Pengertian Demokrasi

A. Pengertian Demokrasi

  Secara etimologi, asal kata demokrasi berasal dari bahasa latin, yakni demos 74 yang artinya rakyat dan kratos yang artinya berkuasakekuasaan.

  Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 75 merumuskan demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta

  memerintah dengan perantaraan wakilnya (pemerintahan rakyat), demokrasi juga berarti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

  Sedangkan secara epistimologi, istilah demokrasi dapat dikemukakan oleh beberapa tokoh yang tentu memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda diantara para ahli. Hal ini didasari pada sudut pandang masing-masing terhadap makna demokrasi tersbut yang berbeda-beda pula. H.L. Mencken menyebutkan demokrasi adalah sebuah teori yang mana rakyat tahu apa yang mereka butuhkan dan pantas dapatkan sangat berat, sedangkan G.B Shaw mengatakan bahwa demokrasi adalah pemilu pengganti oleh pihak yang tidak

  kompeten dimana banyak kesepakatan yang diselewengkan 76 . Lebih lagi E.E

  74 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

  2008, hal. 50.

  75 Depertemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

  Jakarta, hal. 205.

  76 Abdy Yuhana , Sistem ketatanegaraan Indonesia pasca perubahan UUD 1945 ,

  Schattshneider memberikan pengertian terhadap demokrasi dalam sistem poltik yang kompetitif yang dimana terdapat persaingan antara para pemimpin dan organisasi organisasi dalam menjabarkan alternatif-alternatif kebijakan publik

  sehingga publik dapat turut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. 77 Maurice Duverger memberikan pengertian demokrasi merupakan cara

  pemerintahan, dimana golongan yang diperintah adalah sama dan tidak terpisah- pisah, yaitu sistem pemerintahan negara dimana dalam pokoknya semua orang (rakyat) mempunyai hak yang sama untuk memerintah dan juga untuk

  diperintah. 78

  Dalam pandangan tokoh Indonesia,Soekarno mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat, cara pemerintahan yang memberi hak kepada semua rakyat untuk memerintah. Sementara itu Muhammad Hatta mengartikan demokrasi adalah keyakinan keadilan segenap bangsa Indonesia, yaitu keyakinan Indonesia sejati. Keyakinan ini menjadi semboyan semua partai di Indonesia, dan menjadi dasar sususan Indonesia merdeka. Pandangan ini mengemuka sebagai reaksi atas penolakannya terhadap demokrasi ala barat, yang bukan merupakan kebudayaan dan tidak didasari Indonesia. Mohammad Natsir mengatakan demokrasi merupakan dasar hidup yang kuat dalam hati seluruh bangsa Indonesia. Sementara itu, Tatu Vanhannen menyebutkan bahwa demokrasi adalah sistem poltik dimana kelompok-kelompok yang berbeda secara legal merupkan entitas yang berhak berkompetisi untuk mengejar kekuasaan dan dimana

  rakyat dan

  77 Ibid. 78 Faisal Akbar Nasutuon, Pemerintah Daerah dan Sumber Sumber Pendapatan 77 Ibid. 78 Faisal Akbar Nasutuon, Pemerintah Daerah dan Sumber Sumber Pendapatan

  menempatkan rakyat pada posisi yang penting dalam pengelolaan pengambilan keputusan dan kontrol. 80

  Pada gilirannya teorisasi demokrasi tersebut melahirkan dua pendekatan yang lazim digunakan apabila hendak menjelaskan konsep demokrasi, yaitu pendekatan klasik normatif yang juga dikenal sebagai pendekatan substantif dan pendekatan empiris-minimalis atau juga dikenal dengan pendekatan prosedural. Dalam ilmu poltik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi; pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik. Untuk pemahaman yang terakhir ini disebut juga sebagai procedural demokracy.

  Pendekatan klasik normatif memahami demokrasi sebagai sumber wewenang dan tujuan, sementara pendekatan empiris minimalis lebih menekankan pada sistem potik yang dibangun, pendekatan klasik normatif lebih banyak membicarakan ide-ide dan model-model demokrasisecara substantif dan ummunya mendefinisikan demokrasi sebgai istilah kehendak rakyat sebagai

  sumber alat untuk mencapai kebaikan bersama. 81 Pada umumnya pendefenisian demokrasi diletakkan pada sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan

  untuk rakyat. Bukan para aritokrat, kaum monarki, birokrat, para ahli ataupun para pemimpin agama. 82

  79 Ibid. , hal. 36. 80 Ibid

  81 Suyatno, Menjela jahi Demokrasi , Liebe book, Yokyakarta, 2004, hal. 37.