Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat Di Desa Cibanteng Dan Cikarawang

KAJIAN SISTEM PERMODALAN GUNA MENINGKATKAN
POPULASI TERNAK DOMBA RAKYAT DI DESA
CIBANTENG DAN CIKARAWANG

ANDIKA GILANG MAULANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sistem
Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat di Desa
Cibanteng dan Cikarawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Andika Gilang Maulana
NIM. D14110095

ABSTRAK
ANDIKA GILANG MAULANA. Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan
Populasi Ternak Domba Rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang. Dibimbing
oleh LUCIA CYRILLA ENSD dan BURHANUDDIN
Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang banyak dibudidayakan
oleh peternak rakyat karena ukurannya yang kecil dan hanya membutuhkan lahan
yang tidak begitu luas. Usaha peternakan domba rakyat di Desa Cibanteng dan
Cikarawang mengalami kesulitan untuk dikembangkan karena keterbatasan
modal. Keterbatasan modal terjadi karena peternak mengalami kesulitan untuk
mengakses permodalan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi sumber modal usaha yang paling banyak dipilih oleh peternak,
menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan peternak dalam memilih
perolehan sumber modal usaha peternakan, serta menganalisis sistem permodalan

yang ditawarkan oleh lembaga keuangan. Pada penelitian ini diketahui bahwa dari
60 orang responden, sebanyak 40% memiliki modal bersumber dari dalam dan
60% berasal dari luar. Dari 60% tersebut, diketahui juga bahwa 88.89% peternak
memilih sistem permodalan bagi hasil (maro), 5.56% memilih mengakses modal
dari yayasan, dan 3.36% memilih pinjaman dari bank. Berdasarkan hasil analisis
faktor AHP diperoleh prioritas terbaik adalah bank sebagai lembaga penyedia
permodalan.
Kata kunci : domba, finansial, peternakan rakyat

ABSTRACT
ANDIKA GILANG MAULANA. The Study of Capital System to Increase
Population of Sheep in Rural Farmers at Cibanteng and Cikarawang Villages.
Supervised by LUCIA CYRILLA ENSD and BURHANUDDIN
Sheeps are livestocks that are cultivated by farmers because it has small size
and only requires land that is not so wide. Sheep farming in Cibanteng and
Cikarawang villages have difficulty to develop because of capital constraints.
Capital constraints occurs because farmers have difficulty to access an existing
capital. The purpose from this research is to identify the source of capital which
the most selecteded by farmers, analyzing the factors which determine the farmers
decision in selecting an acquisition for a sources of business capital, as well as

analyzing the capital system which offered by financial institutions. In this
research were known that from 60 respondents, 40% have come from the capital
and 60% from outside. 60% of these, 88.89% also known that farmers choose the
financial capital for results (maro), 5.56% choose to access a financial capital
from foundations, and 3.36% chose a loan from a bank. Based on the result of
AHP factor analysis obtained the best priority is bank as capital providers.
Key words : financial, rural farmers, sheep

KAJIAN SISTEM PERMODALAN GUNA MENINGKATKAN
POPULASI TERNAK DOMBA RAKYAT DI DESA
CIBANTENG DAN CIKARAWANG

ANDIKA GILANG MAULANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya lah pada
akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Shalawat beserta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta
seluruh keluarga dan para sahabatnya. Penulis tidak lupa menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Dr Ir
Burhanuddin, MM selaku pembimbing atas segala perhatian, bimbingan, serta
motivasi yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr Tuti Suryati, SPt, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan serta motivasinya selama penulis
menjalankan studi di Fakultas Peternakan IPB serta Dr Ir Ahyar Ismail, M Agr
yang telah membantu sebagai pakar dalam penelitian ini. Terimakasih juga saya
ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kemendikbud RI

yang telah membantu pembiayaan perkuliahan saya sejak awal hingga akhir
melalui program Beasiswa Bidikmisi.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayah (Eddy
Atmadja) dan Ibu (Iriawati), adik-adik tercinta beserta seluruh keluarga, atas
segala doa, dukungan, serta kasih sayangnya selama ini. Terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Mang Ujang yang telah mendampingi penelitian saya selama
ini. Terimakasih untuk Imam, Ai, Farah, Putut yang telah banyak membantu saya
selama melakukan penelitian bersama di lapang. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada para kawan-kawan terbaik yaitu Ninin, Wibi, Akos, Afif,
Anggita, Abdul, Edwin, Yaya, Andre, Wafi, Opi, Riadi, Maulita, teman-teman
IPTP angkatan 48, teman-teman terbaik di BEM Fapet IPB 2014 (Rizqan, Hany,
Rehino, Ansori, Agustin, Danang, Muti, Osi, dll) serta teman-teman di BEM KM
IPB 2015 atas segala kebersamaan serta kekeluargaan yang telah terbina baik
selama ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
kedepannya.

