STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit glomerolus atau cacat pada

permeabilitas glomerolus yang ditandai dengan manifestasi klinis berupa
proteinuria masif, hipoalbumin berat, edema dan hiperkolesterol. Sindrom
nefrotik paling sering terjadi pada masa anak-anak (Leliana et al, 2012; Radde &
Macleod, 1999). Sindrom Nefrotik dapat digolongkan menjadi penyakit
glomerolus primer dan penyakit glomerolus sekunder yang disebabkan oleh suatu
penyakit sistemik. Penyebab yang sering terjadi pada anak-anak adalah penyakit
kelainan minimal dan pada orang dewasa yang paling sering terjadi adalah
glomerulonefritis membranosa dan penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus
(Burgess & Bakris, 2001). Penyakit kelainan minimal, glomerulosklerosis fokus
dan segmental dan nefropati membranous adalah penyakit langka yang
menyebabkan morbiditas serius dan kematian yang tinggi sekitar 15% pada tahun
2008 di Amerika Serikat (Gadegbeku et al, 2013)
Angka kejadian sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di

Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun,
dengan prevalensi berkisar 12–16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang
angka kejadiannya lebih tinggi (Trihono et al, 2012). Angka kejadian di negara
berkembang seperti Indonesia diperkirakan berkisar 6 kasus per tahun tiap
100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun dengan perbandingan anak laki-laki
dan perempuan adalah 2:1 (Leliana et al, 2012; Radde & Macleod, 1999).
Dalam laporan ISKDC (International Study for Kidney Diseases in
Children), pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) ditemukan 22%
dengan hematuria mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan
peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara. Sindrom
nefrotik primer pada anak sebagian besar (80%) mempunyai gambaran patologi
anatomi kelainan minimal (SNKM). Gambaran patologi anatomi lainnya adalah
glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) 7%-8%, mesangial proliferatif difus
(MPD) 2%-5%, glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP) 4%-6% dan

1

2

nefropati membranosa (GNM) 1,5%. Pada pengobatan kortikosteroid inisial

sebagian besar SNKM (94%) mengalami remisi total (responsif), sedangkan pada
GSFS 80-85% tidak responsif (resisten steroid) (Trihono et al, 2012)
Sindrom nefrotrik terjadi karena adanya gangguan pada glomerulus
sehingga glomerulus tidak dapat menjalankan fungsinya untuk filtrasi. Akibatnya
zat-zat yang seharusnya tidak dikeluarkan oleh tubuh akhirnya dapat lolos dan
keluar melalui urin. Ada dua penyebab terjadinya sindrom nefrotik yaitu sindrom
nefrotik primer merupakan kelainan yang terjadi tanpa diketahui penyebabnya dan
yang kedua sindrom nefrotik sekunder, yang disebabkan oleh penyakit seperti
diabetes melitus dan lupus (Burgess & Bakris, 2001). Glomerulus yang tidak bisa
melakukan fungsi dengan baik dapat menyebabkan proteinuria. Akibat dari
proteinuria, terjadi ekstravasasi cairan yang menyebabkan edema anasarka (edema
pada seluruh tubuh). Selain itu terjadi hipoalbumin dan juga hiperlipidemia
(Brunner & Suddarth, 2002).
Manifestasi klinis utama sindrom nefrotik adalah edema anasarka. Edema
biasanya lunak dan cekung bila ditekan dan umumnya ditemukan disekitar mata
(periorbital), pada area ekstremitas (sakrum, tumit dan tangan) dan pada abdomen
(asites). Selain itu terjadi Proteinuria, hipoalbumin, hiperlipidemia dan lipiduria
(Brunner & Suddarth, 2002). Pasien dengan manifestasi klinis sindrom nefrotik
pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema dan memulai

pengobatan steroid (Trihono et al, 2012).
Penatalaksanaan terapi sindrom nefrotik yaitu pengobatan dengan
diuretik kuat sehingga terjadi diuresis untuk mengurangi edema yang terjadi.
Penggunaan ACE inhibitor selain untuk menurunkan tekanan darah juga bertujuan
untuk mengatasi hipovolemi yang terjadi akibat hipoalbumin. Apabila pasien
mengalami hiperlipidemia maka dapat diberikan obat golongan

HMG-Co A

reductase inhibitor (statin) untuk menurunkan kadar kolesterol. Jika terjadi infeksi
maka dapat diberikan obat golongan penisillin atau sefalosporin.
mengatasi

gangguan

kortikosteroid.

yang

Kortikosteroid


Untuk

terjadi

pada

glomerulus,

dapat

digunakan

yang

biasa

digunakan

adalah


prednison,

prednisolon, metilpredniison dan deksamethason.

