Model perubahan penggunaan lahan pesisir untuk mendukung rencana tata ruang wilayah Kabupaten Karawang

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR
UNTUK MENDUKUNG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KARAWANG

Rd. ADE KOMARUDIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.


iii

Judul Tesis
Nama
NRP

: Model Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir untuk Mendukung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang
: Rd. Ade Komarudin
: A156110274

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Khursatul Munibah, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : 07 Februari 2013

Tanggal Lulus :

iv

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Oktober ini adalah Model
Perubahan Penggunaan Lahan untuk Mendukung Rencana Tata Ruang Wilayah
Pesisir Kabupaten Karawang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Dr. Dra. Khursatul Munibah, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing atas
segala motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan dari tahap awal sampai
penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku anggota komisi pembimbing atas
segala dukungan, motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan selama
penelitian sampai penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah IPB beserta seluruh staf pengajar dan staf manajemen
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB
4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan
beasiswa yang diberikan kepada penulis
5. Pemerintah Kabupaten Karawang yang telah memberikan izin dan bantuan
kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini
6. Rekan-rekan PWL Bappenas dan Reguler Angkatan 2011 atas dukungan dan
kerjasamanya selama ini, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan

satu persatu dalam membantu penyelesaian tesis ini
Terima kasih yang istimewa disampaikan kepada istriku Puri Subekti beserta
seluruh keluarga besar di Karawang, Bekasi dan Bogor, atas segala do’a dan
dukungan selama ini.
Akhirnya, semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat dan semoga
pembelajaran yang telah dilakukan penulis dalam prosesnya dapat meningkatkan
kapasitas penulis untuk lebih bermanfaat bagi masyarakat. Amiin.

Bogor, Februari 2013

Rd. Ade Komarudin

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir Penelitian

vi
vii
viii
1
1
2
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Kebijakan Pemerintah
Tata Ruang
Lahan

Sistem Informasi Geografis
Pemodelan dengan Pendekatan Celullar Automata (CA)-Markov

6
6
6
7
7
9
10

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Data
Rancangan Alir Penelitian
Teknik Analisis dan Pengolahan Data

12
12

13
13
14
15

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Umum Fisik Wilayah
Sosial Ekonomi

21
21
28

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis Penggunaan Lahan Sesuai Secara Fisik.
Model Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan
Arahan Kebijakan yang Mendukung RTRW Pesisir Kabupaten Karawang.

30

30
39
43
49

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

63
63
63

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

64
75

vi


DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

19.
20.
21.
22.
23.
24.

Matriks data dan metode analisis
Matriks Error
Ilustrasi matriks transisi area/probabilitas
Lereng dan luasannya
Jenis tanah dan luasnya di pesisir Kabupaten Karawang
Penggunaan lahan dan luasnya di pesisir Kabupaten Karawang
Rencana pola ruang pesisir Kabupaten Karawang dan luasnya
Jumlah penduduk di pesisir Kabupaten Karawang
Fasilitas sekolah di pesisir Kabupaten Karawang
Luas perubahan penggunaan lahan
Matrik perubahan penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012
Matriks persentase perubahan penggunaan lahan
Luas abrasi dan akresi antara tahun 1994 dan 2012 per Kecamatan

Luas abrasi dan akresi per penggunaan lahan
Inkonsistensi penggunaan lahan pesisir eksisting dengan RTRW
Alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai
Perbandingan luasan data vektor dan raster
Matriks probabilitas perubahan penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012
Matriks area transisi penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012
Nilai kappa tiap skenario
Perbandingan luas penggunaan lahan 2012 dan hasil prediksi 2030
Matriks inkonsistensi Peta RTRW dan Peta prediksi potensial 2030
Perbandingan abrasi/akresi pada penerapan sempadan tahun 2012-2030
Persen kelas inkonsistensi dan nilai kappa untuk hasil simulasi tiap
arahan kebijakan.

13
16
19
23
25
27
28
28
29
30
32
33
35
38
39
41
43
44
44
47
48
51
57
62

vii

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Kerangka pikir penelitian
Tetangga terdekat dari sel (i,j) yang dibentuk dari sel (i,j) dan 8 sel
tetangganya
Diagram alir penelitian
Peta Kecamatan Pesisir Kabupaten Karawang
Tahapan penentuan alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai
Filter matriks 5 x 5
Diagram alir simulasi model prediksi penggunaan lahan 2030
Peta bentuk lahan (land form) pesisir Kabupaten Karawang
Peta bahan induk daratan pesisir Kabupaten Karawang
Peta kondisi lereng wilayah pesisir Kabupaten Karawang
Peta kondisi ketinggian pesisir Kabupaten Karawang
Peta jenis tanah pesisir Kabupaten Karawang
Peta curah hujan pesisir Kabupaten Karawang
Peta penggunaan lahan pesisir Kabupaten Karawang
Peta RTRW pesisir Kabupaten Karawang
Peta sebaran penduduk di pesisir Kabupaten Karawang
Grafik presentase penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012
Peta perubahan penggunaan lahan 1994 dan 2012
Garis pantai tahun 1994 dan 2012
Kondisi abrasi dan akresi di sekitar bangunan break water
Peta kesesuaian fisik lahan (sumber BBSDLP)
Peta alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai 1
Pembobotan kesesuaian lahan dalam software idrisi
Grafik nilai kappa pada setiap iterasi
Peta Prediksi penggunaan lahan potensial tahun 2030
Peta prediksi perubahan penggunaan lahan tahun 2012-2030
Peta kelas inkonsistensi prediksi PL 2030 terhadap RTRW
Peta penggunaan lahan 2012 dengan sempadan
Ilustrasi sistem silvofishery (bengen, 2004)
Peta rehabilitasi hutan mangrove di area sesuai mangrove
Peta prediksi penggunaan lahan 2030 untuk arahan kebijakan
implementasi sempadan pantai
Peta kelas inkonsistensi hasil prediksi 2030 untuk arahan kebijakan
Implementasi sempadan pantai
Peta prediksi penggunaan lahan 2030 untuk arahan Rehabilitasi Hutan
mangrove.
Peta kelas inkonsistensi hasil prediksi 2030 untuk arahan kebijakan
Rehabilitasi Hutan mangrove
Peta prediksi penggunaan lahan 2030 untuk arahan kebijakan sawah
2012 tidak terkonversi
Peta kelas inkonsistensi hasil prediksi 2030 untuk arahan kebijakan
Sawah 2012 tidak terkonversi
Peta prediksi penggunaan lahan 2030 untuk arahan kebijakan gabungan
Peta kelas inkonsistensi hasil prediksi 2030 untuk arahan kebijakan
Gabungan