Bogor, September 2015
Andika Gilang Maulana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
Pengambilan Data Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum dan Profil Peternakan Rakyat di Lokasi Penelitian
Sumber Modal Usaha yang Banyak Dipilih oleh Peternak
Analisis AHP Lembaga Penyedia Permodalan
Perbandingan Sistem Permodalan Antar Lembaga Keuangan yang
Dipilih Masyarakat
SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
5

7
8
10
11
13
15

DAFTAR TABEL
1 Rataan umur peternak, lama pengalaman beternak, dan persentase
pendidikan peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan
Cikarawang
2 Jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak peternakan
rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang
3 Pilihan peternak di Desa Cibanteng dan Cikarawang
dalam memperoleh modal usaha peternakan
4 Peringkat prioritas sumber modal usaha ternak yang tersedia dan
diakses oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Desa
Cikarawang
5 Perbandingan sistem permodalan dari lembaga penyedia modal
yang dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng

dan Cikarawang

5
6
7

7

9

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka AHP lembaga penyedia permodalan usaha ternak
2 Skema penyaluran kredit dari pemerintah hingga ke peternak
melalui kelompok ternak

3
8

1


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan sektor usahatani yang banyak diminati masyarakat
saat ini. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan pangan sumber protein hewani
menjadi suatu peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan.
Pembangunan sektor peternakan di Indonesia sudah merupakan suatu keharusan
untuk dilakukan. Pembangunan peternakan merupakan tanggungjawab bersama
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta (Talib et al. 2007). Ketersediaan bahan
pangan bergizi asal hewani sudah menjadi kebutuhan hampir semua masyarakat
Indonesia di berbagai kalangan. Saat ini, pemenuhan kebutuhan pangan asal
hewan di Indonesia masih tergantung pada impor, khususnya produk susu dan
daging. Indonesia seharusnya sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan asal hewan
untuk kebutuhan dalam negeri agar masyarakat tidak lagi tergantung dengan
bahan pangan impor.
Peternakan rakyat merupakan usaha peternakan yang dijalankan
tradisional oleh masyarakat umum. Peternakan rakyat umumnya berada di
pedesaan dengan jumlah ternak yang relatif sedikit. Kenyataan yang ada di
lapangan, diketahui bahwa kondisi peternakan di Indonesia masih belum baik.
Taraf hidup atau kesejahteraan peternak saat ini belum banyak mengalami
peningkatan walaupun jumlah tenaga kerja di bidang peternakan mengalami

peningkatan (Muladno 2013). Usahatani ternak yang dimiliki oleh petani peternak
rakyat memiliki beberapa ciri, diantaranya tingkat kepemilikan lahan yang
terbatas yakni kurang dari 1 hektar, jumlah ternak sedikit, sistem usaha terpadu,
input rendah, dan efisiensi ekonomi rendah (Fuah et al. 2014). Peternakan rakyat
identik dengan sistem pemeliharaannya yang tradisional. Sama dengan
pemeliharaan ternak yang lainnya (sapi dan kerbau) yang dipelihara pada
peternakan rakyat, pola pemeliharaan ternak ruminansia kecil yaitu banyak juga
dilakukan oleh peternak tradisional (Talib et al. 2007).
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dalam data Disnak Jawa Barat
(2013), diketahui bahwa pada tahun 2013, populasi ternak domba baru sejumlah
13 420 440 ekor. Angka produksi daging domba dalam negeri sejumlah 44 400
ton (5.49%). Ketidaksanggupan sektor peternakan Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan bahan pangan asal hewan untuk masyarakat adalah karena sektor
peternakan di Indonesia masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Sektor
peternakan yang sebenarnya merupakan sektor yang sangat menjanjikan, justru
belum memberikan dampak ekonomi yang baik bagi para peternak, sehingga
peternak mengalami kesulitan dalam upaya pengembangan usahanya. Kondisi
tersebut berdampak terhadap produksi hasil ternak yang akhirnya juga rendah di
Indonesia, sehingga kebutuhan dalam negeri belum bisa terpenuhi.
Domba merupakan ternak yang banyak dibudidayakan oleh peternak
rakyat di desa-desa. Walaupun demikian, hal tersebut tetap belum berpengaruh
terhadap peningkatan produksi daging untuk kebutuhan dalam negeri karena
peternak domba rakyat di desa mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha
peternakannya dan pada akhirnya peternak hanya memiliki jumlah ternak domba
yang sangat minim. Salah satu faktor yang menyebabkan minimnya kepemilikan
ternak domba di peternakan rakyat adalah keterbatasan modal.

