Kandungan Total Fenol, Flavonoid, Dan Aktivitas Antioksidan Lima Tanaman Hutan Yang Berpotensi Sebagai Obat Alami

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KANDUNGAN TOTAL FENOL,
DAN FLAVONOID LIMA TANAMAN HUTAN YANG
BERPOTENSI SEBAGAI OBAT ALAMI

RIKI LAKSA PURNAMA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas
Antioksidan, Kandungan Total Fenol, dan Flavonoid Lima Tanaman Hutan
yang Berpotensi sebagai Obat Alami adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian
Desentralisasi IPB tahun 2014 atas nama drh Sulistiyani, MSc, PhD dkk
dengan judul Pengembangan Produk Antikolesterol dari Tumbuhan Hutan

Berbasis Mekanisme Penghambatan Enzim HMG-CoA Reduktase. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2015

Riki Laksa Purnama
NIM G84100091

ABSTRAK
RIKI LAKSA PURNAMA. Kandungan Total Fenol, Flavonoid, dan
Aktivitas Antioksidan Lima Tanaman Hutan yang Berpotensi sebagai Obat
Alami. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.
Beberapa tanaman hutan yang berpotensi sebagai antioksidan, yaitu
pulai (Alstonia scholaris), jati belanda (Guazuma ulmifolia), jabon merah
(Anthocephalus macrophyllus), mindi (Melia azedarach), dan surian (Toona
sinensis). Selama ini penelitian yang membandingkan aktivitas antioksidan
ekstrak daun dari lima tanaman hutan tersebut dengan pelarut etanol belum
pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas
antioksidan ekstrak daun lima tanaman hutan (pulai, jati belanda, jabon

merah, mindi, dan surian) secara in vitro dengan metode DPPH. Ekstrak
daun kelima tanaman hutan dimaserasi dengan pelarut etanol 96%. Kelima
ekstrak daun tanaman hutan berpotensi sebagai obat alami dengan surian
mempunyai aktivitas antioksidan terkuat, yaitu sebesar 8,48 µg/mL dan
diikuti oleh jabon merah (32,68 µg/mL), pulai (55,49 µg/mL), jati belanda
(114,89 µg/mL), serta mindi (309,68 µg/mL). Aktivitas antioksidan
dipengaruhi oleh kandungan total fenol dan flavonoid. Kandungan total
fenol dan flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak daun surian, yaitu
sebesar 266,91 µg GAE/mg dan 8,40 µg CE/mg.
Kata kunci: antioksidan, fenol, flavonoid

ABSTRACT
RIKI LAKSA PURNAMA. Total Phenols Content, Flavonoids, and
Antioxidants Activity of Five Forest Plants as Potential Natural Drug.
Supervised by SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.
Some forest plants that potential as antioxidant are pulai (Alstonia
scholaris), jati belanda (Guazuma ulmifolia), red jabon (Anthocephalus
macrophyllus), mindi (Melia azedarach), dan surian (Toona sinensis).
During this research comparing the antioxidant activity of leaf extracts of
five forest plants with ethanol has never been done. This study aimed to

compare the antioxidant activity of leaf extract of five forest plants (pulai,
jati belanda, red jabon, mindi, surian) in vitro with DPPH. Five leaf extracts
of forest plants macerated with 96% ethanol. Five forest plants of leaf
extract has potential as a nature drug with surian have the strongest
antioxidant activity, amounting to 8,48 µg/mL and followed by red jabon
(32,68 µg/mL), pulai (55,49 µg/mL), jati belanda (114,89 µg/mL), and
mindi (309,68 µg/mL). The antioxidant activity is influenced by total
phenols and flavonoids content. Total phenols and flavonoids content is
highest in leaf extracts for surian, which amounted to 266,91 µg GAE/mg
and 8,40 µg CE/mg.
Keywords: antioxidant, phenol, flavonoid

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KANDUNGAN TOTAL FENOL,
DAN FLAVONOID LIMA TANAMAN HUTAN YANG
BERPOTENSI SEBAGAI OBAT ALAMI

RIKI LAKSA PURNAMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan karya ilmiah ini dengan baik. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei sampai Desember 2014 di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka
(PSB), Taman Kencana, Bogor. Penelitian dengan judul “Aktivitas
Antioksidan, Kandungan Total Fenol, dan Flavonoid Lima Tanaman Hutan
yang Berpotensi sebagai Obat Alami” didanai oleh beasiswa penelitian
Yayasan Amanah, dana pribadi, dan penelitian Sulistiyani et al. (2013)
dengan judul “Pengembangan Produk Antikolesterol dari Tumbuhan Hutan
Berbasis Mekanisme Penghambatan Enzim HMG KoA Reduktase.”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan penelitian dan karya ilmiah ini. Ucapan terima
kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc., PhD dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut.,
M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan kritik, saran dan arahan
selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih
juga kepada Ibu Nunuk, Ibu Ina, Mas Endi, Mas Nio, dan Mas Taufik selaku
peneliti di PSB serta Kak Shelly sebagai rekan kerja yang telah membantu
dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Ibu Bapak beserta keluarga
penulis yang telah memberikan inspirasi, semangat dan doa-doa terbaik.
Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015

Riki Laksa Purnama

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE

2

Alat dan Bahan

2


Metode Penelitian

2

HASIL

4

Kadar Air dan Rendemen

4

Aktivitas Antioksidan

5

Kandungan Total Fenol

5


Kandungan Total Flavonoid

5

PEMBAHASAN

6

Kadar Air terhadap Daya Simpan Sampel

6

Rendemen: Banyaknya Senyawa Bioaktif yang Terekstrak

7

Potensi Lima Tanaman Hutan sebagai Antioksidan Alami

7


Analisis Metabolit Sekunder: Total Fenol dan Flavonoid

8

SIMPULAN DAN SARAN

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

24


DAFTAR TABEL
1. Rata-rata kadar air dan rendemen lima sampel tanaman hutan
2. Penggolongan nilai IC50

4
8

DAFTAR GAMBAR
1. Nilai IC50 terhadap lima sampel tanaman hutan
2. Kandungan total fenol terhadap lima sampel tanaman hutan
3. Kandungan total flavonoid terhadap lima sampel tanaman hutan

5
6
6

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Rendemen hasil ekstraksi
Penetapan kadar air
Kurva standar asam galat dan penentuan kandungan total fenol
Kurva standar kuersetin dan penentuan kandungan total flavonoid
Aktivitas antioksidan
Grafik hubungan (%) inhibisi terhadap konsentrasi sampel

