Hakikat Konseling

c. Hakikat Konseling

Fokus konseling adalah pribadi dan masyarakat bukan masalah konseli. Yang Fokus konseling adalah pribadi dan masyarakat bukan masalah konseli. Yang

bukan

masalahnya.

Karena A. PROSES KONSELING

konseling ini berkeyakinan, bila manusianya

1. Tujuan Konseling

menjadi pribadi khaira ummah maka masalah Tujuan konseling adalah membantu tersebut dengan sendirinya mampu teratasi.

individu memperbaiki nafsu amarah, yang selalu Misalnya, kalau orang tersebut sudah baik, maka

mengajak kepada keburukan menjadi pribadi dia akan berhenti dengan sendirinya berjudi.

khaira ummah yaitu pribadi yang selalu Titik tolaknya masa sekarang untuk

mengajak kepada kebaikan, mencegah kepada meraih kehidupan di masa depan yang lebih baik,

kemungkaran, dan beriman kepada Allah SWT. bukan masa lalu konseli. Konselor tidak akan

2. Situasi Hubungan

Interaksi dalam konseling antara Sang memandang dan mempermasalahkan masa lalu Murabbi (Kiai) dan santri harus seimbang dan konseli. Masa lalu dalam konseling ini sebagai bersifat lahir-batin menyatunya hati dan sikap wahana muhasabah, merenungi diri untuk

antara Murabbi (Kiai) dan santri. Dengan melakukan pertobatan dan sebagai pijakan bagi

demikian, mementingkan kualitas hubungan konseli. Yang dipentingkan dalam konseling ini

yang baik dalam konseling. Dalam proses adalah niat dan prosesnya bukan sekadar hasil.

konseling, menyeimbangkan seluruh unsur dan Sebab konseling ini berkeyakinan tugas konselor

potensi yang berada dalam diri Murabbi (Kiai), dan konseli adalah berusaha sedang yang santri, dan lingkungan serta mengacu kepada menentukan hasilnya adalah Tuhan.

kemaslahatan umat.

Peran konseling

Prosedur Konseling

memperbaiki nafsu

amarah, yang selalu

menjalin hubungan. Pada mengajak

tahapan ini Sang Murabbi (Kiai) mengadakan mujahadah, riyadhah, sikap takwa, dan mengacu

santri. Kedua, kepada kemashlahatan) menjadi pribadi khaira

hubungan

dengan

mengembangkan hubungan. Pada tahapan ini ummah. Jika tasawuf lebih bersifat pembersihan

santri harus dilibatkan dalam beberapa kegiatan jiwa, konseling lebih bersifat lahiriyah dan

yang intinya untuk mengakrabkan hubungan menggunakan pikiran sehat.

dengan Sang Murabbi (Kiai). Pada tahapan ini, Menurut Al-Ghazali (2006) Kunci untuk

Sang Murabbi (Kiai) juga harus menganalisis mengendalikan nafsu agar menjadi baik dengan

keberadaan santri. Ketiga, intervensi. Sang sikap takwa. Takwa dapat berupa membersihkan

Murabbi (Kiai)memberikan layanan konseling hati dari kemusyrikan, bid’ah, maksiat, dan dengan menggunakan teknik sesuai keberadaan kejahatan-kejahatan

santri yang berorientasi kepada kemaslahatan. mengemukakan

4. Teknik Konseling

dengan mujahadah (pelatihan yang berorientasi

a. Keteladanan

lahiriyah) dan riyadhah (pelatihan

Sang Murabbi (Kiai) menjadi suri tauladan berorientasi ruhaniyah). Sebab akhlak menurut

yang

yang baik bagi para santrinya. Melalui Al-Ghazali (2000) Kesesuaian sikap lahiriyah

keteladanan, Kiai dapat mendidik, membimbing, dan batiniyah. Akhlak adalah ungkapan jiwa

dan mengarahkan santrinya tanpa merasa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah

santrinya di arahkan. Artinya, Kiai sebagai tanpa direncanakan dan dipaksakan. Namun

seorang guru dan kelihatannya tanpa menggurui pemaksaan diri melalui pelatihan merupakan

santrinya. Santri diberikan petunjuk dan dituntun metode untuk menghasilkan akhlak. Pada

meniti jalan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri tahapan awalnya memang terasa “pemaksaan”

dan orang lain.

tapi akhirnya menjadi tabiat dan kebiasaan. Dari

b. Memberi perhatian

uraian Al-Ghazali tersebut, terdapat “celah” bagi

(Kiai) memberikan konseling untuk masuk ke dalam pintu

Sang

Murabbi

perhatian kepada santrinya karena perhatian mujahadah pada proses memperbaiki konseli

merupakan siraman rohani bagi para santri. Kiai sehingga menjadi pribadi khairah ummah.

memberikan

perhatian untuk menguatkan perhatian untuk menguatkan

Dengan mengetahui tradisi pesantren akan

c. Memberi pujian

budaya Pondok Pemberian pujian erat kaitannya dengan

memahami

nilai-nilai

Pesantrenyang dapat diserap dalam konseling pemberian perhatian. Sang Murabbi (Kiai)

sehingga memudahkan dalam proses konseling. memberikan pujian kepada santrinya bila santri

tersebut berprestasi dengan memberikan hadiah

DAFTAR RUJUKAN

agar bisa meningkatkan serta mempertahankan

Al-Qur’an.

prestasi yang telah didapatkannya. Selain itu, Alawi, A.H. tt. Sullam at-Taufiq. Surabaya: Maktabah Kiai juga memberikan reinforcement berupa

al-Hidayah.

wejangan-wejangan yang positif dan konstruktif Al-Ghazali, A.H. 2000. Prinsip Dasar Agama bagi santri yang gagal dalam berprestasi supaya

Terjemah Kitabul Al-Arba’in fii Ushuliddin. lebih giat dalam mencari dan belajar ilmu,

Terjemah Zaid Husaein Alhamid. Jakarta: mengamalkan,

Pustaka Al-Amani.

persaingan secara sehat. _____________ . 2006. Metode Menjernihkan Nurani Terjemah Minhajul ‘Abidin. Terjemahan