SINTESIS SENYAWA N-(4-HIDROKSIFENIL)-4-METILPENTANAMIDA DAN UJI AKTIVITAS ANALGESIK PADA MENCIT (Mus musculus)

[

SKRIPSI
DELLA FIBRILIA

SINTESIS SENYAWA N-(4-HIDROKSIFENIL)-4METILPENTANAMIDA DAN UJI AKTIVITAS
ANALGESIK PADA MENCIT (Mus musculus)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

i

v

v

vi


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji sykur kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan nikmat,
karunia, hidayah kepada penulis, salah satu nya nikmat yang telah tercurahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Sintesis Senyawa
N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida Dan Uji Aktivitas Analgesik Pada Mencit
(Mus musculus)” guna untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Shalawat
serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :
1.

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2.

Kedua orang tua penulis, ayahanda Drs. Muhariyanto dan ibunda Lucia
Antini yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan secara moral,
spiritual, materi, do’a yang senantiasa mengalir dan kasih sayang yang tidak

pernah putus dalam menyusun skripisi ini.

3.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Atas
kesempatan mengikuti pendidikan di Program Studi Farmasi kepada penulis
untuk menamatkan program pendidikan sarjana.

4.

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengamatan data guna
terselesaikannya penelitian ini.

5.

Bapak Dr. Bambang Tri Purwanto, Apt., MS. selaku pembimbing I yang
senantiasa memberikan semangat, nasihat dan bukan hanya sekedar menjadi
dosen bagi penulis tetapi menjadi ayah kedua bagi penulis karena telah
membagikan banyak waktu, ilmu dan pengalaman.


6.

Ibu Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt. Selaku pembimbing II.
Terimakasih atas bimbinganya dan memberikan pengalaman yang luar biasa
kepada penulis agar tidak mudah menyesrah dan selalu berusaha.

iv
vi

vii

7.

Bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt. Selaku dosen penguji I dan Dra. Uswatun
Chasanah M.Kes., Apt. Selaku dosen penguji II yang selalu memberikan
dukungan untuk menyelesaikan skripsi penulis dengan sebai-baiknya.

8.


Ibu Arina Swastika selaku dosen wali yang telah memberikan arahan,
pandangan dan semangat yang tidak pernah henti kepada penulis.

9.

Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi atas
wawasan keilmuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universtas Muhammadiyah Malang.

10. Adik penulis Yoga Afri Ananta serta keluarga besar Soemohardjo yang tiada
henti memanjatkan doa dan dukungan moral kepada penulis.
11. Umi Ratih Widyawati yang tidak pernah berhenti memberikan semangat,
menemani saat berjuang skripsi, mendengarkan keluh kesah dan senantiasa
memberikan dorongan doa, motivasi dan bimbingan spiritual kepada penulis.
12. Sahabat skripsi kimia medisinal yang penulis cintai : Fitriasnyah Bachruddin,
Gitta Asrina yang telah memberikan semangat serta setia kepada penulis
selama menempuh pendidikan sarjana di Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang. Terima kasih telah berjuang bersama untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman penelitian skripsi kimia medisinal Anita Racmawati dan Fathimatus K

yang telah berjuang bersama menyelesaikan penelitian skripsi.
14. Sahabat yang senantiasa bersama dari semester awal kuliah hingga akhir
kuliah yang selalu berjuang bersam Vivi Aviatus S, Luluk Agustin, Wenny
Meiriani.
15. Teman-teman KKN 47 Desa Pulungdowo Tumpang 2015 dan teman-teman
Farmasi UMM 2012 yang penulis cintai.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritis dan saran yang
membangun untuk dijadikan koreksi demi memperbaiki penulisan skripsi ini.

Malang, 2016
Penulis
viiv

viii

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………………………..………….........

i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………......…………….....

ii

KATA PENGANTAR ……………………………......…………….............

iv

RINGKASAN......................……………………………......…………….....

vi

ABSTRAK……………………………......……………................................

vii

ABSTRACT ……………………………......…………….............................

viii


DAFTAR ISI ……………………………......……………............................

ix

DAFTAR TABEL ……………………………......……………....................

xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………......……………...............

