PENGATURAN PILKADA DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN SETELAH AMANDEMEN UUD NRI 1945 DI INDONESIA
C. Pemilihan kepala daerah dalam Undang Undang Nomor 22 tahun 2014
Dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota pada tanggal 2 Oktober 2014 oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia pada saat itu Amir Syamsudin melahirkan banyak sekali pro dan kontra karena pada intinya Undang Undang ini menetapkan bahwa Kepala Daerah baik itu Gubernur dan BupatiWalikota dipilih Dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota pada tanggal 2 Oktober 2014 oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia pada saat itu Amir Syamsudin melahirkan banyak sekali pro dan kontra karena pada intinya Undang Undang ini menetapkan bahwa Kepala Daerah baik itu Gubernur dan BupatiWalikota dipilih
Tapi masih menimbulkan kontra yang seolah-olah ketika Kepala Daerah dipilih oleh DPRD berarti telah membunuh prinsip demokrasi.
Lauddin Marsuni, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andi Djemma Palopo Sulawesi Selatan mengatakan, pemilihan kepala daerah melalui DPRD itu bertentang dengan UUD NRI 1945 yang menganut paham pemilihan langsung. Berdasarkan argumentasi konstitusional melalui pendekatan ilmu hukum dengan menggunakan penafsiran sistematis, terlihat UUD NRI 1945 menganut paham pemilukada. UUD NRI 1945 dalam penafsirannya terlihat pemilihan secara langsung untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pemilihan langsung anggota legislatif (DPR, DPD dan DPRD), pemilihan langsung Kepala Daerah (gubernur, bupati, dan wali kota) serta pemilihan langsung kepala desa. Lebih lanjut Lauddin Marsuni mengatakan pemilihan Kepala Daerah melalui DPRD sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2014 yang disetujui dalam rapat paripurna DPR RI, merupakan suatu yang inkonstitusional atau bertentangan dengan alinea IV Pembukaan UUD NRI 1945, Pasal 1 Ayat (2) dan Pasal 18 Ayat (4) UUD NRI 1945. Secara teoritis kedaulatan rakyat bermakna kekuasaan yang dimiliki oleh individu warga negara RI dalam hal penentuan pemerintahan negara dan bersifat tunggal, absolut, tertinggi, tidak terbagi-bagi dan tidak diwakilkan. Ia mengemukakan, kata demokratis
55 Pasal 3 ayat (1) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014; Gubernur dipilih oleh anggota DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas, terbuka, jujur, dan adil.
56 Pasal 3 ayat (2) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014; Bupati dan walikota dipilih oleh anggota DPRD kabupatenkota secara demokratis berdasar asas bebas, terbuka, jujur, dan 56 Pasal 3 ayat (2) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014; Bupati dan walikota dipilih oleh anggota DPRD kabupatenkota secara demokratis berdasar asas bebas, terbuka, jujur, dan
dirampas oleh DPR RI dan diserahkan ke DPRD. 57 Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Hamdan Zoelva 58 “Makna demokratis di sini tidak
ha rus dipilih la ngsung oleh ra kya t, a ka n teta pi dapa t juga berma kna dipilih oleh DPRD ya ng anggota -a nggota nya juga ha sil pemiliha n demokra tis mela lui pemilu ”. Dari perbedaan dua pendapat ini dapat kita lihat adanya pro dan kontra ketika UU ini diundangkan, meskipun pada akhirnya presiden Susilo Bambang Yodhoyono mengeluarkan perpu Nomor 1 Tahun 2014 sebagai pengganti UU ini.
Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD dapat kita lihat mekanismenya sesuai dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014. Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD diselenggarakan melalui dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi; 59
57 Lauddin Marsuni (Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andi Djemma Palopo Sulawesi Selatan) dalam situs berita http:www.antaranews.comberita455836pilkada -tak-
langsung-dinilai-bertentangan-uud diakses tanggal 23 April 2015
58 https:hamdanzoelva.wordpress.com20080315tinjauan-konstitusi-pemilihan-kepala-
daerah daerah
b. pengumuman pendaftaran bakal calon gubernur, bakal calon bupati, dan bakal calon walikota;
c. pendaftaran bakal calon gubernur, bakal calon bupati, dan bakal calon
walikota;
d. penelitian persyaratan administratif bakal calon gubernur, bakal calon bupati, dan bakal calon walikota; dan
e. uji publik
tahap pelaksanaan meliputi; 60
a. penyampaian visi dan misi;
b. pemungutan dan penghitungan suara; dan
c. penetapan hasil pemilihan. Dalam Undang Unang Nomor 22 Tahun 2014 ini, diatur pula peserta pemilih yang akan memilih Kepala Daerah di DPRD. Yang menjadi peserta pemilihan adalah calon gubernur, calon bupati, dan calon walikota yang diusulkan oleh fraksi atau gabungan fraksi di DPRD provinsi dan DPRD kabupatenkota danatau calon perseorangan dan juga anggota DPRD provinsi, DPRD kabupatenkota yang diusulkan sebagai calon gubernur, calon bupati dan calon
walikota mempunyai hak untuk memilih. 61 Untuk menjadi Kepala Daerah, seorang bakal calon Kepala Daerah harus juga memiliki ayarat-syarat tertentu
agar dapat menjadi seorang calon Gubernur, calon Bupati, dan calon Walikota.
60 Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014
Syarat utama adalah seorang warga Negara Indonesia dan dengan persyaratan lain sebagai berikut; 62
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;
d. telah mengikuti uji publik;
e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk calon gubernur dan 25
(dua puluh lima) tahun untuk calon bupati dan calon walikota;
f. mampu secara jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter;
g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di atas 5 (lima) tahun.
h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela; j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi; k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan memiliki laporan pajak
pribadi;
n. belum pernah menjabat sebagai gubernur, bupati, danatau walikota
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;
o. berhenti dari jabatannya bagi gubernur, bupati, dan walikota yang
mencalonkan diri di daerah lain.
p. tidak berstatus sebagai penjabat gubernur, penjabat bupati, dan penjabat
walikota;
q. tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana. r. memberitahukan pencalonannya sebagai gubernur, bupati, dan walikota
kepada Pimpinan DPR, DPD, atau DPRD bagi anggota DPR, DPD, atau DPRD;
s. mengundurkan diri sebagai anggota TNIPolri dan PNS sejak
mendaftarkan diri sebagai calon.
t. berhenti dari jabatan pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah; dan
u. tidak berstatus sebagai anggota Panlih gubernur, bupati, dan walikota
Sama halnya dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008. Dalam UU ini juga diatur mengenai syarat perseorangan untuk menjadi
Kepala Daerah. Ada jumlah tertentu pendukungnya untuk dijadikan calon Kepala Daerah. Jumlah tersebut berbeda antara Provinsi dan KabupatenKota. Berikut pengaturannya dalam bentuk tabel;
No. Daerah Pilkada
Syarat atau besaran dukungan
1. Provinsi
1. Provinsi
dengan jumlah
penduduk
sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung sekurang kurangnya 6,5 (enam koma lima persen);
2. Provinsi
dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua
sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa harus didukung
juta)
sekurang-kurangnya
5 (lima persen);
3. Provinsi
dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus
didukung
sekurang- sekurang-
penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung
sekurang-kurangnya
3 (tiga persen).
5. Jumlah dukungan harus tersebar
di lebih dari 50 (lima puluh persen) jumlah KabupatenKota di Provinsi
2. Kabupatenkota
1. Kabupatenkota dengan jumlah
250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 6,5 (enam koma lima persen);
2. kabupatenkota dengan jumlah
penduduk lebih dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 5 (lima persen);
3. kabupatenkota dengan jumlah 3. kabupatenkota dengan jumlah
sekurang-kurangnya
4 (empat persen);
4. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 3 (tiga persen).
