Proceeding Seminar Konseling Berbasis Multikultural 2015
TIM PENYUNTING
Ketua : Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons Sekretaris
: Mulawarman, Ph.D
Anggota
: 1. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si
2. Sunawan, Ph.D
3. Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.
4. Drs. Heru Mugiarso, M.Pd., Kons
5. Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons Layout
: 1. Sigit Hariyadi, S.Pd., M.Pd
2. Zaki Nurul Amin, S.Pd
3. Annas Prasetyo
4. Najibulloh Faozi
PROCEEDING Konseling Berbasis Multikultural
ISBN : 978-602-18084-3-6 @2015, Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
Diterbitkan oleh : Fakultas ILmu Pendidikan UNNES Alamat
: Gd. A2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Telp
Laman
: http://bk.unnes.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat Berkat dan Rahmat serta karunia-Nya, sehingga penyusunan proseding ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Panitia bersyukur bahwa proseding ini dapat hadir di hadapan para pembaca yang budiman. Ide dasar penyusunan proseding makalah seminar nasional Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang adalah sebagai rasa tanggung jawab akademik dan professional untuk menumbuh kembangkan kualitas pelayanan konseling agar mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas serta kemajuan profesi bimbingan dan konseling di Indonesia.
Pada seminar nasional Bimbingan dan Konseling kali ini mengambil tema ; “Konseling Berbasis Multikultural ”. Tujuan dari kegiatan ini adalah mampu meningkatkan profesionalitas
konselor dalam bidang kajian lintas budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai upaya tindak lanjut dari kegiatan ini, maka artikel yang masuk dalam kegiatan seminar ini dipublikasikan dalam bentuk proseding agar selanjutnya dapat dengan mudah dibaca oleh banyak kalangan. Dalam proseding ini terdapat 29 artikel atau makalah yang terdiri dari 3 bagian yaitu makalah dari pembicara utama dan makalah yang bersumber dari para kontributor.
Terselenggaraanya seminar nasional ini sampai tersusunnya prosiding ini berkat kerja sama dengan berbagai pihk. Oleh karenanya penyunting bermaksud menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak:
1. Para partisipan yang telah menyumbangkan ide dan gagasannya dalam artikel yang ada guna mendukung kegiatan seminar dan kemajuan pelayanan serta profesi bimbingan dan konseling.
2. Redaksi dan penyunting yang telah bekerja keras sehingga prosiding semnas ini bisa diterbitkan Penyunting menyadari masih terdapat kekurangan di sana-sini baik dari
penyelenggaraan seminar maupun prosiding ini. Oleh karena itu diharapkan balikan, diskusi dan ulasan yang membangun dari berbagai pihak. Namun demikian diharapkan prosiding ini dapat berkontribusi terhadap terselenggaranya Ujian Nasional yang bebas, jujur dan akuntabel dan pengayaan kajian ilmiah, khusunya, di bidang Bimbingan Konseling.
Semarang, Mei 2013 Penyunting
BAB XIV Sang Murabbi: Konseling Kiai di Lingkungan Pondok Pesantren ........................... 106
Galang Surya Gumilang, M.Pd
BAB XV Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pemahaman Multikultural dalam Bimbingan Konseling .................................................................................... 115
Dra. Sri Muji Wahyuti, M.Pd., Kons
BAB XVI Konseling Individu Bagi Penderita Tuna Rungu Wicara di Sekolah Inklusif Berbasis Multikultural .............................................................................................. 123
Drs. Tawil, Drs. Arie Supriyatno, M.Si, & Danang Suryanto
BAB XVII Profil Kompetensi Kultural pada Mahasiswa Filipina .............................................. 128
Lutfhi Noorfitriyani, S.Pd
BAB XVIII Inventori Berbasis Budaya Sebagai Alat untuk Memahami Individu ....................... 135
Amin Wahyudi, M.Pd., Agus Supriyanto., M.Pd
BAB XIX Telaah Karakter Ideal Konselor Berdasarkan Tokoh Punakawan Semar ................. 142
Wahyu Nanda Eka Saputra, Caraka Putra Bhakti
BAB XX Upaya Pengembangan Pelatihan Peningkatkan Kompetensi Berbasis Budaya Guru Bk di Sekolah ............................................................................................................ 148
Dr. Awalya, M.Pd., Kons