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………......……………............

xv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………...………...............

1


1.1 Latar Belakang ……………………...……………….............................

1

1.2 Rumusan masalah.................………………………………...………....

7

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………...……….....................

7

1.4 Hipotesis ………………………………...………..................................

7

1.5 Manfaat Peneletian………………………………...………...................

7


BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………...……........

8

2.1 Tinjauan Tentang Nyeri ……………………...………….…..................

8

2.1.1 Definisi Nyeri …………………...……………….……...............

8

2.1.2 Klasifikasi Nyeri ……………………………….………..............

8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri …….….......................

9


2.1.4 Fisiologi Nyeri ….………………...……………………..............

9

2.1.5 Mekanisme Nyeri ……………………………………..................

10

2.2 Tinjauan Tentang Analgetika ….……………………………….............

12

2.3 Pembagian Analgetika …….………………………...…........................

12

2.3.1 Analgetika Narkotik ……………….….......………………….....

12


2.3.2 Analgetika Non Narkotik…………….…….......………...............

12

2.4 Tinjauan Tentang Bahan Sintesis …………….………….......................

12

2.4.1 p-aminofenol …...........................................................................

15

2.4.2 Isovaleril Klorida…......................................................................

15

ix
viii

ix

2.5 Tinjauan Reaksi Asilasi ………...………………...................................

14

2.6 Tinjauan Tentang Kemurnian dan Identifikasi Senyawa........................

14

2.6.1 Tinjauan Tentang Titik Lebur………………………………….....

14

2.6.2 Tinjauan Tentang Kromatografi Lapis Tipis………………….......

15

2.6.3 Tinjauan Tentang Identifikasi Senyawa dengan
Spektrofotometer Uv-vis...................................................................

15

2.6.4 Tinjauan entang Identifiksai Senyawa dengan
Spektrofotometer Inframerah............................................................

15

2.6.5 Tinjauan tentang Spektrometri Resonansi Magnet Inti
(1H-NMR)…………………………………………………….........

16

2.7 Tinjauan Tentang Metode Pengujian Aktivitas Analgesik.........................

16

2.7.1 Metode Stimulasi Panas...................................................................

17

2.7.2 Metode Stimulasi Listrik..................................................................

18

2.7.3 Metode Geliat...................................................................................

18

2.7.4 Metode Mekanik..............................................................................

19

2.8 Tinjauan Tentang Penentuan ED50 ………………………….................

19

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.........................................................

20

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian..............................................................

20

3.2 Skema Kerangka Konseptual...................................................................

22

BAB IV BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN............................

23

4.1 Bahan Penelitian......................................................................................

23

4.1.1 Bahan Kimia..................................................................................

23

4.1.2 Kriteria Hewan Coba yang digunakan...........................................

23

4.2 Alat Penelitian..........................................................................................

23

4.3 Tempat Penelitian....................................................................................

24

4.4 Metode Penelitian...................................................................................

24

4.4.1 Prosedur Sintesis Senyawa N-(4-Hidroksifenil)-4metilpentanamida...........................................................................

24

4.5 Analisis Senyawa Hasil Sintesis.............................................................

25

4.5.1 Pemeriksaan Organoleptis............................................................

25

4.5.2 Pemeriksaan Jarak Lebur.............................................................

25

4.5.3 Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis.............................

26

ixx

x

4.6 Identifikasi Struktur Senyawa N-(4-Hidroksifenil)-4metilpentanamida.....................................................................................

26

4.6.1 Identifikasi Struktur dengan Spektrofotometer UV-Vis...............

26

4.6.2 Identifikasi Struktur dengan Spektrofotometer IR........................

26

4.6.7 Identifikasi Struktur dengan Spektrometer Resonansi Magnet
Inti (1H-NMR)..............................................................................

27

4.7 Uji Aktivitas Analgesik...........................................................................

27

4.7.1 Persiapan Sebelum Uji Aktivitas.................................................

27

4.7.2 Pembuatan Larutan Asam Asetat 0,6 % v/v dan CMC-Na 0,5
% b/v............................................................................................