2

Modal adalah semua uang ataupun barang yang bersama faktor produksi
lainnya digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru. Secara teori,
modal harus dimiliki oleh setiap masyarakat dalam meningkatkan produksinya
dengan sumber berasal dari dirinya sendiri (Boa 2007). Secara umum pelaku
usaha peternakan rakyat mengalami kesulitan dalam hal permodalan, apalagi jika
permodalan tersebut berasal dari dirinya sendiri.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi sumber modal usaha yang
paling banyak dipilih oleh peternak, (2) menganalisis faktor-faktor yang
menentukan keputusan peternak dalam memilih lembaga keuangan sumber modal
usaha peternakan, serta (3) menganalisis sistem permodalan yang ditawarkan oleh
berbagai lembaga keuangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Identifikasi faktor-faktor apa yang menjadi pendorong bagi peternak rakyat
dalam menentukan pilihan mengenai sistem permodalan usaha ternak yang terbaik
untuk kelangsungan usahanya serta komparasi sistem permodalan usaha yang
telah tersedia selama ini.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan domba rakyat yang berada di desa
lingkar kampus IPB Dramaga-Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Cibanteng dan
Cikarawang. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Mei
2015.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, kamera, software
microsoft office excel 2007, kuesioner penelitian yang memuat pertanyaanpertanyaan untuk responden dan alat-alat tulis.

Bahan
Bahan penelitian ini adalah responden yang diambil secara purposive
sebanyak 60 orang yang berasal dari Desa Cibanteng dan Cikarawang dan
peternakan rakyat.

3

Prosedur
Pengambilan Data Penelitian
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data
primer yang digunakan adalah data hasil wawancara dan data hasil pengisian
kuesioner oleh peternak. Data sekunder adalah data populasi ternak, data lokasi,
serta data-data lainnya yang menunjang bersumber dari pemerintah setempat dan
instansi terkait.
Penelitian diawali dengan survey dan pengumpulan data sekunder. Data
sekunder yang diambil adalah mengenai populasi ternak domba-kambing serta
jumlah peternak domba-kambing di desa lingkar kampus IPB-Dramaga. Tahap
selanjutnya yang dilakukan adalah mewawancarai responden penelitian.
Responden yang diwawancarai pada penelitian ini adalah peternak domba rakyat
yang berlokasi di desa Cibanteng dan Cikarawang, Kecamatan Ciampea dan
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara merupakan data primer.
Pengambilan data primer dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu
pengambilan data tahap I dan tahap II. Pengambilan data primer tahap I bertujuan
untuk memperoleh data berapa jumlah peternak yang meminjam modal di Desa
Cibanteng dan Cikarawang, macam-macam sumber modal yang peternak miliki,
serta pilihan sistem permodalan yang banyak diakses oleh peternak untuk
menjalankan usahanya.
Penelitian selanjutnya adalah pengambilan data primer tahap II.
Pengambilan data primer tahap II bertujuan untuk memperoleh data analytical
hierarchy process (AHP) yang dilakukan terhadap lima orang peternak dengan
sistem keterwakilan dari beberapa sistem modal yang dipilih peternak berdasarkan
data yang telah diperoleh sebelumnya. Skema AHP data penelitian tersaji pada
Gambar 1.
Goal

:

Kriteria :

Alternatif :

Gambar 1 Skema AHP data penelitian alternatif lembaga penyedia modal
Pemilihan lokasi penelitian dan pengambilan data primer di Desa
Cibanteng dan Cikarawang dilakukan dengan metode purposive sampling.
Metode purposive sampling adalah pemilihan sampel yang diteliti dilakukan

