minuman ,
dinding pasangan bata, kuat tekan, kuat lentur
ABSTRACT
RIA ARDIANTI PEDESI. The Innovation Of Non-Load Bearing Wall
Using Rubbish Cans And Bamboo Frame. Supervised by ERIZAL.
The rapid population growth resulted the increasing in volume of waste for
example, rubbish cans. In addition, it also creates a strong demand for
homes that brick as conventional material of wall is increasing. The fact is
production of brick can cause damage to the environment. The purposes of
the research are to use rubbish cans as material of non-load bearing wall, to
know the quality of cans wall from the compressive strength, flexural
strength, cost comparison and impact analysis of cans and bricks wall. The
study consisted of three steps such as preparation, the manufacture and
testing of the test material. Beside that, the cost comparison analysis
between brick masonary wall and cans wall use the unit price of Bogor
district in 2014. Rubbish cans could be use as material for the non-load
bearing wall with the Weight is 50.63% lighter than masonry wall and the
wall thickness is 11 cm. Based on the calculation, the average value of
compressive strength are 2.313 MPa for the brick masonary wall, and 1.905
MPa for the cans wall. The average value of flexural strength are 1.015 MPa
for the brick masonary wall and 1.297 MPa for the cans wall. Beside that,
the cost of work for 1 m2 brick masonary wall is Rp203860, while the wall
of the waste cans is Rp159 747.74 for first assumptions and Rp171 997.74
for second assumption. So that, the work cost of the cans wall is cheaper
than a brick wall with the difference amount are Rp44 112.26 and Rp31
862.26 per 1 m2. Based on the impact analysis, using the cans wall and
bamboo frames have some positive impacts for the environment, so that it
can used and implemented by the community as an alternative option.
Keywords: cans wall, compressive strength,cost analysis flexural strength,
brick wall, impact analysis
INOVASI DINDING PENGISI
MENGGUNAKAN SAMPAH KALENG MINUMAN
DAN RANGKA BAMBU
RIA ARDIANTI PEDESI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng
Minuman dan Rangka Bambu
Nama
: Ria Ardianti Pedesi
NIM
: F44100006
Disetujui oleh
Dr Ir Erizal, M. Agr
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini
ialah inovasi bahan bangunan, dengan judul Inovasi Dinding Pengisi
Menggunakan Sampah Kaleng Minuman Dan Rangka Bambu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Erizal, M. Agr selaku pembimbing tugas akhir atas
bimbingan yang diberikan selama melaksanakan penelitian ini.
2. Ayah H. Baharuddin Puha, ibu Hj. Mardiana, kakak Muhammad
Tito Irianto, S.E, H. Wahyu Hardian Muharram, S.H dan Ary
Baharuddin, S.E serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan,
dan kasih sayangnya.
3. Haska Adi Pradana. S.T atas dukungan, doa, pengertian dan saran
yang selalu diberikan kepada penulis.
4. Istiana, Eko, dan Christopher selaku teman-teman sebimbingan dan
juga seluruh teman-teman SIL angkatan 47 atas bantuan dan
dukungannya.
5. Bapak Dodi selaku laboran laboratorium struktur yang telah
membantu pada saat pengujian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Ria Ardianti Pedesi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dinding Pengisi
3
Mortar
4
Sampah
5
Batu Bata
6
Bambu
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
Waktu dan Tempat
8
Alat dan Bahan
8
Prosedur Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Karakteristik Dinding
14
14
Kuat Tekan Dinding Pengisi
16
Kuat Lentur Dinding Pengisi
17
Analisis Harga Satuan Material dan Pekerja
19
Dinding Pasangan Bata
19
Dinding Kaleng Minuman
21
Analisis Dampak Dinding Kaleng Minuman Dan Pasangan Bata
SIMPULAN DAN SARAN
25
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
DAFTAR TABEL
1 Kuat Tekan Bata Merah
2 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding pasangan bata
3 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding kaleng minuman
4 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat tekan
dinding
5 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat lentur
dinding
6 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding pasangan bata merah
tebal ½ bata, 1 Pc : 5 PP
7 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding bata merah,
tebal 1.75 cm, 1 Pc : 5 PP
8 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran
dengan asumsi 1
9 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran
dengan asumsi 2
10 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding sampah kaleng
minuman, , 1 Pc : 5 PP
7
14
15
16
17
20
21
23
23
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perendaman bata merah
Adukan mortar 1 PC : 5 PP
Pemberian mortar sebagai alasatau dasar
Pemasangan bata merah
Pekerjaan plesteran
Pemberian lem korea pada kaleng
Kaleng-kaleng yang telah dibungkus kawat ayam
Rangka bambu
Gabungan kaleng dan rangka bambu yang siap di plester
(a) Benda uji dinding kaleng diplester dengan cetakan (b)
Benda uji dinding kaleng yang telah di plester
11 Bagan alir penelitian
12 Perbedaan cara penyusunan (a) kaleng minuman dan (b) bata
merah
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
13
15
DAFTAR LAMPIRAN
1
Interpolasi penentuan volume pekerjaan untuk plesteran dengan
ketebalan 1.75 cm, 1 PC : 5 PP
2 Dokumentasi pengujian benda uji
30
31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Kaleng
minuman merupakan salah satu jenis sampah yang banyak ditemukan di
lingkungan. Reduksi sampah kemasan kaleng minuman belum dapat didaur
ulang secara maksimal untuk meminimalisasi sampah di Indonesia.
Setidaknya dalam satu jam sebuah perusahaan minuman kaleng mampu
memproduksi mencapai 2 000 sampai 3 000 kaleng minuman. Dengan
demikian, kemasan kaleng dapat dihasilkan sebanyak 72 000 buah dalam
satu hari. Jumlah produksi yang sebesar itu akan menyebabkan jumlah
sampah kemasan kaleng minuman akan semakin banyak bila tidak
dilakukan proses daur ulang. Namun, konsep daur ulang sampah kaleng
tersebut belum dapat dilakukan secara maksimal karena belum diproduksi
massal dengan menggunakan teknologi memadai. Kemasan minuman
kaleng didaur ulang sebatas pada pembuatan berbagai macam kerajinan
tangan sehingga hanya mampu megurangi sampah kaleng dalam jumlah
yang sedikit.
