Isolasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Berkayu Asal Pulau Bangka

ISOLASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA
TANAMAN BERKAYU ASAL PULAU BANGKA

CICI RAHMAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Berkayu Asal Pulau Bangka adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Cici Rahmawati
NIM G34100067

ABSTRAK
CICI RAHMAWATI. Isolasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Tanaman
Berkayu Asal Pulau Bangka. Dibimbing oleh NAMPIAH SUKARNO dan SRI
LISTIYOWATI
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) bersimbiosis dengan berbagai
macam tumbuhan di dunia, termasuk tumbuhan kehutanan. Penelitian mengenai
CMA pada tumbuhan kehutanan masih jarang dilakukan terutama pada tanaman
berkayu asal pulau Bangka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi CMA pada tumbuhan berkayu asal pulau
Bangka yang tumbuh pada lahan bekas tambang timah. Sampel tanah sebagai
sumber inokulum spora diperoleh dari delapan pot trapping tumbuhan berkayu
asal pulau Bangka yang berumur 4 tahun yang ditumbuhkan di rumah kaca.
Ekstraksi spora dari sampel tanah dilakukan dengan menggunakan metode tuang
saring basah, identifikasi spora menggunakan kunci identifikasi “Manual for The
Identification of VA Mycorrhizal Fungi” dan isolasi spora tunggal dengan kultur

pot menggunakan Pueraria javanica. Pengamatan terhadap struktur kolonisasi
akar tumbuhan pot trapping dilakukan dengan pewarnaan akar menggunakan biru
tripan. Terdapat 18 morfotipe spora dari 8 pot trapping yaitu 5 tipe Acaulospora
dan 13 tipe Glomus. Sebanyak 7 morfotipe spora berhasil diisolasi dan
dikulturkan yaitu Acaulospora sp.1, Acaulospora sp.4, Acaulospora sp.5, Glomus
sp.2, Glomus sp.3, Glomus sp.6, dan Glomus sp.11. Struktur kolonisasi CMA
pada akar yang teramati termasuk ke dalam tipe arum yang terdiri atas hifa
internal, arbuskula, dan vesikula.
Kata Kunci: Mikoriza arbuskula, kultur spora tunggal, Acaulospora, Glomus,
Pulau Bangka.

ABSTRACT
CICI RAHMAWATI. Isolation of Arbuscular Mycorrhizal Fungi on Woody
Plants Grown in Bangka Island. Supervised by NAMPIAH SUKARNO and SRI
LISTIYOWATI.
Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) associate with a variety of plants
including forest plants. Research on AMF in forestry in Indonesia is limited,
especially on woody plants grown in Bangka Island. Therefore, the aim of this
research was to isolate and identify AMF associate with woody plants in Bangka
Island grown in post mining area. The Soil samples derived from 8 trapping pots

of 4 years woody plants from Bangka Island grown in green house were used as
spore inoculum source. Spore extraction from the soil used wet sieving and
decanting method. Fungal identification carried out based on the method of
“Manual for The Identification of VA Mycorrhizal Fungi”, and fungal isolation
used pot culture with Pueraria javanica as a host plant. Fungal structures within
the root were analyzed after root staining with trypan blue was conducted. There
were 18 spore morphotypes observed which belong to 5 types of Acaulospora and
13 types of Glomus. Seven single spore pot cultures were successfully done from

species of Acaulospora sp.1, Acaulospora sp.4, Acaulospora sp.5, Glomus sp.2,
Glomus sp.3, Glomus sp.6, and Glomus sp.11. AM fungal colonization observed
within the root was arum type which consisted of internal hyphae, asbuscules and
vesicles.
Keywords: AMF, woody plants, Acaulospora, Glomus, Bangka Island.

ISOLASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA
TANAMAN BERKAYU ASAL PULAU BANGKA

CICI RAHMAWATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Biologi
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Isolasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Berkayu
Asal Pulau Bangka
Nama
: Cici Rahmawati
NIM
: G34100067

Disetujui oleh


Dr Ir Nampiah Sukarno
Pembimbing I

Dr Sri Listiyowati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Juli
2014 ini ialah Cendawan Mikoriza Arbuskula, dengan judul Isolasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Berkayu Asal Pulau Bangka.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Nampiah Sukarno dan Dr
Sri Listiyowati, MSi selaku pembimbing serta Ibu Dr Ir Utut Widyastuti, Msi
selaku penguji yang telah sabar dan banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kusnadi dari Lab. Mikologi,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor (IPB) yang telah membantu menyediakan peralatan laboratorium
dan Bapak Adi dari Lab. PPSHB, yang telah membantu dalam pengambilan
contoh tanah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Cici Rahmawati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

