Identifikasi Masalah

3.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Perda Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 mengatakan bahwa Penataan Ruang Bertujuan untuk mewujudkan perkembangan kabupaten yang bertumpu pada sektor industri pengolahan, pertanian dan pariwisata berbasis pada potensi lokal yang berkelanjutan. Berdasarkan tujuan tersebut, yang menjadi salah satu fokusan utama untuk Berdasarkan Perda Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 mengatakan bahwa Penataan Ruang Bertujuan untuk mewujudkan perkembangan kabupaten yang bertumpu pada sektor industri pengolahan, pertanian dan pariwisata berbasis pada potensi lokal yang berkelanjutan. Berdasarkan tujuan tersebut, yang menjadi salah satu fokusan utama untuk

Berdasarkan Perda Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Jepara Pasal 6 ayat 1, Strategi pengembangan dan pemberdayaan industri mikro, kecil dan menengah dengan titik berat pada pengolahan hasil pertanian, kehutanan, bahan dasar hasil tambang, dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi:

1. mengembangkan industri mebel ukir, tenun ikat, konveksi, perhiasan, makanan, keramik dan rokok;

2. mengembangkan klaster-klaster industri;

3. mendorong peningkatan kegiatan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah;

4. mengembangkan pusat pengolahan hasil pertanian dan perikanan; dan

5. mengembangkan wilayah industri. Berdasarkan point-point diatas, point pertama mengatakan mengenai Industri mebel ukir. Berdasarkan berbagai sumber, industri mebel di Kabupaten jepara merupakan pendukung utama sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan. Industri mebel di kabupaten Jepara mampu menarik industri kecil lainnya. Akibat dari adanya industri mebel ini, industri-industri kecil yang berhubungan dengan inovasi terhadap produksi-produksi mebel bermunculan. Selain itu, industri mebel memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pendapatan daerah. Hal tersebut dapat dilihat dalam PDRB Kabupaten Jepara ADHK menurut lapangan usaha Tahun 2013-2015. Dalam dokumen PDRB tersebut, di tahun 2013 sektor industri Pengolahan memiliki hasil produksi sebesar 5.148.447,78 juta rupiah, di tahun 2014 sebesar 5.472.144,33 juta rupiah, dan 5.756.335,67 juta rupiah di tahun 2015. Berdasarkan angka hasil produksi tersebut, sektor industri merupakan sektor yang memiliki angka produksi terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Besarnya angka produksi sektor industri diakibatkan oleh unggulnya industri mebel. Akibat dari tingginya hasil produksi Industri mebel, Kabupaten Jepara mampu melayani pasar dalam negeri dan luar negeri dari hasil produksi mebel. Nilai eksport mebel di Kabupaten Jepara termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan dengan nilai eksport barang lainnya. Di Kabupaten Jepara, terdapat berbagai jenis hasil olahan dari kayu yang menjadikan industri mebel di Kabupaten Jepara memiliki nilai yang tinggi. Selain itu, Besarnya angka produksi sektor industri diakibatkan oleh unggulnya industri mebel. Akibat dari tingginya hasil produksi Industri mebel, Kabupaten Jepara mampu melayani pasar dalam negeri dan luar negeri dari hasil produksi mebel. Nilai eksport mebel di Kabupaten Jepara termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan dengan nilai eksport barang lainnya. Di Kabupaten Jepara, terdapat berbagai jenis hasil olahan dari kayu yang menjadikan industri mebel di Kabupaten Jepara memiliki nilai yang tinggi. Selain itu,

Namun, sangat disayangkan karena nilai produksi mebel semakin menurun. Hal tersebut diakibatkan oleh kelengkapan bahan baku khususnya kayu jati, efektifvitas kelembagaan dan persaingan terhadap industri mebel rendah, kualitas SDM rendah dalam pengolahan dan produksi mebel, rendahnya inovasi, sebagian besar pengrajin bekerja secara sendiri-sendiri mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pengadaan hingga pemasaran, serta Terbatasnya akses permodalan dari perbankan untuk IKM. Permasalahan lain yang menyebabkan turunnya angka produksi dan nilai mebel, diantaranya adalah Trend eksport Indonesia untuk industri mebel Kabupaten Jepara yang menurun dalam beberapa waktu terakhir, Sebagian besar sumber bahan baku dimpor dari daerah lain (Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi dan NTB), Munculnya kompetitor baru di pasar lokal maupun global (China, Vietnam, Filipina, dll), Perlunya sertifikasi dan HaKI terkait bahan baku yang ramah lingkunan dari lembaga sertifikasif internasional.

Berdasarkan berbagai hal diatas, pemecahan permasalahan mengenai menurunnya angka produksi produk mebel dapat diatasi dengan berbagai masalah. Salah satu rekomendasi untuk memcahkan permasalahan industri mebel dan menjadikan industri mebel sebagai sektor unggulan dalam mendukung perekonomian Kabupaten Jepara adalah kluster indusrti. Klaster Industri ditujukan pada industri-industri yang menghasilkan berbagai jenis produk mebel, pengolah bahan baku industri, penyedia bahan baku industri, dan sebagainya yang berhubungan dengan produksi mebel. Dengan konsep klaster industri, diharapkan angka produksi mebel meningkat kembali, dan dapat mendukung perekonomian Kabupaten Jepara kembali.