28

4.7.2.1 Pembuatan Larutan Asam Asetat 0,6 % v/v...................

28

4.7.2.2 Pembuatan Larutan CMC-Na 0,5 % b/v.........................

28

4.7.3 Pengaturan Dosis.........................................................................

28

4.7.4 Pembuatan Sediaan Uji................................................................

29

4.7.5 Pemberian Sediaan Uji pada Mencit............................................

29

4.7.6 Pelaksaan Uji Aktivitas................................................................

29

4.8 Analisis Data...........................................................................................

30

4.8.1 Analisis Statistik ANOVA...........................................................

30

4.8.2 Penentuan Hambatan Nyeri.........................................................

30

4.8.3 Kerangka Operasional..................................................................

32

BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................................

34

5.1 Senyawa Hasil Sintesis...........................................................................

34

5.2 Hasil Analisis Kualitatif Senyawa Hasil Sintesis...................................

34

5.2.1 Pemeriksaan Organoleptis Senyawa Hasil Sintesis.....................

34

5.2.2 Pemeriksaan Jarak Lebur.............................................................

34

5.2.3 Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis.............................

35

5.3 Identifikasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis..........................................

36

5.3.1 Identifikasi Struktur Senyawa dengan Spektrofotometer
Uv-Vis..........................................................................................

36

5.3.2 Identifikasi Senyawa Hasil dengan Spektrofotometer
Inframerah.....................................................................................

xxi

37

xi

5.3.3 Identifikasi Struktur dengan Spektrometer Resonansi Magnet
Inti (1 H-NMR).............................................................................

38

5.4 Hasil Uji Aktivitas Analgesik.................................................................

40

5.4.1 Penentuan Frekuensi Respon Nyeri dan Persentasi Hambatan
Nyeri.............................................................................................

40

5.4.2 Analisis Data dengan ANOVA....................................................

42

5.4.3 Penentuan ED50............................................................................

43

BAB VI PEMBAHASAN...............................................................................

46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................

53

7.1 Kesimpulan.............................................................................................

53

7.2 Saran.......................................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

55

xi
xii

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1

Halaman
Surat Pernyataan ...................................................................................... 58

2

Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………….

59

3

Perhitungan Persentase Hasil Sintesis .....................................................

60

4

Perhitungan Dosis Uji Aktivitas .............................................................. 62

5

Perhitungan % Hambatan Nyeri .............................................................. 69

6

Perhitungan ED50 aktivitas analgesik senyawa N-(4-Hidroksifenil)-4metilpentanamida dan senyawa pembanding parasetamol ...................... 70

7

Hasil analisis data dengan ANOVA (oneway anova)..............................

71

8

Tabel R ....................................................................................................

74

9

Tabel F ..................................................................................................... 75

10

Skema Sintesis Senyawa N-(4-Hidroksifenil)-4-metilpentanamida......... 76

11

Gambar Hasil Penelitian .......................................................................... 78

xii
xv

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, 2001. Analgesic and Anti-inflammatory Effects of The Aqueous
Extract of Leaves of Persea americana Mill. (Lauraceae).J. Fitoterapia,
73, Elsevier, Indena, pp. 375-377.
Budiarti, E. 2014. SintesisSenyawa 4-Hidroksifenil-4-metilbenzamida Dan Uji
Aktivitas Analgesik pada Mencit (Mus nusculus). Malang: Skripsi
Jurusan S1 Farmasi.
Bresnick, S. 2003. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Brunner & Suddarth, 2004.Medical surgical nursing. (8th Ed.). Philadelphia:
J.B.Lippincott Company.
Chemical Book, 2010.Isovaleryl Chloride.http://www.chemicalbook.com/
Search_EN.aspx?keyword=isoValeryl%20chlorie. Diakses tanggal 29
Oktober 2015.
ChemBioDraw Ultra Application, 2009. Chemical Structure Synthesis Version
12.0. Diakses tanggal 27 Agustus 2015.
Clayden, 2001. Organic Chemistry. New York :Oxford University Press,
pp. 279-303 .
Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara
Spektroskopi. Cetakan I, Padang: Andalas University Press, hal 39.
Darsono, 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
JKM. Vol. 2. No. 1.