1


Bahan

1

Alat

2

Prosedur

2

HASIL

3

Karakteristik Spora

3


Jumlah Spora Cendawan MA

6

Kultur Spora Tunggal

7

Kolonisasi Akar

7

PEMBAHASAN

10

SIMPULAN

12


DAFTAR PUSTAKA

12

DAFTAR TABEL
1

Hasil analisis krakteristik spora cendawan MA pada 8 sampel
tanaman asal Pulau Bangka
2 Jumlah dan keragaman spora cendawan MA (per 50 g tanah) pada
tanaman asal Pulau Bangka
3 Hasil pemurnian spora melalui kultur spora tunggal

4
6
8

DAFTAR GAMBAR
1 Cawan Petri dengan lubang pada satu sisi
3

2 Spora genus Acaulospora, (a) Acaulospora sp.1, (b) Acaulospora sp.2,
(c) Acaulospora sp.3, (d) Acaulospora sp.4, (e) Acaulospora sp.5.
5
3 Spora genus Glomus, (a) Glomus sp.1, (b) Glomus sp.2, (c) Glomus
sp.3, (d) Glomus sp.4, (e) Glomus sp.5, (f) Glomus sp.6, (g) Glomus
sp.7, (h) Glomus sp.8, (i) Glomus sp.9, (j) Glomus sp.10, (k) Glomus
sp.11, (l) Glomus sp.12, (m) Glomus sp.13.
5
4 Kultur spora tunggal Glomus sp.11 (JE9) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.11 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal, (c)
arbuskula, dan (d) vesikula.
9
5 Kultur spora tunggal Glomus sp.2 (D12) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.2 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal dan
entry point, (c) arbuskula.
9
6 Kultur spora tunggal Glomus sp.3 (SE9) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.3 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal, dan
(c) arbuskula.
9
7 Kultur spora tunggal Glomus sp.6 (PL1) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.6 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) arbuskula.
9
8 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.5 (DA30) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.5
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal.
10
9 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.1 (JE3) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.1
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal
dan vesikula.
10
10 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.4 (BE8) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.4
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal
dan vesikula.
10

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikoriza merupakan simbiosis mutualisme antara akar tumbuhan dengan
cendawan tanah. Mikoriza arbuskula (MA) merupakan tipe yang umum dijumpai.
Hasil fotosintesis tumbuhan sebagai inang dalam simbiosis dipertukarkan dengan
unsur hara yang diserap dari dalam tanah oleh cendawan melalui jalinan miselium.
Transfer nutrisi pada MA terjadi pada arbuskula yang merupakan struktur
modifikasi hifa yang mengalami pertumbuhan dikotomus intensif (Nehls dan
Hampp 2000). Cendawan MA mengkolonisasi epidermis dan korteks akar
tumbuhan inang secara inter dan intraseluler. Proses kolonisasi dimulai dengan
penetrasi hifa ke dalam ruang antar sel epidermis, kemudian hifa tumbuh lebih
lanjut ke daerah korteks bagian luar dan bagian dalam. Cendawan MA tidak
mengkolonisasi jaringan endodermis dan jaringan bagian dalam endodermis
seperti xilem dan floem (Smith dan Read 2008).
Struktur intraseluler cendawan MA di daerah korteks berupa hifa internal,
hifa koil, arbuskula, dan kadang-kadang vesikula. Beberapa genus cendawan MA
dapat membentuk struktur vesikula, baik di dalam maupun di ruang antar sel
korteks. Cendawan MA membentuk jalinan miselium yang berfungsi menyerap
nutrisi dan produksi spora secara aseksual (Smith dan Read 2008). Cendawan MA
ialah cendawan simbion obligat yang artinya tidak dapat ditumbuhkan pada
medium sintetik dan semi sintetik (Douds dan Millner 1999). Cendawan MA
bersimbiosis dengan berbagai macam tumbuhan di dunia, termasuk tumbuhan
kehutanan (Smith dan Read 2008). Tumbuhan berkayu dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia untuk berbagai keperluan, misalnya kontruksi bangunan,
alat transportasi, kerajinan, pangan, obat, bahan bakar dan berbagai alat rumah
tangga (Petocz 1987).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi Cendawan MA
pada tumbuhan berkayu asal pulau Bangka yang tumbuh pada lahan bekas
tambang timah.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari 8 pot trapping tanaman
berkayu asal pulau Bangka, yaitu Agathis dammara (DA), Aporosa actandra (PL),
Callophyllum sp. (BE), Dyera costulata (PK), Eugenia lineata (SE), Eugenia sp.
(SA), Melastoma malabathrichum (ME), dan Microcos tomentosa (JE). Pot
trapping tersebut berumur 4 tahun yang ditumbuhkan di rumah kaca Mikologi
Departemen Biologi FMIPA IPB. Selain itu, bahan yang digunakan ialah 10%