Selain menyebabkan peningkatan volume sampah, pertumbuhan
penduduk juga menimbulkan tingginya permintaan akan perumahan
sehingga penggunaan bata merah sebagai bahan baku dinding konvensional
semakin meningkat. Namun faktanya, produksi bata merah dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan karena proses pengambilan bahan
bakunya diambil dari sawah produktif. Tanah lempung yang merupakan
tanah subur, dikeruk hingga kedalaman 1 sampai 3 meter dan hanya
menyisakan tanah keras yang tidak subur. Setidaknya terdapat 650 hektar
lahan sawah di Kabupaten Bantul telah rusak akibat pengambilan tanah
lempung tersebut. Ditambah lagi, dengan penurunan kualitas udara akibat
proses pembakaran bata merah.
Saat ini, keberadaan kayu semakin langka karena pemanfaatan kayu
masa lalu yang dilakukan secara besar-besaran. Sumber daya kayu
berkurang dengan adanya pembatasan yang dikenakan pada penebangan di
hutan alam terutama di daerah tropis, telah memfokuskan perhatian dunia
pada kebutuhan untuk mengidentifikasi pengganti material yang dapat
diperbaruhi, ramah lingkungan dan secara luas dapat dimanfaatkan. Dengan
pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasi yang baik untuk sebagian
besar kondisi iklim dan kondisi tanah, bambu muncul sebagai alternatif
yang sangat cocok. Bambu banyak digunakan untuk berbagai bentuk
konstruksi bangunan, khususnya untuk perumahan di daerah pedesaan.
Bambu merupakan sumber daya terbarukan dan serbaguna, ditandai dengan
kekuatan tinggi dan berat volume rendah, dan mudah dikerjakan dengan
menggunakan alat sederhana.
2
Seiring kemajuan zaman dan teknologi, berbagai jenis material
substitusi banyak beredar di pasar untuk pembuatan dinding. Perbandingan
antara material yang satu dengan yang lain saat ini tidak cukup hanya
semata melihat faktor harga dan mutu. Fungsi dinding itu sendiri harus
menjadi landasan utama pengambilan keputusan pemilihan bahan. Rumah
modern saat ini banyak yang sudah bergeser mengandalkan kolom dan
balok sebagai unsur utama dan satu-satunya struktur (sistem rangka portal).
Peran dinding hanya sebagai partisi dan tidak lagi bersifat struktur bila
menggunakan sistem rangka tersebut, sehingga memungkinkan adanya
alternatif material pengganti yang lebih variatif. Oleh sebab itu,
pemanfaatan sampah minuman kaleng dan rangka bambu dapat digunakan
sebagai material alternatif dinding pengisi untuk menggantikan dinding
konvensional. Hal tersebut dimaksudkan selain untuk mengurangi volume
sampah kaleng di lingkungan, mengurangi penggunaan kayu, juga
mengurangi penggunaan bata merah yang dapat merusak lingkungan.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, permasalahan pokok
yang ada antara lain sebagai berikut :
1. Apakah sifat mekanik dinding kaleng minuman mendekati maupun
menyerupai dinding pasangan bata?
2. Apakah dinding pengisi kaleng minuman berpotensi untuk dapat
dijadikan sebagai substitusi dinding pengisi bata merah?
3. Bagaimana perbandingan biaya pekerjaan dinding menggunakan
sampah kaleng minuman dan bata merah?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Tujuan dari penelitian ini meliputi :
Memanfaatkan sampah minuman kaleng sebagai bahan baku dinding
pengisi.
Mengetahui kualitas dinding pengisi kaleng minuman dari nilai kuat
tekan dan kuat lentur dibandingkan dengan dinding bata.
Menganalisis perbandingan biaya pekerjaan dinding menggunakan
sampah kaleng minuman dan bata merah.
Menganalisis dampak yang dapat ditimbulkan dari dinding kaleng
minuman dan pasangan bata terhadap lingkungan dan manusia.
3
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mengetahui kualitas dan dampak yang
ditimbulkan oleh dinding pengisi sampah kaleng minuman sehingga dapat
digunakan sebagai material alternatif dinding pengisi. Selain itu, penelitian
ini juga dapat membantu masyarakat yang memiliki dana terbatas untuk
membangun rumah tinggal sekaligus dapat mengurangi volume sampah
kaleng minuman di lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini hanya membahas dinding pengisi yang merupakan
dinding non-struktural pada bangunan dengan sistem rangka portal.
Dinding pengisi pada penelitian ini ditujukan untuk bangunan rendah
dan bertingkat rendah.
Penelitian ini membandingkan nilai kuat tekan dan kuat lentur dinding
kaleng dan dinding pasangan bata dengan plesteran.
Penelitian ini juga membandingkan biaya pembuatan dinding kaleng
dan dinding pasangan bata per 1 m2.
Tenaga kerja yang dianalisa untuk 1 m2 adalah pekerja, tukang batu
atau tukang kayu, kepala tukang dan mandor.
Analisis yang dilakukan mencakup volume bahan, biaya material dan
upah tenaga kerja.
Analisis harga material dan upah tenaga kerja mengacu pada harga
Kabupaten Bogor tahun 2014.
Analisis dampak yang dilakukan hanya seputar dampak terhadap
lingkungan dan manusia secara umum.
TINJAUAN PUSTAKA
Dinding Pengisi
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan atau membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan
konstruksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ada yang berupa dinding
struktural (load bearing wall) dan ada yang berupa dinding pengisi (nonload bearing wall). Dinding struktural menopang beban mati seperti lantai,
atap, maupun berat bebannya sendiri. Selain itu, dinding strutural juga
4
menopang beban angin dan beban hidup, sedangkan dinding pengisi tidak
menopang beban sama sekali. Dinding pengisi sering digunakan sebagai
partisi pemisah dibagian dalam atau penutup luar bangunan pada struktur
portal beton bertulang maupun struktur portal baja. Dinding dengan kualitas
baik memberikan kekuatan dan stabilitas, tahan cuaca, tahan api, isolasi
termal dan suara. (Bengtsson dan Whitaker 1988).
Dinding pengisi tersebut dipasang apabila struktur utama selesai
dikerjakan, jadi pelaksanaannya bersamaan dengan pelaksanaan finishing
bangunan. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya dianggap sebagai
komponen non struktur, bahkan keberadaannya tidak menjadi permasalahan
dalam pemodelan struktur asalkan intensitas beban yang timbul sudah
diantisipasi terlebih dahulu (misal, dianggap sebagai beban merata).
Meskipun dikategorikan sebagai komponen non-struktur tetapi mempunyai
kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila
ada beban horizontal (akibat gempa) yang besar (Dewobroto 2005).