16
17
18
19
20
23

1

PENDAHULUAN
Lingkungan yang tercemar mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia, salah satunya yaitu radikal bebas. Radikal bebas
disebabkan oleh asap rokok, polusi udara, dan radikal sinar ultraviolet (PIPI 2010).
Radikal bebas sangat reaktif karena kehilangan satu atau lebih elektron yang
bermuatan listrik. Radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain
untuk mengembalikan keseimbangannya (Praptiwi et al. 2006). Lim et al. (2002)
menyatakan bahwa radikal bebas mampu bereaksi dengan karbohidrat, protein,
lipid, dan DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul tersebut menyebabkan
penyakit seperti kanker, jantung koroner, dan penyakit degeneratif lainnya.
Reaktivitas radikal bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang
melengkapi sistem kekebalan tubuh. Senyawa kimia tersebut dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga dapat
menghentikan kerusakan (Kuncahyo dan Sunardi 2007). Senyawa antioksidan
dapat diperoleh dari bahan-bahan alami maupun sintetis dari luar tubuh.
Antioksidan sintetik yang secara umum digunakan adalah butil hidroksil anisol
(BHA), butil hidroksil toluen (BHT), propil galat (PG), dan butil hidroksil quion
(BHQ) (Meenakshi et al. 2009). Antioksidan sintetik ini dapat meningkatkan
terjadinya penyakit karsinogenesis (Amarowicz et al. 2000 dalam Rohman dan
Riyanto 2005).
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati
terbesar ketiga di dunia. Indonesia memiliki 7.500 jenis tanaman obat tetapi sampai
saat ini baru 940 tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat (KLH 2014).
Beberapa tanaman hutan yang diduga berpotensi sebagai antioksidan yaitu pulai
(Alstonia scholaris), jati belanda (Guazuma ulmifolia), jabon merah
(Anthocephalus macrophyllus), mindi (Melia azedarach), dan surian (Toona
sinensis).
Pemanfaatan pulai sebagai obat alami untuk menurunkan demam,
antimalaria, antipiretik, asma, dan gangguan pencernaan (Kirtikar et al. 2002).
Patrick et al. (2005) mengisolasi tipe alkaloid dari daun pulai. Khyade & Vaikos
(2008) melaporkan adanya alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, dan tanin dari
ekstrak daun pulai dengan pelarut metanol.
Di beberapa negara, bagian dalam kulit jati belanda dipakai sebagai obat
untuk menyembuhkan penyakit cacing dan kaki gajah, astringens, dan diaforetik
(Dewi et al. 2000). Daun jati belanda digunakan sebagai bahan ramuan pelangsing
berat badan (Suharmiati dan Maryani 2003). Miradiono (2002) melaporkan adanya
golongan flavonoid kalkon, auron, dan flavonol dari ekstrak etil asetat daun jati
belanda. Tombilangi (2004) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jati belanda
mengandung flavonoid.
Ekstrak daun jabon berfungsi sebagai obat kumur. Pewarna kuning dari kulit
akar dapat berfungsi sebagai tanin (Krisnawati et al. 2011). Penelitian Wati et al.
(2014) melaporkan daun jabon merah dapat digunakan sebagai tanaman obat karena
mengandung kuinon dan terpenoid.
Secara tradisional, mindi digunakan sebagai pengobatan kusta, inflamasi,
dan gangguan kardiak (Corpinella et al. 2007). Ekstrak dan komponen mindi
dilaporkan sebagai insektisida dan antifedan (Alouani et al. 2009). Ahmed & Rao

2

(2013) melaporkan adanya tanin, fenol, flavonoid, glikosida, dan saponin ekstrak
etanol daun mindi.
Daun surian digunakan sebagai obat untuk mengobati heliosis, muntah,
disentri, kurang nafsu makan, radang usus disebabkan pengaruhnya dalam
detoksifikasi, dan antiinflamasi (Chang et al. 2002). Sebelumnya, penelitian
fitokimia menunjukan bahwa daun surian mengandung flavonoid, terpenoid,
anthraquinone (Chen et al. 2000).
Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak daun
lima tanaman hutan (pulai, jati belanda, jabon merah, mindi, dan surian) secara in
vitro dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH). Hipotesis penelitian
ini yaitu salah satu dari ekstrak daun lima tanaman hutan yang akan diteliti memiliki
aktivitas antioksidan terbaik. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi
aktivitas antioksidan terbaik dari ekstrak daun lima tanaman hutan yang diteliti.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan untuk penelitian ini yaitu 5 sampel daun
(pulai, jati belanda, jabon merah, mindi, dan surian) yang berasal dari Kebun Unit
Konservasi Budidaya Biofarmaka, Cikabayan, Darmaga, Bogor. Penetapan kadar
air menggunakan simplisia sebanyak 5 sampel daun (pulai, jati belanda, jabon
merah, mindi, dan surian). Sebanyak 5 sampel simplisia dan etanol 96% digunakan
sebagai bahan untuk ekstraksi senyawa bioaktif. Bahan-bahan yang digunakan
untuk penentuan kandungan total fenol yaitu 5 sampel ekstrak, etanol 96%,
aquabidest, Folin-Ciocalteau 50%, Na2CO3 5%, dan standar asam galat. Penentuan
kandungan total flavonoid menggunakan ekstrak 5 sampel eksrak,
heksametilentetramin (HMT) 0,5%, HCl 25%, aseton, aquabidest, etil asetat, AlCl3
2%, asam asetat glasial 5%, dan standar kuersetin. Sebanyak 5 sampel ekstrak,
etanol 96%, dan DPPH digunakan sebagai bahan untuk aktivitas antioksidan.
Alat yang digunakan untuk persiapan sampel yaitu penggiling 40 mesh.
Penetapan kadar air menggunakan cawan porselin, oven (Memmert), desikator, dan
timbangan analitik. Labu Erlenmeyer, kertas saring, dan rotarievaporator (Buchi)
digunakan sebagai alat untuk ekstraksi senyawa bioaktif. Alat-alat yang digunakan
untuk penentuan kandungan total fenol yaitu timbangan analitik, pipet volumetrik,
bulb, sudip, labu takar, tabung reaksi, dan spektrofotometer (U-2800). Penentuan
kandungan total flavonoid menggunakan timbangan analitik, pipet volumetrik,
bulb, sudip, labu takar, penangas air, kertas saring, corong pisah, dan
spektrofotometer (U-2800). Timbangan analitik, pipet Mohr, tip, labu takar,
microplate, dan microplate reader (Epoch) digunakan sebagai alat untuk aktivitas
antioksidan.
Metode Penelitian
Persiapan Sampel (AOAC 2005)
Sampel dedaunan (pulai, jati belanda, jabon merah, mindi, dan surian)
diambil dari lokasi kebun Cikabayan, IPB. Semua sampel daun dibersihkan
menggunakan air sampai kotoran yang menempel hilang. Sampel tersebut