4

berdasarkan pertimbangan peneliti (Morissan 2012). Pertimbangan memilih Desa
Cibanteng dan Cikarawang sebagai lokasi penelitian dikarenakan banyaknya
jumlah peternak domba rakyat di dua desa tersebut. Selain itu, lokasi kedua desa
tersebut juga cukup berdekatan yang diharapkan nantinya hasil yang diperoleh
dapat menggambarkan kondisi peternakan domba rakyat di dua desa tersebut.
Pemilihan responden untuk pengambilan data primer dilakukan kepada peternak
rakyat yang mudah dihubungi/ditemui sebagai sampel responden tersedia.
Analisis Data
Banyaknya sistem permodalan usaha yang dipilih oleh peternak dihitung
menggunakan tabulasi berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Data hasil
tabulasi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Tabulasi data yang
diperoleh di lapangan menggunakan program Microsoft Excel 2007.
Analisis faktor keputusan peternak dalam memilih sumber modal dihitung
dengan mentabulasikan hasil kuesioner AHP yang diperoleh dari wawancara di
lapangan. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan
tertata dalam suatu hierarki (Marimin dan Maghfiroh 2013). Data tabulasi tersebut
kemudian diolah dan dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan
kemudian data disajikan dalam bentuk grafik hirarki AHP.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum dan Profil Peternakan Rakyat di Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua desa, yaitu Desa Cibanteng Kecamatan
Ciampea dan Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga. Desa Cibanteng memiliki
luas wilayah 170.97 ha dengan ketinggian wilayah 300 mdpl dan suhu rata-rata
lingkungan 26-30oC. Desa Cibanteng terdiri atas 41 RT dan 8 RW. Desa
Cikarawang memiliki luas wilayah 226.56 ha dengan ketinggian wilayah 193
mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang berupa dataran dan persawahan.
Usaha peternakan yang dijalankan oleh peternak rakyat di dua desa tersebut
bukanlah sebagai sumber mata pencaharian utama, karena hasil penjualan ternak
hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu saja misalnya untuk biaya
masuk sekolah anak. Selain itu, ternak yang dimiliki juga sering disembelih untuk
dimanfaatkan jika ada momen-momen tertentu, misalnya untuk keperluan acara
seremonial yang didalamnya terdapat agenda makan bersama (tahlilan, hajatan,
aqiqah, dan sebagainya).
Pekerjaan utama peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang
adalah buruh bangunan, petani, pedagang, dan di bidang jasa. Peternak rakyat di
Desa Cibanteng dan Cikarawang umumnya merupakan lulusan sekolah dasar.
Menurut Nurlatifah (2015), peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan
Cikarawang dibagi menjadi dua skala. Peternak domba rakyat skala I dengan
kepemilikan domba 1-15 ekor sedangkan peternak skala II adalah dengan
kepemilikan 16-28 ekor. Peternak domba rakyat skala I dan skala II di Desa
Cibanteng dan Cikarawang juga memiliki umur dan pengalaman beternak yang
beragam. Data rataan umur peternak, rataan lama pengalaman beternak, dan
persentase pendidikan peternak tersaji dalam Tabel 1.

5

Tabel 1

Rataan umur peternak, lama pengalaman beternak, dan persentase
pendidikan peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang
Karakteristik

Umur Peternak
Rataan
Pengalaman Beternak
Rataan
Pendidikan Peternak
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Total
Sumber: Nurlatifah (2015)

Desa Cibanteng
Desa Cikarawang
Skala I
Skala II
Skala I
Skala II
(tahun)
45.00
65.33
47.08
44.50
(tahun)
11.59
26.33
10.94
14.88
(%)
18.52
66.67
15.38
0.00
66.67
33.33
50.00
100.00
11.11
0.00
15.38
0.00
3.70
0.00
19.23
0.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Jenis ternak domba yang banyak dipelihara di peternakan rakyat Desa
Cibanteng dan Cikarawang adalah domba priangan lokal dan domba ekor tipis
yang bercirikan warna dominan putih, terdapat bintik hitam di sekeliling mata,
hidung dan beberapa bagian tubuh lainnya. Jenis domba lain yang juga ditemukan
di beberapa peternakan rakyat adalah domba garut yang bercirikan ukuran rubuh
lebih besar dari domba ekor tipis dan bentuk telinga yang kecil (Yamin et al.
2014). Sistem pemeliharaan domba yang dilakukan adalah dengan sistem
dikandangkan sepenuhnya (intensif). Kandang pemeliharaan ternak dibuat dengan
bahan-bahan yang ditemukan di sekeliling peternak, seperti bambu dan kayu yang
diperoleh dari sisa pembuatan bangunan. Aktivitas rutin peternak rakyat di Desa
Cibanteng dan Cikarawang dalam menjalankan usaha peternakannya adalah
mencari rumput pakan di sekitar desa hingga ke wilayah kampus, memberi pakan
harian, melakukan pencukuran dan pembersihan tubuh domba dengan cara
memandikan. Peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang juga
melakukan aktivitas pengawinan domba yang dimilikinya untuk tujuan
peningkatan populasi ternak dombanya. Peternak secara umum mengetahui ciri
domba yang cocok dijadikan calon pejantan maupun indukan dilihat dari
penampilannya secara eksterior. Domba jantan yang bisa dijadikan pejanntan
merupakan domba yang sehat, bertubuh kekar, serta memiliki kemampuan
mengawini (birahi) yang baik. Domba betina yang baik sebagai calon indukan
adalah bertubuh sehat, kemampuan beranaknya baik, serta berpostur tubuh baik.
Sumber Modal Usaha yang Banyak Dipilih oleh Peternak
Modal merupakan hal penting yang harus dimiliki seseorang dalam
menjalankan usahanya. Modal adalah semua uang ataupun barang yang bersama
faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru.
Dalam menjalankan usaha apapun, termasuk usaha peternakan modal memiliki
peran penting untuk pengembangan usaha tersebut. Modal memiliki peran penting
dalam pembangunan usaha peternakan. Pembangunan peternakan diarahkan untuk

