Hubungan karakterisitik peternak rakyat terhadap kebutuhan nutrien domba lokal di desa cikarawang dan neglasari

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK RAKYAT
TERHADAP KEBUTUHAN NUTRIEN DOMBA LOKAL
DI DESA CIKARAWANG DAN NEGLASARI

WAHYU AGUS SATRIYO BAKHTIAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan
Karakteristik Peternak Rakyat Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa
Cikarawang dan Neglasari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Wahyu Agus S Bakhtiar
NIM D24080360

ABSTRAK
WAHYU AGUS S BAKHTIAR. Hubungan Karakterisitik Peternak Rakyat
Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari.
Dibimbing oleh ANURAGA JAYANEGARA dan DIDID DIAPARI.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan umur peternak,
pengalaman beternak, alokasi waktu beternak, dan pelatihan penyusunan ransum,
menghitung konsumsi bahan kering (BK), Total Degistable Nutrient (TDN),
protein kasar (PK), kalsium (Ca), dan fosfor (P) domba lokal serta hubungan
keduanya di desa Cikarawang dan Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 4.5 bulan dengan jenis
penelitian studi kasus, menggunakan teknik survei dan kuisioner sebagai panduan
dalam wawancara. Sampel responden diambil minimal tiga orang, kemudian
masing-masing sampel responden diambil sampel domba sebanyak tiga ekor.
Domba yang digunakan adalah domba ekor tipis betina dengan bobot badan 10

dan 20 kg. Hasil yang diperoleh yaitu belum terpenuhinya kebutuhan nutrien
domba di kedua desa tesebut. Semakin tinggi umur peternak, pengalaman
beternak dan alokasi waktu beternak cenderung semakin tinggi jumlah pemberian
pakan, sehingga mengakibatkan semakin tinggi pula konsumsi nutriennya.
Kata kunci : domba, konsumsi nutrien, karakteristik peternak

ABSTRACT
WAHYU AGUS S BAKHTIAR. The Relation of Characteristics of Local
Farmers Against Local Sheep’s Nutrients Requirement in Neglasari and
Cikarawang Village. Supervised by ANURAGA JAYANEGARA and DIDID
DIAPARI.
This study was aimed to describe age farmers, experience of farming, time
alocation, and training of ration formulation, calculating comsumption dry matter
(DM), Total Digestable Nutrient (TDN), crude protein (CP), calcium (Ca) and
phospore (P) of local sheeps and both relation in Cikarawang and Neglasari
Villages, District Dramaga, Bogor Regency. This study was conducted for 4.5
months by literatures study, surveying as a guidance of interview. Sample was
taken from at least three persons and then from each respondent was taken sample
of sheeps as much three sheeps. The sheeps that used were female Javanesse
Thin-Tailed sheep which weight were 10 and 20 kg. The result was nutrient

requirements were not fulfilled at the both villages. The higher age, experience,
and time alocation was the the higher amount of feeding so nutrients consumption
also became higher.
Keywords: characteristics of local farmers, nutrients comsumption, sheep

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK RAKYAT
TERHADAP KEBUTUHAN NUTRIEN DOMBA LOKAL
DI DESA CIKARAWANG DAN NEGLASARI

WAHYU AGUS SATRIYO BAKHTIAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Peternak Rakyat Terhadap Kebutuhan
Nutrien Domba Lokal di Desa Cikarawang dan Neglasari
Nama
: Wahyu Agus Satriyo Bakhtiar
NIM
: D24080360

Disetujui oleh

Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc
Pembimbing I

Dr Ir Didid Diapari, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
kebutuhan nutrien domba pada peternakan rakyat, dengan judul Hubungan
Karakteristik Peternak Terhadap Kebutuhan Nutrien Domba Lokal di Desa
Cikarawang dan Neglasari.
Adanya paradigma yang menyatakan bahwa peternak rakyat cenderung
memberikan makan “seadanya” pada ternak dombanya tanpa mempertimbangkan
aspek kualitas dan kuantitas pakan, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut
mengenai upaya pemenuhan kebutuhan nutrien domba tersebut. Ternak yang
terpenuhi pakannya tentu akan memberikan dampak positif terhadap kebutuhan

nutriennya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Wahyu Agus S Bakhtiar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