3

dikeringkan dalam oven pada suhu 50o C selama 30 menit. Masing-masing sampel
digiling hingga berukuran 40 mesh.
Penetapan Kadar Air (Harborne 1987)
Penentuan kadar air bertujuan menentukan persentase air dari sampel yang
diuji sehingga diketahui ketahanan suatu sampel dalam penyimpanannya. Tahap
awal penentuan kadar air melalui pengeringan cawan porselin ke dalam oven pada
suhu 105 °C selama 60 menit. Cawan tersebut didinginkan ke dalam desikator
selama 15 menit lalu ditimbang. Sebanyak 2 g sampel simplisia dalam bentuk
serbuk dimasukkan ke dalam cawan kemudian dikeringkan ke dalam oven pada
suhu 105 °C selama 3 jam. Cawan berisi sampel tersebut didinginkan ke dalam
desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan dilakukan berulang-ulang
hingga diperoleh bobot yang tetap.
Ekstraksi Senyawa Bioaktif (BPOM 2005)
Ekstraksi bertujuan memisahkan komponen-komponen tertentu dari suatu
sampel untuk mendapatkan senyawa bioaktif. Sebanyak 10 g sampel simplisia
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 100 mL etanol 96%.
Campuran dimaserasi sambil beberapa kali diaduk pada suhu kamar (27 °C) selama
2 hari. Campuran tersebut kembali dimaserasi dengan pelarut yang sama sampai
warna berubah menjadi pudar. Maserat disaring lalu diuapkan dengan
rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar.
Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Salazar et al. 2009)
Pengujian aktivitas antioksidan bertujuan mengukur kemampuan suatu
senyawa sampel dalam menangkal radikal bebas DPPH. Prinsip metode DPPH
berdasarkan penangkapan hidrogen dari senyawa antioksidan oleh DPPH menjadi
DPP hidrazin (non radikal) dengan berubahnya warna ungu menjadi warna kuning
(Molyneux 2004). Ekstrak kasar dari pulai, jati belanda, jabon merah, dan mindi
dilarutkan dalam etanol 96% dengan konsentrasi 12.5, 25, 50, 100, dan 200 µg/mL
sedangkan konsentrasi surian, yaitu 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5 µg/mL. Sebanyak 100 µL
dari masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam sumur (well plate) lalu
ditambahkan 100 µL DPPH 125 µM. Sebanyak 200 µL etanol dimasukkan ke
dalam sumur sebagai blanko. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif dengan
konsentrasi, yaitu 1.5, 2.5, 5, 7, dan 10 µg/mL. Selanjutnya, diinkubasi pada suhu
ruang dalam keadaan gelap selama 30 menit. Serapan diukur dengan menggunakan
microplate reader pada panjang gelombang 517 nm.
Penentuan Kandungan Total Fenol (Shetty et al. 1995)
Kandungan total fenol ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu
berdasarkan kemampuan senyawa fenol mereduksi fosfomolibdat dalam FolinCiocalteu membentuk molybdenum berwarna biru (Dai & Mumper 2010).
Sebanyak 0.01 g ekstrak dilarutkan dalam 25 mL etanol 96%. Larutan tersebut
diambil 2 mL ke tabung reaksi lalu ditambahkan 5 mL aquabidest, dan 0.5 mL
Folin-Ciocalteau 50% lalu diduk dengan vorteks. Campuran tersebut diinkubasi
pada suhu ruang selama 5 menit lalu ditambahkan 1 mL Na2CO3 5% dan diaduk
kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit. Absorban larutan diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Standar yang

4

digunakan yaitu asam galat dengan berbagai konsentrasi (20, 40, 60, 80, 100
µg/mL).
Penentuan Kandungan Total Flavonoid (Depkes RI 2000)
Penentuan kandungan total flavonoid menggunakan metode AlCl3 (Chang
et al. 2002). Pereaksi AlCl3 dengan gugus hidroksil dari senyawaan flavonoid akan
membentuk senyawa kompleks berwarna kuning. Sebanyak 0.3 g ekstrak, 1 mL
HMT 0,5%, 20 mL aseton, dan 2 mL HCl 25 % dimasukkan ke labu Erlenmeyer
250 mL. Campuran tersebut dihidrolisis dengan cara direfluks pada suhu 100° C
selama 30 menit. Filtrat hasil hidrolisis disaring ke labu takar 100 mL lalu
ditambahkan aseton sampai tera. Sebanyak 20 mL larutan filtrat, 20 mL aqua bidest,
15 mL etil asetat dimasukkan ke corong pisah. Cairan yang berada di lapisan atas
dimasukkan ke labu takar 50 mL. Pengerjaan dilakukan sebanyak 3x dengan pelarut
yang sama ke corong pisah. Sebanyak 10 mL dari labu takar tersebut dimasukkan
ke labu takar 25 mL lalu ditambahkan 1 mL AlCl3 2% dan asam asetat glasial 5%
sampai tera. Larutan tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit.
Absorban larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 425 nm. Standar yang digunakan yaitu kuersetin dengan berbagai
konsentrasi (0.5, 2.5, 5, 7.5, 10 µg/mL).
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan metode rancangan
acak lengkap (RAL) satu faktorial. Analisis data dengan ANOVA dan pengaruh
nyata dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan software SPSS 19.

HASIL
Kadar Air dan Rendemen
Data hasil penentuan rata-rata kadar air dari dua kali ulangan dapat dilihat
pada Tabel 1. Rata-rata kadar air dari lima sampel tanaman hutan berkisar antara
6.62 – 10.52%. Sampel jati belanda memiliki kadar air tertinggi sedangkan pulai
memiliki kadar air terendah.
Tabel 1 juga memuat data hasil rata-rata rendemen dari ekstraksi tiga kali
ulangan. Rata-rata rendemen dari lima sampel tanaman hutan berkisar antara 15.67
– 36.49%. Sampel surian memiliki nilai rendemen terbesar sedangkan jati belanda
memiliki nilai rendemen terkecil.
Tabel 1 Rata-rata kadar air dan rendemen lima sampel tanaman hutan
Rata-rata
Daun tanaman Rata-rata kadar air (%)
rendemen (%)
Pulai
6.62a ± 0.06
30.75ab ± 3.47
Jati belanda
10.52e ± 0.34
15.67d ± 2.04
Jabon merah
7.17b ± 0.10
21.69cd ± 9.65
d
Mindi
9.92 ± 0.09
26.96bc ± 0.12
Surian
8.54c ± 0.05
36.49a ± 0.63
a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji
selang berganda Duncan)

5

Aktivitas Antioksidan
Hasil pengujian aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif.
Vitamin C memiliki nilai IC50 sebesar 4.46 µg/mL . Ekstrak daun surian memiliki
nilai IC50 paling kuat sebesar 8.48 µg/mL sedangkan ekstrak daun mindi memiliki
nilai IC50 paling lemah sebesar 309.68 µg/mL . Nilai IC50 surian 3x lebih kuat dari
nilai IC50 jabon, 6x lebih kuat dari nilai IC50 pulai, 13x lebih kuat dari nilai IC50 jati
belanda, dan 36x lebih kuat dibandingkan nilai IC50 mindi.
Kandungan Total Fenol
Penentuan kandungan total fenol menggunakan standar asam galat (Gambar
2). Konsentrasi asam galat terhadap rata-rata data absorban menghasilkan
persamaan garis kurva standar asam galat y = 0.0176x – 0.0608 dengan nilai R² =
0.9976. Ekstrak daun surian memiliki kandungan total fenol paling tinggi sebesar
266.91 µg GAE/mg (sebanyak 1 mg ekstrak setara dengan 266,91 µg asam galat),
sedangkan mindi memiliki kandungan total fenol paling rendah sebesar 17.77 µg
GAE/mg.
Kandungan Total Flavonoid
Gambar 3 menunjukan penentuan kandungan total flavonoid menggunakan
standar kuersetin. Konsentrasi kuersetin terhadap rata-rata data absorban
menghasilkan persamaan garis kurva standar kuersetin y = 0.1349x + 0.0149
dengan nilai R² = 0.9993. Ekstrak daun surian memiliki kandungan total flavonoid
paling tinggi sebesar 8.40 µg QE/mg (sebanyak 1 mg ekstrak setara dengan 8,40 µg
kuersetin), sedangkan jabon merah memiliki kandungan total flavonoid paling
rendah sebesar 0.67 µg QE/mg.
350,00
309,68d ± 40,83
300,00

IC50 (µg /mL)

250,00
200,00
150,00

114,89c ± 1,70

100,00
55,49b ± 1,26
50,00

32,68ab ± 2,03
4,46a

8,48a ± 0,07

± 0,10

0,00
Vit. C

Pulai

Jati belanda
Jabon
Sampel

Mindi

Surian

Gambar 1 Nilai IC50 terhadap lima sampel tanaman hutan
a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
5% (uji selang berganda Duncan).