5. Jumlah dukungan harus tersebar di lebih dari 50 (lima puluh persen) jumlah kecamatan di KabupatenKota.
Sumber : diolah dari pasal 14 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014
Dukungan harus dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai dengan fotokopi kartu tanda penduduk elektronik (KTP-El) atau surat keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dukungan diberikan
kepada satu calon perseorangan saja tidak lebih. 63
Dalam hal pemungutan suara, penghitungan suara, dan penetapan hasil pemungutan suara dalam pemilihan dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD Provinsi dan DPRD kabupatenkota. Pemungutan suara dilaksanakan 1 (satu) hari
setelah penyampaian visi dan misi. 64 Pemungutan suara dihadiri oleh paling sedikit 23 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD Provinsi dan DPRD
kabupatenkota. 65
Setiap anggota DPRD dalam memberikan suaranya untuk menentukan Kepala Daerah hanya kepada 1 (satu) calon gubernur, calon bupati, dan calon
walikota dan dilakukan dengan cara berdiri. 66
Penghitungan suara dilakukan oleh Panlih setelah pemungutan suara dinyatakan selesai. Penghitungan suara ini dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi setiap calon gubernur, calon bupati, dan calon walikota dapat menyaksikan secara jelas penghitungan suara. Berdasarkan penghitungan suara, Panlih menetapkan calon gubernur, calon bupati, dan calon walikota terpilih yang memperoleh suara terbanyak. Dalam hal hasil penghitungan suara terdapat jumlah suara yang sama, untuk menentukan calon gubernur, calon bupati, dan calon walikota terpilih dilakukan pemungutan suara ulang paling lambat 2 (dua) jam sejak hasil penghitungan suara putaran pertama diumumkan.Dalam hal hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih terdapat jumlah suara yang sama, dilakukan kembali pemungutan suara ulang paling lambat 2 (dua) jam sejak hasil penghitungan suara putaran kedua diumumkan.Dalam hal masih terdapat perolehan sama sebagaimana dimaksud
64 Pasal 28 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 65 Pasal 29 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014
pada ayat (3), pemenang ditentukan dengan mengkonversi perolehan suara hasil pemilihan umum dari masing-masing anggota DPRD yang memilih. Hasil perolehan suara dituangkan dalam Berita Acara. Hasil Pemilihan yang ditandatangani oleh paling sedikit 23 (dua pertiga) anggota Panlih dan saksi yang hadir. Apabila berita acara pemilihan tidak ditandatangani tanpa adanya alasan dan pengajuan keberatan secara jelas, tidak mengurangi keabsahan berita acara pemilihan. Berdasarkan berita acara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penetapan calon gubernur, calon bupati, dan calon walikota terpilih dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi dan DPRD kabupatenkota. Berita acara danatau Keputusan DPRD Provinsi dan DPRD kabupatenkota ditembuskan kepada Menteri untuk pemilihan gubernur dan kepada gubernur untuk pemilihan bupati dan walikota. Dalam hal terjadi pelanggaran hukum pada proses Pemilihan, penyelesaiannya ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 67
Pengesahan calon gubernur diusulkan dengan surat pimpinan DPRD provinsi kepada Presiden melalui Menteri paling lambat 3 (tiga) hari setelah keputusan DPRD provinsi tentang penetapan calon gubernur. Pengesahan calon bupati, dan calon walikota diusulkan dengan surat pimpinan DPRD kabupatenkota kepada Menteri melalui gubernur paling lambat 3 (tiga) hari setelah keputusan DPRD kabupatenkota tentang penetapan calon bupati dan calon walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan dokumen administratif
seluruh tahapan dalam pemilihan. Menteri meneruskan usulan pengesahan calon gubernur terpilih kepada Presiden paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima usulan dari DPRD Provinsi. Gubernur meneruskan usulan pengesahan calon bupati dan walikota terpilih kepada Menteri paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima usulan DPRD kabupatenkota. Dalam hal Gubernur danatau pimpinan DPRD provinsi tidak menyampaikan usulan pengesahan, Menteri menindaklanjuti pengesahan gubernur kepada Presiden berdasarkan pada berita acara danatau keputusan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. Dalam hal BupatiWalikota danatau pimpinan DPRD kabupatenkota tidak menyampaikan usulan pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur menindaklanjuti pengesahan bupatiwakil bupati dan walikotawakil walikota kepada Menteri berdasarkan pada berita acara danatau keputusan DPRD