6

meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan
perbaikan mutu gizi masyarakat serta pembangunan ekspor (Priyanto et al. 2001).
Dengan demikian, diharapkan dengan tersedianya modal usaha ternak, mampu
meningkatkan pembangunan peternakan minimal di Desa Cibanteng dan
Cikarawang.
Pemenuhan kebutuhan modal untuk menjalankan usaha bisa bersumber
dari dalam ataupun dari luar. Modal yang bersumber dari dalam merupakan modal
yang dimiliki oleh pelaku usaha yang berasal dari kepemilikannya sendiri. Modal
yang bersumber dari luar adalah modal yang dimiliki pelaku usaha yang diperoleh
dari luar kepemilikannya, bisa berupa pinjaman, warisan, ataupun hibah dari
orang lain. Walaupun demikian, menurut Boa (2007), modal harus dimiliki oleh
setiap masyarakat dalam meningkatkan produksinya dengan sumber berasal dari
dirinya sendiri. Jika modal usaha yang dijalankan berasal dari diri sendiri, maka
pelaku usaha bisa menjalankan usahanya dengan tenang tanpa harus memikirkan
bagaimana untuk membayar hutang pinjaman untuk usaha. Peternak domba dan
kambing rakyat yang berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang Kabupaten
Bogor menjalankan usaha peternakan dengan berbagai macam perolehan sumber
modal baik dari dalam maupun dari luar. Sumber modal yang berasal dari dalam
meliputi dana pribadi dan warisan. Modal yang bersumber dari luar meliputi
pinjaman dari bank dan pinjaman dari non bank baik berupa yayasan maupun
pinjaman dalam bentuk usaha bagi hasil (maro).
Peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang mengakses modal dari
dua macam lembaga penyedia modal, yaitu bank dan yayasan. Lembaga penyedia
modal yang diakses peternak adalah yang terjangkau dari segi lokasinya. Selain
itu, peternak juga mengakses modal ke lembaga penyedia modal yang
memberikan syarat mudah seperti yang ditawarkan oleh yayasan. Data jumlah dan
persentase sumber modal usaha ternak yang dimiliki oleh peternak domba dan
kambing rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2

Jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak peternakan rakyat
di Desa Cibanteng dan Cikarawang

Sumber Modal
Sumber Dalam
Dana Pribadi
Warisan
Sumber Luar
Pinjaman Bank
Pinjaman Non-Bank

Jumlah (Orang)
24
22
2
36
2
34

Persentase (%)
40.00
36.67
3.33
60.00
3.33
56.67

Data diperoleh dari 60 orang responden yang merupakan peternak domba
dan kambing rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang. Dari 60 orang responden,
diketahui sebagian besar peternak (56.67%) memperoleh modal usaha yang
bersumber dari luar berupa pinjaman dari non-bank. Pinjaman non-bank yang
dimaksud adalah pinjaman yang berbentuk ternak (sistem maro) maupun dalam
bentuk kredit pinjaman uang dari yayasan. Kredit pertanian memiliki efek

7

langsung terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pertanian (Şimşir
2012). Keberadaan kredit berpengaruh besar terhadap perekonomian, bila
perekonomian sedang mengalami kelesuan maka dapat diatasi dengan adanya
kredit sehingga dunia perekonomian menjadi bergerak kembali atau dapat
memperbaiki perekonomian (Anindita 2011). Dari 56.67% responden yang
memiliki sumber modal yang berasal dari luar tersebut, data kembali dipilah
berdasarkan pilihan sistem permodalan yang dipilih. Data pilihan sistem
permodalan usaha yang dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan
Cikarawang tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3

Pilihan peternak di Desa Cibanteng dan Cikarawang dalam
memperoleh modal usaha peternakan

Pilihan Sistem Permodalan
Bagi Hasil (Paroan)
Kredit Yayasan

Jumlah (Orang)
32
2

Persentase (%)
88.89
5.56

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui sebanyak 88.89% responden
yang memiliki modal yang bersumber dari luar memilih sistem permodalan yang
berazaskan bagi hasil (maro). Besarnya jumlah peternak yang lebih memilih
sistem maro dibandingkan kredit adalah peternak lebih merasa aman dan nyaman
jika menjalankan usaha dengan sistem maro karena tidak memerlukan jaminan
apapun dengan persyaratan yang relatif lebih ringan. Pelaku usaha kecil,
khususnya peternak rakyat masih memiliki kekhawatiran jika mengakses
permodalan dalam bentuk kredit dikarenakan kurangnya pembinaan terhadap
masyarakat mengenai bagaimana sistem kredit dijalankan. Pembinaan adalah
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui
pemberian bimbingan dan bantuan penguatan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah (Glendoh 2001).
Analisis AHP Penyedia Sumber Modal Usaha
Peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang yang memiliki modal
berasal dari luar memperoleh modal dari kredit bank, kredit yayasan, dan
pinjaman yang bersifat bagi hasil. Data skala prioritas alternatif sistem
permodalan ditampilkan dalam Tabel 4.
Tabel 4