6

300,00

266,91a ± 4,11

(µg GAE/mg)

250,00
200,00
150,00
100,00
57,24c ± 0,42
50,00

50,42c ± 1,51

71,50b ± 7,54
17,77d ± 0,37

0,00
Pulai

Jati belanda

Jabon
Sampel

Mindi

Surian

Gambar 2 Kandungan total fenol terhadap lima sampel tanaman hutan
a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
5% (uji selang berganda Duncan).

9,00

8,40a ± 0,06

8,00

(µg QE/mg)

7,00
5,99b ± 0,07

6,00
5,00

4,36c ± 0,87

4,00
3,00
2,00

1,72d ± 0,25
0,67e ± 0,04

1,00
0,00
Pulai

Jati belanda

Jabon
Sampel

Mindi

Surian

Gambar 3 Kandungan total flavonoid terhadap lima sampel tanaman hutan
a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan).

PEMBAHASAN
Kadar Air terhadap Daya Simpan Sampel
Penentuan kadar air menjadi indikator dalam penentuan kualitas tanaman
obat. Kadar air yang tinggi dalam suatu sampel mengakibatkan rendahnya kualitas
tanaman obat. Hal tersebut dikarenakan mikroorganisme akan tumbuh baik pada
lingkungan yang banyak air sehingga ketahanan suatu sampel akan berkurang.

7

Kadar air yang baik adalah kurang dari 10% dikarenakan lebih tahan terhadap
pencemaran mikroorganisme sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama (Harjadi 1993). Sampel pulai, jabon merah, surian, dan mindi memiliki kadar
air yang baik, yaitu kurang dari 10% (6.62 – 9.92%). Sampel jati belanda memiliki
kadar air lebih besar dari 10% (10.52%) sehingga kurang baik dalam penyimpanan.
Untuk menurunkan kadar air tersebut, dapat dilakukan perlakukan penentuan kadar
air dengan meningkatkan suhu diatas 105 °C. Menurut Harjadi (1993), air yang
terikat secara fisik dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 100 °C – 105
°C. Kadar air pada sampel dipengaruhi oleh kelembaban, perlakuan terhadap
sampel, dan besarnya penguapan (Harjadi 1993).
Rendemen: Banyaknya Senyawa Bioaktif yang Terekstrak
Sampel diekstraksi dengan metode maserasi yaitu merendam serbuk
simplisia dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (b/v). Semakin
besar volume pelarut maka jumlah yang terekstrak akan semakin besar (Houghton
dan Rahman 1998). Metode maserasi dilakukan selama 6 x 24 jam, setiap 2 x 24
jam pelarut etanol 96% diganti dengan yang baru dikarenakan pelarut yang jenuh
tidak akan menarik senyawa bioaktif lagi. Waktu maserasi dilakukan lebih lama
untuk meningkatkan hasil rendemen ekstrak kasar yang menyebabkan banyaknya
senyawa bioaktif yang berdifusi ke luar sel. Salah satu 7embra yang mempengaruhi
ekstrak kasar yaitu lamanya waktu esktraksi.
Banyaknya rendemen menunjukkan kemampuan pemisahan senyawa
bioaktif berdasarkan kepolaran antara interaksi analat (komponen senyawa
bioaktif) dengan senyawa yang berasal dari pelarut (Ayoola et al. 2008). Nilai
rendemen berbeda untuk setiap jenis tanaman bergantung pada kandungan senyawa
setiap tanaman tersebut. Rata-rata nlai rendemen dari lima sampel tanaman hutan
berkisar antara 15.67 – 36.49% dengan tanaman surian memiliki nilai rendemen
tertinggi. Menurut Nurcholis (2008), metode maserasi menyebabkan terjadinya
pemecahan dinding sel dan 7embrane sel yang mengakibatkan terjadinya perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga senyawa bioaktif akan terlarut
dalam pelarut etanol. Hal tersebut yang menentukan besar kecilnya nilai rendemen
dari ekstraksi yang ditentukan oleh ketebalan dinding sel dan 7embrane sel.
Potensi Lima Tanaman Hutan sebagai Antioksidan Alami
Parameter yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan yaitu IC50
(Inhibition Concentration). IC50 merupakan konsentrasi sampel yang dibutuhkan
untuk menghambat radikal bebas DPPH sebesar 50% (Zou et al. 2004). Nilai IC50
diperoleh dari persamaan regresi logaritmik yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi sampel dengan persen penghambatan radikal. Semakin kecil nilai IC50
maka aktivitas antioksidan semakin kuat. Hal tersebut berdasarkan kontrol positif
yang digunakan, yaitu vitamin C. Asam askorbat (Vitamin C) dikenal sebagai
antioksidan yang kuat karena dapat mendonorkan atom hidrogen dan membentuk
radikal bebas askorbil yang relatif stabil (Hart et al. 2003).
Rata-rata nilai IC50 dari lima sampel tanaman hutan berkisar antara 8.48 –
309.68 µg/mL . Menurut Molyneux (2004), nilai IC50 digolongkan sangat kuat
terdapat pada surian 8.48 µg/mL dan jabon merah 32.68 µg/mL . Nilai IC50
digolongkan kuat dan sedang terdapat pada pulai 55.49 µg/mL dan jati belanda