3

Sesuai dengan International Study on Kidney Disease (ISKD),
kortikosteroid masih merupakan pilihan pertama untuk terapi sindrom nefrotik.
Kortikosteroid digunakan dosis penuh selama 4 minggu pertama, setelah
mengalami remisi dilanjutkan dengan 4 minggu kedua secara alternating (selang
sehari) 1 kali sehari setelah makan pagi (Leliana et al, 2012). Bila setelah 4
minggu pengobatan steroid dosis penuh tidak terjadi remisi maka pasien
dinyatakan sebagai resisten steroid (Trihono, 2012). Penggunaan kortikosteroid
jangka panjang dapat menyebabkan retensi cairan, redistribusi lemak dari
ekstremitas ke wajah (moon face) dan pendarahan gastrointestinal (Katzung,
2004). Hilangnya protein dari otot skelet menyebabkan pengurangan massa dan
kelemahan

otot.


Peningkatan

katabolisme

tulang

dapat

menyebabkan

osteoperosis. Selain itu dapat menyebakan kecendrungan untuk memar dan
katarak (Neal, 2006)
Pada sebuah penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang,
mulai Januari 2000 sampai dengan Desember 2003, bertujuan untuk menganalisis
penggunaan kortikosteroid dalam penanganan pasien sindrom nefrotik. Dari hasil
penelitian tersebut didapatkan bahwa dari 91 pasien penderita sindrom nefrotik,
75 (82,4%) pasien respon terhadap pemberian steroid yang diklasifikasikan
sebagai sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) dan 16 (17,6%) pasien
mengalami resisten steroid atau disebut Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS).

Pada kelompok pasien SNSS didapatkan 51 (68%) pasien laki-laki dan 24 (32%)
pasien perempuan, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna
pada jenis kelamin. Pada semua kategori dari SNSS, didapatkan median waktu
remisi sebesar 15 hari (range 5–27 hari) (Subandiyah, 2004).
Kortikosteroid sebagai pilihan obat yang utama perlu dikaji lebih dalam
karena terapi sindrom nefrotik memerlukan kortikosteroid yang adekuat dan
penggunaan jangka panjang. Keseluruhan terapi menentukan hasil outcome yang
diharapkan sehingga perlu diperhatikan pemilihan kombinasi obat yang tepat,
pengaturan waktu penggunaan dan dosis yang sesuai serta mengontrol jalannya
terapi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi penggunaan kortikosteroid
dimana data yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai tinjauan penggunaan
kortikosteroid pada populasi penderita sindrom nefrotik.

4

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pola penggunaan kortikosteroid pada pasien sindrom


nefrotik (SN) di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang?
1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pola penggunaan

kortikosteroid pada pasien sindrom

nefrotik (SN) di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui jenis, bentuk sediaan, dosis, rute pemberian frekuensi dan
lama pemberian kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik (SN) yang dikaitkan
dengan data klinik dan data laboratorium

di Rumah Sakit Umum Daerah

Jombang.

1.4


Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana

pola penggunaan kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik (SN) dan dapat
memberikan informasi kepada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi rumah sakit dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi para
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.