kabupatenkota. 68
Dalam menjalankan roda pemerintahan,Gubernur, Bupati, dan Walikota dibantu oleh Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota. 69 Untuk
menjadi seorang wakil Kepala Daerah pun dibutuhkan beberapa syarat dalam UU ini. Selain warga negara Republik Indonesia, syarat lain harus dipenuhi agar dapat ditetapkan menjadi calon Wakil Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil
Walikota adalah sebagai berikut: 70
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah Pusat;
68 Pasal 34 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 69 Pasal 44 ayat 1 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 68 Pasal 34 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014 69 Pasal 44 ayat 1 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014
d. mempunyai kecakapan dan pengalaman pekerjaan yang cukup di bidang pelayanan publik;
e. calon wakil gubernur, calon wakil bupati, dan calon wakil walikota yang
berasal dari pegawai negeri sipil (PNS) dengan golongan kepangkatan sekurang-kurangnya IVc untuk calon wakil gubernur, dan golongan kepangkatan sekurang-kurangnya IVb untuk calon wakil bupati wakil walikota dan pernah atau sedang menduduki jabatan eselon IIa untuk calon wakil gubernur dan eselon IIb untuk calon wakil bupati dan calon wakil walikota;
f. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk calon wakil gubernur dan 25 (dua puluh lima) tahun untuk calon wakil bupatiwalikota;
g. mampu secara jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter Daerah;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di atas 5 (lima) tahun;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan; k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan laporan pajak pribadi; n. tidak memiliki konflik kepentingan dengan gubernur, bupati, dan walikota
tidak memiliki ikatan perkawinan atau garis keturunan 1 (satu) tingkat lurus ke atas, ke bawah dan ke samping dengan gubernur, bupati, dan walikota;
o. calon wakil gubernur, calon wakil bupati, dan calon wakil walikota yang
berasal dari pegawai negeri sipil (PNS) tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai kepegawaian;
p. calon wakil gubernur, calon wakil bupati, dan calon wakil walikota yang
berasal dari pegawai negeri sipil (PNS) menyerahkan surat pernyataan mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil (PNS) sejak pendaftaran; dan
q. menyerahkan daftar riwayat hidup
Dalam UU ini juga diatur mengenai syarat perseorangan untuk menjadi Kepala Daerah. Ada jumlah tertentu pendukungnya untuk dijadikan calon Kepala
Daerah. Jumlah tersebut berbeda antara Provinsi dan KabupatenKota. Berikut pengaturannya dalam bentuk tabel;
No. Daerah Pilkada
Syarat atau besaran dukungan
1. Provinsi
1. Daerah provinsi dengan jumlah penduduk
sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa tidak memiliki wakil gubernur
2. Daerah provinsi dengan jumlah penduduk di atas 1.000.000 (satu juta) jiwa sampai dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa memiliki
1 (satu) wakil
gubernur;
3. Daerah provinsi dengan jumlah penduduk di atas 3.000.000 (tiga juta) sampai dengan 10.000.000 (sepuluh juta) juta jiwa dapat memiliki
2 (dua) wakil
gubernur;
4. Daerah provinsi dengan jumlah penduduk di atas 10.000.000 (sepuluh juta)
jiwa dapat
memiliki
3 (tiga) wakil 3 (tiga) wakil
2. Kabupatenkota
1. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk
sampai dengan 100.000 (seratus ribu) jiwa tidak
memiliki wakil
bupatiwalikota;
2. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk di atas 100.000 (seratus ribu) jiwa sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa memiliki
1 (satu) wakil bupatiwalikota;
dengan jumlah penduduk di atas 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa dapat memiliki 2 (dua) wakil bupatiwalikota.