8

114.89 µg/mL . Nilai IC50 digolongkan sangat lemah terdapat pada mindi 309.68
µg/mL . Kelima ekstrak daun tanaman hutan berpotensi sebagai antioksidan dengan
surian yang mempunyai aktivitas antioksidan terkuat sedangkan mindi mempunyai
aktivitas antioksidan terlemah. Vitamin C sebagai kontrol positif mempunyai nilai
IC50 sebesar 4.46 µg/mL .
Pada penelitian ini, nilai IC50 pulai (55.49 µg/mL ) lebih baik dibandingkan
dengan nilai IC50 daun pulai yang dilakukan oleh Khanum (2014), yaitu sebesar 62
µg/mL ekstrak kloroform. Nilai IC50 daun jati belanda (114.89 µg/mL ) lebih baik
dibandingkan dengan penelitian Kusumowati et al. (2012), yaitu sebesar 126.29
µg/mL ekstrak etanol. Akan tetapi, hasil dari penelitian tersebut kurang baik dari
penelitian Navarro et al. (2003) yang melaporkan nilai IC50 daun jati belanda
sebesar 50.21 µg/mL ekstrak metanol. Penelitian nilai IC50 daun jabon merah (32.68
µg/mL ) lebih baik dibandingkan nilai IC50 daun jabon putih yang dilakukan oleh
Chandel et al. (2012), yaitu sebesar 63.94 µg/mL ekstrak etanol. Nahak & Sahu
(2010) melaporkan nilai IC50 daun mindi lebih baik dari penelitian ini, yaitu sebesar
66 µg/ mL ekstrak metanol. Data hasil perhitungan, nilai IC50 surian lebih baik
dibandingkan penelitian Sari et al. (2011) melaporkan nilai IC50 daun surian sebesar
11 µg/mL ekstrak etanol.
Menurut Widyawati et al. (2010), perbedaan nilai IC50 pada setiap sampel
tanaman disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kemampuan dalam mentransfer
atom hidrogen ke radikal bebas DPPH, struktur senyawa kimia antioksidan pada
sampel, dan jumlah gugus hidroksil. Selain itu, aktivitas antioksidan dipengaruhi
oleh senyawa bioaktif seperti jumlah kandungan total fenol dan flavonoid. Kelima
ekstrak daun tanaman hutan berpotensi sebagai antioksidan alami dengan surian
yang mempunyai aktivitas antioksidan terkuat sedangkan mindi mempunyai
aktivitas antioksidan terlemah.
Tabel 2 Penggolongan nilai IC50 (Molyneux 2004)
Konsentrasi IC50
Penggolongan
IC50 ≤ 50 µg/mL
Sangat kuat
50 µg/mL< IC50 ≤ 100 µg/mL
Kuat
100 µg/mL< IC50 ≤ 150 µg/mL
Sedang
150 µg/mL< IC50 ≤ β00 µg/mL
Lemah
IC50>200 µg/mL
Sangat lemah
Analisis Metabolit Sekunder: Total Fenol dan Flavonoid
Total Fenol
Asam galat (3,4,5-trihydroxybenzoic acid), metabolit sekunder dalam
kelompok besar fenol yang tersebar pada tumbuhan sebagai antioksidan alami
(Tang et al. 2003). Kandungan total fenol dinyatakan sebagai Gallic Acid
Equivalent (GAE). GAE merupakan acuan umum yang digunakan untuk mengukur
sejumlah senyawa fenol yang terdapat dalam suatu sampel (Mongkolsilp et al.
2004). Data hasil perhitungan, nilai kandungan total fenol dari yang paling tinggi
ke rendah berturut-turut, yaitu surian 266.91 GAE µg/mg (setiap mg ekstrak setara
dengan 266.91 µg GAE), jabon merah 71.50 GAE µg/mg, pulai 57.24 GAE µg/mg,
jati belanda 50.42 GAE µg/mg, dan mindi 17.77 GAE µg/mg.

9

Pada penelitian ini, nilai kandungan total fenol pulai lebih tinggi
dibandingkan penelitian oleh Ramachandra et al. (2012), yaitu sebesar 34.97 µg
GAE/mg ekstrak metanol. Begitupun, penelitian yang dilakukan oleh Ganjewala
& Kumar (2013), yaitu sebesar 49,66 µg GAE/mg ekstrak metanol. Berbeda
dengan penelitian Kumar et al. (2010) yang memiliki kandungan total fenol pulai
lebih tinggi dari penelitian ini, yaitu sebesar 80 µg GAE/mg ekstrak metanol. Daun
pulai menjadi sumber tipe pikrinin dari monoterpenalkaloid indol yang mana adalah
5-metoksistriktamin, pikralinal and 5-metoksiaspidopilin (Cai et al. 2008).
Batubara et al. (2012) melaporkan kandungan total fenol jati belanda lebih
tinggi, yaitu sebesar 90.2 µg GAE/mg ekstrak metanol. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Kusumowati et al. (2012) yang melaporkan kandungan total
fenolnyalebih tinggi sebesar 95,46 µg GAE/mg ekstrak etanol. Berbeda halnya
dengan penelitian Dewi (2012) yang melaporkan kandungan total fenol jati belanda
lebih rendah dibandingkan penelitian ini, yaitu sebesar 36,10 µg GAE/mg ekstrak
metanol. Boligon et al. (2013) mengisolasi minyak esensial dari daun jati belanda
dengan destilasi air, hasilnya didapat beberapa senyawa, diantaranya α-pinen, pinen, sabinen, p-simen, α-pelandren, 1,8-sineol, -terpinen, timol, karvakrol,
eugenol, timolasetat, α-kopaen,
-kubeben,
-elemen, metileugenol,
bikikloelemen, -karyopilen, α-humulen, germakren, butilhidroksitoluen, kamper,
eugenolasetat, linalool, spatulenol, globulol, epoksidahumulen, -eudesmol,
kubenol, α-eudesmol, n-heksanol, skadekanol. Ramakrishna et al. (2014)
melaporkan kandungan pada daun jati belanda, yaitu oktakosanol, tarakserol-oac,
friedelin-3-a-oac, a-sitosterol, dan friedelinol-3-asetat.
Penelitian yang dilakukan oleh Chandel et al. (2012) melaporkan bahwa
kandungan total fenol daun jabon putih lebih tinggi dibandingkan jabon merah pada
penelitian ini, yaitu sebesar 149,87 mg GAE/g. Sanadhya et al. (2013) juga
melaporkan kandungan total fenol daun jabon putih lebih tinggi, yaitu sebesar
386,59 mg GAE/g ekstrak air. Gupta et al. (2013) melaporkan beberapa senyawa
kimia, yaitu gammatokoferol, vitamin E, -sitosterol, asam pentadekanoik, squalen,
ajmalisin, dan retinol pada ekstrak metanol daun jabon putih. Chandel et al. (2012)
mengidentifikasi senyawa-senyawa dari daun jabon putih, diantaranya asam
klorogenik, asam feruloiquinik, kadambin, dihidrokadambin (alkaloid indol), sitosterol.
Kandungan total fenol mindi yang dilakukan oleh Munir et al. (2012) lebih
tinggi dari penelitian ini, yaitu sebesar 82.54 µg GAE/mg ekstrak metanol. Aoudia
et al. (2011) juga melaporkan bahwa kandungan total fenol mindi lebih tinggi
sebesar 98,57 CE (Catechin Ekuivalen) mg/g ekstrak etanol. Beberapa senyawa
fenol dari ekstrak metanol daun mindi yang telah diidentifikasi oleh Sen & Batra
(2012), diantaranya pentadekan, limonen, karvakrol, fitol, asam 9,12,15oktadekatrienoick, asam stearat, squalen, 2,8-dimetil-2- (4,8,12-trimetiltriedecil) 6-kromanol, gammatokoferol, 1-eikosanol,betakaroten, 3,7,11,15-tetrametil-2
heksadesen-1-ol.
Huang et al. (2012) melaporkan bahwa kandungan total fenol surian lebih
tinggi dari penelitian ini, yaitu sebesar 357.2 µg GAE/mg ekstrak metanol. Sama
halnya dengan penelitian Haryadi (2012) yang memiliki kandungan total fenol
surian lebih tinggi sebesar 500,30 µg GAE/mg. Namun, hasil penelitian ini lebih
tinggi dibandingkan penelitian oleh Chao et al. (2014), yaitu sebesar 81,86 mg
GAE/g ekstrak metanol. Wang et al. (2007) melaporkan beberapa senyawa fenol

