Dimensi Pohon Sentang (Azadirachta Excelsa Jack.) Dan Produksi Kedelai (Glycine Max (L.) Merril) Di Dalam Sistem Agroforestri)

DIMENSI POHON SENTANG (Azadirachta excelsa Jack.) DAN
PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) DI DALAM
SISTEM AGROFORESTRI

SUCI RATNA PURI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Dimensi Pohon Sentang
(Azadirachta excelsa Jack.) dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) di
dalam Sistem Agroforestri)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Suci Ratna Puri
NIM. E451130071

RINGKASAN
SUCI RATNA PURI. Dimensi Pohon Sentang (Azadirachta excelsa Jack.) dan
Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) di dalam Sistem Agroforestri).
Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO dan ARUM SEKAR WULANDARI.
Sistem yang memadukan kehutanan dengan pertanian dikenal dengan
agroforestri. Penggunaan lahan tidur di bawah tegakan, akan lebih
mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini belum termanfaatkan.
Tanaman sentang (Azadirachta excelsa Jack.) merupakan salah satu tanaman yang
dapat digunakan dalam sistem agroforestri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dimensi pohon, respon fisiologi, pertumbuhan dan produksi berbagai
varietas kedelai (Grobogan, Anjasmoro, Tanggamus dan Wilis) di dalam sistem
agroforestri sentang.
Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan yaitu percobaan pertama untuk
mengetahui perbedaan dimensi pohon sentang pada pola agroforestri dan

monokultur sentang, sedangkan percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui
pengaruh fisiologi, pertumbuhan dan produksi kedelai pada pola agroforestri dan
monokultur kedelai. Percobaan pertama menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL), dengan faktor tunggal, yaitu pola tanam dengan 2 taraf dan perlakuan
diulang 16 kali. Jumlah tanaman per satuan percobaan sebanyak 1 pohon. Pola
tanam yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu Monokultur sentang (So) dan
Agroforestri sentang dan kedelai (S1). Percobaan kedua menggunakan rancangan
petak terbagi (split plot design) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Pola
tanam sebagai petak utama, yang terdiri dari pola tanam agroforestri (S1) dan
monokultur (S0). Faktor kedua yang merupakan anak petak adalah berbagai
varietas kedelai yang terdiri dari Varietas Grobogan, Anjasmoro, Tanggamus dan
Wilis. Penelitian dilaksanakan di Kebun Pusat Penelitian Tanaman Obat
Biofarmaka di Cikabayan Kampus IPB dengan luas lahan 450 m2. Pelaksanaan
untuk penanaman kedelai dilakukan pada lahan yang sudah ditanami tanaman
sentang yang telah berumur 1 tahun dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi pohon,
diameter batang dan diameter tajuk sentang pada plot agroforestri lebih besar
dibandingkan dengan plot monokultur. Akar lateral pada plot monokultur
memiliki kedalaman yang lebih dalam dibandingkan dengan plot agroforestri.
Perbedaan pertumbuhan tanaman pada masing-masing pola tanam agroforestri

dipengaruhi oleh adanya interaksi antar komponen tanaman. Interaksi yang positif
pada pola agroforestri akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan dan produksi
dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut dan sebaliknya.
Perbedaan dimensi sentang dalam penelitian ini terjadi karena pemeliharaan yang
diberikan pada tanaman kedelai memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan sentang. Pemeliharaan pada tanaman kedelai seperti pemupukan,
penggemburan dan penyiangan gulma secara tidak langsung berdampak pada
pertumbuhan sentang.
Kedelai pada pola monokultur sentang mengandung klorofil a, kandungan
karoten dan total klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai pada pola
tanam agroforestri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedelai melakukan adaptasi
terhadap cekaman cahaya yang dicapai melalui mekanisme penghindaran dengan

meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya dan mekanisme toleran dengan
menurunkan titik kompensasi cahaya. Serapan hara N, P, dan K pada pola tanam
monokultur memiliki serapan hara lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai pada
pola tanam agroforestri. Varietas Tanggamus, Anjasmoro, dan Wilis pada plot
monokultur memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dibandingkan
dengan Varietas Grobogan. Hasil/ha kedelai yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukkan Varietas Tanggamus dan Wilis memiliki hasil/ha yang melebihi

hasil/ha berdasarkan deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, sedangkan Varietas Grobogan dan
Anjasmoro hasil/ha yang didapatkan lebih rendah dibandingkan deskripsi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Varietas Tanggamus dan Wilis memiliki toleransi
terhadap kondisi lingkungan yang ada di lokasi penelitian. Penggunaan berbagai
varietas kedelai pada agroforestri tanaman sentang umur 1 tahun menghasilkan
produksi yang sama dengan produksi pada pola tanam monokultur.
Kata kunci: agroforestri, dimensi pohon, sentang (Azadirachta excelsa Jack.),
kedelai (Glycine max (L.) Merril)