PENDAHULUAN

1

METODE


2

Alat
Bahan
Waktu dan Lokasi
Prosedur Percobaan
Analisis Data

2
2
2
2
4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak dan Keadaan Geografis Desa Cikarawang
Letak dan Keadaan Geografis Desa Neglasari
Potensi Hijauan Makanan Ternak
Karakteristik Peternak

Umur Peternak
Pengalaman Beternak
Pekerjaan Utama dan Alokasi Waktu Beternak
Pelatihan Penyusunan Ransum
SIMPULAN DAN SARAN

4
4
5
5
6
6
8
10
11
13

Simpulan
Saran


13
13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

14

UCAPAN TERIMA KASIH

15

DAFTAR TABEL
1. Umur peternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang
dan Neglasari
2. Komposisi nutrien ransum di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari
3. Pengalaman beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa

Cikarawang dan Desa Neglasari
4. Pekerjaan utama responden di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari
5. Alokasi waktu beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa
Cikarawang dan Neglasari
6. Pelatihan penyusunan ransum dan data konsumsi nutrien domba di Desa
Cikarawang dan Neglasari

7
7
9
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat
2. Peta lokasi Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat


4
5

1

PENDAHULUAN
Domba merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Berdasarkan hasil kajian Devendra (1993) menyebutkan, di negaranegara ASEAN kontribusi peternakan rakyat atau peternakan skala kecil berkisar
antara 75%-95%. Kegiatan tersebut berperan penting dalam usaha tani penduduk
karena dapat membantu perekonomian rakyat khususnya di pedesaan dengan
pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya.
Agustina (2011) menyatakan, Desa Cikarawang merupakan salah satu desa
di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan karakteristik letak geografis
yaitu berada di ketinggian 700 meter diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki
potensi sumber daya alam berupa lahan pertanian seluas 154 Ha. Selain itu,
banyak dari masyarakat yang juga mengusahakan ternak domba sebagai salah satu
usaha sampingan. Hal yang sama juga terjadi di Desa Neglasari, perbedaannya di
desa tersebut telah terbentuk kelompok ternak “Sugih Mukti” dan mendapatkan
penyuluhan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, program
pelatihan penyusunan ransum dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Nutrien pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak (Murtidjo 1992).
Adanya paradigma yang menyatakan bahwa peternak rakyat cenderung
memberikan makan “seadanya” pada ternak dombanya tanpa mempertimbangkan
aspek kualitas dan kuantitas pakan, sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut
mengenai upaya pemenuhan kebutuhan nutrien domba tersebut.
Desa Cikarawang dan Neglasari merupakan salah satu desa penghasil ubi
jalar dan ubi kayu yang besar (Agustina 2011), sehingga banyak masyarakat yang
memanfaatkan limbahnya sebagai pakan ternak domba. Potensi tersebut
merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan pakan penguat (konsentrat)
karena peternak rakyat cenderung memberikan pakan dalam bentuk hijauan saja
yang tumbuh di sekitar daerahnya, sehingga kemungkinan kebutuhan nutriennya
belum terpenuhi. Ternak yang diberi pakan dengan kualitas rendah, tingkat
konsumsi pakannya lebih besar dari pada yang diberi pakan dengan kualitas tinggi.
Menurut Parakkasi (1999) hewan yang mempunyai sifat dan kapasitas konsumsi
pakan yang tinggi, produksinya akan lebih tinggi dibanding dengan hewan dengan
kapasitas sifat dan konsumsi pakan yang rendah. Menurut Tomaszewska et al.
(1993), ketersediaan nutrien dan managemen pemberian pakan akan
mempengaruhi produktivitas ternak domba.
Tantangan selanjutnya yaitu pelaku sektor peternakan rakyat kebanyakan
adalah masyarakat yang berpendidikan rendah, dengan pengalaman beternak yang
berbeda dan berbagai karakteristik peternak lainnya memungkinkan adanya cara
pandang yang berbeda dalam upaya pemenuhan kebutuhan nutrien. Masyarakat
dengan karakteristik yang tinggi cenderung lebih mengerti dalam upaya
memberikan pakan yang tepat guna memenuhi kebutuhan nutrien dombanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik peternak rakyat,
mengukur dan membandingkan konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang dan
Neglasari, dan mengestimasi hubungan karakteristik peternak terhadap kebutuhan
nutrien domba lokal.