10

dari daun surian dengan fraksi etanol, diantaranya asam galat, metilgalat,
asamtrigalik, 6-O-galoil-D-glukosa, 1,2,3-tri-O-galoil- -D-glukopiranosa, 1,2,3,6tetra-O-galoil- -D-glukopiranosa,
dan
1,2,3,4,6-penta-O-galoil- -Dglukopiranosa. Zhang et al. (2014) juga mengidentifikasi senyawa fenol dengan
Fraksi etil asetat pada daun surian, yaitu 1,2,3,4,6-penta-O-galoil- -Dglukopiranosa dan etil galat.
Perbedaaan hasil tersebut disebabkan sampel yang dianalisis berbeda dari
asal tanaman, umur, dan kondisi lingkungan tempat tumbuh (Utami 2010).
Kahkonen et al. (2001) menambahkan kandungan fenol pada daun sangat
dipengaruhi oleh tingkat umur daun, kondisi tanah, pemberian pupuk serta
lingkungan baik secara fisik, biologi, maupun kimiawi. Hasil penelitian kandungan
total fenol pada kelima sampel tanaman berpengaruh terhadap kandungan
antioksidannya. Menurut Andayani et al. (2008), senyawa fenol memiliki aktivitas
antioksidan yang mempunyai gugus hidroksi tersubstitusi pada posisi orto dan para.
Kandungan total fenol tersebut berkorelasi positif terhadap aktivitas antioksidan.
Semakin tinggi konsentrasi total fenol maka semakin baik aktivitas antioksidannya.
Penelitian Meenakshi et al. (2009) menunjukkan adanya hubungan antara total
fenol dan aktivitas antioksidan dimana jika di dalam suatu bahan memiliki
kandungan senyawa fenol yang tinggi maka aktivitas antioksidan dalam bahan
tersebut juga tinggi.
Total Flavonoid
Flavonoid merupakan komponen terbesar dari senyawa fenol. Kandungan
total flavonoid dapat menjadi indikator keefektifannya sebagai penangkap radikal
bebas (Tapas et al. 2008). Kuersetin (γ,5,7,γ’,4’-pentahidroksiflavon), kelompok
besar flavonoid yang tersebar di hampir semua bagian tumbuhan (Murota & Terao
2003). Standar yang digunakan untuk mengukur kandungan total flavonoid
dinyatakan sebagai Quersetin Equivalent (QE). Data hasil perhitungan, nilai
kandungan total flavonoid dari yang paling tinggi ke rendah berturut-turut, yaitu
surian 8.40 QE µg/mg (setiap mg ekstrak setara dengan 8,40 µg QE), mindi 5.99
QE µg/mg, jati belanda 4.36 QE µg/mg, pulai 1.72 QE µg/mg, dan jabon merah
0.67 QE µg/mg.
Ramachandra et al. (2012) melaporkan nilai kandungan total flavonoid
pulai lebih tinggi, yaitu sebesar 14.43 mg QE/g ekstrak metanol. Hal tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ganjewala & Kumar (2013) yang
melaporkan kandungan total flavonoid pulai lebih tinggi sebesar 97,33 mg QE/g
ekstrak metanol.
Kandungan total flavonoid jati belanda pada penelitian ini lebih rendah
dibandingan penelitian oleh Batubara et al. (2012), yaitu sebesar 18.9 mg QE/g
ekstrak metanol. Hal tersebut didukung oleh penelitian Dewi (2012) yang memiliki
kandungan total flavonoid lebih tinggi dari penelitian ini, yaitu sebesar 14,66 mg
QE/g ekstrak metanol.
Chandel et al. (2012) melaporkan kandungan total flavonoid daun jabon
putih lebih tinggi dibandingkan daun jabon merah, yaitu sebesar 63,94 µg/mL
ekstrak etanol. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sanadhya et al. (2013) yang
melaporkan kandungan total flavonoid daun jabon putih lebih tinggi sebesar 320
mg QE/g ekstrak air.

11

Munir et al. (2012) melaporkan kandungan total flavonoid mindi lebih
tinggi, yaitu sebesar 16.99 mg QE/g ekstrak metanol. Aoudia et al. (2011) juga
melaporkan kandungan senyawa flavonols daun mindi sebesar 13,86 mg CE/g
ekstrak etanol. Sen & Batra (2012) melaporkan beberapa senyawa kimia dari
ekstrak metanol daun mindi yang termasuk golongan flavonoid, diantaranya
pirazol—5(2H)-one, kuersetin, kaempferol.
Kandungan total flavonoid surian yang dilakukan oleh Haryadi (2012) lebih
tinggi dari penelitian ini, yaitu sebesar 62,96 mg QE/g ekstrak etanol. Chao et al.
(2014) melaporkan juga kandungan total flavonoid lebih tinggi sebesar 62,23 mg
QE/g ekstrak metanol. Chao et al. (2014) melaporkan adanya kelompok flavonols
pada daun surian yaitu kuersetin, mirisetin, dan kaempferol. Beberapa senyawa
flavonoid dari daun surian, diantara kuersetin 3-O- -D-glukopiranosid, kuersetin 3O-α-L-ramnopiranosid, rutin, kaempferol-3-O- -D-glukopiranosid, kaempferol-Oα-L-arabinopiranosid berhasil diisolasi dengan pemurnian fraksi etanol (Wang et
al. 2007). Senyawa flavonoid dari daun surian telah diidentifikasi, yaitu kuersetin
3-O-α-L ramnopiranosid dan kaempferol 3-O-α-L-ramnopiranosid dengan fraksi
etil asetat (Zhang et al. 2014).
Sama halnya dengan sebelumnya, perbedaaan hasil tersebut disebabkan
sampel yang dianalisis berbeda dari asal tanaman, umur, dan kondisi lingkungan
tempat tumbuh (Utami 2010). Senyawa fenol berpotensi sebagai antioksidan
sedangkan flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol. Namun, hasil
kandungan total flavonoid pada kelima ekstrak sampel tanaman tidak berkorelasi
positif terhadap kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Widyastuti (2010) bahwa tingginya aktivitas antioksidan
pada setiap tanaman tidak selalu bersumber pada golongan flavonoid.

SIMPULAN DAN SARAN
Surian mempunyai aktivitas antioksidan terkuat dengan nilai IC50 sebesar
8.48 µg/mLdan diikuti oleh jabon merah, pulai, jati belanda, serta mindi. Aktivitas
antioksidan dipengaruhi oleh kandungan total fenolik dan flavonoid. Kandungan
total fenol dan flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak daun surian sebesar 266.91
GAE µg/mg dan 8.40 QE µg/mg.
Penelitian ini menggunakan ekstrak kasar yang mengandung senyawa lain
sehingga diperlukan pemurnian ekstrak dan pengujian aktivitas antioksidan
tersebut. Selain itu, pengujian aktivitas antioksidan perlu dikaji lebih dalam secara
in vivo.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed MF, Rao AS. 2013. Phytochemical and in-vitro antioxidant activities of
Melia azedarach linn, Catharanthus rosea and Brassica oleracea L. Research
paper. 7(3): 2249-555x.
Alouani A, Rehimi N, Soltani N. 2009. Larvicidal activity of a neem tree extract
(Azadiractin) against mosquito larvae in the republic of Algeria. Jordan J Biol
Sci. 2(1): 15-23.