SKRIPSI

CAHYA DAMARIYAH SYUKUR

STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
i

ii

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam
karena berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN
SINDROM NEFROTIK (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap
Rumah sakit Umum Daerah Jombang).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang . Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas

dari peranan pembimbing dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan rahmat,
nikmat serta hidayah kepada seluruh umatNya, dan Rasulullah SAW
yang sudah menuntun kita menuju jalan kebenaran.
2. Kedua orang tua saya yang tercinta, Bapak Drs. Syukur Tahir dan Ibu
Mardiah M. Amin yang selama ini telah membesarkan dan mendidk
penulis dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang, selalu
berdoa untuk kesuksesan penulis serta dukungan dan semangat yang tidak
pernah berhenti diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan studinya dengan baik.
3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo,M.Kep.,Sp.Kom., selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas
Ilmu kesehatan Muhammadiyah Malang.
4. Bapak dr Bambang Hayunanto SpKK., selaku Direktur RSUD Jombang
dan Kepala Bidang Rekam Medik dan Evaluasi Pelaporan, serta pegawai
RMK RSUD Jombang yang telah membantu dalam memperlancar
jalannya penelitian.

iv

5. Ibu Naylis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., Selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi Unversitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi
semangat dan sebagai motifasi untuk penulis serta memberi kesempatan
penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang.
6. Bapak Drs. Didik Hasmono,M.S.,Apt., selaku Dosen Pembimbing I dan
Ibu Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan

tulus

dan

ikhlas

serta

penuh

kesabaran

membimbing,

mengarahkan dan memberikan kemudahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. Ibu

Hidajah

Rachmawati,S.Si.Apt.Sp.FRS

dan

Ibu

Lilik

Yusetyani,Apt.Sp.FRS selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang
diberikan kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.
8. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
terutama Bapak Ahmad Firdiansyah,S.Farm,Apt., selaku dosen wali yang
sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat
bermanfaat dan Ibu Sendi Lia Yunita, S.Farm.,Apt., yang telah membantu
jalannya ujian skripsi.
9. Adik-adik saya, Suryani Syukur, Rahmat Syukur dan Hidayat Syukur
yang menjadi penyemangat bagi penulis, serta Hasbi Hasbullah yang
senantiasa mendukung, membantu dan menyemangati penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat sekaligus teman seperjuangan saya, Ririn bebek, mbak Niar,
Ardianti, Vety, Endah ,Desi Wardah, Indah dan Diah yang selama ini
membantu dan menyemangati penulis serta rasa kekeluargaan yang
terjalin selama ini.
11. Teman-teman Farmasi angkatan 2010, khususnya Farmasi A yang tidak
bisa disebutin satu per satu, atas motivasi dan semangat yang diberikan
kepada penulis.
12. Anak kos Wlingi.17, Ophy bahy dan Ursula atas dukungan dan bantuan
selama ini.

v

13. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semua keberhasilan ini
tidak luput dari bantuan dan doa yang telah kalian semua berikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini sehingga penulis mengharapkan masukkan dari semua pihak. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi semua pihak

Malang, 11 Agustus 2014

Cahya Damariyah Syukur

vi

RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN
SINDROM NEFROTIK
(Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)
Sindrom Nefrotik merupakan kelainan pada glomerulus yang ditandai
dengan menifestasi klinis berupa proteinuria, hipoalbumin, edema anasarka, dan
hiperkolesterol. Sindrom nefrotik lebih sering terjadi pada anak-anak dan lebih
banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1. Ada 2
penyebab terjadinya sindrom nefrotik yaitu sindrom nefrotik primer dan sindrom
nefrotik sekunder. Hal ini dapat meyebabkan gangguan pada glomerulus seperti
terjadinya inflamasi sehingga glomerulus tidak dapat melakukan fungsinya.
Pemberian kortikosteroid diperlukan untuk pasien sindrom nefrotik
sebagai anti inflamasi sehingga dapat memperbaiki kerusakan pada glomerulus.
Pemilihan kortikosteroid yang tepat sangat berpengaruh pada keberhasilan terapi
yang dilakukan. Kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednison dengan
dosis 2 mg/kgBB/hari atau 40-60 mg/hari (maksimal 80 mg), digunakan full dose
sampai terjadi remisi, maksimal 4 minggu kemudian dilanjutkan dosis alternating
selama 4 minggu. Apabila dalam pemberian full dose tidak terjadi remisi maka
pasien dinyatakan sebagai resisten steroid.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan
kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik, mengetahui jenis, bentuk sediaan,
dosis, rute, frekuensi dan lama penggunaan yang dikaitkan dengan data klinik dan
data laboratorium.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak
memberikan perlakuan terhadap pasien. Rancangan penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu berupa studi retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan
meninjau kebelakang). Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis sindrom
nefrotik dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi data terapi
kortikosteroid.
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Studi Penggunaan
Kortikosteroid pada Pasien Sindrom Nefrotik yang dilakukan di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah Jombang periode Januari 2011 sampai
Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi adalah 53 pasien. Pola
penggunaan kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik yaitu penggunaan
kortikosteroid tunggal sebanyak 50 pasien (94%) dan penggunaan kortikosteroid
kombinasi sebanyak 3 pasien (6%). Penggunaan kortikosteroid tunggal yang
paling banyak adalah prednison (5 mg) digunakan peroral dengan dosis
penggunaan sesuai berat badan pasien dan sesuai rentang penggunaan dosis yaitu
40mg-60mg/hari (maksimal 80mg). Penggunaan kortikosteroid kombinasi yang
paling banyak adalah kombinasi deksamethason (3x4mg) secara intravena dengan
metilprednisolon (3x16 mg) peroral. Penggunaan kortikosteroid yang diberikan
pada pasien sindrom nefrotik terkait dosis, rute, frekuensi dan lama pemberian
secara garis besar sudah sesuai dengan guidelines yang ada.