3. Kabupatenkota
Sumber : diolah dari pasal 45 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014
Pengisian wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelantikan gubernur, bupati, dan walikota. Masa jabatan wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota berakhir bersamaan dengan masa jabatan gubernur, bupati, dan walikota. Wakil gubernur, Pengisian wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelantikan gubernur, bupati, dan walikota. Masa jabatan wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota berakhir bersamaan dengan masa jabatan gubernur, bupati, dan walikota. Wakil gubernur,
Wakil gubernur diangkat oleh Presiden berdasarkan usulan gubernur melalui Menteri. Wakil bupati dan wakil walikota diangkat oleh Menteri berdasarkan usulan bupatiwalikota melalui gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota), diusulkan paling lambat lama 15 (lima belas) hari setelah pelantikan gubernur, bupati, dan walikota. Gubernur, bupati, dan walikota wajib mengusulkan calon wakil gubernur, calon
wakil bupati, dan calon wakil walikota. 72
Wakil gubernur dilantik oleh gubernur. Wakil bupati dilantik oleh bupati dan wakil walikota dilantik oleh walikota.Dalam hal wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota tidak dilantik, wakil gubernur dilantik oleh Menteri dan wakil bupati dan wakil walikota dilantik oleh gubernur. Dalam hal wakil bupati dan wakil walikota tidak, wakil bupati dan wakil walikota dilantik oleh Menteri. 73
D. Pengaturan pemilihan kepala daerah dalam undang-undang nomor 1 tahun 2015
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor Tahun 2014 Menjadi Undang Undang diundangkan pada tanggal 2 Februari 2015 oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Yasonna H. Laoly di Jakarta. Kita dapat melihat landasan dasar dikeluarkannya Undang-undang ini dalam bagian menimbang, yaitu:
71 Pasal 47 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2014 72 Pasal 48 Undang Nomor 1 Tahun 2015 71 Pasal 47 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2014 72 Pasal 48 Undang Nomor 1 Tahun 2015
18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat serta demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat wajib dihormati sebagai syarat utama pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
b. bahwa kedaulatan rakyat dan demokrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditegaskan dengan pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota secara langsung oleh rakyat, dengan tetap
melakukan beberapa perbaikan mendasar atas berbagai permasalahan pemilihan langsung yang selama ini telah dijalankan;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang mengatur mekanisme pemilihan kepala daerah secara tidak langsung melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah mendapatkan penolakan yang luas oleh rakyat dan proses pengambilan keputusannya
telah menimbulkan persoalan serta
kegentingan yang memaksa sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138PUU-VII2009;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.
Dapat kita lihat pada hurud c dikatakan bahwa Undang Undang Nomor
22 Tahun 2014 mendapat penolakan dari masyarakat luas sehingga Undang Undang ini dibuat untuk pengesahan Peraturan Perundang Undangan Nomor 1 Tahun 2014 yang dikeluarkan Oleh Presiden Susilo Bambang Yodhoyono pada saat itu. Dengan ditetapkan nya peraturan perundangan tersebut menjadi undang- undang, maka undang-undang ini lah yang menjadi peraturan mengenai pemilihan kepala daerah di Indonesia.
Jika di lihat dari isi peraturan perundang-undang ini, sangat bertolak belakang dari isi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014, dalam perpu yang ditetapkan oleh Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015, pemilihan kepala daerah dilakukan langsung oleh rakyat tidak melalui DPRD seperti yang terdiatur dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 2014.
Dalam UU ini keberadaan Pemilukada sebagai sistem pemilihan Kepala
Daerah dapat dilihat pada pasal 1 angka 1 yang isinya “Pemilihan Gubernur,
Bupa ti, da n Wa likota ya ng sela njutnya disebut Pemiliha n a da lah pela ksa na an keda ula ta n ra kya t di Provinsi da n Ka bupa tenKota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis”. Tidak terdapat banyak