Menurut Bengtsson dan Whitaker (1988) ada berbagai cara untuk
membangun dinding dan terdapat berbagai material yang dapat digunakan,
tetapi dinding tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
1. Masonry wall, merupakan dinding dari bahan atau material blok yang
bersifat individu seperti bata, batu atau beton ringan dan sebagainya,
kemudian disatukan menggunakan mortar.
2. Monolithic wall, merupakan dinding dari bahan atau material yang
diletakkan pada bentuk tertentu selama pekerjaan konstruksi contohnya
dinding beton dan pagar tanah tradisional.
3. Frame wall, merupakan dinding sebagai bingkai dari bahan atau
material yang lebih kecil biasanyanya dari kayu.
4. Membrane wall, merupakan dinding seperti sandwich yang terdiri dari
2 lapisan tipis atau lembaran dari plastik, asbes, metal atau bahan
lainnya dan terikat pada suatu inti untuk menghasilkan elemen dinding
yang tipis, kekuatan tinggi dan ringan.
Mortar
Menurut SNI 03-6882-2002 tentang Spesifikasi Mortar untuk Spesi
Pasangan, mortar merupakan campuran material yang terdiri dari agregat
halus (pasir), bahan perekat (tanah lempung, kapur, semen portland), dan air
dengan komposisi tertentu. Adapun macam mortar adalah :
1. Mortar lumpur yaitu mortar dengan bahan perekat tanah.
2. Mortar kapur yaitu mortar dengan bahan perekat kapur.
3. Mortar semen yaitu mortar dengan bahan perekan semen.
Kuat tekan mortar semen dipengaruhi oleh jumlah semen dalam
campuran, faktor air semen, perbandingan volume semen dan pasir serta
karakteristik pasir (Wang dan Salmon 1994 dalam Elhusna, Gunawan dan
Fogi 2013). Lebih lanjut, disebutkan bahwa faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan adukan mortar adalah compactibility
5
(pemadatan) dan workability (kemudahan pekerjaan). Compactibility
diperoleh kerika adukan dibuat dengan komposisi yang tepat, sedangkan
workability berkaitan dengan konsumsi air dan variasi ukuran pasir (gradasi
pasir). Kedua faktor tersebut meningkat ketika adukan bersifat homogen.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Jawa Barat,
mortar yang digunakan sebagai pasangan bata dibutuhkan kuat tekan
sebesar 25 kg/cm2 untuk dinding yang tidak memikul beban (Marzuki dan
Jogaswara 2007).
Mortar yang digunakan untuk spesi bata merah maupun plesteran
memiliki fungsi yang berbeda-beda dan penggunaanya tergantung kepada
kebutuhan. Macam spesi maupun plesteran dibedakan berdasarkan pada
takaran pasir dan semen, mulai dari 1 : 1 sampai 1:5 (Hidayat, 2010). Tebal
lapisan mortar tidak boleh melebihi tebal bata, karena akan berpengaruh
pada berkurangnya kekuatan ikatan antara bata merah dan mortar, akibat
penyerapan dan penguapan yang berlebihan. Di Indonesia biasanya
digunakan siar tegak dan siar kasuran masing-masing setebal 1 sampai 2 cm
(Wisnumurti 2007).
Sampah
Sampah merupakan limbah padat, terdiri atas zat atau bahan organik
dan anorganik yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat dan harus
dikelola dengan baik sehingga tidak membahayakan lingkungan (Kastaman
dan Kramadibrata 2007). Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisasisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil
bagian utamanya karena pengolahan atau sudah tidak ada manfaatnya, jika
ditinjau dari segi sosial ekonomis sudah tidak memiliki nilai dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian.
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya kerusakan dan
pencemaran lingkungan. Mekanisme pengelolaan sampah khusunya limbah
padat meliputi, kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar dan lainnya). Sedangakan
penanganan sampah yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pembuangan akhir
(Pakpahan 2010).
Sampah rumah tangga merupakan jenis sampah dengan jumlah
terbesar di lingkungan. Secara umum berdasarkan komposisi sampah yang
dihasilkan yaitu berupa sampah organik dan anorganik sehingga potensi
untuk mengoptimalkan potensi 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dapat
diimplementasikan. Berdasarkan sifatnya menurut Artiningsih (2008),
sampah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
6
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui
proses alami.
2. Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang.
Sampah kaleng minuman termasuk dalam jenis sampah anorganik
karena terbuat dari bahan aluminium. Menurut Davis (1993), aluminium
memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi dan sering digunakan
sebagai logam utama untuk mencegah terjadinya korosi. Reaksi aluminium
dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida yang merupakan
lapisan film tahan terhadap korosi dari atmosfir. Kemasan kaleng minuman
yang beredar dipasaran bukan terdiri dari aluminium murni tetapi telah
dicampur dengan logam lainnya seperti tembaga, magnesium, mangan,
khromium dan seng untuk meningkatkan kekuatan ataupun kemampuan
mencegah korosi (Suyono S dan Nakazawa K 1984). Reaksi aluminium
oksida sebagai berikut :
4Al (s) + 3O2 (g)
2Al2O3 (s)
Batu Bata
Batu bata atau sering disebut juga bata merah dalah bahan bangunan
dari tanah lempung dan mineral-mineral lain yang dibentuk dalam ukuranukuran tertentu. Pada dasarnya, terdapat tiga tipe tanah lempung yang
digunakan sebagai bahan baku bata (Civil Enginering Material, 2001 dalam
Nur, 2008), yaitu :
1. Lempung permukaan “surface clays” ditemukan diatas permukaan
bumi yang berasal dari deposit tanah hasil sedimentasi alami. Jenis
lempung ini memilki kandungan asam 10-25%.
2. Lempung biasa “shales” juga merupakan hasil dari alam tetapii telah
mengalami perlakuan dengan memberi tekanan tinggi dan tidak larut
dalam air.
3. Lempung tanah api “fired clays” merupakan bata yang memilki
tingkat kekuatan yang lebih besar dari yang lain.
Dalam Wisnumurti (2007) kekuatan dari batu bata sangat dipengaruhi
oleh komposisi material mentah penyusunnya, temperatur pembakaran,
proses pembuatannya serta porositasnya. Bata ideal mempunyai ukuran
panjang 23 cm lebar 11 cm dan tebal 5 cm. Namun, bata merah yang berada
di pasar umumnya memiliki ketebalan 3 sampai 5 cm, lebar 7 sampai 11 cm,
panjang 17 sampai 22 cm dan berat 3 kg/biji (Susanta 2007 dalam Sinaga
2012). Bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang-bidang sisi datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan
bentuk yang berlebihan. Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan,
diperbolehkan. Disamping syarat-syarat tersebut diatas pembeli dan penjual
dapat mengadakan perjanjian tersendiri (Yayasan Dana Normalisasi
Indonesia, 1978 dalam Sinaga, 2012). Menururt Wisnumurti (2007), kuat
7
tekan dinding pasangan bata dengan campuran mortar 1 PC : 5 PP adalah
sekitar 20 kg/cm2.
