KATA PENGANTAR
C. Desa Maju Masyarakat menjadi Literat
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 yang dimaksud dengan Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
pemerintahan, kepentingan
mengurus
urusan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Amalia dan Syawie, 2015:177).
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
Pada tataran praktis, pembangunan pedesaan
untuk menggurui
bukan
dimaksudkan
tetapi memberdayakan mereka secara professional dan adil. Pembangunan pedesaan adalah suatu proses yang berusaha memperkuat community self reliance atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat desa sebaiknya dibantu, didampingi, dan difasilitasi untuk melakukan analisis dan masalah yang dihadapi. Untuk menemukan solusi masalah tersebut dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki, menciptakan aktivitas dengan kemampuannya sendiri.
masyarakat
desa,
Sama halnya dengan gagasan tentang literasi untuk masyarakat pada umumnya, dan Gorontalo pada khususnya merupakan suatu ikhtiar kecil untuk mewujudkan daerah ini menjadi daerah yang mandiri dan literat di semua lini kehidupan. Artinya tidak ada yang
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca
Bangsa yang berilmu dapat dikatakan sebagai bangsa yang literat, karena ilmu yang didapatkan oleh masyarakatnya adalah hasil dari membaca, observasi, diskusi dengan orang yang menurutnya bisa dijadikan sebagai sumber informasi. Orang yang literat, pasti haus akan informasi dan pengetahuan terbaru.
Bahkan mereka dapat menjadikan setiap situasi dan kondisi sebagai sumber belajar, dan setiap orang dimintai pendapat, tanggapan, atau jawaban sebagai gurunya. Dengan demikian, masyarakat literat adalah manusia yang bermental pembelajar.
Dengan demikian, literasi tidak hanya diartikan sebagai aktivitas membaca dan menulis
tetapi mencakup keberpahaman pada bidang-bidang tertentu, mampu memilih dan memilah informasi,
saja,
akan
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
berbudaya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
71
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
Bagian Ketujuh
Penutup
Kegiatan membaca sudah seharusnya dijadikan sebagai budaya di dalam keluarga yang harus dibina dan dikembangkan, karena dengan
semua dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang dunia.
membaca,
kita
Alangkah eloknya jika setiap warga baca membeli atau menyediakan buku-buku bacaan yang dapat menghiasi ruang-ruang yang ada di dalam rumah.
Apabila sarana prasarana yang dapat mendukung kebiasaan membaca, maka langkah selanjutnya adalah membudayakan kegiatan membaca. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memupuk kebiasaan membaca, yaitu sebagi beriku.
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca
1. Bangkitkan motivasi dalam diri Anda untuk membaca buku.
2. Buat diri Anda terpaksa untuk membaca buku.
3. Mulailah membaca buku pada karya yang Anda sukai.
4. Bergabunglah dengan komunitas membaca buku.
5. Luangkan waktu khusus untuk membaca buku minimal 15 menit setiap hari
6. Tulislah apa yang And abaca dan publikasikan. Disadari bahwa betapa rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia dibadingkan dengan negara-negara maju di dunia. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik dengan menjadikan kebiasaan membaca menjadi budaya. Untuk itu, mulailah dari diri sendiri, dan jika memungkinkan diajurkan
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
untuk menularkan virus membaca kepada orang lain.
Kemajuan atau perkembangan suatu negara ditandai oleh warga negaranya yang memiliki minat baca yang tinggi. Kondisi tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah perpustakaan yang tersebar ke seluruh penjuru negeri serta banyaknya jumlah buku yang diterbitkan di negara tersebut per tahunnya.
75
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
Daftar Pustaka
Ambarwati, Ari. (2017). Penguatan Karakter
Gemar Membaca melalui Cerpen Humor untuk Anak Sekolah Dasar. (Artikel) https://www.researchgate.net/publicat ion/318381515_PENGUATAN_KARAKT ER_GEMAR_MEMBACA_MELALUI_CER PEN_HUMOR_UNTUK_ANAK_SEKOLAH _DASAR (Diakses 16 Oktober 2017).
Hermawan, Rachman.
Etika
Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Nanang, Ismail. (2009). Hakikat Membaca.
http://dc227.4shared.com/img/971uU rMv/preview.html
15 November 2017) Noer,
Menciptakan Waktu untuk Membaca
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca
Sehari-Hari (Artikel) https://www.membacacepat.com/ artikel/waktu-membaca/ (Diakses 17 Oktober 2018).
Tempo.co. (2015). Waktu Baca Masyarakat Indonesia Hanya 2-4 Jam Per Hari. https://nasional.tempo.co/read/71431 5/waktu-baca-masyarakat-indonesia- hanya-2-4-jam-per-hari (Diakses 11 Oktober 2017).
Tohardi, Ahmad. (2002). Pemahaman Praktis Management Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Bandung: CV. Mandar Maju.
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3. Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Utomo, Teguh Prasetyo. (2016). Mencerdaskan Dan
Memberdayakan Masyarakat Melalui
Perpustakaan Desa. (Disampaikan dalam Acara Launching
dan Sosialisasi Perpustakaan Desa “Wiji
Dr. Muslimin, S.Pd., M.Pd.
Pustaka” Desa Wijirejo, Kec. Pandak, Kab.
Bantul,
DIY)
http://pustakawanjogja.blogspot.com/ 2016/06/mencerdaskan-dan- memberdayakan.html
12 November 2017). Wiedarti, Pangesti. (2016). Desain Induk
(Diakses
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta. Dirjendikdasmen.
Yusup, Pawit M. & Encang Saepuddin. (2017)
Nilai-nilai Praksis Perpustakaan Desa dan Perpustakaan Masyarakat di Jawa Barat. RECORD AND LIBRARY Journal. e-ISSN 2442-5168, Volume 3, Nomor 2, Juli – Desember 2017.
Zaif. (2011).
Siswa. http://wordpress.com (Diakses
79
Menumbukan Budaya Literasi dan Minat Baca