BAB XXI Rekonstruksi Konseling Personal............................................................................. 159
Dwi Bhakti Indri M, S.Pd
BAB XI Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Budaya Lokan Samin Surosentiko Peluang dan Penerapanya Dalam Praktik ................................................................. 166
Gudnanto, S.Pd, M.Pd, Kons
BAB XXIII Pengembangan Kompetensi Kesadaran Multikultural Konselor Melalui Pengembangan Keterampilan Metakognitif Konselor .............................................. 172
Umi Rahayu Fitriyanah, S. Pd
BAB XXIV Membangun Kultur Sekolah Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling .............. 179
Agus Basuki
BAB XXV Pendidikan Multikultural untuk Anak Usia Dini ...................................................... 187
Marini, S.Pd, M.Pd
BAB XXVI Perilaku Prososial Ditinjau dari Aspek Budaya Jawa ............................................... 193
Rischa Pramudia Trisnani & Tyas Martika Anggriana
BAB XXVII Menjadi Konselor Multikultural Bagi ABK (Tuna Daksa) ..................................... 200
Sugesti Yoan Ahmad Yani & Syafrina Maula Tsaniah
BAB XXVIII Kepribadian Orang Jawa dan Praktik Indegenous Dalam Bimbingan dan Konseling .................................................................................................................. 206
Muya Barida, M.Pd, Ulfa Danni Rosada, M.Pd
BAB XXIX Optimalisasi Budaya Positif Teman Sebaya Melalui Model Bimbingan Teman Sebaya (Bts) dalam Mencegah Perilaku Seks Pranikah Remaja .............................. 215
Seminar Nasional KONSELING BERBASIS MULTIKULTURAL BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNNES KAUNSELING BERASASKAN PELBAGAI BUDAYA
Dato’ Dr Abd Halim Mohd Hussin Pengarah Bahagian Pengurusan Psikologi, Jabatan Perkhidmatan Awam Malaysia
Presiden Persatuan Kaunseling Malaysia ( PERKAMA International)
memenuhi norma
masyarakat.
budaya mesti perkara penting yang perlu diberi perhatian oleh
Aspek kepelbagaian budaya merupakan
Kaunselor
pelbagai
kepakaran yang kaunselor dalam memastikan penyampaian
merangkumi aspek kepercayaan dan sikap, perkhidmatan yang berkesan diberikan kepada
kefahaman dan pengetahuan, dan kemahiran klien. Dalam konteks kaunseling pelbagai
(Baruth & Manning, 1991;Lee, 95). budaya, ia merujuk kepada kaunseling yang
Dari perspektif Metatheoretical, semua melibatkan kaunselor dan klien dari latar
kaedah membantu akhirnya wujud dalam belakang budaya yang berbeza sama ada berbeza
(1997) dalam etnik, agama, usia, kelompok sosial, status
pembicaraannya berhubung dengan hubungan ekonomi
kaunseling mengupas mendefinisikan kaunseling pelbagai budaya
atau jantina.
pendekatan dan kaedah-kaedah membantu berlaku apabila kaunselor dan klien berbeza dari
dari pelbagai teori. Berdasarkan analisis teori segi budaya, berkerja samaada dalam budaya
ke atas teori-teori yang mantap dan kukuh klien, budaya kaunselor atau di satu budaya
mendapati bahawa apa juga kaedah hubungan ketiga.
membantu akhirnya banyak dipengaruhi oleh menyatakan “counseling in which the counselor and
Manakala Jackson
pula
budaya samada terlihat secara ekstrinsik client are culturally different because of the socialization
maupun intrinsik.
acquired in distinct cultural, subcultural, racio-etnic, or socioeconomic environment differences and similarities
ORIENTASI KOGNITIF
may be real or perceived”. Halim
Kaunseling pelbagai budaya merangkumi kaunseling silang budaya ( multikultural) bukan
isu-isu intrinsik serta psikologi mikro yang sahaja wujud dalam perbezaan antara kaunselor
melibatkan orientasi kognitif, aplikasi emosi oleh dan klien dari segi umur, ras, etnik, gender dan
individu serta respons ketingkahlakuan yang kepercayaan, malah ianya melewati dari segi
saling berinteraksi dalam membuat keputusan kancah masalah dan kesukaran hidup yang
(Halim,2010). Dengan itu seseorang kaunselor dialami oleh klien. Sebagai contoh, seorang
yang mengendalikan sesebuah sesi kaunseling penagih dadah (klien kecanduan narkoba)
budaya perlu misalnya sudah tentu mempunyai paradigm dan
mengambilkira aspek orientasi kognitif kliennya parameter pemikiran dan emosi yang jauh
kerana apa juga pemikiran, perasaan dan berbeza dengan individu yang boleh berfungsi
tingkahlaku yang terhasil dalam kehidupan klien adalah dipengaruhi oleh orientasi kognitifnya.