5
11
12
14
17
18
20
21
22
23
24
24
25
26
27
29
32
34
36
37
40
42
45
46
48
49
52
53
54
55
56
57
58
58
59
60
60
61

viii

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Citra landsat 7 pesisir Karawang tahun 1994
Peta penggunaan lahan 1994 hasil interpretasi
Citra landsat 7 pesisir Karawang tahun 2012
Peta penggunaan lahan 2012 hasil interpretasi
Titik hasil referensi ground thruth cek lapangan dan citra ikonos
Data atribut peta kesesuaian fisik lahan
(Sumber peta land system BBSDLP)

67
68
69
70
71
73

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 2007 mendefinisikan ekosistem sebagai kesatuan
komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta
proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas. Wilayah daratan Indonesia seluruhnya merupakan wilayah
kepulauan, oleh karena itu kondisi wilayah pesisir sangat berpengaruh pada
kehidupan masyarakatnya secara keseluruhan. Indonesia memiliki kawasan pesisir
yang sangat luas yang disebabkan oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan yang sekitar 75% luasannya merupakan laut, dengan panjang
pantai 81,290 km. Kondisi iklim dan interaksi pulau-pulau terhadap permukaan
laut memegang peranan penting dalam penentuan ciri atau sifat wilayah pesisir
Indonesia (Dahuri et al. 1996). Diperkirakan 22% jumlah penduduk Indonesia
atau sekitar 41 juta jiwa tinggal dan hidup di wilayah pesisir yang mata
pencahariannya memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir,
baik sebagai nelayan ataupun petani tambak (Nurududja et al. 2007).
Pemanfaatan dan penggunaan lahan di wilayah pesisir perlu dirancang
dengan matang karena ekosistem di wilayah pesisir memiliki potensi ekonomi dan
ekologi yang tinggi (Dahuri et al. 1996). Penggunaan lahan di wilayah pesisir
merupakan gambaran aktifitas masyarakat yang dilakukan di wilayah pesisir
berdasarkan kepentingan sosial, ekonomi maupun ekologi yang ada sehingga
cenderung dinamis dan berubah-ubah yang disebabkan oleh perkembangan
kebutuhan masyarakat, kesesuaian lahan dari daya dukungnya.
Apabila pemanfaatan lahan pesisir dilakukan tanpa memperhatikan
integrasi dengan sumberdaya lain maka akan mengakibatkan kerugian dan
kerusakan pada aktifitas manusia sendiri (Dahuri et al.1996). Oleh karena itu
dalam memanfaatkan lahan pesisir perlu diperhatikan kesesuaiannya. Kesesuaian
lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk
tujuan penggunaan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Melalui
penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan
potensi wilayahnya, dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah
berikut usaha pemeliharaan kelestariannya. Penentuan kesesuaian lahan dapat
dilakukan dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis (Pourebrahim et
al. 2012).
Pesisir Kabupaten Karawang merupakan salah satu wilayah pesisir yang
mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan dalam kurun
waktu ±20 tahun terakhir. Berkembangnya teknologi budidaya tambak udang di
pertengahan tahun 1980-an menjadikan wilayah pesisir Kabupaten Karawang
terkonversi besar-besaran menjadi tambak. Pada kurun waktu 1987 – 1990
konversi lahan hutan bakau dan semak menjadi tambak di wilayah pesisir
Karawang sangat signifikan hingga 105.79% per tahun (Sachoemar 1994). Namun

2

kejayaan tambak udang tersebut tidak berjalan lama. Pada akhir tahun 1990an,
banyak tambak yang merugi dan ditinggalkan oleh pemiliknya akibat penyakit
dan salah kelola. Akibatnya lahan tambak kemudian banyak dikonversi lagi
menjadi penggunaan yang lain. Selain itu, perubahan lahan di wilayah pesisir
Karawang juga disebabkan oleh semakin banyaknya ketertarikan masyarakat
untuk tinggal dan menetap di wilayah pesisir terutama karena meningkatnya
aktivitas ekonomi di wilayah ini. Beberapa kecamatan di wilayah pesisir
Kabupaten Karawang memiliki laju pertumbuhan lebih dari standar laju
pertumbuhan nasional yaitu 1.3% (BPS 2011). Hal ini menyebabkan kompetisi
untuk penggunaan lahan pesisir sebagai lahan usaha maupun permukiman
semakin meningkat sehingga urgensi untuk implementasi perencanaan tata ruang
wilayah pesisir semakin penting dilakukan.
Perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang yang
dinamis ini penting untuk dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui pola dan
memprediksi kondisi yang akan terjadi. Kesesuaian fisik lahan dipertimbangkan
dalam membuat prediksi, sehingga penggunaan lahan ke depan diharapkan dapat
lebih tepat guna. Hasil prediksi ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
membangun suatu perencanaan yang optimal. Untuk melakukan prediksi
penggunaan lahan secara spasial dinamis, salah satu model yang dapat digunakan
adalah pemodelan dengan pendekatan Celullar Automata (CA) (Munibah 2008)..

Perumusan Masalah
Potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir Kabupaten Karawang menjadi
penyebab meningkatnya aktivitas ekonomi di wilayah ini sehingga memicu
pertambahan penduduk. Seiring dengan bertambahnya penduduk maka kebutuhan
akan lahan juga semakin meningkat. Lahan dimanfaatkan bukan hanya sekedar
sebagai tempat tinggal melainkan juga sebagai tempat usaha. Pemanfaatan lahan
seharusnya didasari oleh pengetahuan dan informasi mengenai kondisi lahan dan
bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh pemanfaatan tersebut terhadap
lingkungan manusia, sehingga pemanfaatannya tidak menimbulkan degradasi nilai
lahan tersebut dan juga tidak menimbulkan kondisi yang merugikan bagi manusia
di kemudian hari.
Peningkatan kebutuhan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang
memicu konflik kepentingan dalam memanfaatkan lahan dan jika diatur maka
perubahan penggunaan lahan akan berada sepenuhnya pada penguasaan pasar
yang hanya diukur dari segi keuntungan secara ekonomi. Kondisi seperti ini
terindikasi terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Karawang dimana hutan
mangrove dibuka secara besar-besaran untuk dijadikan lahan tambak. Rusaknya
hutan mangrove sebagai ekosistem pesisir tropis tentu sangat merugikan kondisi
lingkungan, karena dengan hilangnya ekosistem laut maka jasa lingkungannya
sebagai pelindung pesisir dari aktivitas lautan maupun fungsinya sebagai
penghasil oksigen dan penyerap zat toxic juga ikut hilang. Pesisir Kabupaten
Karawang diperkirakan telah terkena abrasi sehingga beberapa pantainya mundur
30 hingga 300 meter ke arah daratan (Dinas LH Tamben 2008).