Peringkat prioritas sumber modal usaha ternak yang tersedia dan
diakses oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Sumber Modal
Bank
Yayasan
Bagi Hasil (Maro)

Bobot Kriteria
0.32
0.27
0.26

Peringkat Prioritas
1
2
3

Hasil analisis faktor menggunakan metode AHP menunjukkan bank
sebagai alternatif prioritas utama (best) dengan bobot kriteria 0.32, yayasan

8

sebagai alternatif prioritas kedua (second best) dengan bobot kriteria 0.27, dan
sistem maro sebagai alternatif prioritas ketiga (last) dengan bobot kriteria 0.26.
Bank merupakan lembaga yang resmi dipercaya oleh pemerintah untuk mengolah
dan menyalurkan kredit kepada nasabah yang membutuhkan. Bank berfungsi
sebagai penyalur dana kredit konsumtif dan kredit produktif (Firmansyah dan
Purwanta 2014). Modal yang disalurkan kepada nasabah termasuk dalam kredit
produktif. Dalam mengakses perkreditan ke bank, peternak harus mempersiapkan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi merupakan syarat untuk melengkapi administrasi karena modal yang
akan diperoleh peternak nantinya merupakan dana yang berasal dari pemerintah
sebagaimana yang dijelaskan pada penelitian Hendarto (2000) mengenai
mekanisme alur penyaluran kredit yang digambarkan pada skema berikut.

Sumber : Hendarto (2000)
Gambar 2 Skema penyaluran kredit dari pemerintah hingga ke peternak melalui
kelompok ternak
Pemberian kredit oleh bank dilakukan secara hati-hati dan dengan
beberapa syarat. Menurut Pratama (2010) proses perkreditan dilakukan secara
hati-hati oleh bank dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian
kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit, maka sasaran yang
hendak dicapai adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Sistem
pemberian kredit yang disediakan oleh bank pada dasarnya lebih jelas
dibandingkan dengan sistem lainnya.
Sistem permodalan yang banyak diakses oleh peternak rakyat di desa
Cibanteng dan Cikarawang adalah sistem maro. Walaupun demikian, ternyata
sistem maro juga tidak dianggap sebagai sistem permodalan terbaik oleh peternak.
Hampir semua peternak rakyat responden yang melakukan sistem maro ketika
telah memiliki ternak dengan jumlah yang dianggap cukup pada akhirnya
menghentikan sistem maro dan akhirnya menjalankan usaha peternakan secara
mandiri walaupun dengan segala keterbatasan. Alasan peternak menghentikan
sistem maro tersebut adalah dikarenakan peternak merasa tidak diuntungkan
dengan sistem maro tersebut karena dengan menjalankan sistem maro, peternak
merasa hanya dijadikan kuli untuk memelihara ternak yang dimiliki oleh pemodal,
sehingga sulit bagi peternak untuk mengembangkan usahanya.

9

Perbandingan Sistem Permodalan antar Lembaga Keuangan yang Dipilih
Masyarakat
Peternak rakyat mengakses permodalan bertujuan untuk meningkatkan
skala usaha yang dijalankannya. Selama ini, dalam menjalankan usahanya
peternak masih mengalami keterbatasan modal sehingga jumlah kepemilikan
peternak relatif kecil sehingga menyebabkan belum tercapainya skala usaha yang
menguntungkan secara ekonomi (Cyrilla et al. 2010). Kedua sistem permodalan
yang dipilih oleh sebagian peternak akan dikomparasikan untuk melihat sistem
mana yang cocok untuk diakses oleh peternak untuk mengembangkan usaha
peternakannya. Data komparasi sistem permodalan yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan bank dan non-bank diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5



Perbandingan sistem permodalan dari lembaga penyedia modal yang
dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang

Bank
Memiliki persyaratan yang
cukup banyak (Identitas
berupa KTP, KK, Surat Nikah
jika sudah menikah; SKU; SK
Domisili; SIUP; NPWP)



Yayasan
Bersyarat tidak terlalu banyak
hanya dengan mengumpulkan
fotokopi KTP dan wajib
mengikuti pertemuan pekanan.
Pinjaman hanya diberikan untuk
nasabah yang tidak dalam
kondisi memiliki pinjaman
berlebihan



Ada agunan berupa surat
berharga (surat tanah, STNK,
dsb) ataupun benda berharga



Pembayaran angsuran pekanan
dengan besaran terjangkau.