2

NaOCl, akuades, 50% sukrosa, larutan Meltzer’s, PVLG, 10% pupuk MNN, 10%
KOH, 1N HCl, dan 0.05% pewarna biru tripan.

Alat
Peralatan yang digunakan ialah mikroskop stereo, mikroskop majemuk,
saringan spora dengan ukuran diameter lubang saring (90, 106, 125, 180, dan 250
µm), tabung 50 ml, cawan Petri, gelas arloji, kamera digital (Optilab Camera
Microscope), plastik zipper, dan peralatan laboratorium lain yang umum
digunakan.

Prosedur
Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di rumah kaca Mikologi Departemen
Biologi FMIPA, IPB. Sampel tanah diambil dari 8 pot trapping tanaman berkayu
asal pulau Bangka masing masing sebanyak ± 200 g dimasukan kedalam plastik
zipper dan disimpan pada suhu ruang. Contoh tanah tersebut dipergunakan
sebagai sumber untuk isolasi spora dan spora-spora yang diperoleh untuk
perbanyakan kultur spora tunggal.
Isolasi dan Identifikasi Spora
Spora cendawan MA diisolasi dari 50 g tanah biakan pot tanaman berkayu
asal pulau Bangka. Isolasi spora menggunakan metode tuang saring basah dan
sentrifugasi (Brundrett et al. 2008). Spora disaring menggunakan saringan spora,
hasil saringan dimasukan ke dalam tabung dan disentrifugasi pada kecepatan 2000
rpm selama 2 menit. Supernatan dibuang, pelet diresuspensi dengan 50% glukosa
kemudian disentrifugasi kembali pada kecepatan 2000 rpm selama 1 menit.
Supernatan yang berisi spora disaring menggunakan saringan berdiameter 90 µm,
kemudian dibilas dengan air mengalir. Spora yang dipilih untuk identifikasi
adalah spora dengan struktur yang lengkap. Spora dipindahkan ke gelas objek
dengan media polyvinyl alcohol lacto glyserol (PVLG), kemudian media diganti
menggunakan larutan Meltzer’s untuk diamati perubahan warna spora. Identifikasi
dilakukan berdasarkan kunci identifikasi Schenk dan Perez (1990) “Manual for
The Identification of VA Mycorrhizal Fungi”.
Pembuatan Kultur Spora Tunggal
Pembuatan kultur spora tunggal mengacu pada metode yang dilakukan
Mansur (2000), yaitu Petridish Observation Chamber (PDOC). Cawan Petri
plastik berdiameter 9 cm dengan satu sisi diberi lubang sebesar 0.5 x 0.5 cm
(Gambar 1), diisi batuan zeolit steril berukuran 1-2 mm sampai penuh dan cukup
padat, serta ditanami kecambah Pueraria javanica yang memiliki 2-3 helai daun.
Perkecambahan P. javanica dilakukan dengan cara merendam bibit dalam larutan
10% NaOCl selama 10 menit, kemudian bibit direndam dengan air hangat selama

3

satu malam. Bibit yang telah direndam, ditanam dalam zeolit steril hingga bibit
berkecambah dan memiliki daun sebanyak 2-3 helai.
Spora-spora cendawan MA yang telah diisolasi dari kultur pot trapping
dikumpulkan dalam gelas arloji dan dilakukan pemisahan berdasarkan genusnya.
Kemudian spora diinokulasikan pada bibit P. javanica yang telah disiapkan.
Setiap bibit hanya diinokulasi dengan satu spora. Kultur dipelihara selama 2-3
bulan, bergantung sporulasi yang terjadi. Perkembangan proses sporulasi pada
setiap kultur diamati setiap minggu yang dimulai pada awal minggu kedua setelah
inokulasi.