3

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang merupakan
aturan yang dihasilkan pemerintah Kabupaten Karawang yang salah satu
tujuannya adalah untuk mengatur pemanfaatan penggunaan lahan di wilayah
Kabupaten Karawang termasuk wilayah pesisirnya, agar perubahan penggunaan
lahan yang terjadi tidak hanya mengikuti hukum pasar (aspek ekonomi). RTRW
juga mengendalikan penggunaan lahan agar masih memperhitungkan aspek-aspek
lainnya, dimana salah satunya adalah aspek lingkungan. Oleh karena itu
implementasi RTRW perlu didukung, agar pemanfaatan lahan lebih teratur dan
memperhatikan seluruh aspek secara seimbang. Salah satu bentuk dukungan yang
dapat dilakukan adalah dengan membuat analisis perubahan penggunaan lahan,
sehingga dapat dibuat strategi sehingga perubahan penggunaan lahan yang akan
terjadi di masa datang lebih efisien, stabil dan lebih mengimplementasi RTRW
yang dibuat oleh pemerintah. Informasi mengenai prediksi perubahan penggunaan
lahan di masa yang akan datang sangat diperlukan untuk membuat arahan
kebijakan yang dapat mendukung impelmentasi RTRW Kabupaten Karawang
untuk jangka waktu panjang ke depan khususnya di wilayah pesisir.
Rumusan masalah yang dijelaskan di atas menghasilkan pertanyaanpertanyaan penelitian mengenai tahapan analisis yang akan dilakukan dalam
membuat perencanaan tata ruang wilayah pesisir Kabupaten Karawang yang
sekaligus menjadi batasan penelitian yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaannya
yaitu :
1) Bagaimanakah perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah
pesisir Kabupaten Karawang ?
2) Bagaimanakah penggunaan lahan yang sesuai secara fisik di wilayah
pesisir Kabupaten Karawang ?
3) Bagaimanakah model yang dapat dibangun untuk memprediksi
penggunaan lahan wilayah pesisir Kabupaten Karawang tahun 2030?
4) Bagaimanakah arahan kebijakan penggunaan lahan pesisir yang dapat
disusun untuk mendukung RTRW Kabupaten Karawang ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu arahan kebijakan yang
mendukung rencana tata ruang wilayah pesisir Kabupaten Karawang berdasarkan
kajian biofisik, sosial dan ekonomi dan dengan bantuan model yang akan
memprediksi penggunaan lahan potensial. Tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
1) Menganalisis perubahan penggunaan lahan periode tahun 1994 - 2012.
2) Menganalisis penggunaan lahan sesuai secara fisik wilayah pesisir
Kabupaten Karawang.
3) Membangun model untuk memprediksi penggunaan lahan wilayah pesisir
Kabupaten Karawang tahun 2030.
4) Menyusun arahan kebijakan penggunaan lahan pesisir yang mendukung
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Karawang.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, yaitu
1) Memberikan informasi bagi masyarakat pesisir Karawang dalam
pemanfaatan lahan pesisir di lingkungan mereka secara lebih efisien dan
terencana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka.
2) Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam pembuatan kebijakan untuk
mendukung implementasi rencana tata ruang wilayah, terutama di wilayah
pesisir.

Kerangka Pikir Penelitian
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan ekonomisosial di wilayah pesisir Kabupaten Karawang, maka kebutuhan lahan juga akan
terus meningkat, sehingga jika pemanfaatannya tidak terencana maka perubahan
penggunaan lahan yang terjadi akan cenderung mengikuti hukum pasar (aspek
ekonomi). Kondisi ini akan merugikan masyarakat di kemudian hari seperti
rusaknya lingkungan dan menurunnya kualitas lahan. Oleh karena itu rencana tata
ruang wilayah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan lahan di wilayah
pesisir memiliki urgensi yang sangat tinggi. Permasalahan-permasalahan tersebut
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang hasilnya berupa arahan bagi
pemerintah Kabupaten Karawang dalam membuat kebijakan penggunaan lahan di
wilayah pesisir, yang dapat mendukung implementasi RTRW.
Perubahan penggunaan lahan pada dua titik tahun dianalisis dengan
bantuan model Markov Chain sehingga memberikan informasi mengenai pola
perubahan penggunaan lahan. Hasil analisis Markov Chain tersebut bersama
dengan kesesuaian lahan dan matriks ketetanggaan kemudian dijadikan input
dalam memprediksi perubahan penggunaan lahan ke depan yang dilakukan
dengan model prediksi penggunaan lahan di masa depan melalui pendekatan
Cellular Automata.
Prediksi penggunaan lahan yang dihasilkan kemudian dibandingkan
dengan RTRW untuk menjadi dasar disusunnya arahan kebijakan penggunaan
lahan untuk mendukung implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Karawang khusus di wilayah pesisirnya. Diagram alir kerangka pikir penelitian
disajikan pada Gambar 1.

5

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah Pesisir merupakan wilayah geografis yang dinamis dan terus
berubah akibat bermacam interaksi antara daratan dan lautan (Hadley 2009).
Batasan wilayah pesisir berdasarkan rapat kerja nasional proyek MREP tahun
1994 dalam Dahuri et al. (1996) menetapkan bahwa wilayah pesisir terdiri dari
daratan dan lautan dimana daratan adalah daratan yang masih terpengaruhi oleh
lautan dan lautan adalah laut yang masih terpengaruhi oleh daratan. Namun batas
ini untuk dipergunakan dalam perencanaan cukup wilayah akan sulit karena
batasnya semu dan tidak terlihat dengan kasat mata.
Batasan wilayah pesisir untuk keperluan perencanaan biasanya didasarkan
pada batas administrasi. Batasan administrasi wilayah lebih sering digunakan
karena memiliki batas-batas yang lebih jelas. Undang-Undang RI Nomor 27
Tahun 2007 menjelaskan bahwa batasan wilayah pesisir untuk wilayah
kewenangan Kabupaten/Kota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari wilayah
laut kewenangan provinsi sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan ke arah daratan
ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan yang berbatasan dengan laut.
Kebijakan Pemerintah
Pengertian kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atau atas dasar
kebijakan yang bersifat luas. Kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan
sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Anderson (1976) mengemukakan bahwa
kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan atau pejabat pejabat pemerintah
merupakan kebijakan publik. Sedangkan menurut Dunn (2000), kebijakan publik
adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling
berkepentingan, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat
oleh badan atau kantor pemerintah. Secara sederhana kebijakan pemerintah dapat
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh
pemerintah (Dwidjowijoto 2003).
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia (LANRI 1988)
kebijakan dapat terbagi 2 (dua) yaitu :
1) Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan
mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
2) Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum.
Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.
Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai bentuk
seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Menteri (Kepmen) dan lain-lain. Sedangkan jika kebijakan
pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan Surat Keputusan
(SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.
Penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal berikut :
1) Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.