kematangan, kelas sosio ekonomi, sejarah
PENGARUH PERSEKITARAN MAKRO
keluarga dan juga lokasi geografi. Langkah
DAN MIKRO
pertama dalam menentukan keberkesanan kaunseling berasaskan kepelbagaian budaya ialah Kefahaman
untuk mengenalpasti dan mengiktiraf perbezaan persekitaran hidup klien secara umum dan
tentang
bagaimana
antara kaunselor dan klien. terperinci menyumbang kepada pembentukan personaliti klien. Oleh yang demikian seorang
Mengenalpasti Perbezaan Budaya
kaunselor yang mempunyai kompetensi dalam Salah satu daripada langkah yang perlu silang budaya akan berupaya mengaitkan segala
diambil dalam hubungan kaunseling dengan elemen makro dan mikro yang mempengaruhi
membincangkan apa yang kliennya. Dengan kefahaman ini, kaunselor akan
klien
ialah
menyebabkan seseorang itu hadir dalam sesi dapat menembusi dinding kefahaman untuk
seterusnya mengenalpasti mengumpul maklumat bagi memahami kliennya
kaunseling
dan
masalah yang dikemukakan. Gaya biasa yang dalam konteks ikatan yang lebih terapeutik.
diamalkan dibarat dalam usaha mendapatkan jawapan menggunakan
pendekatan secara
SUB-BUDAYA KLIEN
lansung tidak serasi dengan budaya lain. Teknik ini merangkumi penggunaan bahasa badan,
kontak mata dan penggunaan soalan soalan kefahaman yang mendalam tentang aspek
Komponen sub-budaya
memerlukan
asia umpamanya kelestarian dan kemandirian klien. Sub-budaya
terbuka.
Masyarakat
merasakan bahawa kaedah ini adalah kurang merupakan elemen penting dalam menentukan
sopan. Keprihatinan terhadap perbezaan budaya pandangan hidup dan orientasi minda individu.
adalah penting untuk membina kepercayaan Sub-budaya perlu dilihat sebagai aspek penting
yang diperlukan dalam melaksanakan sesi dalam memahami oriemntasi kognitif serta
kaunseling yang efektif.
orientasi emosi yang kemudiannya menghasilkan gaya tingkahlaku seseorang sebagai punca
Memahami dan Membicarakan Isu-Isu Dalam
tindakan. Sub-budaya wujud dalam semua
Kaunseling Berasaskan Pelbagai Budaya
kehidupan individu samada yang berfungsi Salah satu daripada alat yang paling efektif secara memenuhi norma masyarakat maupun
seseorang kaunselor boleh lakukan ialah dengan yang
mewujudkan hubungan kaunseling dengan klien masyarakat.
melencong dari
dari budaya yang lain. Dengan cara ini kaunselor tidak akan mempengaruhi kepercayaan klien
5 ASPEK PENTING DALAM KECEKAPAN
yang anda berupaya menawarkan pertolongan
KAUNSELING BERASASKAN PELBAGAI
profesional. Antara kaedah dalam membina
BUDAYA
rapport atau hubungan yang mesra ialah dengan
menyatakan kesediaan kita untuk belajar dari
Definisi Kaunseling Pelbagai Budaya
klien dan menunjukkan rasa hormat kita Apa yang berlaku apabila seorang
terhadap pandangan hidup klien, kepercayaan, kaunselor
penyelesaian masalah yang kaunseling bersama kliennya dari kelompok
diamalkan oleh klien. Mempelajari tentang budaya yang berbeza dan bagaimana ia mungkin
realiti kehidupan klien akan menghasilkan memberi kesan kepada interaksi dalam
sebuah intervensi yang bersifat sensitif budaya. hubungan kaunseling itu sendiri.?