vii

ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN
SINDROM NEFROTIK
(Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)
Latar Belakang: Sindrom nefrotik merupakan kelainan pada glomerulus yang
ditandai dengan menifestasi klinis berupa proteinuria, hipoalbumin, edema
anasarka, dan hiperkolesterol. Ada 2 penyebab terjadinya sindrom nefrotik yaitu
sindrom nefrotik primer dan sindrom nefrotik sekunder. Pemberian kortikosteroid
yang tepat sangat penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Kortikosteroid
bekerja sebagai anti inflamasi untuk memperbaiki kerusakan glomerulus.
Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan kortikosteroid pada pasien sindrom
nefrotik serta mengetahui hubungan terapi terkait jenis, dosis, rute pemberian,
frekuensi dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik dan data
laboratorium pasien.
Metode: Penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasien sindrom
nefrotik periode Januari 2011 sampai Desember 2013
Hasil & Kesimpulan: Pola penggunaan kortikosteroid adalah terapi tunggal dan
terapi kombinasi. Kortikosteroid digunakan secara tunggal sebanyak 94% dan
kortikosteroid kombinasi sebanyak 6%. Penggunaan kortikosteroid tunggal yang
paling banyak adalah prednison (5mg) peroral dengan dosis penggunaan sesuai
dengan berat badan pasien dan sesuai rentang penggunaan dosis 40mg-60mg/hari
(maksimal 80mg/hari), sedangkan penggunaan kortikosteroid kombinasi yang
paling banyak adalah kombinasi deksamethason (3x4mg) secara intravena dengan
metilprednisolon (3x16mg) peroral. Penggunaan kortikosteroid yang diberikan
pada pasien sindrom nefrotik secara garis besar sudah sesuai dengan guidelines.
Kata Kunci: kortikosteroid, sindrom nefrotik, rawat inap

viii

ABSTRACT
THE STUDY OF CORTICOSTEROID IN NEPHROTIC
SYNDROM PATIENT
(Research at General Hospital of Jombang)
Background: Nephrotic syndrome is an abnormalities in glomerulus the
characterized by clinical manifestation such as proteinuria, hypoalbuminemia,
edema, and hypercholesterolemia. There are two causes of nephrotic syndrome,
primary nephrotic syndrome and nephrotic syndrome secondary. Corticosteroid
administration is very important in determining the success of the therapy.
Corticosteroids as an anti-inflammatory to repair a glomerular damage.
Objective: To determine the pattern of use of corticosteroids in patients with
nephrotic syndrome and to know related therapeutic relationship the type, dose,
route of administration, frequency and duration of administration are associated
with clinical data and laboratory data of the patient.
Methods: The study was a retrospective observational study in nephrotic
syndrome patients from January 2011 to December 2013
Results and Conclusions: The pattern of use of corticosteroids are single therapy
and combination therapy. Corticosteroids are used single as many as 94% and
combination of corticosteroid are 6%. Corticosteroid use the single most widely is
prednisone (5 mg/tablet) orally with the frequency of use according to the patient's
weight, while the use of corticosteroids combinations the most common is
deksamethason combination (3x4mg) intravenous with methylprednisolone
(3x16mg) orally. The use of corticosteroids therapy in nephrotic syndrome
patients outline is in conformity with the guidelines.
Keywords: corticosteroids, nephrotic syndrome, hospitalization