7

2)
3)
4)
5)
6)

Konsisten dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku.
Berorientasi ke masa depan.
Berpedoman kepada kepentingan umum.
Jelas dan tepat serta transparan.
Dirumuskan secara tertulis.

Tata Ruang
Ruang merupakan wujud multi dimensi dari lahan. Undang-Undang 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan ruang sebagai wadah yang
terdiri dari ruang darat, ruang laut, ruang udara dan termasuk ruang di dalam bumi
sebagai suatu kesatuan wilayah tempat hidup manusia dan tempat manusia
beraktivitas dalam memelihara kehidupannya. Tanah merupakan salah satu bagian
dari ruang, sehingga penatagunaan lahan tidak dapat dilepaskan dari penataan
ruang wilayah (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, wujud dari struktur dan pola ruang disebut Tata Ruang,
dimana struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola
ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Penyusunan rencana tata ruang dilandasi
dengan pemikiran perspektif menuju keadaan pada masa depan yang diinginkan
(visi), dengan dasar data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada,
serta beragam wawasan mengenai aktivitas manusia. Perkembangan masyarakat
dan kondisi biofisik lingkungan di wilayah pesisir berlangsung secara dinamis,
sehingga perencanaan tata ruang juga harus dinamis dan sesuai dengan
perkembangan waktu.

Lahan
Pada penelitian ini lahan didefinisikan sebagai bagian daratan dari wilayah
pesisir. Definisi lahan sendiri menurut para ahli diantaranya Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007) adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, hidrologi,
iklim, relief dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
penggunaannya, termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia
baik pada masa lalu maupun sekarang seperti reklamasi daerah-daerah pantai
(pesisir), penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan
akumulasi garam. Pada konsep tersebut sangat jelas bahwa faktor-faktor sosial
dan ekonomi secara murni tidak masuk di dalamnya.

8

Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah bentuk aktivitas manusia terhadap lahan
termasuk di dalamnya kondisi alamiahnya (belum ada aktivitas manusia),
sehingga menyebabkan terjadinya bermacam-macam penggunaan lahan
(Anderson dalam Jamil 2007). Terdapat penggunaan lahan secara umum dan
penggunaan lahan secara terperinci (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).
Penggunaan secara umum biasanya digunakan untuk evaluasi lahan secara
kualitatif misalnya pertanian, hutan, padang rumput, permukiman dan lainnya,
sedangkan penggunaan secara terperinci lebih detail membagi jenis penggunaan
lahan sesuai dengan syarat-syarat teknis suatu daerah dengan keadaan fisik
karakteristik lahan (lereng, tekstur dan lainnya) dan sosial ekonomi tertentu.
Penggunaan lahan di wilayah pesisir Indonesia pada umumnya adalah
pertanian, kehutanan (mangrove), perikanan budidaya (tambak), permukiman,
industri dan pariwisata. Pengelolaan lahan di wilayah pesisir yang baik
memerlukan suatu pedoman dalam penggunaan lahan di wilayah pesisir agar
seimbang dengan kesesuaiannya dan tidak merusak fungsi ekologinya. Hal ini
menurut Dahuri et al. (1996) berkaitan dengan fungsi ekologi wilayah pesisir
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga pemanfaatan dan penggunaan lahan
wilayah pesisir harus direncanakan dengan matang.
Kesesuaian Lahan
Lahan merupakan sumberdaya yang terbatas jumlahnya dan hampir tidak
bisa diperbaharui, sedangkan manusia yang membutuhkan dan sebagai pengguna
lahan jumlahnya semakin bertambah sehingga jika pemanfaatan lahan tidak
teratur dan terencana maka ke depan akan menimbulkan masalah sosial dan
ekonomi yang dapat memicu persaingan dan konflik (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007). Oleh karenanya pengunaan lahan harus dapat menjaga fungsi
dan nilai lahan tersebut agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Untuk itu maka
pengetahuan mengenai kesesuaian lahan mutlak diperlukan.
Definisi kesesuaian lahan menurut Sitorus (1985) dalam Jamil (2007)
adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu. Penggambaran ini dilakukan dengan menganalisis klasifikasi
kesesuaiannya. Penilaian dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan aktivitas
apa yang akan dilakukan di atas lahan tersebut. Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2007) kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan
bagi tipe aktivitas manusia di atas lahan (misalnya jenis tanaman dan cara
pengelolaan tertentu). Terdapat juga istilah kemampuan lahan (land capability),
namun beberapa ahli menganggap kemampuan lahan (land capability) dan
kesesuaian lahan (land suitability) sebagai dua istilah dengan maksud yang sama,
sehingga dapat saling menggantikan dalam suatu penulisan (interchangeable)
(Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan dalam kondisi alami dan
belum dilakukan perbaikan pada kemampuannya. Sedangkan kesesuaian lahan
potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan pada kualitas dan
kemampuan lahan dalam penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007). Di wilayah pesisir, aktivitas penggunaan lahan sering

9

berdampak negatif pada kondisi ekologisnya. Oleh karena itu perlu dikaji
mengenai kesesuaian lahan di wilayah pesisir agar pemanfaatan lahan pesisir
dapat optimal tanpa mengganggu stabilitas fungsi ekologisnya sehingga tidak
menimbulkan kondisi yang merugikan bagi masyarakat (banjir rob, penyakit
tambak, gagal panen dan lainnya). Kesesuaian lahan dapat dikaji melaluai aspek
biofisik, aspek sosial dan ekonomi yang mempengaruhi suatu penggunaan lahan.

Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi berbasis data
spasial (data yang memiliki referensi geografis) (Barus dan Wiradisastra 2000).
Sistem ini secara komputerisasi memiliki empat kemampuan dalam menangani
data yaitu pemasukan (input), pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau
pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran (keluaran).
Pemasukan data ke dalam Sistem Informasi Geografis dilakukan dengan
banyak cara, diantaranya dengan digitasi dan tabulasi. Manajemen data meliputi
semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan
semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan analisis data
dilakukan dengan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial,
mengkaitkan data tabular ke data spasial, tumpang tindih peta yang meliputi map
overlaying, tumpang tindih dengan bantuan matriks atau Tabel dua dimensi, dan
kalkulasi peta. Keluaran utama dari Sistem Informasi Geografis adalah informasi
spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu tersimpan dalam format
raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara operasional
(Prahasta 2001)
Struktur data spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur data vektor dan raster. Struktur data
vektor kenampakan keruangan akan dihasilkan dalam bentuk titik dan garis yang
membentuk kenampakan tertentu, sedangkan struktur data raster kenampakan
keruangan akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk
Gambar (Prahasta 2001)
Burrough dan McDonnel (1986) memberikan definisi Sistem Informasi
Geografi (SIG) dalam konteks alat (toolbox based), sebagai seperangkat alat yang
digunakan untuk mengoreksi, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi
dan menyajikan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan tertentu. Dalam konteks
basisdata (database based), Aronoff (1989) menyatakan bahwa Sistem Informasi
Geografi (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai
kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan
data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan
analisis serta keluaran (keluaran), sedangkan dalam konteks organisasi
(organization based), Sistem Informasi Geografi (SIG) didefinisikan sebagai
seperangkat fungsi-fungsi otomatis yang professional dengan kemampuan lebih
baik dalam hal penyimpanan, pemanggilan kembali, manipulasi, dan tampilan
lokasi data secara geografis.

10

Informasi penutupan lahan dapat diekstrak langsung melalui proses
interpretasi citra atau foto udara yang kualitasnya baik, namun informasi tentang
penggunaan lahannya tidak dapat diketahui secara langsung. Oleh karenanya
diperlukan pengecekan lapang untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu
daerah. Pengecekan lapang atau disebut juga ground “truth” didefinisikan sebagai
observasi, pengukuran, dan pengumpulan informasi tentang kondisi aktual di
lapangan dalam rangka menentukan hubungan antara data penginderaan jauh dan
obyek yang diobservasi. Apabila ditemukan perbedaan pola atau kecenderungan
yang tidak dimengerti pada data penginderaan jauh, bisa dilakukan verifikasi
dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG)
telah banyak digunakan untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan
penggunaan lahan. Analisis terpadu terhadap penggunaan lahan, potensi
ekosistem, debit air, data kependudukan dan pengaruh dari masing-masing data
dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), sehingga
dapat dianalisis keterkaitan antara faktor yang mempengaruhi sistem tersebut
(Aronoff 1989).
Pemodelan dengan Pendekatan Celullar Automata (CA)-Markov
Model merupakan pengganti dari suatu sistem nyata yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan yang secara aktual sulit dilakukan (Ford 1999). Secara
umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari suatu
obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan timbal-balik baik
langsung ataupun tidak langsung. Namun demikian, sebagai abstraksi model tetap
memiliki kompleksitas yang kurang dibandingkan realitas sebenarnya.
Metode Markov Chain
Metode Markov Chain adalah metode yang memproses perubahan
penggunaan lahan dalam dua titik waktu yang hasilnya adalah matriks transition
probability (Eastman 2003). Kombinasi Markov Chain dan Sistem Informasi
Geografis melalui integrasi teknologi penginderaan jauh telah berhasil
menganalisis trend, tingkat dan pola spasial dari perubahan penggunaan lahan
(Weng 2002)
Metode Markov Chain ini memiliki batasan dalam menjelaskan tentang
interaksi antara perubahan penggunaan lahan yang muncul. Metode ini juga tidak
dapat menjawab kenapa perubahan tersebut terjadi. Yang dapat dijelaskan oleh
model ini adalah kapan dan tipe penggunaan lahan yang mana yang akan berubah
(Lambin 1994 dalam Wen 2008).
Cellular Automata
Cellular Automata adalah metode pengkelasan secara matematika dengan
karakter yang diskrit (dalam ruang, waktu dan nilai-nilai kondisi/state),
pengambilan keputusan dan interaksi lokal (Jen 2001). Cellular Automata
merupakan sistem dinamis yang beroperasi dalam ruang dengan data raster
dimana nilai data raster tersebut dapat didefinisikan ke dalam binari atau diskrit
(Toffoli dan Margolis 1987 dalam Wen 2008).

11

Cellular Automata merupakan sistem dinamis yang perilakunya
dipengaruhi oleh hubungan ketetanggaan (Toffoli dan Margolis 1987 dalam Wen
2008). Model ini memiliki karakteristik spasial berdasarkan sel yang
perubahannya tergantung pada sel-sel tetangganya, sel-sel tersebut akan hidup jika
tiga atau lebih dari sel tetangganya hidup dan akan mati/berubah jika tiga atau
lebih sel tetangganya juga mati/berubah.
Menurut Irwin (2001) dalam Wen (2008) satuan entitas dari Cellular
Automata beragam namun masing-masing independen. Masing-masing sel pada
kondisi aktual tergantung dari kondisi sebelumnya di masa lalu secara independen.
Berdasarkan hal tersebut sangat jelas bahwa model Markov mempunyai kesamaan
dengan teori model Cellular Automata. Perbedaannya adalah bahwa Cellular
Automata tidak hanya tergantung pada kondisi sebelumnya tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi aktual sel tetangganya sehingga Cellular Automata
memiliki aspek spasial sedangkan model Markov Chain tidak mempresentasikan
aspek spasial. Melalui pengintegrasian Cellular Automata dengan model Markov
Chain, karakteristik berbasis rasternya dapat dikembangkan dan dimodelkan
untuk model perubahan spasial sebagai sistem yang dinamis.
Karakteristik model Cellular Automata dijelaskan dalam 5 (lima) karakter
(Sirakoulis et al. 2000 dalam Wassahua 2010) sebagai berikut, yaitu ;
- Jumlah dimensi spasial (n)
- Jarak dua sisi dari komposisi sel (W). Wj adalah jarak dari sisi ke j dilihat
dari komposisi sel. Dimana j = 1, 2, 3, … n (jumlah sel)
- Jarak dari sel tetangga terdekat (d). dimana dj adalah jarak tetangga terdekat
sepanjang sisi j dari j komposisi sel tiap kondisi sel Cellular Automata.
- Aturan Celullar Automata sebagai fungsi F sembarang.
- Kondisi sel X pada waktu t = 1, dihitung berdasarkan F dimana F merupakan
fungsi dari kondisi sel X pada waktu (t) diketahui dengan aturan sebagai
sebagai transisi perubahan. Deskripsi sederhana dari dua dimensi Cellular
Automata (n=2), dengan jarak tetangga terdekat d1=3 dan d2=3 seperti
terlihat pada Gambar 2.