Parasetamol.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi ke-4, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, hal 1083-1084.
Ekowati, J., Dyah, N.W., Astika, G.N., Budiati, T., 2010. Sintesis Asam Ortometoksi-sinamat dari Material Awal O-metoksibenzaldehida dan Uji
Aktivitas Analgesiknya. Airlangga J. of Pharmacy, Vol. 8(2).
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S, 1999. Kimia Organik. Jilid 1, Edisi ke-3,
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Firdaus, 20011. Teknik dalam Laboratorium Kimia Organik. Makasar.
Universitas Hasanudin.

53

54

Gandjar, G.I., dan Rohaman, A., 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri
dan Kromatografi. Yogyakarta : Pustaka Ilmu, hal 284-321.
Gupta, S., Khadivar, PV. Mathur, KC, 2003, Topological Modelling of Analgesia.
Dalam: Janda, KD, Bioorganic & Medical Chemistry, Oxford: Elsivier
11 (8).
Gringauz A, 1997. Introduction to Medicine Chemistry How Drugs Act and
Why. Wiley- VCH, Inc., New York. Pp 141-167.
Guyton dan Hall, 2007. BukuAjar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta:
EGC.
Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat.
Jakarta : Erlangga.
Katzung, B.G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh
Sjabana, D., Isbandiati, E., Basori, A., Soejdak, M., Uno, Indriyani.,
Ramadhani, R.B., Zakaria, S.s, Buku II, sixth edition, 352, 359, 360 dan 3
365. Jakarta : Salemba Medika.
Katzung, BG., 2011.Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Diterjemahkan oleh
Aryandhito Widhi N, Leo Rendy, Linda Dwijayanthi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC, hal 748-787.
Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993, Penapisan Farmakologi,
Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta : Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, hal 167-170.
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI press.
Manihuruk, E., 2000. Aktivitas Analgesik Daun Dewa (Gynura pseudochina
(L.) (DC.) pada Mencit Dengan Metode Geliat. Jatinagor :
Skripsim,Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Padjajaran.
Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat, Edisi V, 88. Bandung : ITB.
Potter, Patricia A, 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan
praktek. Edisi ke-4, Jakarta : EGC.
Pavia D.L, 1966. Introoduction to Specroscopy:AGuide for Students of
Organic Chemistry, 2nd ed. Washington Departement of Chemistry,
Harcourt Brace Collage Publisher, pp. 28-29
Price, S., & Wilson, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Edisi ke-5, volume 1, Jakarta : EGC.

54

55

Purwanto, B.T. dan R. Susilowati, 2000. Hubungan Struktur, Sifat Kimia
Fisika dan Aktivitas Biologis Obat, In: Siswandono dan B. Soekardjo,
(Eds.), Kimia Medisinal 1, ed. 2, Surabaya : Airlangga University Press,
hal 161-163.
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu
Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8
No.1: 1-6, Juni 2008. FMIPA UNB.
Sartono, 1993. Pengaruh Pemberian Dosis Tunggal Parasetamol Terhadap
Komposisi Metabolit Parasetamol Dalam Urin Tikus Jantan
Malnutrisi.
Setiawan, Trisnowati, dan Dadan Hermawan. 2006. Sintesis Natrium
Pentagamavunonat
Dan
Uji
Stabilitasnya
Menggunakan
Spektrofotometer Uv-Visible. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Sherma, J., Fried, B., 2003, Handbook of Thin-Layer Chromatography, 3rd
edition, New York : Marcel Dekker, Inc.
Silverstein, R.M., Bassler, GC., and Morril, T.C., 2005. Spekctrofotometric
Identification of Organic Compound. Fifth edition, New York : John
Willey and Sons, pp. 809-898
Siswandono dan R. Susilowati, 2000. Hubungan Kuantitatif Struktur
Aktivitas. In: Siswandono & B. Soekardjo, (Eds.), Kimia Medisinal 1, ed.
2, Surabaya : Airlangga University Press, hal 261-273.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000. Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press, hal. 240-243, 283-297. 291.303.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2008. Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
Skoog DA, Holler FJ, Nieman TA, 1998. Principles of Instrumental Analysis.
5 th edition. Orlando: Hourcourt Brace.
Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner and Suddarth. (8 th edition): editor, Suzanne C. Smeltzer,
Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Ellen panggabean. Jakarta: EGC Springer-Verley
Berlin, Deidelbarg, New York.
Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Padjadjaran.
Bandung.
Susilowati, S.S. dan Chasani, M., 2003.Sintesis Senyawa Turunan p-aminofenol
Serta Uji Aktivitas Analgetika dan Antiinflamasinya Pada Mencit dan