Gambar 1 Cawan Petri dengan lubang pada satu sisi
Pewarnaan dan pengamatan struktur MA
Akar P. javanica yang sebelumnya telah diinokulasi spora cendawan MA
diwarnai mengikuti metode pewarnaan Phillips dan Hayman (1970). Akar
direndam dalam 10% KOH pada penangas selama 15 menit, kemudian
dibersihkan dengan air mengalir dan direndam kembali dengan 1N HCl selama 30
menit. Akar yang telah direndam 1N HCl dicuci kembali dengan air mengalir,
kemudian diwarnai dengan 0,05% pewarna biru tripan dengan cara direndam
selama 15 menit pada penangas 900C. Akar yang telah terwarnai diamati struktur
MA-nya menggunakan mikroskop majemuk. Struktur MA yang diamati ialah
arbuskula, hifa gelung, hifa internal, dan vesikula.

HASIL
Karakteristik Spora
Karakteristik spora ditentukan berdasarkan bentuk, warna, ukuran, reaksi
dengan Meltzer’s, dan tekstur permukaan spora. Berdasarkan karakteristik yang
terlihat, di temukan 18 spora cendawan MA terdiri atas 5 bergenus Acaulospora
dan 13 bergenus Glomus (Tabel 1). Spora genus Acaulospora memiliki ciri bentuk,
warna, ukuran, dan tekstur permukaan spora yang beragam, begitu pula dengan
spora genus Glomus. Genus yang paling dominan ditemukan yaitu genus Glomus
(Gambar 2 dan 3).

4

Tabel 1

Hasil analisis krakteristik spora cendawan MA pada 8 sampel tanaman
asal Pulau Bangka
Karakteristik Spora Cendawan MA

Genus

Bentuk

Warna

Acaulospora sp.1

Bulat

Acaulospora sp.2
Acaulospora sp.3
Acaulospora sp.4

Bulat
Bulat
Bulat

Acaulospora sp.5

Bulat

Glomus sp.1
Glomus sp.2

Bulat
Bulat

Glomus sp.3

Bulat

Glomus sp.4

Bulat

Glomus sp.5

Bulat

Glomus sp.6
Glomus sp.7

Bulat
Lonjong

Glomus sp.8

Bulat

Glomus sp.9

Lonjong

Glomus sp.10

Bulat

Glomus sp.11

Bulat

Glomus sp.12

Lonjong

Glomus sp.13

Bulat

Cokelat
kehitaman
Merah
Kuning
Kuning
kecokelatan
Cokelat
kehitaman
Cokelat
Cokelat
kehitaman
Cokelat
kemerahan
Cokelat
kemerahan
Cokelat
muda
Hitam
Kuning
kemerahan
Kuning
kecokelatan
Kuning
kecokelatan
Kuning
kecokelatan
Kuning
keemasan
Kuning
kemerahan
Merah
kecokelatan
(1)

Ukuran
(µm)

Reaksi
Meltzer’s

82.5 x 91.1

+ (1)

Tekstur
Permukaan
spora
Halus

229.9 x 235.9
90.9 x 93.7
177.3 x 178.3

+ (2)
+ (3)
+ (4)

Agak kasar
Halus
Halus

82.9 x 84.6

+ (5)

Agak kasar

171.8 x 198.8
87.2 x 89.4

-

Halus
Halus

153.3 x 159.3

-

Halus

155.3 x 158.3

-

Agak kasar

79.1 x 83.3

-

Halus

86.6 x 86.8
136.2 x 153.3

-

Agak kasar
Halus

112.2 x 112.7

-

Halus

137.7 x 178.3

-

Agak kasar

92.2 x 93.7

-

Halus

77.2 x 85.0

-

Agak kasar

71.7 x 91.3

-

Halus

119.7 x 122.2

-

Halus

(2)

Ket: (+) : terjadi perubahan warna : cokelat kehitaman menjadi hitam, merah menjadi cokelat
(3)
(4)
kehitaman, kuning menjadi merah kekuningan, kuning kecokelatan menjadi cokelat, dan
(5)
cokelat kehitaman menjadi hitam; (-) : tidak terjadi perubahan warna

5

a

b

d

e

c

Gambar 2 Spora genus Acaulospora, (a) Acaulospora sp.1, (b) Acaulospora sp.2,
(c) Acaulospora sp.3, (d) Acaulospora sp.4, (e) Acaulospora sp.5.

a

b

c

d

e

f

g

h

i

j

k

l

m

Gambar 3 Spora genus Glomus, (a) Glomus sp.1, (b) Glomus sp.2, (c) Glomus
sp.3, (d) Glomus sp.4, (e) Glomus sp.5, (f) Glomus sp.6, (g) Glomus
sp.7, (h) Glomus sp.8, (i) Glomus sp.9, (j) Glomus sp.10, (k) Glomus
sp.11, (l) Glomus sp.12, (m) Glomus sp.13.