i-1, j-1

i-1,j

i-1,j+1

i, j-1

(i, j)

(i, j+1)

i+1,j-1

I+1,j

i+1,j+1

Gambar 2. Tetangga terdekat dari cel (i,j) yang
dibentuk dari sel (i,j) dan 8 sel
tetangganya (Wassahua 2010)

12

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang diteliti adalah wilayah pesisir Kabupaten Karawang (Gambar
3), yang secara administratif berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 27 tahun 2007 mencakup kecamatan yang berbatasan dengan laut dan area
perairan laut sejauh 4 mil laut. Wilayah pesisir kabupaten Karawang terdiri dari 9
kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan, Tempuran,
Pedes, Cilebar, Cibuaya, Tirtajaya, Batujaya, dan Pakisjaya. Garis pantai
Kabupaten Karawang sepanjang 73 km (Bappeda 2006) sehingga luas area
lautnya ± 469,93 Km2.
Kabupaten Karawang terletak di wilayah utara Jawa Barat yang secara
geografis berada pada 107°02’ BT - 107°40’ BT dan 5°56’ LS - 6°34’. Dengan
panjang pantai terluas kedua di wilayah pantai utara Jawa Barat, potensi wilayah
pesisir Kabupaten Karawang cukup besar dengan penggunaan lahan antara lain
untuk pertanian sawah teririgasi, budidaya perikanan (tambak), hutan bakau,
bangunan permukiman dan daerah lindung (sempadan dan bantaran sungai).
Terdapat 18 aliran sungai yang bermuara di wilayah ini dengan substrat pantai
rata-rata lumpur berpasir (Dinas PKP 2009). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei – Oktober tahun 2012.

Gambar 3. Peta Kecamatan Pesisir Kabupaten Karawang

13

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat TM 7 dari
2titik tahun (1994 dan 2012), citra Ikonos titik tahun 2010, peta Land System dan
data Potensi Desa (PODES) 2011. Bahan dalam penelitian akan dijelaskan lebih
rinci pada poin data.
Alat yang digunakan adalah alat berupa piranti lunak antara lain Erdas
Imagine, Idrisi, ArcGIS, Microsoft Office, piranti keras seperti GPS, Camcorder,
Notebook, dan piranti tulis lainnya.

Data
Data yang dibutuhkan ataupun yang dihasilkan pada penelitian ini
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Data sekunder didapat dari penelusuran ke instansi-instansi pemilik data,
melakukan studi pustaka, dan situs internet. Data yang didapat dari instansi
pembuat data antara lain : (1) Peta land System didapat dari Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP); (2) peta administrasi, data Karawang
Dalam Angka dan peta RTRWK didapat dari Bappeda Pemerintah Kabupaten
Karawang; dan (3) data Potensi Desa (PODES) berasal dari BPS. Citra Ikonos
2010 didapat dari Dinas Pertanian, sedangkan citra Landsat TM 7 didapat dengan
mengunduhnya dari situs resmi USGS Earth Explorer.
Data primer yang disiapkan antara lain adalah data interpretasi citra
Landsat dua titik tahun yaitu tahun 1994 dan 2012. Interpretasi citra tersebut
divalidasi dengan data Ground thruth yang didapat dari cek lapang dan bantuan
citra Ikonos.
Tabel 1. Matriks Data dan Metode Analisis
No

Tujuan

Data

Sumber

Metode Analisis

Keluaran

1.

Analisis
Perubahan
penggunaan
lahan

Landsat image
time series

USGS.gov,

Interpretasi
visual.
Tumpang susun

Peta Penggunaan Lahan
(PL) 1994 & 2012
Data dan peta trend
perubahan lahan

2.

Analisis
penggunaan
lahan sesuai
secara fisik

Peta land system

BBSDLP

Analisis atribut
dalam arcGIS

Peta kesesuaian fisik
lahan dan alternatif
komposisi penggunaan
lahan sesuai

3.

Membangun
model perubahan
penggunaan
lahan tahun
2030.

PL 1994 dan 2012,
alternatif
komposisi
penggunaan lahan
sesuai dan Markov
transition area.

Keluaran tujuan 1
dan 2 serta Hasil
analisis Markov
Chain

Celullar
AutomataMarkov (CAMarkov) dalam
Idrisi

Peta prediksi
penggunaan lahan tahun
2030

4.

Arahan
Kebijakan untuk
mendukung
RTRW

Peta prediksi PL
2030 dan Peta
RTRW

Keluaran tujuan 3
dan Bappeda
Karawang

Analisis
inkonsistensi

Arahan kebijakan tata
ruang pesisir.

14

Rancangan Alir Penelitian
Metode penelitian dirancang berdasarkan kerangka pemikiran yang
kemudian diimplementasikan kedalam tahapan-tahapan pekerjaan sebagai proses
untuk menjawab tujuan penelitian. Tahapan-tahapan tersebut secara rinci
dilaksanakan untuk mempersiapkan berjalannya sebuah model yang hasilnya
adalah peta prediksi penggunaan lahan yang kemudian dijadikan acuan dalam
membuat arahan kebijakan penggunaan lahan yang dapat mendukung
implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Karawang ke depan. Arahan penggunaan lahan yang dihasilkan harus
sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, dan memperhatikan kesesuaian
lahan. Secara keseluruhan diagram alur penelitian yang akan dilakukan disajikan
pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alur Penelitian