55

56

Tikus Putih. Purwokerto : Laporan Penelitian SPP/DPP Universitas
Jenderal Soedirman.
Tamsuri, 2007.Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Taylor & Le Mone, 1997. Fundamental of Nursing. Third Edition,
Philadelphia Lipincort.
Thompson, EB, 1990.Drug Bioscreening, Drug Evaluation Technique in
Pharmacology. New York: VCH Publisher Inc.
Tjay, T. H. dan Rahardja K. 2002. Obat – Obat Penting. Edisi ke-5, Jakarta :
Penerbit Elex Media Komputindo, hal 702 – 703.
Tjay, T.H dan Rahardja., 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, hal 293-327.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi ke-6, Jakarta: Elex
MediaKomputindo.
Vogel, A.I., 1986. A Text Book of Practical Chemistry Including Qualitative
Organic Analysis. 4th Ed., London : English Book Society and Longman
Green Co ltd.
Vogel, H.G., 2002. Drug Discovery and Evaluation Pharmacologycal Assays.
Vohora, S.B. and P.C. Dandiya. 1992. Herbal Analgesic Drugs. Italy:
J. Fitoterapia, LXIII (3), Elsevier, Indena. p. 202.
Wall, P. D & Jones. M. 1991. Defeating pain: the war againts a silent
epidemic patric the wall and Mervin Jones. New York: Plenum Press.
Watson, D.G., 2009.
Jakarta.

Analisis Farmasi. Edisi kedua, Jakarta : Kedokteran

Willette, R.E., 1982. Analgesic Agents, dalam J.N. Delgado dan W. A. Remers
(eds.) Wilson and Gisvold’s Textbook of Organic Medicinal and
Pharmacetical Chemistry, 8th Ed. J.B. Lippincott, Philadelphia, p. 637-652
Wilmana, P.F., dan Gan, S., 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik AntiInflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologi
dan Terapi. Edisi ke-5, Jakarta : bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, hal 230-346.
Wuryaningsih, L.E., 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol Kering Rimpang
Kencur Asal Purwodadi pada Mencit Dengan Metode Geliat (Writhing
Reflex Test

56

58

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul jika terjadi
kerusakan jaringan, hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri tersebut. Kerusakan jaringan yang terjadi dapat
disebabkan karena tusukan, terbakar, sobekan atau tekanan (Guyton & Hall,
2007). Nyeri terjadi bersama dengan berbagai proses penyakit atau bersamaan
dengan pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Brunner & Suddarth, 2004).
Nyeri dapat disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi, termal dan
listrik yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Rangsangan tersebut memicu
pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri, seperti histamin,
bradikinin, leukotrien dan prostaglandin (Mutschler, 1991). Nyeri dapat dihambat
oleh zat-zat yang dapat mengurangi atau menekan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran atau obat penghalang nyeri (Mutschler, 1991). Oleh karena itu,
tingkatan nyeri dapat dikaji dengan mengobservasi reaksi yang muncul akibat
nyeri tersebut (Wall & Jones, 1991).
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
anestetika umum (Tjay dan Rahardja 2007). Obat yang bersifat analgesik
(penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat
yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat
menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat
analgesik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang lebih dikenal dengan
parasetamol (Rachdiati dkk, 2008).
Salah satu obat analgetik-antipiretik yang sering digunakan adalah
parasetamol. Hal ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat leukosit yang
melepaskan peroksid sehingga anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol

1

2

berguna untuk nyeri ringan sampai nyeri sedang, seperti sakit kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain. (Katzung BG, 2011).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Darsono, 2002).
Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya
kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono, 1993).
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat
analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan NSAID.
Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID
bekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat (Katzung BG, 2002).
Analgesik antipiretika dan obat anti radang bukan steroid atau Non Steroidal
Antiinflamatory Drugs (NSAIDs) merupakan obat analgesik non narkotik.
Analgesik antipiretik digunakan untuk pengobatan simptomatik yaitu hanya
meringankan gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan
penyebab penyakit (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Obat anti radang bukan
steroid (NSAIDs) mempunyai aktivitas menghambat biosintesis dan pengeluaran
prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase
sehingga dapat menurunkan gejala keradangan. Obat-obat NSAIDs secara
kimiawi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu NSAIDs turunan karboksilat
dan turunan asam enolat. Turunan karboksilat meliputi turunan asam asetat
(diklofenak, indometasin), turunan asam salisilat (aspirin, benorilat), turunan asam
propionat (ibuprofen, ketoprofen) dan turunan asam fenamat (asam mefenamat)
sedangkan turunan asam enolat meliputi turunan prednizolon (fenilbutazon) dan
turunan oksikam (piroksikam) (Wilmana, 2007).
Untuk meningkatkan efek farmakologis dari parasetamol dan mengurangi
efek samping, maka dibutuhkan modifikasi struktur dari parasetamol. Modifikasi
molekul merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan obat baru dengan
aktifitas yang dikehendaki, antara lain yaitu meningkatkan aktifitas obat,
menurunkan efek samping atau toksisitas, meningkatkan selektifitas obat,

3

memperpanjang masa kerja obat, meningkatkan kenyamanan penggunaan
obat dan meningkatkan aspek ekonomis obat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Pada senyawa penuntun ini dapat dilakukan sintesis, yaitu dengan cara
penggabungan molekul, memasukkan gugus gugus tertentu yang dapat merubah
sifat fisika kimia sehingga akan berpengaruh pada suatu aktivitas obat,
pengubahan gugus fungsi atau penutupan gugus yang bersifat toksigenik senyawa
penuntun yang telah diketahui khasiat atau aktivitas biologisnya (Siswandono dan
Soekardjo, 2000). Salah satu senyawa penuntun yang mempunyai aktivitas
analgetika adalah p-aminofenol. Modifikasi struktur parasetamol dilakukan untuk
mendapatkan senyawa bioaktif yang baru dengan aktivitas analgesik yang optimal
dan toksisitas yang minimal. Pada awalnya pengembangan obat baru bersifat
coba-coba (trial and error) sehingga memerlukan biaya yang sangat mahal. Untuk
mengurangi resiko tersebut, dilakukanlah rancangan obat (Siswando dan
Soekardjo, 2000).
Parasetamol merupakan turunan para aminofenol dan secara luas telah
digunakan di industri farmasi dan masyarakat sebagai obat analgesik-antipiretik.
Parasetamol diabsorpsi cepat oleh saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu 30-60 menit dan dinonaktifkan pada hepar.
Parasetamol tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang dan dalam dosis
besar (dosis toksik), karena obat ini memiliki efek samping yang cukup berbahaya
berupa hepatotoksik dan methemoglobinemia. Efek hepatotoksik yang berbahaya
terjadi karena metabolisme parasetamol dalam tubuh menghasilkan metabolit
reaktif yang disebut N-asetil midokuinon yang dapat mengikat jaringan hati secara
ireversibel sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis (Wilmana, 2007).
Parasetamol seperti terlihat pada gambar 1.1. merupakan obat analgetik
non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di
Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas diberbagai negara
baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas (Darsono, 2002).