12

Andayani R, Maimunah, Lisawati Y. 2008. penentuan aktivitas antioksidan, kadar
fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum) L). J Sains
Teknologi Farma. 13 (1): 31-37.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The
Association of Official Analytical Chemist.
Ayoola GA, Coker HAB, Adesegun SA, Adepoju-Bello AA, Obaweya K, Ezennia
EC, Atangbayila TO. 2008. Phytochemical screening and antioxidant activities
of some selected medicinal plants used for malaria therapy in Southwestern
Nigeria. J Pharma Res. 7(3): 1019-1024.
Batubara I, Kotsuka S, Yamauchi K, Kuspradini H, Mitsunaga T, Darusman LK.
2012. TNF-α production inhibitory activity, phenolic, flavonoid, and tannin
contens of selected indonesian medicinal plants. J Medicinal Plant. 6(6): 406415.
Boligon AA, Feltrin AC, Gindri AL, Athayde ML. Essential oil composition,
antioxidant and antimicrobial activities of Guazuma ulmifolia from Brazil. Med
Aromat Plants. 2 (3): 1-4.
Cai XH, Liu YP, Feng T, Luo XD. 2008. Picrininetype alkaloids from the leaves of
Alstonia scholaris. Chinese J Natural Med. 1 (6): 20- 22.
Chandel M, Sharma U, Kumar N, Singh B, Kaur S. 2012. Antioxidant activity and
identification of bioactive coumpounds from leaves of Anthocephalus cadamba
by ultra-performance liquid chromatography/electrospray ionization quadrupole
time of light spectrometry. Asian Pacific J Tropical Med. 977-985.
Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002. Estimation of total flavonoid
content in propolis by two complementary colorimetric methods. J Food and
Drug Analysis. 10 (2): 178-182.
Chang HC, Hung WC, Huang HS, Hsu HK. 2002. Extract from the leaves of Toona
sinensis roemor exerts potent antiproliferative effect on human lung cancer cells.
JACM. 30: 307–314.
Chen TS, Luo ZP, Cui HA, Zhen XQ, Liu ZZ. 2000. Preliminary study of chemical
constituents from leaves of Toona sinensis. Shanxi Forest Sci and Techno. 20:
1–2.
Corpinella MC, Miranda M, Almiron WR, Ferrayoli CG, Almedia FL, Palacios SM.
2007. In vitro pediculicidal and ovicidal activity of an extract and oil from fruit
of Melia azedarach L. J Am Acad Dermatol. 56: 250-6.
Dai J, Mumper RJ. 2010. Plant phenolic:extraction, analysis and their antioxidant
and anticancer properties. Molecules. 15: 7313-7352.
Darusman LK, Rohaeti E, Sulistyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid
asal tanaman bangle sebagai senyawa peluruh lemak melalui aktivasi lipase
[laporan penelitian]. Bogor (ID): Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian
Bogor.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta (ID): Depkes RI.
Dewi YK, Widiyastuti Y, Djumidi, Sutjipto. 2000. Ragam penggunaan jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) dalam jamu berbungkus yang beredar di pasaran.
Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 6(2): 9-11.

13

Eleanore Y. 2014. Analisis fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak daun sengon
(Paraserianthes falcataria (l) nielsen) menggunakan metode DPPH [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ganjewala D, Kumar AG. 2013. Study on phytochemical vcompotition,
antibacterial and atioxidant properties of different parts of Alstonia scholaris
Linn. Adv pharma bull. 3 (2): 379-384.
Gunawan W. Biopropreksi: Upaya Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara
Berkelanjutan di Kawasan Konservasi. Badan Penelitian Teknologi Konservasi
Sumber Daya Alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Gupta A, Anand M, Yadav S, Gautam J. 2013. Phytochemical stidies and
antioxidant activity of different leaves extracts of A. cadamba. International J
Futuristic Sci Engine and Techno. 1 (1): 21-25.
Harborne JB. 1987. Phytochemical Methods. Ed ke-8. New York (US): Chapman
And Hall.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Hart H, Craine LE, Hart DJ. 2003. Kimia Organik; Suatu Kuliah Singkat Edisi
Kesebelas. Achmadi SS, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari
Organic Chemistry; A Short Course Eleventh Edition.
Haryadi D. 2012. Senyawa fitokimia dan sitotoksisitas ekstrak daun surian (Toona
sinensis) terhadap sel vero dan MCF-7 [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. 3: 13481349.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractination of
Natural Extract: Methods of Extraction and Sample Clean-up. London (GB):
Chapman and Hall Ltd.
Huang GL, Wang BJ, Weng YM. 2012. Physicochemical properties and antioxidant
activities of Toona sinensis roem leaves as affected by dryng methods. J food
processing and preservation. 10: 1745-4549.
Kahkonen MP, Hopia AI, Heinonen. 2001. Berry phenolics and their antioxidant
activity. J Agri Food Chem. 49: 9348-9351.
Karadeniz F, Burdurulu HS, Koca N, Soyer Y. 2005. Antioxidant activity of
selected fruits and vegetables grown in Turkey. J Agriculture and Food
Chemistry. 29, 297-303.
Khyade MS, Vaikos NP. 2008. Phytochemical and antibacterial propeties of leaves
of Alstonia scholaris. Afr J Biotech. 8(22): 6434 – 6436.
Kirtikar KR, Basu BD. 2002. Indian medicinal plants Allahabad India. Lalit Mohan
Basu. 1: 111-14.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Peluncuran Buku Status Kekinian
Keanekaragaman Hayati Indonesia. http://www.menlh.go.id/peluncuran-bukustatus-kekinian-keanekaragaman-hayati-indonesia/. Diakses: 1 Desember 2014.
Khanum S. 2014. Pharmacological investigation of the chloroform extract of
Alstonia scholaris (L.) R.BR. JPSI. 3 (1): 14-19.
Krisnawati H, Kallio M, Kanninem M. 2011. Anthocepalus cadamba Miq. ekologi,
silvikultur, dan produktivitas. Bogor (ID): Cifor.
Kumar A, Kaur R, Arora S. 2010. Free radical scavenging potential of some Indian
medicinal plants. J Med Plants Res. 4 (19): 2034 – 2042.