Tabel 1 Kuat Tekan Bata Merah
Mutu Bata Merah
Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Lebih besar dari 100
100-80
80-60
Bambu
Bambu merupakan tanaman yang tidak bergantung pada musim dan
hidupnya mengelompok membentuk suatu rumpun. Batang bambu
berbentuk silinder dengan garis tengah atau diameter antara 2 sampai 30 cm
dan panjangnya dapat mencapai 3 sampai 35 m. Panjang garis tengah dan
ketebalan batang bambu bergantung dari jenis spesies dan umur tanaman
bambu. Batang bambu umumnya berongga dan terbagi atas interval-interval
yang dibatasi oleh ruas (Surjokusumo dan Nugroho 1993 dalam Putra
2013). Banyak jenis bambu yang terdapat di Indonesia, kurang lebih ada 75
jenis bambu , namun yang mempunyai nilai ekonomis hanya sekitar 10 jenis
saja. Jenis-jenis bambu yang sering digunakan untuk konstruksi bangunan di
Indonesia, antara lain bambu wulung, bambu legi, bambu petung, dan
bambu ampel.
Jika menggunakan jenis bambu yang tepat, bangunan dari bambu
dapat bertahan hingga 50 tahun lebih. Ini bisa dilihat dari rumah-rumah
tradisional. Bambu yang sudah dewasa (berumur 305 tahun) mempunyai
kekuatan tarik hingga 480 MPa. Kekuatan tarik bambu tersebut lebih tinggi
daripada kuat tarik baja yang hanya 370 MPa. Selain itu, bambu juga
mampu menahan gaya tarik hingga 12 000 kg/m2. Bambu merupakan bahan
yang elastis hingga dapat menjadi material untuk rumah tahan gempa karena
dapat bergerak menyesuaikan diri dengan guncangan yang terjadi. Sebagai
material alami yang dapat diperbaharui selama 3 sampai 5 tahun, bambu
bisa dikatakan ramah lingkungan. Ini berdasarkan standar yang ditetapkan
para ahli : suatu material bisa dikatakan ramah lingkungan jika dapat
diperbaharui maksimal setiap 6 tahun (Akmal 2011).
Mekanisme interaksi antar bambu dan pasta semen tidak cukup baik.
Bambu mudah menyerap dan melepaskan air pada saat mengering, sehingga
terjadi perubahan dimensi bambu. Hal tersebut juga terjadi ketika bambu
diselimuti pasta semen. Menurut Wang T (1944) dalam Putra (2013), bambu
dapat menyerap air hingga 25 % pada 24 jam pertama.
8
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian “Inovasi Dinding Pengisi Menggunakan Sampah Kaleng
Minuman dan Rangka Bambu“ dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan
Maret hingga Mei 2014. Tahapan pembuatan dan pengujian benda uji
dilakukan di Laboratorium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Beberapa bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu sampah
kaleng minuman, bata merah, semen portland, pasir, bambu, kawat ayam,
kawat bendrat, paku, super glue dan Harga satuan material dan pekerja
Kabupaten Bogor tahun 2014. Selain itu, pada penelitian ini juga
dibutuhkan alat-alat untuk membantu proses pembuatan benda uji yaitu
sendok semen, meteran, kertas amplas, bambu, tang, gergaji, martil, plastik
cor, cetakan atau bekisting yang terbuat dari multiplek, ember, alat tulis,
timbangan, dan wadah pengadukan mortar. Pada saat pengujian benda uji,
digunakan Universal Testing Machine (UTM) untuk mendapatkan nilai
beban maksimum untuk kuat tekan maupun kuat lentur.
.
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan persiapan,
pembuatan dan pengujian bahan uji. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan
juga analisis perbandingan biaya pekerjaan dinding sampah kaleng
minuman dan dinding pasangan bata. Tahapan dan prosedur penelitian
disajikan dalam bagan alir pada Gambar 11.
Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan baik alat maupun bahan yang
dibutuhkan seperti, pengumpulan sampah kaleng, rancangan ukuran dinding
kaleng dan bata, rancangan dan pembuatan bekisting untuk cetakan dinding
kaleng.
9
Pembuatan Benda Uji
Benda uji merupakan dinding pengisi yang terdiri dari bata merah dan
sampah kaleng minuman dengan ukuran 36 x 25 cm. Langkah-langkah
pembuatan benda uji sebagai berikut :
1. Benda uji dinding bata merah
a. Bata direndam terlebih dahulu sekitar 5 – 10 menit sebelum
dilakukan pemasangan bata.
Gambar 1 Perendaman bata merah
b. Pembuatan mortar dilakukan pada saat akan dilakukan
pemasangan. Mortar yang digunakan adalah dengan perbanding 1
PC dan 5 PP.
Gambar 2 Adukan mortar 1 PC : 5 PP
c. Spesi dasar diletakkan sepanjang 35 cm dengan ketebalan 2.5 cm.
Gambar 3 Pemberian mortar sebagai alasatau dasar
d. Bata disusun dan diberikan mortar pada siar tegak dan vertikalnya
dengan ketebalan spesi yaitu 1 cm.
10
Gambar 4 Pemasangan bata merah
e. Setelah dibiarkan beberapa hari hingga ortar pada spesi telah
mengering, dinding pasangan bata kemudian di plester dengan
ketebalan 1.75 cm sehingga mengahsilkan dinding dengan tebal
13.5 cm. Adukan plesteran yang digunakan sama dengan spesi,
yaitu 1 PC : 5 PP.
Gambar 5 Pekerjaan plesteran
2. Benda uji dinding sampah kaleng minuman
a. Kaleng minuman disusun sebanyak 2 buah secara vertikal dan
diberikan super glue agar kaleng lebih stabil.
Gambar 6 Pemberian super glue pada kaleng
b. Susunan kaleng tersebut kemudian dibungkus dengan kawat ayam.