Gambar 1.1 Struktur Parasetamol

4

Parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa sedikit
pahit dengan titik lebur 169-170.5◦C. Parasetamol mudah larut dalam air
mendidih, sangat mudah larut dalam chloroform, larut dalam etanol, metanol,
dimetil formamida, aseton dan etil asetat, praktis tidak larut dalam benzen (Dirjen
POM, 1995).
Penemuan obat baru tersebut bertujuan untuk pengobatan suatu jenis
penyakit tertentu, meningkatkan aktivitas obat, menurunkan efek samping yang
merugikan, memperpanjang masa kerja, memperbesar tingkat kenyamanan dan
meningkatkan selektivitas obat (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Senyawa baru
yang diinginkan adalah senyawa yang mempunyai aktivitas analgesik yang lebih
baik dengan meningkatkan sifat lipofiliknya agar dapat dengan mudah menembus
membran sehingga konsentrasi senyawa yang berinteraksi dengan reseptor lebih
banyak dan aktivitasnya meningkat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Metode pengembangan obat dapat melalui modifikasi molekul dengan
optimasi senyawa penuntun (lead compound) dan rancangan obat yang rasional
(Siswandono dan Soekardjo, 2009). Sintesis merupakan bagian yang terpenting
dalam pencarian senyawa obat baru yang mempunyai khasiat lebih baik dan harga
yang lebih ekonomis. Sintesis dilakukan dengan penggabungan molekul,
pengubahan gugus fungsi atau penutupan gugus yang bersifat toksigenik senyawa
penuntun yang telah diketahui khasiat atau aktivitas biologinya. Senyawa
penuntun bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau hasil sintesis. Salah
satu

senyawa

penuntun

yang

mempunyai

aktivitas

analgetika

adalah

p-aminofenol.
Senyawa p-aminofenol merupakan suatu senyawa analgetika kuat dan
antiinflamasi lemah yang sangat toksik. Hal yang perlu dilakukan untuk
mengurangi toksisitas dan menambah aktivitasnya dilakukan modifikasi molekul
yaitu pengubahan atau penambahan gugus fungsi yang terdapat pada
p-aminofenol. Pengubahan dapat dilakukan pada gugus amino, pada gugus
hidroksi fenolik atau pada kedua gugus amino dan hidroksi fenolik (Willette,
1982). Modifikasi molekul p-aminofenol sudah banyak dilakukan diantaranya
ialah pengubahan gugus amina misalnya parasetamol, pengubahan gugus OH

5

fenolik misalnya anisidin dan fenaldin. Pengubahan pada gugus amina dan
OH misalnya fenasetin dan laktilfenetidin (Susilowati dan Chasani, 2003).
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan modifikasi struktur golongan
obat analgetik yaitu p-aminofenol menjadi senyawa

4-hidroksifenil-4-

metilbenzamida, yang bertujuan untuk mendapatkan senyawa analgesik turunan
p-aminofenol yang memiliki aktifitas analgesik lebih tinggi dibanding
parasetamol. Senyawa tersebut dilakukan dengan mereaksikan p-aminofenol
dengan p-toluolbenzoil klorida. Hal ini berdasarkan teoritis ChemBioDraw Ultra
versi 13.02, sedangkan parasetamol sendiri mempunyai Log P (Log koefisien
partisi) parasetamol adalah 0,28 dan log P dua senyawa turunannya adalah 2,94.
Nilai MR (Molar Refractivity) parasetamol adalah 40,25 cm3/ mol dan nilai MR
dua senyawa turunan adalah 66,28 cm3/mol (Budiarti, 2014). Peningkatan harga
log P yang merupakan parameter lipofilik pada senyawa turunan menunjukkan
peningkatan penembusan senyawa kedalam

membarane biologis. Harga MR

merupakan parameter sifat sterik yang dapat mempengaruhi keserasian obatreseptor (Siswandono dan Susilowati, 2000).
Pada penelitian kali ini