15

Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan.
Interpretasi Citra Landsat TM 7
Citra Landsat TM 7 hasil unduhan dari situs resmi USGS earth explorer
yang berupa file geotif per band lalu dikomposit dan diolah dalam piranti lunak
Erdas Imagine. Koreksi geometrik dilakukan pada citra hasil komposit dengan
referensi koordinat bumi yang diambil menggunakan GPS. Koreksi geometri
bertujuan untuk memastikan citra pada posisi geometrik yang sesuai dengan
koordinat bumi. Akurasi koreksi geometri ditunjukkan dengan nilai Root Mean
Square (RMS) ≤ 1.
Interpretasi citra secara visual dilakukan dengan didasarkan pada 7 unsur
interpretasi yaitu rona/warna, tekstur, pola, ukuran, bentuk, bayangan, dan lokasi
objek (situs) dalam perbandingannya dengan objek lain (Lillesand dan Kiefer
1997). Ketujuh unsur interpretasi tersebut dapat dijelaskan pengaruhnya terhadap
proses interpretasi sebagai berikut : (1) Rona/warna berkaitan dengan
warna/derajat keabuan pada suatu objek dalam citra yang disebabkan oleh
besarnya pantulan cahaya dari objek; (2) Tekstur berkaitan dengan frekuensi
perubahan rona pada citra; (3) Pola berkaitan langsung terhadap susunan
keruangan obyek yang dapat dilihat dari pengulangan terhadap bentuk atau
hubungannya, baik secara alami maupun buatan manusia yang dapat membentuk
pola tertentu dan memudahkan interpreter untuk mengenalinya; (4) Ukuran dapat
dijadikan pembeda pada objek yang jika dipindai dari atas bentuk
penampakkannya sama namun pada kenyataannya memiliki skala ukuran yang
berbeda, misalnya rumah dan pabrik; (5) Bentuk berkaitan langsung terhadap
konfigurasi atau kerangka dari objek tunggal; (6) Bayangan berkaitan dengan
posisi matahari pada saat pemindaian yang memberikan gambaran mengenai
profil objek namun juga sekaligus dapat menutupi detil dari objek yang terhalangi;
dan (7) lokasi (situs) suatu objek terhadap objek disekitarnya dapat membantu
untuk mengenali objek tersebut.
Proses interpretasi dimulai dengan mendigitasi objek yang terinterpretasi
sebagai penggunaan lahan tertentu pada citra Landsat TM 7 dalam bentuk shape
file sehingga menghasilkan polygon area penggunaan lahan aktual. File tersebut
kemudian dibangun atributnya sehingga kemudian menjadi dasar pembuatan peta
penggunaan lahan. Seluruh proses interpretasi dilakukan pada piranti lunak
arcGIS 10.
Uji akurasi hasil interpretasi
Pengukuran akurasi dilakukan untuk validasi hasil dari interpretasi citra.
Hasil interpretasi diverifikasi dengan titik-titik ground thruth (kenyataan di
lapangan) untuk melihat keakuratannya. Titik ground thruth di tentukan oleh
piranti lunak Erdas dengan metode Stratified Random Sampling agar tetap objektif.
Proses validasi ini dilakukan dengan modul accuracy assesment yang akan
menghitung akurasi keseluruhan (overall accuracy) dan akurasi kappa. Nilai
akurasi keseluruhan menguji titik-titik uji dengan hanya menghitung jumlah titik

16

uji interpretasi yang sama dengan kondisi aktualnya lalu di bandingkan dengan
jumlah titik sampel keseluruhan. Nilai akurasi keseluruhan ini biasanya lebih
tinggi dari nilai akurasi kappa karena tidak menghitung error interpretasi. Akurasi
kappa memperhitungkan titik-titik error yang ditunjukkan pada matriks error
(Tabel 2) Hasil interpretasi yang dapat digunakan diharapkan memiliki nilai
akurasi diatas 85% (Jensen 1996).
Tabel 2. Matriks Error
Penggunaan Lahan
hasil Interpretasi
P+i
P+i
P+i

P+r

Pi+
Xii

Xi+

Penggunaan Lahan Referensi
Pi+
Pi+

Pr+
Jumlah
X+i
Xii
X+i
Xii
X+i
Xii
X+i
Xii
X+i
Xi+
Xi+
Xi+
Xi+
N

Keterangan :
P+i
: Jenis penggunaan lahan hasil interpretasi
Pi+
: Jenis penggunaan lahan referensi

Dimana,
X+i : Jumlah titik interpretasi pada penggunaan lahan ke-i
Xi+ : Jumlah titik referensi pada penggunaan lahan ke-i
Xii
: Jumlah titik referensi pada penggunaan lahan ke-i yang sesuai dengan
titik interpretasi penggunaan lahan ke-i
i
: Baris atau kolom
r
: Jumlah Tipe penggunaan lahan
N
: Jumlah titik sampel validasi
Khat : Nilai kappa
Data atribut hasil interpretasi citra terutama dibangun untuk
mengidentifikasi area/poligon berdasarkan jenis penggunaan lahan dan luasannya.
Hasil interpretasi pada dua titik tahun yaitu tahun 1994 dan 2012 kemudian
ditumpang tindihkan dengan berbagai proses tumpang tindih (overlay) pada
piranti lunak ArcGIS untuk mendapatkan perubahan luas penggunaan lahan, trend
perubahan penggunaan lahan, perubahan garis pantai dan kondisi abrasi/akresi.
Lahan aktual dari hasil interpretasi citra Landsat tahun 2012 kemudian
dibandingkan dengan peta RTRW Pesisir Karawang juga dengan ditumpang
tindihkan untuk melihat inkonsistensi yang terjadi antara keduanya
Analisis Penggunaan Lahan Sesuai Secara Fisik
Analisis penggunaan lahan sesuai secara fisik dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang didapat dari BBSDLP berupa peta land system.
Pada peta tersebut telah diidentifikasi potensi kesesuaian fisik tiap area