SUMMARY
SUCI RATNA PURI. Dimension of Sentang (Azadirachta excelsa Jack.) and
Production of Soyben (Glycine max (L.) Merril) in Agroforestry System.
Supervised by NURHENI WIJAYANTO and ARUM SEKAR WULANDARI.
System which combines forestry and agriculture is known by agroforestry.
Using of un-productive land below the trees will be more optimum. Sentang
(Azadirachta excelsa Jack.) is one of trees that can be used in agroforestry system.
The aim of this study was to analyze tree dimension, physiology respon, growth
and production some varieties of soybean (Grobogan, Anjasmoro, Tanggamus and
Wilis).

This Research consisted of two experiments. The first trial was conducted
to determine differences of sentang dimension in agroforestry and monocultural
Sentang pattern, while the second experiment aims to determine the effect of
physiology, growth and production of soybean in agroforestry and monocultural
soybean pattern. The first experiment using a completely randomized design, with
a single factor, namely the cropping pattern with 2 levels and treatment was
repeated 16 times. The number of plants per unit of experiment as much as 1 tree.
The cropping pattern applied in this research is Monocultural Sentang (So) and
Agroforestry Sentang and soybeans (S1). The second experiment using a split plot
design, consisted of 2 factors and 3 repetitions. Planting pattern as a main plot,
consisted of planting agroforestry pattern (S1) and monoculture (S0). The second
factor as a subplot is some varieties of soybean that consisted of Variety of
Grobogan, Anjasmoro, Tanggamus, and Wilis. The study was conducted in Center
of Medicinal Plants Biofarmaka Cikabayan, Bogor Agricultural University with
area about 450 m2. Soybean plantation was conducted at land that has been planted
by Sentang 1 year old and the planting distance was 2.5 m x 2.5 m.
The result shows that accretion mean of tree height, stem and crown
diameter of Sentang in agroforestry plot are bigger than in monocultural plot.
Lateral root in monocultural plot is deeper than in agroforestry plot. The
difference of plant growth in each planting pattern of agroforestry is affected by

interaction among plant component. Positive interaction in agroforestry pattern
will result growth and production improvements from all plant component that
present in its pattern and also in contrary. The difference of sentang dimension in
this study is caused by soybean maintenance thas was given, gives possitive effect
on sentang growth. Soybean maintenance such fertilizing, loosening, and clearing
of weeds indirectly affected for sentang.
Soybean on monocultural pattern containing more Chlorophyl a, caroten,
and total of chlorophyl than soybean on agroforestry pattern. It shows that
soybean did an adaptation toward light pressure that was reached by avoidance
mechanism by increasing efficiency of light catching and tolerant mechanism by
decreasing point of light compensation. Nutrient uptake of N, P, and K in
monocultural pattern has the higher nutrient uptake than soybean in agroforestry
pattern. Variety Tanggamus, Anjasmoro, and Wilis on monoculturural plot has
better growth and production than variety of Grobogan. Production per hectar of
Variety of Tanggamus and Wilis in this study exceeds mean of production per
hectar in description, while mean production per hectar of Variety of Grobogan

and Anjasmoro is less than mean production in description. It shows that Variety
of Tanggamus and Wilis have tolerancy toward environmental condition that
presented on study area. Using of some varieties of soybean on sentang

agroforestry one year old produce same production with production in
monocultural pattern.

Key words: agroforestry, tree dimension, sentang (Azadirachta excelsa Jack.),
soybean (Glycine max (L.) Merril)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DIMENSI POHON SENTANG (Azadirachta excelsa Jack.) DAN
PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) DI DALAM
SISTEM AGROFORESTRI


SUCI RATNA PURI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Judul Tesis

Dimensi


Pohon

(Azadirachta

Sentang

excelsa Jack.)

dan

Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) di dalam Sistem
Agroforestri

Nama

Suci Ratna Puri

NIM


E451130071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS

ProfDr Ir Nurheni Wijayanto, MS

Anggota

Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

�i




ProfDr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Tanggal Ujian: 22 Januari 2016



�{����-�kQ��h Pascasarjana

I
-�J

.r::�'�)(.��.: .�- -�:���; �.�.q ·�,��-�

.

r."

, ._ 0 -



?/

, ��.

.•

1\{5�� !})�)
\\ .
\

\. .

.' f· · . .,
/{�
·� - '•·
.,..c.
: •

··