14

Kuncahyo I, Sunardi. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH)
[makalah]. Yogyakarta (ID): Universitas Setia Budi.
Kusumowati IT, Sudjono TA, Suhendi A, Da’i M, Wirawati R. β01β. Korelasi
kandungan fenol dan aktivitas antiradikal ekstrak etanol daun empat tanaman
obat Indonesia. Pharmacon. 13 (1): 1-5.
Lim S, Cheung P, Ooi V, Ang P. 2002. Evaluation of antioxidative activity of
extracts from a brown seaweed, Sargassum siliq uastrum. J Agicultural Food
Chemistry. 50: 3862-3866.
Meenakshi S, Gnanambigai D, Mozhi S, Arumugam M, Balasubramanian T. 2009.
Total flavonoid and in vitro antioksidant activity of two seaweeds of
Rameshwaram Coast. Global J Pharma. 3(2): 59-62.
Miradiono A. 2002. Efektivitas pengekstrak senyawa flavonoid dari daun jati
belanda (Guazuma ulmifolia lamk). [skripsi]: Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical dyphenylpicrylhydrazil
(DPPH) for estimating antioxidant activity. J Sci and Techno. 26: 211-219.
Mongkolsilp S, Pongbupakit I, Sae-lee N, Sitthithaworn W. 2004. Radical
scavenging activity and total phenolic content of medical plants used in primary
health care. J Pharma and Sci. 9(1): 32-35.
Munir A, Sultana B, Babar T, Bashir A, Amjad M, Hassan Q. 2012. Investigasion
on the antioxidant activity of leaves, fruit, and stem bark of Melia azedarach.
European J Applied Sci. 4 (2): 47-51.
Murota K, Terao J. 2003. Antioxidative flavonoid quercetin: implication of its
intestinal absorption and metabolism. Arch Biochem Biophys. 417: 12–7.
Nahak G, Sahu RK. 2010. In vitro antioxidative activity of Azadirachta indica and
Melia azedarach leaves by DPPH scavenging assay. Nature and Sci. 8 (4).
Navarro MC, Montilla MP, Cabo MM, Galisteo M, Caceres A, Morales C, Berger
I. 2003. Antibacterial, antiprotozoal and atioxidant activity of five plants used in
Izabal forinfectious diseases. Phyto Res. 17: 325-329.
Nurcholis W. 2008. Profil senyawa penciri bioaktifitas tanaman kunyit pada
agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Patrick A, Macabeo G, Karsten Krohn Dietmor Ghl,e Roger, Read W, Joseph JB,
Geoffrey Cordell Scott A, Franzblau G, Alicia MA. 2005. Indole alkaloids from
the leaves of Phillipine Alstonia scholaris, Phytochemistry. 66(10): 1158-1162.
PIPI [Pusat Informasi Penyakit Infeksi]. 2010. Radikal Bebas
http://www.infeksi.com [7 Februari 2014].
Praptiwi, Dewi P, Harapini M. 2006. Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal bebas
diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak metanol Knema laurina.
Majalah Farmasi Indonesia. 17(1): 32-36.
Pratt D, Hudson B. 1990. Natural antioxidant not commercially. London (GB):
Elsevier Applied Science.
Ramakrishna UV, Sinha SN, Kumari N, Bhatnagar V. 2014. A review on
pharmacognistic, phytochemical, chemical profile and apoptosis induction in
yeast cells of Guazuma ulmifolia. EM Care Covered J. 5 (3): 2130-2141.
Rohman A, Riyanto S. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi Indonesia.
16(3): 136-140.

15

Salazar AR, Perez-Lopes L, Joel L, Noemi W. 2009. Antimicrobial and antioxidant
activities of plants from Northeast of Mexico. Sucursal Tecno. 1: 1-6.
Sari RK, Syafii W, Achmad SS, hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan
toksisitas ekstrak etanol surian (Toona sinensis). J Ilmu dan Teknologi Hasil
Hutan. 4 (2): 46-52.
Sen A, Batra A. 2012. Chemical composition of methanol extract of the leaves of
Melia azedarach L. Asian J Pharmaceutical and Clinical Res. 5(3): 42-45.
Shetty K, Curtis OF, Levin RE, Wikowsky R, Ang V. 1995. Prevention of
vitrification associated with the in vitro shootculture of oregano (Origanum
vulgare) by Psuedomonasspp. J Plant Physiol. 147: 447–451.
Siddhuraju P, Becker K. 2003. Antioxidant properties of various extracts of total
phenolic constituents from three different agroclimatic origins of drumstick tree
(Moringa oleifera Lam.) leaves. J Agriculture and Food Chemistry. 51: 214455.
Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda, si Pelangsing
dan Peluruh Kolesterol. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Tang HR, Covington AD, Hancock RA. 2003. Structure activity relationships in the
hydrophobic interactions of polyphenols with cellulose and collagen.
Biopolymers. 70, 403–413.
Tombilangi AK. 2004. Khasiat ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia)
terhadap konsentrasi lipid peroksida darah kelinci yang hiperlipidemia.
[Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor.
Utami AM. 2010. Aktivitas antioksidan ekstrak buah dan daun mengkudu [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wang KJ, Yang CR, Zhang YJ. 2007. Phenolic antioxidant from Chinese toon
(fresh young leaves and shoots of Toona sinensis. J Foodchem. 101: 365-371.
Wati M, Haneda NF, Maryana N. 2014. Identifikasi kandungan kimia bermanfaat
pada daun jabon merah merah dan putih (Anthocephalus spp.). J Silvi Tropi:
5(2): 77-83.
Widyastuti N. 2010. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode cuprac,
DPPH, dan frap serta korelasinya dengan fenol dan flavonoid pada enam
tanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widyawati PS, Wijaya CH, Harjosworo PS, Sajuthi D. 2010. Pengaruh ekstraksi
dan fraksinasi terhadap kemampuan menangkap radikal bebas DPPH (1,1difenil-2-pikrilhidrazil) ekstrak dan fraksi daun beluntas (Pluchea indica Less.).
Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN: 1411-4216.
Yan XU, Feng T, Cai XH, Luo XD. 2009. A new C13- Norisoprenoid from leaves
of Alstonia scholaris. Chinese J Natural Med. 1 (7): 21-23.
Zhang W, Li C, You LJ, Fu X, Chen YS, Luo YQ. 2014. Structural identification
of compounds from Toona sinensis leaves with antioxidant and anticancer
activities. J Functional Food. 10: 427-435.
Zou Y, Lu Y, Wei D. 2004. Antioxidant activity of flavonoid rich extract of
Hypericum perforatum L in vitro. J Agri and Food Chem. 52: 5032-50.

16

Lampiran 1 Rendemen hasil ekstraksi
Rata-rata Bobot
simplisia (g)
Sampel
Pulai
10,002
Jati Belanda
10,003
Jabon merah
10,004
Mindi
10,004
Surian
10,005
Contoh perhitungan:
Rata-rata rendemen pulai

Rata-rata Bobot
ekstrak (g)
3,076
1,567
2,170
2,697
3,651

Rata-rata
Rendemen (%)
30,75
15,67
21,69
26,96
36,49

= Rata-rata bobot ekstrak (g) x 100%
Rata-rata bobot simplisia (g)
= 3.076 x 100%
10.002
= 30.75%

17

Lampiran 2 Penetapan kadar air
Sampel

Rata-rata Bobot
cawan kosong (g)

Pulai
Jati belanda
Jabon merah
Mindi
Surian

4.411
4.860
4.551
4.422
4.440

Contoh perhitungan:
Rata-rata kadar air pulai

Rata-rata Bobot cawan
+ sampel sebelum
dikeringkan (g)
6.576
7.046
6.746
6.561
6.672

Rata-rata Bobot
sampel sebelum
dikeringkan (g)
2.165
2.186
2.195
2.140
2.232

Rata-rata Bobot cawan
+ sampel setelah
dikeringkan (g)
6.433
6.816
6.589
6.349
6.482

Rata-rata Bobot
sampel setelah
dikeringkan (g)
2.022
1.956
2.037
1.927
2.041

Rata-rata
Kadar air (%)
6.62
10.52
7.17
9.92
8