17

berdasarkan parameter fisik yang tergambar pada data atributnya. Data atribut
peta satuan lahan tersebut antara lain landform, taksonomi tanah, litologi, lereng
dan iklim.
Tiap satuan lahan pada peta kesesuaian fisik lahan kemungkinan sesuai
bagi lebih dari satu jenis penggunaan lahan. Peta kesesuaian fisik lahan tersebut
perlu diekstraks menjadi beberapa alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai
yang tiap-tiap satuan lahannya hanya terdiri dari satu jenis penggunaan lahan yang
sesuai. Hal ini dilakukan karena untuk input simulasi model CA-Markov, tiap
satuan lahan hanya boleh memiliki satu penggunaan lahan yang sesuai.
Beberapa alternatif tersebut kemudian diseleksi dengan melihat
kompatibilitasnya terhadap penggunaan lahan aktual tahun 2012 melalui nilai
indeks kappa. Alternatif kesesuaian yang paling kompatibel dengan penggunaan
lahan aktual 2012 (ditunjukkan dengan nilai kappa tertinggi), kemudian akan
digunakan sebagai input dalam validasi model prediksi penggunaan lahan.
Tahapan penentuan alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai yang akan
digunakan dalam validasi model disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Diagram tahapan penentuan alternatif kesesuaian penggunaan lahan
Model Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan
Proses pemodelan dilakukan pada piranti lunak Idrisi dengan menjalankan
modul Celullar Automata – Markov (CA-Markov). Modul ini diproses dengan
mengkombinasikan modul Markov Chain yang menghasilkan Transitional
Probability dan MOLA (Multi-Objective Land Allocation) yang melakukan proses
iterasi untuk mendapatkan komposisi akhir. Prediksi perubahan penggunaan lahan
diproses berdasarkan penggunaan lahan tahun awal, kesesuaian lahan dan
tetangganya.
Filter matriks digunakan dengan ukuran 5 x 5 yang artinya perubahan
penggunaan lahan pada piksel pusat dipengaruhi oleh nilai 24 piksel tetangganya,

18

ukuran piksel juga akan memberi informasi mengenai berapa radius yang
berpengaruh pada perubahan penggunaan pada piksel pusat. Filter matriks ini
sifatnya bergerak secara horizontal atau vertikal dalam melakukan analisis
ketetanggan pada suatu peta raster. Untuk filter dengan ukuran 5 x 5 nilai
matriksnya disajikan pada Gambar 6.
0

0

1

0

0

0

1

1

1

0

1

1

1

1

1

0

1

1

1

0

0

0

1

0

0

Gambar 6. filter matriks ukuran 5 x 5 (Eastman 2003)
Input untuk menjalankan simulasi model CA-Markov selain dari filter
matriks ketetanggaan sebelumnya harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
proses pengolahan data yang diuraikan di bawah ini :
Konversi vektor ke raster
Proses pemodelan dengan piranti lunak Idrisi mengharuskan seluruh input
data berbasis raster, sedangkan data awal seperti hasil interpretasi citra sebagian
besar diolah dengan keluaran berbentuk vektor. Oleh karena itu perlu dilakukan
proses konversi vektor ke raster.
Peta penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012 merupakan hasil interpretasi
dari citra Landsat TM 7. Oleh karena itu berdasarkan resolusi citra Landsat TM 7
yaitu 30 x 30 maka konversi vektor ke raster dilakukan pada ukuran raster 30 x 30.
Proses konversi dilakukan dalam modul import pada piranti lunak Idrisi dengan
merubah data-data berbasis vektor menjadi menjadi file dengan ekstensi .rst yang
berbasis raster.
Matriks probabilitas dan area transisi.
Salah satu faktor yang diperhitungkan pengaruhnya pada perubahan
penggunaan lahan kedepan dalam model prediksi penggunaan lahan dengan
pendekatan CA-Markov adalah faktor sejarah pola perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di masa lalu. Faktor tersebut didapat dari matriks probabilitas dan
area transisi.
Matrik probabilitas dan area transisi (transition area) didapat dengan
metode Markov Chain dan menggunakan input penggunaan lahan tahun 1994 dan
tahun 2012 (rentang waktu 18 tahun). Metode ini untuk mengetahui pola
perubahan dan kemungkinan perubahan antara satu penggunaan lahan ke
penggunaan lahan lain dalam rentang waktu tertentu. Metode Markov Chain
dilakukan dengan menggunakan modul Markov dalam piranti lunak (Eastman
2003). Ilustrasi dari matriks area transisi/probabilitas diperlihatkan pada Tabel 3.

19

Tabel 3. Ilustrasi matriks transisi area/probabilitas
Penggunaan Lahan 1994
(% atau ha)
Pit1
Pit1

Pzt1

Keterangan :
Pit1
:
Pit2
:
z
:
Xii
:
t1
:
t2
:

Pit2
Xii

Penggunaan Lahan 2012 (% atau ha)
Pit2

Pzt2
Xii


Xii

Tipe penggunaan lahan ke-i pada tahun t1
Tipe penggunaan lahan ke-i pada tahun t2
Jumlah tipe penggunaan lahan
Luas perubahan penggunaan lahan ke-i periode tahun t1 dan t2
Tahun ke-1 (1994)
Tahun ke-2 (2012)

Penentuan input kesesuaian lahan
Setelah dikonversi ke dalam bentuk raster data, alternatif komposisi
penggunaan lahan sesuai yang ada diseleksi kembali untuk menentukan satu
alternatif yang akan digunakan dalam simulasi model untuk proses validasi.
Seleksi berdasarkan kompatibilitas dari alternatif komposisi penggunaan lahan
sesuai tersebut terhadap aktual penggunaan lahan tahun 2012. Kompatibilitas
dilihat dari nilai kappa perbandingan masing-masing alternatif dengan
penggunaan lahan tahun 2012. Alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai
dengan nilai kappa tertinggi akan digunakan sebagai input kesesuaian dalam
simulasi model CA-Markov untuk proses validasi.
Alternatif komposisi penggunaan lahan sesuai yang terpilih menjadi input
kesesuaian lalu dipecah menjadi beberapa file raster sesuai dengan jumlah tipe
penggunaan lahan aktual. Tiap file raster diberi pembobotan berdasarkan
kesesuaian dari tiap tipe penggunaan lahan aktualnya. Semua file raster tersebut
kemudian digabungkan menjadi satu file gabungan berekstensi Raster Group File
(.rgf). Semua proses engolahan data input kesesuaian ini dilakukan dalam piranti
lunak Idrisi.
Validasi model
Validasi dilakukan dengan mengeksekusi mode

Dokumen yang terkait

Kajian Kesesuaian Lahan dan Persepsi Masyarakat untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 7 164

Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Bandung)

1 10 278

Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Berkelanjutan

0 13 261

Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Mempertahankan Kabupaten Karawang Sebagai Kontributor Beras Nasional

3 20 105

Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan Dan Perencanaan Tata Ruang Di Kabupaten Bogor

0 3 69

Kajian Kesesuaian Lahan dan Persepsi Masyarakat untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

0 4 154

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010-2030 MELALUI Evaluasi Penggunaan Lahan Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010-2030 Melalui Pemanfaatan Pengind

0 2 11

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN Evaluasi Penggunaan Lahan Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010-2030 Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geogra

0 3 12

ANALISIS KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN AKTUAL TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA TEGAL

0 3 53

ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH PESISIR SELAT MADURA

0 0 14