6

Jumlah Spora Cendawan MA
Isolasi spora yang telah dilakukan pada delapan sampel tanaman trapping
asal pulau Bangka menghasilkan jumlah spora cendawan MA berkisar 3–72
spora/50 g tanah. Jumlah spora terbanyak didapatkan dari sampel tanah
Callophyllum sp. (BE) sebanyak 72 spora/50 g tanah sedangkan tingkat
keragaman tertinggi didapatkan dari sampel tanah Agathis dammara (DA)
sebanyak 10 tipe spora (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah dan keragaman spora cendawan MA (per 50 g tanah) pada
tanaman asal Pulau Bangka
Kode
DA

SA

JE

PK

BE

ME
PL
SE

Tipe spora

Jumlah

Total

Glomus sp.2
Glomus sp.3
Glomus sp.4
Glomus sp.6
Glomus sp.7
Glomus sp.11
Glomus sp.12
Acaulospora sp.2
Acaulospora sp.4
Acaulospora sp.5
Glomus sp.2
Glomus sp.13
Acaulospora sp.1
Glomus sp.1
Glomus sp.2
Glomus sp.6
Glomus sp.11
Acaulospora sp.1
Glomus sp.2
Glomus sp.3
Glomus sp.6
Glomus sp.8
Glomus sp.11
Glomus sp.2
Glomus sp.5
Glomus sp.9
Acaulospora sp.4
Glomus sp.2
Glomus sp.8
Glomus sp.6
Glomus sp.10
Glomus sp.2
Glomus sp.3
Glomus sp.8

10
2
2
6
3
3
3
3
3
7
2
2
4
1
17
1
1
2
20
1
4
8
1
1
43
27
1
2
1
12
7
12
2
8

42

8

22

34

72

3
19
22

7

Kultur Spora Tunggal
Sebanyak 113 spora tunggal hasil isolasi yang mampu tumbuh kembali
menghasilkan spora hanya 30 spora, sehingga tidak semua tipe spora yang
dikulturkan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Jenis cendawan MA
(18 jenis) dengan 5 tipe Acaulospora dan 13 tipe Glomus yang diperoleh dari
delapan tanah biakan pot tanaman berkayu asal pulau Bangka, hanya 7 tipe spora
yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, yaitu tipe spora Acaulospora
sp.1, Acaulospora sp.4, Acaulospora sp.5, Glomus sp.2, Glomus sp.3, Glomus
sp.6, dan Glomus sp.11. Persentase tipe spora yang berhasil tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kultur spora tunggal sebesar 38,88 persen (7
tipe) dari seluruh tipe spora yang ditemukan, dan semuanya terdiri atas genus
Glomus dan Acaulospora. Seluruh kultur spora tunggal yang menghasilkan
jumlah spora baru terbanyak ialah kultur PK22, dengan jumlah spora sebanyak 32
dan memiliki ciri spora berwarna cokelat kemerahan, bentuk bulat, permukaan
halus dan tidak bereaksi dengan Meltzer’s yang teridentifikasi spora genus
Glomus (Tabel 3).

Kolonisasi Akar
Struktur cendawan MA pada bagian korteks akar tanaman inang P. javanica
yang diinokulasi dengan 7 tipe spora cendawan MA menunjukan terdapat struktur
hifa internal, arbuskula, dan vesikula (Gambar 4-10).

Jumlah
kultur
awal

Jumlah
kultur
akhir

BE

15

2

DA

42

11

JE

7

3

ME
PK

8
22

1
6

PL

5

3

SA
SE

5
8

1
3

Kode

Nama
kultur

Genus yang diinokulasi

Warna spora yang
diinokulasi

BE1
BE8
DA2
DA30
DA45
DA5
DA31
DA34
DA44
DA12
DA14
DA16
DA53
JE3
JE5
JE9
ME4
PK10
PK22
PK24
PK5
PK6
PK7
PL1
PL4
PL5
SA1
SE3
SE6
SE9