Gambar 7 Kaleng-kaleng yang telah dibungkus kawat ayam
c. Susunan-susunan kaleng tersebut digabungkan dan dirangkai
dengan bambu sebagai rangkanya dengan ukuran bambu 23 cm x
11
2 cm x 0.5 cm sebanyak 5 batang dan ukuran bambu 34 cm x 2 cm
x 0.5 cm sebanyak 2 batang. Kemudian bambu tersebut dirangkai
atau digabungkan dengan menggunaka paku.
Gambar 8 Rangka bambu
d. Rangka bambu dan susunan kaleng yang telah dilapisi kawat ayam
kemudian digabungkan dengan menggunakan kawat bendrat dan
kemudian dikencangkan.
Gambar 9 Gabungan kaleng dan rangka bambu yang siap
diplester
e. Spesi dasar diletakkan sepanjang 50 cm dengan ketebalan 1.5 cm.
f. Permukaan gabungan kaleng dan bambu tersebut, kemudian
diberikan plester dengan perbandingan 1 PC : 5 PP dengan
ketebalan sekitar 1 cm sehingga hasil akhir ketebalan dinding akan
menjadi 11 cm. Pada proses ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan cetakan atau bekisting.
(a)
(b)
Gambar 10 (a) Benda uji dinding kaleng diplester dengan cetakan (b)
Benda uji dinding kaleng yang telah di plester
12
Pengujian Benda Uji
Pengujian benda uji dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari.
Pengujian yang akan dilakukan berupa uji tekan dan uji lentur. Dari hasil
yang diperoleh kemudian dapat dianalisis dan dibandingkan antara dinding
kaleng dan dinding bata.
1. Uji Tekan Dinding
Uji tekan dilakukan untuk megetahui kualitas dinding tersebut. Berikut
ini merupakan rumus untuk menghitung nilai kuat tekan dinding (fc’).
fc' =
Pu+W
b.h
(1)
Keterangan :
fc’ = kuat tekan dinding (MPa)
Pu = beban maksimum (N)
b = panjang benda uji (mm)
h = lebar benda uji (mm)
W = massa benda uji (N)
2. Uji Lentur Dinding
Pemeriksaan kuat lentur adalah kemampuan menerima beban lentur
maksimum dari ikatan antara bahan-bahan penyusun dinding tersebut.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
flt =
(Pu+W). l
(2)
2
b.h
Keterangan :
flt = kuat lentur dinding (MPa)
Pu = beban maksimum (N)
b = lebar penampang patah (mm)
h = tinggi penampang patah (mm)
l = panjang bentang (mm)
W = massa benda uji (N)
Analisis Perbandingan Biaya Pekerjaan Dinding Kaleng Minuman Dan
Pasangan Bata
Selain membandingkan kekuatannya, penelitian ini juga
membandingkan biaya pembuatan dinding kaleng dan dinding pasangan
bata per 1 m2. Tahapan analisis dilakukan berdasarkan harga satuan material
dan upah tenaga kerja Kabupaten Bogor Tahun 2014. Analisis yang
dilakukan mencakup volume pekerjaan, biaya material dan upah tenaga
kerja. Tenaga kerja yang dianalisa untuk 1 m2 adalah pekerja, tukang
batu/tukang kayu, kepala tukang dan mandor.
13
Perhitungan volume bahan yang digunakan pada pembuatan dinding
dihitung dengan menggunakan rumus volume sebagai berikut :
V=pxlxt
(3)
Keterangan : p = panjang (cm)
l = lebar (cm)
t = tebal (cm)
Mulai
Persiapan
Harga satuan material dan
upah tenaga kerja
Kabupaten Bogor Tahun
2014
Pembuatan
Benda Uji
Perawatan
Perhitungan Volume
Pekerjaan
Pengujian Dinding
Uji Tekan
Uji Lentur
Perhitungan Biaya Material
dan Upah Pekerja
Analisis Hasil
Penyusunan Tugas Akhir
Selesai
Gambar 11 Bagan alir penelitian
14
Analisis Dampak Dinding Kaleng Minuman Dan Pasangan Bata
Analisis dampak pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode studi literatur dari berbagai sumber. Analisis dampak tersebut
mencakup dampak terhadap lingkungan dan manusia secara umum,
sehingga dapat memberikan gambaran umum dampak positif maupun
negatif yang ditimbulkan dari inovasi dinding pengisi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Karakteristik Dinding
Pengukuran dan Penimbangan Benda Uji
Sebelum dilakukan pengujian, benda uji diukur dan dilakukan
penimbangan untuk mengetahui perbedaan berat dari kedua jenis dinding
tersebut. Hasil pengukuran dan penimbangan dapat dilihat pada tabel 2 dan
tabel 3.
Tabel 2 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding pasangan bata
Ukuran (cm)
Benda Uji
Berat (kg)
Panjang
Tinggi
Tebal
1
36
25
13.5
23.7
2
38
25
14.0
24.9
3
36
26
12.0
22.5
4
35
25
13.5
23.9
5
36
25
13.5
23.8
6
36
25
13.5
23.8
Rata-rata
23.7
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai panjang, lebar dan tebal dinding
pasangan bata pada beberapa benda uji tidak sesuai dengan ukuran rencana,
yaitu 36 x 25 x 13.5 cm, seperti pada benda uji no. 2, 3 dan 4. Namun,
perbedaan ukuran benda uji tersebut masih dapat ditoleransi karena
perbedaannya kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena pembuatannya
dilakukan secara manual (human error). Pada hasil penimbangan berat uji
diperoleh berat rata-rata sebesar 23.7 kg.
15
Tabel 3 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding kaleng minuman
Ukuran (cm)
Benda Uji
Berat (kg)
Panjang
Tinggi
Tebal
1
36
25
11
11.8
2
36
25
11
11.0
3
36
25
11
12.3
4
36
25
11
11.5
5
36
25
11
11.9
6
36
25
11
12.1
Rata-rata
11.7
Pada benda uji dinding kaleng minuman memiliki ukuran yang sama
sesuai dengan rencana yaitu 36 x 25 x 11 cm. Hal ini dikarenakan pada saat
pembuatan menggunakan bantuan cetakan atau bekisting sehingg ukurannya
lebih akurat. Pada hasil penimbangan berat uji diperoleh berat rata-rata
sebesar 11.7 kg, sehingga berat dinding kaleng 50.63% lebih ringan
dibanding dinding pasangan bata.