2

METODE
Alat
Peralatan yang digunakan ialah kuisioner, timbangan duduk skala 5 kg, dan
timbangan gantung skala 50 kg.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 30 peternak rakyat di Desa
Cikarawang dan Neglasari, domba ekor tipis, rumput lapang, daun dan batang ubi
jalar, serta daun dan batang ubi kayu.
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan selama 4.5 bulan yaitu dari bulan April hingga
Agustus 2013 di dua desa yakni Desa Cikarawang dan Desa Neglasari,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Prosedur
Sebanyak 15 peternak rakyat di Desa Cikarawang diambil secara acak
menggunakan Simpel Random Sampling dari populasi peternak sebanyak 154 jiwa,
sedangkan di Desa Neglasari diambil 15 peternak rakyat yang tergabung dalam
kelompok ternak “Sugih Mukti” menggunakan Purposive Sampling dengan tujuan
mendapatkan informasi khusus seputar pelatihan penyusunan ransum yang telah
diikuti dan pengaruhnya terhadap kebutuhan nutrien dombanya.
Sampel ransum yang digunakan pada masing-masing peternak di setiap desa
diambil dan dikomposit, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari,
selanjutnya dianalisis komposisi kimianya menggunakan analisis proksimat.
Konsumsi bahan segar diamati dengan cara mengurangi jumlah pakan yang
diberikan dan jumlah pakan yang tersisa selama tiga hari.
Domba lokal yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah domba ekor
tipis berjenis kelamin betina dengan rata-rata bobot badan 10 dan 20 kg. Sebanyak
sembilan ekor domba betina diambil dari setiap kategori karakteristik peternak
yang diamati, kemudian dihitung konsumsi bahan segarnya.
Umur Peternak
Pada penelitian ini umur peternak dikategorikan menjadi tiga, sebagaimana
keterangan dari Badan Pusat Statistik (BPS 2011) yaitu, (1) umur 0 - 14 tahun
dinamakan usia muda atau usia belum produktif, (2) umur 15 - 64 tahun
dinamakan usia dewasa atau usia produktif, (3) umur lebih dari 65 tahun
dinamakan usia tua atau usia tidak produktif. Masing-masing kategori umur
peternak diambil sampel responden minimal tiga orang, kemudian diambil tiga
ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi
pakannya selama tiga hari.

3
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak merupakan lamanya peternak melakukan kegiatan
beternak dalam satuan waktu. Pada penelitian ini, pengalaman beternak dibagi
menjadi dua kategori yaitu sedikit pengalaman beternak (10 tahun). Masing-masing kategori pengalaman beternak
diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil tiga ekor domba
dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi pakannya
selama tiga hari.
Alokasi Waktu Beternak
Alokasi waktu beternak pada usaha peternakan domba adalah jumlah jam
kerja yang dicurahkan oleh peternak pada usaha peternakan dombanya. Pada
penelitian ini, alokasi waktu beternak dibagi menjadi dua kategori yaitu sedikit
waktu (4 jam). Masing-masing kategori alokasi
waktu beternak diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil
tiga ekor domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung
konsumsi pakannya selama tiga hari.
Pelatihan Penyusunan Ransum
Pelatihan penyusunan merupakan bentuk pelatihan dalam meramu bahanbahan pakan menjadi ransum yang mempunyai kualitas bagus. Pada penelitian ini,
pelatihan penyusunan ransum dibagi menjadi dua kategori yaitu pernah ikut
pelatihan dan belum pernah ikut. Peternak yang pernah megikuti pelatihan berada
di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang belum pernah mengikuti pelatihan
berada di Desa Cikarawang. Masing-masing kategori pelatihan penyusunan
ransum diambil sampel responden minimal tiga jiwa, kemudian diambil tiga ekor
domba dari setiap sampel responden tersebut, selanjutnya dihitung konsumsi
pakannya selama tiga hari.
Konsumsi Nutrien
Konsumsi nutrien dijadikan sebagai indikator dalam pemenuhan kebutuhan
nutrien domba. Adapun konsumsi nutrien yang dihitung dalam penelitian ini
adalah konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestable
Nutrient (TDN), Kalsium (Ca) dan Fosfor (P). Konsumsi nutrien dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
Konsumsi BK (g) = Konsumsi BS (kg) x Kadar BK udara (%) x 1000
Konsumsi PK (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar PK dalam pakan (%)
Konsumsi TDN (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar TDN dalam pakan (%)
Konsumsi Ca (g) = Konsumsi BK (g) x Kadar Ca dalam pakan (%)
Konsumsi P (g)
= Konsumsi BK (g) x Kadar P dalam pakan (%)
Catatan : kadar TDN pakan dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan
oleh Hartadi et al. (1990) yang menyatakan bahwa persentase TDN untuk pastura,
tanaman padangan, dan hijauan yang diberikan segar yaitu :
%TDN= -26.685+1.334(SK)+6.598(LK)+1.423(BeTN)+0.967(PK)-0.002(SK)20.0670(LK)2-0.024(SK)(BeTN)-0.146(LK)(PK)+0.039(LK)2(PK)