Glomus sp.2
Acaulospora sp.4
Acaulospora sp.5
Acaulospora sp.5
Acaulospora sp.5
Acaulospora sp.5
Glomus sp. 2
Glomus sp. 2
Glomus sp. 2
Glomus sp.2
Glomus sp.2
Glomus sp.2
Glomus sp.2
Acaulospora sp. 1
Acaulospora sp. 1
Glomus sp. 11
Glomus sp. 2
Glomus sp. 6
Glomus sp. 3
Glomus sp. 11
Glomus sp. 6
Glomus sp. 6
Glomus sp. 6
Glomus sp. 6
Glomus sp. 6
Glomus sp. 6
Glomus sp. 2
Glomus sp. 2
Glomus sp. 3
Glomus sp. 3

Cokelat kehitaman
Kuning kecokelatan
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Kuning keemasan
Cokelat kehitaman
Hitam
Cokelat kemerahan
Kuning keemasan
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Cokelat kehitaman
Cokelat kehitaman
Cokelat kemerahan
Cokelat kemerahan

Jumlah spora
hasil
pertumbuhan
kultur
1
6
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
32
2
1
1
1
4
1
2
3
3
3
1

8

Tabel 3 Hasil pemurnian spora melalui kultur spora tunggal
Warna

Lama kecambah
spora (hari)

Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning pucat
Kuning
Kuning
kuning pucat
Kuning pucat
Cokelat pucat
Kuning
Kuning pucat
Cokelat pucat
Cokelat pucat
Cokelat pucat
Cokelat pucat
Cokelat pucat
Cokelat pucat
kuning pucat
Kuning pucat
Cokelat
Cokelat

87
48
36
52
32
25
22
52
32
36
36
36
32
33
33
36
22
30
19
11
50
25
11
46
25
25
13
72
80
39

9

a

b

c

d

Gambar 4 Kultur spora tunggal Glomus sp.11 (JE9) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.11 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal, (c)
arbuskula, dan (d) vesikula.

a

b

c

Gambar 5 Kultur spora tunggal Glomus sp.2 (D12) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.2 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal dan
entry point, (c) arbuskula.

a

b

c

Gambar 6 Kultur spora tunggal Glomus sp.3 (SE9) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.3 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal, dan
(c) arbuskula.

a
e

b

Gambar 7 Kultur spora tunggal Glomus sp.6 (PL1) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Glomus sp.6 yang
diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) arbuskula.

10

b

a
e

Gambar 8 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.5 (DA30) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.5
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal.

a
e

b

Gambar 9 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.1 (JE3) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.1
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal
dan vesikula.

b

a
e
Gambar 10 Kultur spora tunggal Acaulospora sp.4 (BE8) dan struktur hasil
pertumbuhan dengan akar P. javanica (a) spora Acaulospora sp.4
yang diinokulasikan pada akar tanaman P. javanica, (b) hifa internal
dan vesikula.

PEMBAHASAN
Spora cendawan MA yang diperoleh dari penelitian ini memiliki jumlah
spora yang rendah, dibandingkan jumlah spora hasil biakan pot Widiastuti (2004)
yang menemukan 1-474 spora/100 g tanah. Jumlah spora yang rendah pada
penelitian ini kemungkinan karena spora yang diambil berasal dari inang yang
berbeda. Menurut Ervanyenri (1998) penurunan jumlah spora pada suatu jenis
tanah disebabkan oleh perbedaan lingkungan, musim waktu pengambilan contoh
tanah, dan jenis tanaman inang.