untuk mendapatkan N-(4-hidroksifenil)-4-

metilpentanamida dilakukan modifikasi struktur senyawa p-aminofenol dengan
isovaleril klorida dengan melakukan reaksi asilasi dengan menempelkan gugus
amina menggunakan reaksi Schotten-Baumaan yang dimodifikasi. Sebagai pelarut
yang digunakan aseton yang merupakan pelarut semi polar yang mampu
melarutkan senyawa organik dan juga berbagai garam. Pelarut semi polar juga
lebih mendorong arah reaksi ke substitusi nukleofilik 2 karena tidak membantu
terjadinya ionisasi dibandingkan pelarut polar (air) yang mendorong reaksi
substitusi nukleofilik 1 karena terjadinya ionisasi ion (Fessenden & Fessenden,
1999).
Senyawa hasil sintesis kemudian dilakukan analisis dengan uji titik lebur,
kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer
inframerah dan spektroskopi magnet inti ('H-NMR). Uji aktivitas analgesik
dilakukan dengan memberikan senyawa penginduksi nyeri pada mencit secara
intraperitoneal dimana metode ini dikenal dengan uji geliat (writhing test).
Respon nyeri yang berupa konstriksi abdominal (geliat) diamati setelah pemberian

6

induksi nyeri selama 30 menit. Aktivitas analgesik dihitung dari frekuensi
geliat berdasarkan persentase hambatan nyeri.
Substitusi p-aminofenol dengan isovaleril klorida menghasilkan senyawa
N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida yang didapat dengan melakukan subtitusi
gugus nukleofil pada atom dapat dilihat pada :

p-aminofenol

isovaleril klorida

N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida

Gambar 1.2 Sintesis dari N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida

Senyawa hasil sintesis dilakukan uji organoleptis, uji kemurnian senyawa
dengan uji titik leleh dan kromatografi lapis tipis. Uji identifikasi struktur hasil
sintesis menggunakan spektrofotometer UV, spektrofotometer inframerah (IR),
dan spektrometer resonansi magnetik inti (1H-NMR). Sedangkan untuk pengujian
aktivitas analgesik, digunakan beberapa metode yaitu metode kimia (hewan coba
diberi bahan penginduksi nyeri seperti asam asetat, fenilkuinon, bradikinin),
metode panas (dengan cara pemanasan di hot plate), metode elektrik dengan
stimulasi listrik, metode mekanik (Vogel, 2002).
Pada penelitian ini, untuk menguji N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida
akan dilakukan pengujian aktivitas analgesik yang digunakan adalah metode
stimulasi kimiawi pada hewan coba. Metode ini dipilih karena senyawa kimia
yang akan diuji diasumsikan memiliki efek analgesik, yang mana nyeri terjadi
akibat induksi kimiawi berhubungan dengan faktor inflamasi. Respon nyeri yang
tampak akibat rangsangan kimia ini adalah menggeliatnya mencit setelah
pemberian senyawa penginduksi nyeri (asam asetat), metode ini disebut writhing
test (Vogel, 2002). Aktivitas analgesik senyawa uji ditentukan berdasakan

7

kemampuan menurunkan frekuensi respon nyeri yang dihitung sebagai
% hambatan nyeri pada suatu dosis tertentu. Potensi analgesik senyawa uji
dinyatakan dalam ED50.asala
h
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah senyawa N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida dapat dihasilkan
melalui sintesis struktur p-aminofenol dengan isovaleril klorida?
2. Apakah senyawa N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida mempunyai aktivitas
analgesik yang lebih besar dibandingkan parasetamol?

1.3
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan senyawa N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida melalui sintesis
struktur antara p-aminofenol dengan isovaleril klorida.
2. Mengetahui

aktivitas

analgesik

senyawaN-(4-hidroksifenil)-4-

metilpentanamida pada mencit (Mus musculus) dan membandingkan aktivitas
analgesiknya dengan parasetamol?

1.4
Hipotesis
1. Senyawa N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida dapats dihasilkan melalui
sintesis struktur antara p-aminofenol dengan isovaleril klorida.
2. Senyawa N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida memiliki aktivitas analgesik
pada mencit (Mus musculus) dan aktivitas analgesiknya lebih besar
dibandingkan dengan parasetamol.

1.5

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan senyawa baru yaitu

N-(4-hidroksifenil)-4-metilpentanamida yang merupakan golongan analgesik
dalam bidang farmasi, sehingga sintesis molekul obat akan meningkatkan usaha
dalam mendapatkan calon obat baru dengan aktivitas analgesik yang lebih besar
dari parasetamol sehingga dapat sebagai calon obat analgesik setelah melalui uji
praklinik