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGUJIAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Tinjauan tentang Glomerulus Ginjal ............................................. 5
2.2 Sindrom Nefrotik........................................................................... 6
2.2.1 Definisi Sindrom Nefrotik ................................................... 6
2.2.2 Epidemiologi Sindrom Nefrotik .......................................... 6
2.2.3 Etiologi Sindrom Nefrotik ................................................... 7
2.2.4 Patofisiologi Sindrom Nefrotik............................................ 9
2.2.5 Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik................................... 11
2.2.4.1 Proteinuria............................................................... 11
2.2.4.2 Hipoalbumin ........................................................... 11
2.2.4.3 Edema ..................................................................... 11
2.2.4.4 Hiperlipidemia ........................................................ 12
2.2.6 Komplikasi Sindrom Nefrotik ............................................. 12
2.2.7 Data Laboratorium Sindrom Nefrotik .................................. 13

x

2.2.8 Diagnosa Sindrom Nefrotik ................................................. 14
2.2.8.1 Diagnosa Sindrom Nefrotik .............................................. 14
2.2.8.2

Diagnosa Penyebab Sindrom Nefrotik .................. 14

2.2.9 Terapi Sindrom Nefrotik...................................................... 14
2.3 Kortikosteroid................................................................................. 16
2.3.1 Mekanisme Kerja Kortikosteroid ......................................... 17
2.3.2 Efek Farmakologis Kortikosteroid ....................................... 17
2.3.3 Klasifikasi Kortikosteroid .................................................... 18
2.3.4 Penggunaan Kortikosteroid pada Sindrom Nefrotik ........... 19
2.3.5 Efek Samping Kortikosteroid ............................................... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA KERJA24
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 24
3.2 Kerangka Kerja ............................................................................. 25
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 26
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 26
4.2 Tempat Penelitian.......................................................................... 26
4.3 Populasi dan sampel Penelitian ..................................................... 26
4.3.1 Poplasi Penelitian................................................................. 26
4.3.2 Sampel Penelitian ................................................................ 26
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 26
4.4.1 Inklusi Data .......................................................................... 26
4.4.2 Eksklusi Data ....................................................................... 27
4.5 Cara Pengambilan Sampel ............................................................ 27
4.6 Bahan Penelitian............................................................................ 27
4.7 Instrumen Penelitian...................................................................... 27
4.8 Definisi Operasional ...................................................................... 27
4.9 Cara Pengumpulan Data ................................................................ 29
4.10Cara Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 29
BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................ 30
5.1 Data Demografi Pasien.................................................................. 31
5.1.1 Jenis Kelamin....................................................................... 31
5.1.2 Usia ...................................................................................... 31

xi

5.2 Diagnosis Penyerta Pasien Sindrom Nefrotik ............................... 32
5.3 Penggunaan Kortikosteroid pada Pasien Sindrom Nefrotik .......... 32
5.4 Distribusi dan Pola Terapi Utama Pasien Sindrom Nefrotik ........ 34
5.5 Lama Masuk Rumah Sakit ............................................................ 35
5.6 Kondisi Pasien Keluar Rumah Sakit ............................................. 35
5.7 Profil Pasien Sindrom Nefrotik dengan Kondisi Meninggal saat
Keluar Rumah Sakit ...................................................................... 36
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 37
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

xii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

II.1 Data laboratorium sindrom nefrotik .......................................................... 13
II.2 Kortikosteroid yang biasa digunakan untuk terapi sindrom nefrotik ........ 19

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Tubulus Ginjal ............................................................................................ 5
2.2 Penyebab sindrom nefrotik primer ............................................................. 8
2.3 Patofisiologi Sindrom Nefrotik .................................................................. 10
2.4 Mekanisme kerja kortikosteroid ................................................................. 17