Laporan keuangan usaha
sebagai mitigasi resiko



Sistem Bagi Hasil



Pemberian modal berdasarkan
analisis. Keberadaan
Kelompok tani menjadi
pertimbangan



Terdapat bunga ataupun bagi
hasil sesuai dengan kontrak



Pengembalian modal diangsur
dengan jumlah angsuran
berdasarkan kontrak
Sumber: Hasil wawancara dengan salah satu bank dan nasabah yayasan
Menurut Wibowo dan Haryadi (2006), sebagian pelaku usaha peternakan
tidak mampu mengandalkan modal pribadi untuk pemenuhan usahataninya.
Kondisi ini menyebabkan peternak rakyat perlu mengakses sumber modal dari

10

lembaga penyedia modal. Berdasarkan penelitian di lapangan, ditemukan dua
lembaga keuangan yang diakses oleh peternak rakyat dalam memperoleh modal
yaitu bank dan yayasan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan dana dari masyarakat baik dalam bentuk tabungan,
deposito, maupun giro yang selanjutya dana tersebut disalurkan kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman (Firmansyah dan
Purwanta 2014).
Hasil perbandingan yang diperoleh, diketahui bahwa lembaga keuangan
bank memiliki persyaratan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yayasan.
Banyaknya persyaratan yang diajukan membuat peternak rakyat kesulitan untuk
mengakses permodalan tersebut. Bank sebagai lembaga keuangan melakukan
analisis mendalam terlebih dahulu sebelum memberikan permodalan kepada
pelaku usaha kecil, terutama usaha peternakan. Upaya tersebut dilakukan sebagai
langkah mitigasi resiko. Pembuat keputusan, dalam hal ini pemerintah perlu
berperan langsung dalam pembuatan kebijakan yang tepat agar pelaku usaha kecil,
khususnya peternak rakyat bisa mengakses permodalan dengan mudah.
Penyediaan subsidi modal pertanian seharusnya menjadi kebijakan yang umum
bagi pemerintah nasional suatu negara (Petrick dan Kloss 2012).
Pada dasarnya, peternak rakyat lebih berminat untuk memilih lembaga
keuangan resmi dalam mengakses permodalan dibandingkan dengan pelepas uang
perorangan. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan saat ini masyarakat sudah mulai
memahami bahwa pada prekteknya pelepas uang perorangan (rentenir) memiliki
perilaku ekonomi yang berkaitan dengan budaya lokal. Mereka membangun citra
diri dengan penguatan kapital budaya (cultural capital) seperti menolong nasabah
yang susah dan menyumbang aktivitas keagamaan (Dimyati 1997). Walaupun
demikian, pada akhirnya akan memberikan kerugian bagi peternak jika tidak
mampu mengembalikan modal sesuai dengan perjanjian karena akan
menghasilkan bunga dalam jumlah besar bahkan melebihi besar pinjaman pokok
yang diakses oleh peternak yang bisa menyebabkan peternak kehilangan aset yang
dimiliki baik berupa ternak, tanah, bahkan rumah tinggal karena mengalami
penyitaan. Kondisi tersebut menyebabkan peternak tidak ingin mengakses
permodalan ke pelepas uang perorangan atau rentenir.
Penyedia modal lainnya yang juga ada di masyarakat adalah yayasan.
Yayasan ini merupakan sebuah lembaga yang memberikan modal dengan syarat
ringan bagi masyarakat.Yayasan penyedia modal memberikan hanya memberikan
syarat berupa fotokopi KTP bagi peminjamnya. Syarat ini dinilai lebih ringan jika
dibandingkan dengan syarat-syarat yang diajukan oleh bank. Yayasan penyedia
modal memiliki syarat lain yaitu pemberian kredit hanya diberikan kepada calon
kreditur yang tidak memiliki hutang dalam jumlah berlebih diluar. Persyaratan
tersebut cukup menguntungkan, karena memperkecil kemungkinan terjadinya
penumpukan hutang bagi seorang kreditur. Selain itu, pembayaran juga dilakukan
dengan cicilan ringan secara berkala sehingga peternak rakyat cukup tertarik
untuk mengakses permodalan dari yayasan penyedia modal tersebut.