Bila kedua hasil dinding tersebut dibandingkan, tebal dinding kaleng
minuman lebih tipis dibanding dinding bata. Hal ini disebabkan ukuran dan
bentuk kaleng minuman berbeda dengan bata merah. Kaleng minuman
berbentuk silinder dengan diameter 6.5 cm dan tinggi 11.5 cm, sedangkan
bata merah berbentuk balok dengan panjang 19 cm, lebar 10 cm dan tebal 5
cm. Selain itu, cara penyusunan masing-masing material juga berbeda,
sehingga ketebalan dinding akhir yang dihasilkan akan berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada gambar 13.
(a)
(b)
Gambar 12 Perbedaan cara penyusunan (a) kaleng minuman dan (b) bata
merah
Berat rata-rata dinding kaleng minuman juga jauh lebih ringan
dibandingkan dinding bata Hal ini dikarenakan dinding kaleng
menggunakan bahan yang sangat ringan yaitu kaleng minuman yang terbuat
dari aluminium sedangkan dinding bata menggunakan material bata merah
yang terbuat dari tanah lempung. Semakin ringan berat dinding akan
mengurangi beban yang ditumpu struktur bangunan tersebut sehingga akan
mempengaruhi dimensi kolom, balok dan pondasi dan serta biaya bangunan
tersebut. Menurut Suyono (1984), beberapa faktor pemilihan jenis pondasi
antara lain didasarkan pada batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya
yaitu beban yang harus ditopang dan waktu dan biaya pelaksanaan
16
pekerjaan. Dimensi struktur yang kecil dan ketebalan dinding yang tipis
tersebut akan berdampak positif pada ruangan yang dibentuknya yaitu akan
menjadi lebih luas.
Kuat Tekan Dinding Pengisi
Uji tekan adalah cara untuk mengetahui sifat mekanik suatu
bahan. Kekuatan tekan material adalah gaya per satuan luas yang dapat
menahan kompresi dan ketika batas kuat tekan tercapai, maka bahan akan
terdeformasi atau mengalami perubahan bentuk. Pengujian ini dilakukan di
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban
maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan
nilai kuat tekan (fc’) disajikan pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksimum
dinding pasangan bata adalah 4 200 N, dan 4 200 N, sedangkan dinding
kaleng minuman adalah sebesar 2 400 N, 2 900 N, 2 900 N. Dari hasil
tersebut, beban maksimum dinding bata jauh lebih besar dibandingkan
dinding kaleng minuman. Kemudian dengan menggunakan persamaan 1
diperoleh nilai kuat tekan (fc’) sebesar 2.346 MPa dan 2.280 MPa untuk
dinding pasangan bata, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar
2.313 MPa. Nilai kuat tekan dinding kaleng minuman sebesar 1.904 MPa,
dan 1.906 MPa, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar 1.905
MPa.
Tabel 4 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat tekan
dinding
Benda
b
h
W
Pu
Pu+W
Faktor
fc'
Uji
(mm) (mm)
(N)
(N)
(N)
Pengali (Mpa)
Dinding Bata
1
350
135
234.22 4 200 4 434.22
25
2.346
2
360
135
233.24 2 800 3 033.24
25
1.560*
3
360
135
233.24 4 200 4 433.24
25
2.280
Rata-rata
2.313
Dinding Kaleng
1
360
110
112.70 2 400 2 512.70
25
1.586*
2
360
110
116.62 2 900 3 016.62
25
1.904
3
360
110
118.58 2 900 3 018.58
25
1.906
Rata-rata
1.905
* Data tidak digunakan karena memiliki perbedaan yang sangat besar dengan kedua data
dari benda uji lainnya
Bila ditinjau hasil tersebut, nilai kuat tekan dinding kaleng minuman
lebih kecil dibandingkan nilai kuat tekan dinding pasangan bata. Hal
tersebut disebabkan kaleng memiliki rongga didalamnya dan hanya terdiri
dari lembaran tipis aluminium sehingga sangat mempengaruhi kekuatan dari
dinding kaleng tersebut. Berbeda dengan bata merah yang berwujud padat
dan keras, sehingga memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar. Walaupun
17
demikian, dinding kaleng minuman tetap dapat digunakan sebagai dinding
pengisi karena dinding tersebut tidak menopang beban sehingga tidak
membutuhkan kuat tekan yang terlalu besar, asalkan dinding tersebut
mampu menopang beratnya sendiri. Selain itu, dinding kaleng minuman
dengan plesteran 1 PC : 5 PP ini dapat diterapkan sebagai dinding pengisi
biasa yang terletak di dalam bangunan dan tidak terkena paparan air karena
perbandingan campuran plesteran tersebut tidak kedap terhadap air.
Menurut hasil penelitian Nur (2008) diperoleh nilai kuat tekan dinding
pasangan bata sebesar 0.750 hingga 2.870 MPa. Jika dibandingkan dengan
literatur tersebut, hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk kedua jenis
dinding masuk dalam rentang nilai kuat tekan tersebut. Selain itu, menurut
Wisnumurti (2007) kuat tekan dinding pasangan bata dengan campuran
mortar 1PC : 5 PP adalah sekitar 20 kg/cm2 atau sama dengan 1.96 MPa.
Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, untuk
dinding pasangan bata memiliki kuat tekan lebih besar dibandingkan dengan
literatur tersebut, sedangkan dinding kaleng minuman lebih rendah. Bila
suatu dinding pengisi memiliki nilai kuat tekan yang rendah sehingga tidak
mampu menahan bebannya sendiri, maka akan terjadi kegagalan. Pada
dinding akan terjadi pendistribusian beban dari atas hingga ke bagian paling
bawah dari dinding. Karakteristik kegagalan pada dinding akibat beban
berupa tekanan, memiliki bentuk retak vertikal pada pertengahan tinggi dan
sejajar dengan siar tegak (Wisnumurti 2007).