4
Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu
untuk mendeskripsikan umur peternak, pengalaman beternak, pekerjaan utama
peternak, alokasi waktu beternak, pelatihan penyusunan ransum, letak dan
keadaan geografis, serta potensi hijauan makanan ternak di kedua desa tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak dan Keadaan Geografis Desa Cikarawang
Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan
langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Sungai Ciapus di sebelah
selatan, Kelurahan Situ Gede di sebelah barat, dan Kota Bogor di sebelah timur.
Ketinggian tanah 700 m diatas permukaan laut, termasuk daerah bertopografi
tinggi. Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar
wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Menurut
Agustina (2011) bahwa, areal yang berfungsi untuk persawahan dan digunakan
untuk pertanian meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73% dari
seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi
wilayah seluas 18.2 hektar (6.9%) dan perkebunan negara seluas delapan hektar
(3%). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar
(14.4%) dan 4.3 hektar (2.7%) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya
misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Peta lokasi
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat disajikan
dalam Gambar 1.

Sumber : https://www.google.co.id/maps/html
Keterangan : A = Lokasi Desa Cikarawang

Gambar 1 Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat

5
Letak dan Keadaan Geografis Desa Neglasari
Desa Neglasari masih berada satu kecamatan dengan Desa Cikarawang
yaitu di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian Widiyaningsih
(1999) menyebutkan bahwa, desa tersebut terletak 3 km dari kantor Kecamatan
Dramaga, 40 km dari ibu kota kabupaten, 133 km dari ibukota propinsi, dan 65
km dari ibukota negara. Desa ini memiliki luas lahan pertanian 75.5 hektar dari
147.7 hektar atau 51.2% dari total luas wilayah administratif desa, memiliki
topografi lahan yang relatif curam. Peta lokasi Desa Neglasari, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat disajikan dalam Gambar 2.

Sumber : https://www.google.co.id/maps/html
Keterangan : B = Lokasi Desa Neglasari

Gambar 2 Peta lokasi Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat
Potensi Hijauan Makanan Ternak
Desa Cikarawang dan Neglasari adalah dua desa dari 10 desa di Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas,
sehingga mempunyai potensi dalam penyediaan hijauan pakan hasil dari limbah
pertanian. Secara umum potensi hijauan makanan ternak (HMT) di kedua desa
tersebut terutama untuk komoditas padi sawah dan palawija yang sangat besar
(Agustina 2011). Komoditas palawija yang banyak dibudidayakan adalah ubi jalar,
ubi kayu, dan kacang tanah.
Berdasarkan pengamatan di lapang, kebanyakan peternak di kedua desa
menggunakan HMT berupa rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, serta daun
dan batang ubi kayu sebagai pakan ternak dombanya. Sementara itu, tidak
ditemukan penggunaan konsentrat sebagai pakan penguat di kedua desa tersebut.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa peternak rakyat di kedua desa tersebut hanya
bergantung pada HMT yang banyak terdapat di sekitarnya.