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 55
2. Pernyataan Bebas Plagiasi .................................................................... 56
3. Lembar Pengumpul Data ...................................................................... 57
4. Lembar Tabel Induk ............................................................................. 94

xv

SINGKATAN

Alternating

: Selang sehari

Alternating dose

: Penggunaan dosis selang sehari

Anasarka

: Seluruh tubuh

Edema

: Bengkak

Full dose

: Dosis penuh

GNMP

: Glomerulusnefritis Membrano Proliferatif

GNM

: Glomerulusnefritis Membranosa

GSFS

: Glomerulosklerosis Fokal dan Segmental

Inisial

: Pengobatan Awal

I.V

: Intravena

KGD

: Kadar Gula Darah

KRS

: Keluar Rumah Sakit

MRS

: Masuk Rumah Sakit

P.O

: Peroral

Remisi

: Proteinuria negatif selama 3 hari berturut-turut

RMK

: Rekam Medik Kesehatan

RSUD

: Rumah Sakit Umum Daerah

SN

: Sindrom Nefrotik

SNKM

: Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal

SNSS

: Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid

SNRS

: Sindrom Nefrotik Resisten Steroid

xvi

DAFTAR PUSTAKA
Azis, A.I., 2006. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Surabaya; RSUD Dr.
Soetomo
Betz, C.L., and Sowden, L.A., 2009. Buku saku keperawatan pediatri . Edisi
ke-5, Jakarta: EGC
Brunner & Suddart., 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC
Burgess, D. N., Bakris, G. L., 2001. Kelainan ginjal dan elektrolit. Dalam: S.
Komala., A. H.
Santoso., Ilmu penyakit dalam, Jakarta: Buku
kedokteran EGC.
Cammas, B., Harambat, J., Thomas, A.B., Bouissou, F., Morin, D., Guigonis, V.,
Bendeddouched, S., Hacini, N.A., Cochat, P., Llanas, B., Decramer, S.,
and Rachin, B., 2011. Long-term effects of cyclophosphamide therapy
in steroid-dependent or
frequently relapsing idiopathic nephrotic
syndrome. Oxfordjournals., Nephrol Dial Transplant (2011) 26: 178–
184
Diantri, P.W., dan Harjaningsih, W., 2007. Evaluasi Penggunaan ACEI pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Farmasi Indonesia., Vol. 3 No. 4, Juli 2007; 189-194
Eguchi, A., Takei, T., Yoshida, T., Tsuchiya, K., and Nitta K., 2009. Combined
cyclosporine and prednisolone therapy in adult patients with the first
relapse of minimal-change nephrotic syndrome. Oxfordjournals.,
Nephrol Dial Transplant (2010) 25:
124–129
Fenty., 2010. Laju filtrasi Glomerulus pada lansia berdasarkan tes klirens
kreatinin dengan
formula cockroft-gault, cokroft-gault standardisasi
dam modification of diet in renal
disease. J. Penelitian., Vol. 13 No.
2, mei 2010.
Gadegbeku, C.A., Gipson, D.S., Holzman, L.B., Ojo, A.O., Song, P.X., Barisoni.
L.,
Sampson, M.G., Kopp, J.B., Lemley, K.V., Nelson, P.J.,
Lienczewski, C.C., Adler,
S.G., Appel, G.B., Cattran, D.C., Choi, M.J.,
Contreras, G., Dell, K.M., Fervenza, F.C., Gibson, K.L., Greenbaum,
L.A., Hernandez, J.D., Hewitt, S.M., Hingorani, S.R.,
Hladunewich,
M., Hogan, M.C., Hogan, S.L., Kaskel, F.J., Lieske, J.C., Meyers, K.E.,
Nachman, P.H., Nast,. C.C., Neu, A.M., Reich, H.N., Sedor, J.R., Sethna,
C.B., Trachtman, H., Tuttle, K.R., Zhdanova, O., Zilleruelo, G.E., and
Kretzler, M., 2013. Design of the Nephrotic Syndrome Study Network
(NEPTUNE) to evaluate primary
glomerular nephropathy by a
multidisciplinary approach. Kidney, Int., 2013
Apr;83(4):749-56.,
doi:10.1038/ki.2012.428.

xvii

Guyton & hall., 1997.
Kedokteran EGC.

Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9, Jakarta: Buku

Joy, M.S., Kshirsagar A., and Franceschini N., 2005. Chronic Kidney Disesase:
Progression-Modifying Therapies. In: Dipiro., J.T, Talbert, L.R., Yee,
C.G., Matzke, R.G., Wells, G.B. and Posey, M.L., Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku ke-3 Edisi ke-8,
Jakarta:
Salemba medika, hal 370-371
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Khairani Y. Hubungan hipoalbuminemia dengan hiperkolesterolemia pada pasien
sindrom nefrotik anak di RSUP dr. M. Djamil Padang periode 2001-2006.
Skripsi. Universitas Andalas Padang. 2007.
Leliana, V., Muryawan,M.H., Radityo,A.N., 2012. Association betwen
corticosteroid therapy and catarct in children with nephrotic syndrome. J.
Media Medika Muda.
Nasution A, Aumas P. Gambaran klinis laboratorium dan hasil pengobatan
sindrom nefrotik pada anak yang dirawat di bagian IKA RSUP Dr. M.
Djamil Padang periode 1997-2000. Disampaikan pada KONIKA XII
Bali: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2001.
Neal, M. J., 2006. Medical pharmacology at a glance. Dalam: Safitri, A (Ed.). At
a glance
farmakologi medis, Edisi ke-5, Surabaya; Erlangga
Nuraeni., Idris,Nurlaily., Ilyas,Muhammad., Liyadi,Frans., Kasim Hasyim., and
Satriono,R., 2012. The correlation betwen total kidney volume based
on ultrasonography and
glomerular filtration rate in chronic
kidney disease patient.
Nursalam., B, B.Fransisca., 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan
sistem perkemihan. Jakarta; Salemba medika
Pratiwi, D.P., Mayetti., Kadri, H., 2013. Hubungan antara Proteinuria dan
Hipoalbuminemia pada Anak dengan Sindrom Nefrotik yang Dirawat di
RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2009-2010. Jurnal Kesehatan
Andalas 2013.
Radde, I.C., Macleod, S.M., 1999. Farmakologi & terapi pediatri. Edisi ke-2,
Jakarta;
EGC, hal 380-419.
Rahardjo, R., 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2, Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC.

xviii

Reid, J. L., Rubin, P. C., Whiting, B., 2008. lecture notes on clinical
pharmacology,4th ed. Dalam: L. Setiawan, Cindy, dan H. Hartanto (Eds.).
Catatan kuliah farmakologi
klinis, edisi ke-4, Jakarta: EGC
Robbins, S.L., Kumar, V., 1995. Buku ajar patologi II. Edisi ke-4, Jakarta;
Penerbit buku kedokteran EGC.
Saputra, L., 2009. Kapita selekta kedokteran klinik. Edisi terbaru, Bina rupa
aksara.
Siregar, P., Rosa, J., Suhardi., Parsudi, I., 2001. Gangguan Elektrolit Dalam
Klinik. Dalam: Suyono, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi ketiga, Jakarta: FK UI.
Siswandono.,2008. Kimia Medisinal. Edisi ke-2, Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair (AUP)
Soewanto., Yogiantoro, M., Pranawa., Mahoni, C. I., Mardiana, N., thaha, M.,
Widodo., dan Aditiawardana., 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Surabaya: RSU Dr. Soetomo.
Subandiyah, K., 2004. Outcome sindrom nefrotik pada anak-penelitian prospektif
studi cohort. Jurnal kedokteran brawijaya., Vol. XX No. 3, desember
2004.
Trihono, P.P., Alatas, H., Tambunan, T., Pardede, S.O., 2012. Tata laksana
sindrom
nefrotik idiopatik pada anak. Edisi ke-2, Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Underwood, J. C. E.,2000. General and systematic pathology. Dalam: Sarjadi, dan
SpPA (Eds.). Patologi umum dan sistematik, edisi ke-2, Jakarta: EGC
Wahyuni, A.S., 2012. Hubungan Antara Terapi Kortikosteroid dengan Kejadian
Glaukoma
pada Anak dengan Sindrom Nefrotik. Semarang: Laporan
Akhir Hasil Penelitian
S1 Kedokteran Umum Universitas
Diponegoro.

xix