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas peternak domba rakyat
di Desa Cibanteng dan Cikarawang mayoritas belum memiliki modal yang cukup
untuk menjalankan usahanya sehingga masih perlu mengakses permodalan dari
luar. Permodalan yang banyak diakses oleh peternak rakyat adalah sistem bagi
hasil (maro) walaupun berdasarkan analisis faktor, diketahui bahwa bank
merupakan alternatif terbaik (best) sebagai lembaga penyedia modal karena
sistemnya yang sudah jelas. Selain itu, bank juga merupakan lembaga penyedia
modal yang lebih baik karena dari segi sistem penyaluran kredit dan pengelolaan
keuangannya sudah jelas dan resmi dibawah naungan pemerintah, sehingga resiko
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi kreditur tidak begitu besar.
Saran
Peternak rakyat perlu diberikan edukasi tentang bagaimana cara
mengakses permodalan kepada lembaga resmi seperti perbankan. Sehingga
kedepannya, peternak rakyat bisa dengan mudah untuk mengakses permodalan
yang ada untuk mengembangkan usaha peternakan yang dijalankannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anindita I. 2011. Analisis pengaruh tingkat suku bunga, CAR, NPL, dan LDR
terhadap penyaluran kredit UMKM (studi pada bank umum swasta
nasional periode 2003-2010) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Boa H. 2007. Analisis dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan
usaha tambak udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai
Kartanegara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cyrilla L, Moesa Z, Putri SMP. 2010. Efisiensi produksi usaha peternakan domba
di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. J Med. Pet.
33(1): 55-60.
Dimyati K. 1997. Profil praktik pelepas uang (rentenir) dalam masyarakat transisi
studi kasus di Kartasura Kabupaten Sukoharjo [tesis]. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
[Disnak Jabar] Dinas Peternakan Jawa Barat (ID). 2013. Statistical on Livestock
2013. Bandung (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Firmansyah H, Purwanta W. 2014. Buku Panduan Guru Ekonomi Muatan
Kebanksentralan. Jakarta (ID): Bank Indonesia.
Fuah AM, Siregar HCH, Winarno. 2014. Peternakan Terpadu Konsep, Rancang,
dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press.
Glendoh SH. 2001. Pembinaan dan pengembangan usaha kecil. J Manajemen dan
Kewirausahaan. 3(1): 1-13.
Hendarto E. 2000. Analisis peluang pengembalian kredit usaha ternak ayam buras
(kasus pada kelompok peternak “ITIKURIH” di Desa Cihalarang

12

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Marimin, Maghfiroh N. 2013. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group.
Muladno. 2013. Realita Diluar Kandang Dinamika Pengembangan Peternakan.
Jakarta (ID): PT. Permata Wacana Lestari.
Nurlatifah AA. 2015. Profil peternakan domba rakyat di desa Cibanteng dan
Cikarawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Petrick M, Kloss M. 2012. Drivers of Agricultural Capital Productivity in
Selected EU Member States. Brussels (BE): Centre for European Policy
Studies (CEPS).
Pratama BA. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
penyaluran kredit perbankan (studi pada bank umum di Indonesia periode
tahun 2005-2009) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Priyanto D, Setiadi B, Martawidjaja M, Yulistiani D. 2001. Peranan usaha ternak
kambing lokal sebagai penunjang perekonomian petani di pedesaan. Di
dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner;
2001; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 419-427.
Sagala Z. 2010. Dampak program pengembangan usaha agribisnis pedesaan
(PUAP) terhadap pendapatan petani studi kasus di Desa Hasang Kecamatan
Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Şimşir NC. 2012. An econometric analysis of the relationship between economic
growth and agricultural credits for pro-poor growth in Turkey. International
Journal of Social Science and Humanity Studies. 4(2): 355-364.
Talib C, Inounu I, Bamualim A. 2007. Restrukturisasi peternakan di Indonesia. J
Analisis Kebijakan Pertanian. 5(1): 1-14.
Utomo B. 2003. Kajian pola pembiayaan usaha kecil agroindustri [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wibowo S, Haryadi FT. 2006. Faktor karakteristik peternak yang mempengaruhi
sikap terhadap program kredit sapi potong di kelompok peternak adiniharjo
kabupaten Sleman Yogyakarta. J Media Peternakan. 29(3): 176-186.
Yamin M, Rahayu S, Baihaqi M, Duldjaman M. 2014. Teknologi Produksi Ternak
Domba dan Kambing. Bogor (ID): IPB Press.

13
13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Grafik Tabel 1 dan Tabel 2

KEPEMILIKAN MODAL PETERNAK

SUMBER ASAL MODAL

A

PILIHAN SUMBER MODAL

14

14

Lampiran 2 Hasil rekapitulasi data AHP
Bobot
Modal
0.276168766
0.256706606
0.364207773
0.373987558
0.317944248
Jumlah

Sistem Modal
Maro

Kriteria
Lokasi
Syarat Mudah
Sistem Permodalan
Jaminan
Tingkat Bunga

Bobot Kriteria
0.341988935
0.201013166
0.112479166
0.189675954
0.15484278

Skor Bobot
0.094446662
0.051601407
0.040965787
0.070936447
0.049231371
0.257950303