6
Pada saat berlangsung penelitian kedua desa tersebut sedang mengalami
musim hujan, sehingga HMT cukup tersedia di sekitarnya. Biasanya peternak
melakukan aktivitas mencari HMT pada saat waktu senggang atau setelah pulang
kerja. Pemberian pakannya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Karakteristik Peternak
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, terdapat 154 peternak rakyat di
Desa Cikarawang. Kebanyakan berada di Kampung Cangkrang (59.1%) sisanya
tersebar di Kampung Carangpulang dan Kampung Carangpulang Bubulak.
Sementara itu, di Desa Neglasari terdapat 15 peternak yang tergabung dalam
kelompok ternak “Sugih Mukti” yang telah mendapat program pembinaan melalui
monitoring usaha yang dilakukan setiap satu bulan sekali dan bimbingan teknis
beternak domba meliputi teknis pembuatan kandang, cara pemberian pakan, dan
pengobatan penyakit. Selain itu, juga mendapatkan pelatihan pembuatan pakan
dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan. Karakteristik peternak yang diamati meliputi : umur peternak,
pengalaman beternak, pekerjaan utama dan alokasi waktu beternak, dan pelatihan
penyusunan ransum.

Umur Peternak
Berdasarkan data yang diperoleh di lapang, kisaran umur responden antara
30 sampai 70 tahun. Berdasarkan data yag didapat, kebanyakan peternak berada
pada kelompok usia produktif yaitu sebanyak 12 peternak di Desa Cikarawang
dan 15 peternak di Desa Neglasari, tidak terdapat kelompok usia belum produktif
di kedua desa tersebut, sedangkan pada kelompok usia tidak produktif hanya
terdapat di Desa Cikarawang sebanyak 3 peternak.
Berdasarkan data yang didapat, konsumsi bahan segar pada kelompok usia
produktif hasilnya lebih sedikit yaitu 1.72 ± 0.58 kg hari-1 di Desa Cikarawang
dan 1.26 ± 0.27 kg hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan pada kelompok usia tidak
produktif, konsumsi bahan segarnya lebih tinggi yaitu 2.03 ± 0.29 kg hari-1 di
Desa Cikarawang. Hal ini kemungkinan disebabkan waktu yang cukup luang
untuk kegiatan beternak domba karena faktor usia yang sudah tidak produktif,
sehingga peternak lebih memperhatikan ternaknya, serta penggunaan tenaga kerja
anak untuk membantu dalam mencari pakan.
Sementara itu, konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada
kelompok usia produktif hasilnya lebih sedikit yaitu masing-masing (441.66,
305.93, 72.58, 5.23, dan 7.56) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (421.73, 308.76,
76.58, 4.39, dan 7.22) g hari-1 di Desa Neglasari. Sementara itu, pada kelompok
usia tidak produktif jumlah konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) lebih
tinggi yaitu masing-masing (521.11, 360.97, 85.63, 6.17, dan 8.92) g hari-1 di
Desa Cikarawang. Hal ini kemungkinan waktu yang cukup luang untuk
memperhatikan dan mengurus ternaknya, serta penggunaan tenaga kerja anak
untuk mencari hijauan. Secara umum kategori umur responden dan data konsumsi
nutrien domba lokal di kedua desa penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.

7
Tabel 1 Umur peternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa Cikarawang
dan Neglasari
Umur Peternak (Tahun)
NRC
Peubah
Desa Cikarawang
Desa Neglasari
(1985)
15 – 64
> 65
15 – 64
*
**
**
BB (g)
10000±580
10670±570
9700±600**
10000
*
KBS (g)
1720±180
2030±290
1260±270
KBK (g)
441.66±47.69 521.11±75.08 421.73±70.30
500
KTDN (g)
305.93±33.04 360.97±52.01 308.76±51.47
400
KPK (g)
72.58±7.84
85.63±12.34
76.58±16.08
127
KK (g)
5.23±0.56
6.17±0.89
4.39±0.73
4.0
KF (g)
7.56±0.82
8.92±1.28
7.22±1.20
1.9
n
7
3
6
N
12
3
15
*

) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, TDN : Total Digestable Nutrient, NRC :
Nutrient Requirement Council, n : Jumlah sampel responden, N : Jumlah total responden, BB :
Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering, KTDN : Konsumsi
Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi Kalsium, KF :
Konsumsi Fosfor.

Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 500, 400, dan 127 g hari-1, masih terlalu tinggi dari konsumsi nutrien
domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut, sedangkan konsumsi Ca
dan P masing-masing (4.0 dan 1.9) g hari-1 telah terpenuhi.
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu, komposisi kimia bahan pakan di
Desa Neglasari sedikit lebih tinggi dari pada di Desa Cikarawang, dengan jumlah
BK yang tinggi didalam sampel pakan kemungkinan disebabkan oleh lamanya
frekuensi pengambilan sampel pakan dan adanya campuran limbah pertanian di
dalam ransum yang diberikan oleh peternak di kedua desa yaitu daun dan batang
ubi jalar serta daun dan batang ubi kayu yang tinggi nutrien. Hal tersebut menjadi
salah satu sebab konsumsi nutrien domba di Desa Neglasari lebih tinggi dari pada
di Desa Cikarawang. Komposisi nutrien ransum di kedua desa diperlihatkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi nutrien ransum di Desa Cikarawang dan Neglasari
Sampel BK
Abu
PK
SK
LK Beta-N Ca
P
TDN
.....................................................%........................................................
C
85.32 10.28 14.02 26.94 2.31 31.77
1.01 1.46 59.1
100
12.05 16.43 31.57 2.71 37.24
1.18 1.71 69.27
N
86.46 11.48 15.7 19.78 2.49 37.01
0.9
1.48 63.3
100
13.28 18.16 22.87 2.88 42.81
1.04 1.71 73.21
Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2013),
C = Pakan komposit (rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, daun dan batang ubi kayu) di Desa
Cikarawang, N = Pakan komposit (rumput lapang, daun dan batang ubi jalar, daun dan batang ubi
kayu) di Desa Neglasari.

8
Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa, konsumsi pakan
mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan
konsumsi pakan ternak menjadi berbeda. Menurut Mathius et al. (2002)
menyatakan tingkat konsumsi bahan kering sangat mempengaruhi kecukupan
pasokan nutrien (khususnya protein dan energi).
Parakkasi (1999), tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh faktor hewan
itu sendiri dan faktor lingkungan termasuk di dalamnya adalah pakan. Faktor
ternak merupakan permintaan fisiologis ternak tersebut untuk hidup pokok dan
produksi sesuai dengan kapasitas saluran pencernaan. Faktor ternak terdiri dari
bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik, dan tipe bangsa. Faktor
lingkungan terdiri dari suhu dan kelembaban, sementara itu makanan terbagi
menjadi tingkat kecernaan pakan dan kualitas bahan makanan.
Chamdi (2003) menyatakan bahwa, semakin muda umur peternak (usia
produktif) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan
minat untuk mengadopsi terhadap teknologi semakin tinggi. Pernyataan tersebut
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok ternak “Sugih
Mukti” di Desa Neglasari yang tergolong kelompok usia produktif (100%) yaitu
adanya adopsi teknologi penyusunan ransum dibandingkan dengan peternak
rakyat (80%) di Desa Cikarawang yang belum menerapkan teknologi yang berarti
seperti yang dilakukan oleh kelompok ternak “Sugih Mukti”. Sayangnya, bentuk
konkret adopsi teknologi tersebut sudah tidak ada karena peternak tidak lagi
menerapkannya selama berlangsung penelitian.
Desa Cikarawang termasuk daerah lingkar kampus IPB Dramaga dengan
jarak tempuh yang dekat yaitu sekitar 1 km dari kampus IPB, lebih dekat
dibandingkan Desa Neglasari yang jaraknya sekitar 4 km, namun peternak rakyat
di Desa Neglasari justru telah menerapkan adosi teknologi pembuatan pakan
dibandingkan Desa Cikarawang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan belum
terbentuknya kelompok ternak di Desa Cikarawang, sehingga minat dari
organisasi atau institusi terkait untuk melakukan aktivitas penelitian atau pelatihan
masih kurang. Sementara itu, pada kasus kelompok ternak “Sugih Mukti” di Desa
Neglasari, adopsi teknologi yang dilakukan pun bisa jadi bukan atas dasar inisiatif
kelompok ternak sendiri, melainkan disebabkan ketertarikan institusi terkait untuk
melakukan kajian di desa tersebut karena sudah dibentuk kelompok ternak,
sehingga secara tidak langsung ikut mendorong peternak dalam hal adopsi
teknologi.
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak dihitung dari lamanya responden melakukan kegiatan
beternak domba. Berdasarkan data yang diperoleh, pengalaman beternak
bervariasi antara 5-30 tahun. Pengalaman beternak yang lama mengindikasikan
bahwa usaha ternak domba digemari oleh masyarakat khususnya di pedesaan yang
kebanyakan diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Pengalaman
beternak dikategorikan menjadi dua yaitu pengalaman yang sedikit (< 9 tahun)
dan pengalaman yang lama (> 10 tahun). Kategori pengalaman beternak dan data
konsumsi nutrien domba di kedua desa yang disajikan pada Tabel 3.