Kuat Lentur Dinding Pengisi
Menurut Haygreen dan Bowyer (1993) kekuatan lentur adalah suatu
nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan
regangan hingga dibawah batas proporsi. Pengujian ini dilakukan di
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban
maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan
nilai kuat lentur (flt) disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat lentur
dinding
Benda
b
h
l
W
Pu
Pu+W
Faktor
Flt
Uji
(mm) (mm) (mm)
(N)
(N)
(N)
Pengali (Mpa)
Dinding Bata
1
135
250
180 232.26 1 500 1732.26
25
0.924
2
140
250
190 244.02 1 600 1844.02
25
1.001
3
120
260
180 220.50 1 800 2020.50
25
1.121
Rata-rata
1.015
Dinding Kaleng
1
360
110
180 115.64 1 800 1915.64
25
1.254
2
360
110
180 107.80 1 800 1907.80
25
1.249
3
360
110
180 120.54 2 000 2120.54
25
1.388
Rata-rata
1.297
18
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksmimum
dinding pasangan bata adalah 1 500 N, 1 600 N, dan 1 800 N, sedangkan
dinding kaleng minuman adalah 1 800 N, 1 800 N, dan 2000 N. Dari hasil
tersebut beban maksimum dinding kaleng minuman lebih besar
dibandingkan dinding pasangan bata. Kemudian dengan menggunakan
persamaan 2, diperoleh nilai kuat lentur dinding bata sebesar 0.924 MPa,
1.001 MPa, dan 1.121 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt) ratarata sebesar 1.015 Kuat lentur dinding kaleng diperoleh nilai sebesar 1.254
MPa, 1.249 MPa dan 1.388 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt)
rata-rata sebesar 1.297 MPa.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai kuat lentur dinding kaleng minuman
lebih besar dibandingkan dinding pasangan bata, sehingga dinding kaleng
minuman lebih baik dalam menahan beban horizontal berupa beban gempa.
Hal ini disebabkan adanya peggunaan rangka bambu pada dinding kaleng
minuman. Selain berfungsi menjaga vertikalitas dan melindungi susunan
kaleng pada dinding, rangka bambu juga menyebabkan dinding pengisi
tersebut memiliki nilai kuat lentur yang lebih baik jika dibandingkan
dinding pasangan bata. Bambu merupakan bahan yang elastis hingga dapat
menjadi material untuk rumah tahan gempa karena dapat bergerak
menyesuaikan diri dengan guncangan yang terjadi. Namun, hasil kuat lentur
dinding pasangan bata dengan plesteran yang diperoleh pada penelitian ini
lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mahendra (2012) yaitu
sebesar 1.63 MPa, begitupula dengan nilai kuat lentur dinding kaleng
minuman.
Nilai kuat lentur yang lebih rendah dibandingkan literatur tersebut
dapat disebabkan oleh penggunaan material yang berkualitas rendah. Kuat
lentur pasangan bata yang dipengaruhi oleh kekuatan batu bata yang dapat
ditentukan dari bahan campuran batu bata, komposisi bahan campura batu
bata, proses pencetakan, pengeringan dan lamanya pembakaran, serta daya
lekat permukaan bata dengan mortar dan komposisi campuran mortar yang
digunakan dalam pasangan bata tersebut (Nur 2008). Pada dinding kaleng
minuman dapat disebabkan oleh penggunaan bambu yang berkualitas
rendah. Kandungan air yang berlebihan pada bambu dapat mempengaruhi
kualitasnya, sehingga diperlukan proses pengeringan yang sempurna dan
bila perlu dilakukan perlakuan khusus seperti pemberian cat minyak, atau
bahan lainnya sebagai perlindungan tambahan. Selain itu, kuat lentur yang
rendah juga dapat disebabkan oleh tidak homogennya campuran mortar
yang digunakan pada penelitian karena pencampuran dilakukan secara
manual dan tidak menggunakan mesin seperti molen. Rendahnya nilai kuat
lentur dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dinding tersebut, namun
bentuk retakan yang dihasilkan berbeda dengan retakan akibat kegagalan
gaya tekan.
19
Analisis Harga Satuan Material dan Pekerja
Dinding Pasangan Bata
Analisis pekerjaan pemasangan dinding bata merah dan spesi dengan
menggunakan harga satuan Kabupaten Bogor Tahun 2014, diuraikan
sebagai berikut :
1. Ukuran bata merah yang dipakai adalah 20 cm x 10 cm x 5 cm.
Dalam 1 m2 terdapat 80 buah bata merah dengan spesi 1 cm.
Perhitungannya sebagai berikut :
10 000 cm2
=79.36 buah ≈80 buah
(20 cm+1 cm)x (5 cm+1 cm)
2. Jumlah bata merah didapat 79.36 buah, namun pada perhitungan
harga material ini dibulatkan menjadi 80 buah. Harga bata merah per
buah adalah Rp795, maka dalam 1 m2 memerlukan biaya sebesar :
80 buah x Rp795=Rp 63 600
3. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk spesi,
perlu dihitung terlebih dahulu volume spesi yang dibutuhkan dengan
ketebalan 1 cm. Perhitungannya sebagai berikut :
V.Dinding pas.bata=100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3
V. Bata total=(20 cm x 10 cm x 5 cm) x 80 buah= 80 000 cm3
volume spesi = 20 000 cm3 =0.02 m3
4. Harga satuan pasir adalah Rp232 617 per m3, dan harga PC adalah
Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada
perhitungan dalam satuan per m3, konversi perhitungan sebagai
berikut:
50 kg
= 0.01587 m3
kg
3 150 3
m
Jadi 1 sak semen portland dengan berat 50 kg memiliki volume
sebesar 0.01587 m3, sehingga diperoleh harga satuan semen per m3
sebesar Rp4 095 000.
5. Spesi yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP
dengan ketebalan spesi 1 cm, sehingga volume pasir dan semen
dengan perbandingan tersebut sebesar :
1
semen = x 0.02 m3 = 0.0033 m3
6
5
pasir = x 0.02 m3 = 0.0167 m3
6
Harga pasir = 0.0167 m3 x Rp232 617 = Rp3 877.73
Harga semen = 0.0033 m3 x Rp4 095 000 = Rp13 513.5
6. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan
juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya
sebagai berikut :
Pekerja
= 0.3200 Oh x Rp98 000 = Rp31 360
Semen =
20
Tukang Batu = 0.1000 Oh x Rp114 000 = Rp11 400
Kepala Tukang = 0.0100 Oh x Rp132 000 = Rp1 320
Mandor
= 0.0150 Oh x Rp150 300 = Rp2 254.5
Harga material dan upah tenaga kerja per 1 m2 untuk pekerjaan pasangan
dinding bata merah dengan spesi 1 PC : 5 PP, adalah sebesar Rp127 325.73.
Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding pasangan bata merah tebal ½
bata, 1 Pc : 5 PP
HARGA SAT.
HARGA
URAIAN
SAT
VOLUME
Rp.
Rp.