11

Spora cendawan MA yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini
didapatkan 18 tipe spora yang terdiri atas 5 tipe Acaulospora dan 13 tipe Glomus.
Tingkat keragaman spora pada penelitian ini lebih tinggi, dibandingkan hasil
penelitian Novera (2008) yang menemukan 13 tipe spora cendawan MA, yaitu
terdiri atas 10 tipe Glomus, 2 tipe Scuttelospora, dan 1 tipe Gigaspora pada tanah
bekas lahan tambang timah. Perbedaan tingkat keragaman ini karena contoh tanah
yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil trapping, sehingga tipe spora
yang didapatkan lebih banyak.
Glomus spp. ialah genus yang banyak dijumpai pada semua trapping
tanaman berkayu. Glomus memiliki dinding tebal yang mengandung melanin
sehingga lebih mampu bertahan hidup (Hetrick 1984). Selain itu, Glomus
memiliki penyebaran yang luas karena ditemukan hampir di seluruh rizosfer
durian di Bogor (Chairani et al. 2002), rizosfer rambutan di Bogor (Muliawan
2002), rizosfer manggis dari tujuh lokasi di Indonesia, yaitu Lombok Barat,
Medan, Trenggalek, Purworejo, Leuwiliang, Tasikmalaya, dan Purwakarta (Lucia
2005), rizosfer pisang dan tomat di Jambi (Duaja dan Jasminarni 2008), dan
rizosfer jambu-jambu (Syzygium sp.) di Sorowako, Sulawesi Selatan (Setiadi dan
Setiawan 2011).
Hasil penelitian Allen dan Cunningham (1983), Pond et al. (1984), serta
Ragupathy dan Mahadevan (1991) menunjukkan bahwa jenis Glomus lebih
beradaptasi dibandingkan genus yang lain terhadap kisaran keadaan lingkungan
yang luas. Selain itu, menurut Ocampo et al. (1986), setiap individu cendawan
MA dipengaruhi oleh faktor intrinsik terhadap perubahan lingkungan seperti
halnya musim. Kemungkinan lain adalah beberapa genus cendawan MA terbatas
penyebarannya, sehingga kemungkinan genus spora yang ditemukan pada suatu
jenis tanah di wilayah dalam waktu tertentu mungkin tidak mewakili seluruh
spora yang ada di daerah tersebut.
Jumlah kultur spora tunggal yang berhasil membentuk spora-spora baru
relatif rendah. Hal ini diduga selama penelitian semua kultur mendapatkan larutan
hara dalam rasio dan jumlah yang sama, begitu juga komposisi dan konsentrasi
hara yang diberikan belum merupakan komposisi dan konsentrasi terbaik bagi
proses pembentukan spora. Setiap spesies cendawan MA membutuhkan rasio dan
jumlah hara yang berbeda (Doud dan Schenck 1990).
Tipe spora yang berhasil tumbuh dan berkembang baik melalui kultur spora
tunggal sebanyak 7, terdiri atas tipe spora Acaulospora sp.1, Acaulospora sp.4,
Acaulospora sp.5, Glomus sp.2, Glomus sp.3, Glomus sp.6, dan Glomus sp.11.
Dalam penelitian ini genus Glomus tumbuh dengan baik, menghasilkan jumlah
spora baru terbanyak dikarenakan spora Glomus merupakan spora yang lebih
cepat berkecambah dibandingkan spora Acaulospora, dengan kecepatan
berkecambah 11 hingga 87 hari (Tabel 3). Struktur MA yang terdapat di dalam
korteks pada tanaman inang dalam penelitian ini terdiri atas struktur hifa internal,
vesikula, dan arbuskula. Mikoriza arbuskula yang dijumpai merupakan tipe arum
merujuk pada Smith dan Read (2008). Tipe arum adalah tipe kolonisasi berupa
hifa intersel dan arbuskula dalam sel korteks (Dickson 2004).

12

SIMPULAN
Terdapat 18 morfotipe spora dari 8 pot trapping yaitu 5 tipe Acaulospora
dan 13 tipe Glomus. Sebanyak 7 morfotipe spora berhasil diisolasi dan
dikulturkan yaitu Acaulospora sp.1, Acaulospora sp.4, Acaulospora sp.5, Glomus
sp.2, Glomus sp.3, Glomus sp.6, dan Glomus sp.11. Struktur kolonisasi CMA
pada akar yang teramati termasuk ke dalam tipe arum yang terdiri atas hifa
internal, arbuskula, dan vesikula.