9
Tabel 3 Pengalaman beternak dan data konsumsi nutrien domba di Desa
Cikarawang dan Neglasari
Pengalaman Beternak (tahun)
NRC
Peubah
Desa Cikarawang
Desa Neglasari
(1985)
10
10
*
**
**
**
BB (g)
19700±800
20310±200
20530±500
20200±200** 20000
KBS* (g)
3300±770
3570±490
3400±390
3780±190
KBK (g)
865.3±196.1 914.1±125.7 882.4±102.1 982.1±48.1
1000
KTDN (g) 599.4±135.8 633.2±87.1
646.1±74.7
718.9±35.2
800
KPK (g)
142.2±32.2
150.2±20.6
160.2±23.3
178.3±11.1
167
Kca (g)
10.2±2.3
10.8±1.4
9.2±1.1
10.2±0.5
5.4
KF (g)
14.8±3.3
15.6±2.1
15.11±1.7
16.8±0.8
2.5
n
5
8
6
8
N
5
10
6
9
Keterangan : *) : Dalam satuan g hari-1, **) : Jumlah domba 9 ekor, BB: Bobot badan, BS : Bahan
segar, BK : Bahan kering, TDN : Total Degistable Nutrient, PK : Protein kasar, Ca : Kalsium, P :
Fosfor, NRC = Nutrient Requirement Council, n : Jumlah sampel responden, N : Jumlah total
responden, BB : Bobot Badan, KBS : Konsumsi Bahan Segar, KBK : Konsumsi Bahan Kering,
KTDN : Konsumsi Total Digestable Nutrient, KPK : Konsumsi Protein Kasar, KK : Konsumsi
Kalsium, KF : Konsumsi Fosfor.

Berdasarkan Tabel 3, kebanyakan peternak di kedua desa mempunyai
pengalaman beternak yang lama (> 10 tahun) yaitu sebanyak 10 jiwa di Desa
Cikarawang dan 9 jiwa di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang mempunyai
pengalaman yang sedikit (< 9 tahun) sebanyak 5 jiwa di Desa Cikarawang dan 6
jiwa di Desa Neglasari.
Konsumsi bahan segar pada peternak yang mempunyai pengalaman lebih
lama hasilnya lebih banyak yaitu 3.57 ± 0.49 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan
3.78 ± 0.19 kg hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang mempunyai
pengalaman lebih sedikit, jumlah konsumsi bahan segarnya lebih sedikit yaitu
3.38 ± 0.77 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 3.40 ± 0.39 kg hari-1 di Desa
Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang lebih lama,
akan mendapatkan konsumsi bahan segar yang lebih tinggi dari pada peternak
yang mempunyai pengalaman yang lebih sedikit. Hal itu kemungkinan disebabkan
peternak yang mempunyai pengalaman lama, lebih pandai dalam mencari hijauan
yang lebih disukai ternak, sehingga tidak banyak pakan yang terbuang ketika
domba mengkonsumsi pakannya.
Konsumsi nutrien (BK, TDN, PK, Ca, dan P) domba pada peternak yang
mempunyai pengalaman lebih lama hasilnya lebih banyak yaitu masing-masing
(914.1, 633.1, 150.2, 10.8, dan 15.6) g hari-1 di Desa Cikarawang dan (982.1,
718.9, 178.3, 10.2, dan 16.8) g hari-1 di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang
mempunyai pengalaman lebih sedikit, jumlah konsumsi nutrien (BK, TDN, PK,
Ca, dan P) lebih sedikit yaitu masing-masing (865.3, 599.4, 142.2, 10.2, dan 14.8)
g hari-1 di Desa Cikarawang dan (882.4, 646.1, 160.2, 9.19, dan 15.11) g hari-1 di
Desa Neglasari. Hasil ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak yang lebih
lama akan mendapatkan konsumsi nutrien yang lebih tinggi, karena peternak
semakin pandai dan berpengalaman dalam mencari HMT yang berkualitas dan
disukai oleh ternaknya. Hal ini didukung oleh Nitisemito et al. (2004) yang