Bata Merah
Bh
80.000
795
63 600.00
3
Semen Portland
m
0.0033
4 095 000
13 513.50
Pasir Pasang
m3
0.0167
232 617
3 877.73
Pekerja
Oh
0.3200*
98 000
31 360.00
Tukang Batu
Oh
0.1000*
114 000
11 400.00
Kepala Tukang
Oh
0.0100*
132 000
1 320.00
Mandor
Oh
0.0150*
150 300
2 254.50
Jumlah
127 325.73
* berdasarkan SNI 6897-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
Analisis pekerjaan plesteran dinding bata merah, diuraikan sebagai berikut :
1. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk plesteran,
perlu dihitung terlebih dahulu volume plesteran yang dibutuhkan
dengan ketebalan 1,75 cm. Perhitungannya sebagai berikut :
V. dinding+plesteran =100 cm x 100 cm x 13.5 cm =135 000 cm3
V. dinding pas.bata =100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3
volume plester=35 000 cm3 =0.035 m3
2. Harga satuan pasir adalah Rp 232 617 per m3, dan harga PC adalah
Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada
perhitungan ini dalam satuan per m3sehingga harga satuannya
menjadi sebesar Rp4 095 000. Konversi perhitungan sama seperti
perhitungan spesi pasangan bata sebelumnya.
3. Plesteran yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP
dengan ketebalan 1.75 cm, sehingga volume pasir dan semen dengan
perbandingan tersebut sebesar :
1
semen = x 0.035 m3 = 0.0058 m3
6
5
pasir = x 0.035 m3 = 0.0292 m3
6
Harga semen= 0,0058 m3 x Rp4 095 000 = Rp 23 751
Harga Pasir = 0,0292 m3 x Rp232 617 = Rp6 792.42
4. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan
juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya
sebagai berikut :
21
Pekerja
= 0.225 Oh x Rp98 000 = Rp22 050
Tukang Batu = 0.175 Oh x Rp114 000 = Rp19 950
Kepala Tukang = 0.0175 Oh x Rp132 000 = Rp2 310
Mandor
= 0.01125Oh x Rp150 300 = Rp1 690.88
Nilai Volume yang digunakan merupakan hasil interpolasi antara
volume pekerjaan pada ketebalan plester 2cm dan 1.5 cm, karena
ketebalan plester yang digunakan adan 1.75 cm.
Harga material dan upah tenaga kerja per m2 untuk pekerjaan plesteran
dinding bata merah dengan keteba1an 1.75 cm, 1 PC : 5 PP, adalah sebesar
Rp76 544.29. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding bata merah, tebal
1.75 cm, 1 Pc : 5 PP
HARGA SAT.
HARGA
URAIAN
SAT
VOLUME
Rp.
Rp.
3
Semen Portland
m
0.00580
4 095 000.00
23 751.00
3
Pasir Pasang
m
0.02920
232 617.00
6 792.42
Pekerja
Oh
0.22500*
98 000.00
22 050.00
Tukang Batu
Oh
0.17500*
114 000.00
19 950.00
Kepala Tukang
Oh
0.01750*
132 000.00
2 310.00
Mandor
Oh
0.01125*
150 300.00
1 690.88
Jumlah
76 544.29
* berdasarkan SNI 2837-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan
Total harga pekerjaan per m2 untuk pekerjaan pemasangan dinding bata
merah berikut dengan spesi dan plesteran adalah sebagai berikut :
Biaya Total= Rp127 325.73+Rp76 544.29 =Rp203 860
Dinding Kaleng Minuman
Analisis pekerjaan pemasangan dinding kaleng minuman dan
plesteran, diuraikan sebagai berikut :
1. Ukuran kaleng yang digunakan adalah 6.5 cm dan tinggi 11.5 cm.
Dalam 1 m2 terdapat 125 buah sampah kaleng minuman tanpa spesi.
Perhitungannya sebagai berikut :
(100 cm x (100 cm – 2 cm )
=125 buah
(6.5 cm+0.3 cm)x 11.5 cm
Nilai 0.3 merupakan nilai ketebalan kawat ayam pada saat
membungkus kaleng sehingga diameter kaleng dan kawat ayam
menjadi 6.8 cm. Selain itu, nilai 1 cm merupakan nilai ketebalan
mortar yang digunakan sebagai alas atau perletakan dan pentup
dinding kaleng.
2. Pada dinding kaleng akan diberikan dua asumsi dalam
perhitungannya, yaitu :
22
3.
4.
5.
6.
7.
Asumsi 1 : Kaleng yang digunakan merupakan sampah yang
dikumpulkan sendiri sehingga memiliki harga satuan
sebesar Rp0
Asumsi 2 : Kaleng dibeli dari pemulung dengan harga per kg
sebesar Rp7 000. Dengan berat 1 kaleng sebesar 14
gram sehingga satu kg kaleng terdiri dari 72 buah.
Harga satuan kaleng menjadi Rp98 per buah.
Jumlah kaleng yang digunakan untuk dinding per 1 m2 adalah
sebanyak 125 buah. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku
kaleng sebesar :
Asumsi 1 : 125 buah x Rp0 = Rp0
Asumsi 2 : 125 buah x Rp98 = Rp12 250
Pada dinding kaleng ini tidak menggunakan spesi yang terbuat dari
mortar namun, diganti menggunakan super glue untuk merekatkan
kaleng-kaleng tersebut. Harga super glue adalah sebesar Rp5 000 per
botol dan cukup untuk membuat dinding 1 m2.
Setelah
kaleng-kaleng
direkatkan
kemudian
dibungkus
menggunakan kawat ayam. Harga kawat ayam sebesar Rp12 012 per
m2. Untuk mengetahui kebutuhan kawat ayam per 1 m2 dinding
kaleng, perlu dilakukan perhitungan luas selimut kaleng.
Perhitungannya sebagai berikut
Luas selimut kaleng =2 x 3.14 x 3.25 cm x 11.5 cm = 234.72 cm2
Kawat ayam = 234.72 cm2 x 125 buah =29 339.38 cm2 = 2.934 m2
Harga kawat ayam = 2.934 m2 x Rp12 012 = Rp35 243.21
Dinding kaleng minuman ini juga membutuhkan rangka sehingga
tetap menjaga vertikalitasnya, pada penelitian ini digunakan rangka
bambu. Harga bambu diameter 5 sampai 7 cm adalah Rp18 500
dengan asumsi panjang bambu adalah 5 m. Harga 1 m bambu yaitu
Rp3 700. Untuk rangka dinding ini, bambu bilah yang digunakan
seharga Rp616.67/bagian. Untuk dinding dengan ukuran 1 m2
dibutuhkan 3.5 m bambu bilah. Perhitungan harga satuannya sebagai
berikut :
3.5 m x Rp616.67 = Rp4 393.77
Bilah-bilah bambu tersebut digabungkan dengan menggunakan paku
ukuran 2 c