DAFTAR PUSTAKA
Allen EB, Cunningham 1983. Effects of vesicular-arbuscular mycorrhizae on
Distichlis spicata under three salinity levels. New phytol. 93:227-236
Brundrett MC, Bougher N, Dell B, Grove T, Malajczuk N. 2008. Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. CSIRO Foresty and Forest Product.
CSIRO Centre for Mediterranean Agricultural Research Wembley, WA. Bernie
Dell. Mudorch University. Mudorch, WA.
Chairani, Gunawan AW, Kramadibrata K. 2002. Mikoriza durian di Bogor dan
sekitarnya. J Mikrobiol Indones. 7(2):44-46.
Dickson S. 2004. The arum-paris continuum of mycorrhizal symbioses. New
Phytol. 163(1):187-200. doi:10.1111/j.1469-8137.2004.01095.x.
Doud Jr DD, Schenck NC. 1990. Increased sporulation of vesicular-arbuscular
mycorrhizal fungi by manipulation of nutrient regimens. App Environ
Microbiol. 2:413-418
Douds Jr DD, Millner PD. 1999. Biodiversity of arbuscular mycorrhizal fungi in
agroecosystem. Agr Eco Environ. 74:77-93.
Duaja MD, Jasminarni. 2008. Isolasi dan karakterisasi cendawan mikoriza
arbuskular di rhizosfer beberapa jenis tanaman di kebun percobaan Fakultas
Pertanian, Universitas Jambi. J Agron. 12(2):34-38.
Ervayenri. 1998. Studi keanekaragaman dan potensi inokulan cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) di lahan gambut (studi kasus di Kab. Bengkalis Prop. Riau)
[Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hetrick BAD. 1984. Ecology of VA mycorrhizal fungi. Di dalam: Powell CL,
Bagyaraj, editor. VA Mycorrhiza. Florida (US): CRC Pr.
Lucia Y. 2005. Cendawan mikoriza arbuskula di bawah tegakan tanaman manggis
dan peranannya dalam pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana L.)
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mansur I. 2000. Diversity of rhizobia nodulating thee tree legumes Acacia
mangium and Paraserinthes falcataria and their interaction with mycorrhizal
fungi and young seedling [Disertasi]. Canterbury (US): University of Kent.
Muliawan J, Gunawan AW, Kramadibrata K. 2002. Mikoriza rambutan di Bogor
dan sekitarnya. J Mikrobiol Indones. 7(1):24-25.
Nehls U, Hampp. 2000. Carbon allocation in ectomycorrhizas. Phys Molec Plant
Pathol. 57: 95-100.

13

Novera Y. 2008. Analisis Vegetasi, Karakteristik Tanah dan Kolonisasi Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Lahan Bekas Tambang Timah di Pulau
Bangka. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ocampo JA, FL Cardona, F El-Atrach. 1986. Effect of root extracts of non host
plants on VA mycorrhizal infection and spore germination Hal. 721-724. Di
dalam: Gianinazzi-Pearson V dan Gianinazzi S (eds.). Physiological and
genetical aspect of mycorrhizae. Proceed. on the 1st European Symposium on
Mycorrhizae.
Petocz. 1987. Konservasi alam dan pengembangan di Irian Jaya, strategi
pemanfaatan sumber daya alam secara rasional. Jakarta (ID): PT. Temprint.
Phillips JM, Hayman DS. 1970. Improved procedures for clearing roots and
staining parasitic and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi for rapid
assessment for infection. Trans Br Mycol Soc. 55:158-161.
Pond EC, JA Menge, WM Jarrell. 1984. Improved growth of tomato in salinized
soil by vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi collected from salin soils.
Mycologia. 76:74-84.
Ragupathy S, A Mahadevan. 1991. VAM distribution influenced by salinity
gradient in a coastal tropical forest. Hal: 91-97. Di dalam: Soerianegara and
Supriyanto (Eds.). Proceed. of second Asian Conference on Mycorrhiza.
BIOTROP Special Publication. No. 42 SEAMEO BIOTROP Bogor.
Schenck NC, Pérez Y. 1990. Manual for The Identification of VA Mycorrhizal
Fungi. Ed ke-3. Gainesville (US): Synergistic Publications. hlm 3-55.
Setiadi Y, Setiawan A. 2011. Studi status fungi mikoriza arbuskula di areal
rehabilitasi pasca penambangan nikel (Studi kasus PT INCO Tbk, Sorowako,
Sulawesi Selatan). J Silvikul Trop. 3(1):88-95.
Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Ed ke-3. New York (US):
Academic Pr.
Widiastuti H. 2004. Biologi interaksi cendawan mikoriza arbuskula kelapa sawit
pada tanah masam sebagai dasar pengembangan teknologi aplikasi dini
[Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 15 Maret 1993 dari ayah
bernama Cucu Syamsuri dan ibu bernama Mintarsih. Penulis adalah putri kedua
dari empat bersaudara. Tahun 2010, penulis lulus dari MAN 2 Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum
Mikrobiologi Dasar semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penulis aktif dalam
berbagai kepanitian, seperti sebagai divisi Penanggung Jawab Kelompok (PJK)
pada Morfologi 48 dan divisi kesekretariatan LCTB pada Pesta Sains IPB 2012.
Penulis melaksanakan kegiatan Studi Lapang di Kebun Raya Cibodas dengan
judul “Keragaman Liken di Kebun Raya Cibodas” pada tahun 2012. Tahun 2013,
penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian
Masyarakat dengan judul “Warisan Uyut Penyelamat Lingkungan”. Bulan JuliAgustus 2013 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di PT Galenium
Pharmacia Laboratories dengan judul “Proses Pengolahan Limbah Cair”.