10
menyatakan bahwa, semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak
pula pelajaran yang diperoleh di bidang tersebut.
Berdasarkan NRC (1985) untuk konsumsi BK, TDN, dan PK yaitu masingmasing 1000, 800, dan 167 g hari-1, masih terlalu tinggi dari konsumsi nutrien
domba yang dicapai oleh peternak di kedua desa tersebut, sedangkan konsumsi Ca
dan P masing-masing (5.4 dan 2.5) g hari-1 telah terpenuhi.
Pekerjaan Utama dan Alokasi Waktu Beternak
Beternak domba dianggap sebagai pekerjaan sampingan oleh peternak
rakyat di dua desa penelitian. Pekerjaan utama peternak bervariasi dari sopir
angkot, petani, buruh, dan wiraswasta. Jenis pekerjaan utama peternak disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Pekerjaan utama responden di Desa Cikarawang dan Desa Neglasari
Desa Cikarawang
Desa Neglasari
Pekerjaan
Utama
Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
SA
1
6.67
1
6.67
BT
1
6.67
10
66.67
P
3
20
0
0
P dan BT
7
46.67
3
20.00
W
2
13.33
1
6.67
TB
1
6.67
0
0
Total
15
100
15
100
SA : Sopir Angkot, BU : Buruh Tani, P : Petani, BT : Buruh Tani, W : Wiraswasta, TB : Tidak
Bekerja

Berdasarkan Tabel 4, kebanyakan pekerjaan utama peternak di Desa
Cikarawang adalah petani sekaligus buruh tani (46.67%) dan di Desa Neglasari
adalah buruh tani (66.67%), sehingga kemungkinan alokasi waktu beternak lebih
banyak dilakukan pada peternak di Desa Neglasari karena rata-rata pekerjaannya
sebagai buruh yang tidak menyita banyak waktu dan tenaga dibandingkan
peternak yang bekerja sebagai petani sekaligus buruh tani.
Berdasarkan data yang diperoleh, kebanyakan alokasi waktu beternak di
kedua desa kurang dari 4 jam hari-1 yaitu sebanyak 11 jiwa di Desa Cikarawang
dan 15 jiwa di Desa Neglasari, sedangkan peternak yang alokasi waktu
beternaknya lebih dari 4 jam hari-1 yaitu sebanyak 4 jiwa di Desa Cikarawang.
Konsumsi bahan segar pada peternak yang mempunyai alokasi waktu
beternak lebih dari 4 jam hari-1 hasilnya lebih banyak yaitu 3.63 ± 0.61 kg hari-1 di
Desa Cikarawang, sedangkan peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak
kurang dari 4 jam hari-1, jumlah konsumsi bahan segarnya lebih sedikit yaitu 2.91
± 0.05 kg hari-1 di Desa Cikarawang dan 3.40 ± 0.39 kg hari-1 di Desa Neglasari.
Hasil ini menunjukkan bahwa alokasi waktu beternak yang lebih lama, akan
mendapatkan konsumsi bahan segar yang lebih tinggi dari pada peternak yang
mempunyai alokasi waktu beternak yang lebih sedikit. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan peternak yang mempunyai alokasi waktu beternak lebih lama,
cenderung akan meluangkan waktu lebih lama dalam mencari dan memilih

11
hijauan yang bekulitas dan lebih disukai oleh ternaknya, serta kuantitas HMT
yang diperoleh lebih banyak. Secara umum kategori alokasi waktu beternak dan
data konsumsi nutrien domba disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Alokasi waktu beternak dan data konsumsi nutrien domba
Cikarawang dan Neglasari
Alokasi Waktu Beternak (jam hari-1)
Peubah
Desa Cikarawang
Desa Neglasari
4