Definasi ini boleh dikembangkan dengan
Peranan Kendiri dalam kaunseling pelbagai
merangkumi ketidaksamaan dalam agama dan
budaya
kerohanian, orientasi seksual, jantina, umur dan Refleksi kendiri adalah penting untuk menjadikan kita sebagai seorang kaunselor yang kerohanian, orientasi seksual, jantina, umur dan Refleksi kendiri adalah penting untuk menjadikan kita sebagai seorang kaunselor yang
kita temui. Pengalaman klinikal inilah yang memahami dengan sejelasnya pandangan hidup
Mulakan
dengan
mendewasakan kita dalam bidang pengkhususan kita sendiri serta kepercayaan-kepercayaan kita
kita.
terhadap mereka yang berbeza dengan kita. Analisis kendiri adalah umpama muhasabah diri
SIFAT - SIFAT KOMPETENSI
terhadap nilai dan pandangan hidup.
PERSPEKTIF BUDAYA DALAM KAUNSELING
Pendidikan kaunseling
Manning (1991) telah Adalah penting untuk seseorang konselor
Baruth
mengemukakan satu set kepakaran yang perlu itu memahami bahawa bukan mudah untuk kita
ada pada seorang kaunselor pelbagai budaya menjadi ahli atau pakar dalam perbezaan budaya
iaitu:
yang unik. Memahami budaya yang pelbagai
1. Kepercayaan dan Sikap adalah satu proses pembelajaran berterusan dan
2. Pengetahuan
setiap pengamal kaunseling perlu menyedari
3. Kemahiran
bahawa kita sentiasa belajar dari setiap klien yang
KEPERCAYAAN DAN SIKAP KEMAHIRAN
PENGETAHUAN kompetensi
Sifat-sifat
perspektif budaya dalam kaunseling
Rajah 1: Sifat-Sifat Kompetensi Perspektif Budaya Dalam Kaunseling
MENINGKATKAN KESEDARAN
Kepercayaan merujuk kepada agama dan
TERHADAP ANDAIAN KENDIRI, NILAI
pantang larang agama dan juga pantang larang
DAN BIAS
sosial yang membimbing ahli dalam berinteraksi dengan orang lain. Rogers (1957), komponen
segala ciri personaliti, terhadap andaian kendiri, nilai dan bias terhadap
Bagi meningkatkan kesedaran kaunselor
sikap
merentasi
pendekatan dan tatacara kaunseling yang klien. Tiga aspek asas yang perlu diamalkan oleh
digunakan. Manakala Patterson dan Welfel kaunselor iaitu:
(1994), menyatakan kaunselor yang memahami budayanya akan jelas dengan identiti budayanya
dan berupaya mengenalpasti nilai, kepercayaan,
Kepercayaan dan Sikap
dan tingkah laku yang khusus bagi sesuatu budaya. Selain itu, Patterson dan Welfel (1994), dan tingkah laku yang khusus bagi sesuatu budaya. Selain itu, Patterson dan Welfel (1994),
pertembungan komunikasi kepompong budaya.
bagaimana
boleh terjadi dan berkeupayaan menjakakan Kepercayaan dan sikap perlu ada pada
perkara-perkara yang tidak diingini dalam kaunselor dalam
dilaksanakan dalam kaunselor terhadap andaian, nilai dan bias yang
meningkatkan kesedaran
intervensi
yang
hubungan kaunseling. ada dalam diri kaunselor. Terdapat 4 kemahiran
yang perlu diaplikasikan oleh kaunselor iaitu: Kemahiran
a) Kaunselor yang mempunyai kemahiran Pelbagai kemahiran yang diperlukan budaya bergerak dari keadaan tidak
dalam memperkaskan kaunselor agar kompeten memahami dan menyedari akan budaya
dalam mengendalikan kaunseling pelbagai warisan sendiri kepada keupayaan menilai
budaya.
dan menghormati perbezaan
a) Sentiasa
mencari
dan mendapatkan
b) Kaunselor yang mempunyai kemahiran pendidikan, konsultasi dan latihan untuk budaya menyedari bagaimana latarbelakang
pengalaman bagi dan pengalaman budaya, sikap, niilai ,
meningkatkan
kefahaman dan pengaruh
memperkayakan
keberkesanan dalam hubungan menolong mempengaruhi proses psikologi mereka.
proses kaunseling untuk populasi yang
c) Kaunselor yang mempunyai kemahiran berbeza. Dengan memiliki keupayaan budaya
mengenalpasti batasan kecekapan mereka batasan kecekapan dan kepakaran atau
berkemampuan
mengenalpasti
berusaha mendapatkan keahlian mereka.
akan
mudak
konsultasi, mendapatkan latihan lanjutan,
d) Kaunselor yang mempunyai kemahiran merujuk kepada konselor yang lebih budaya selesa dengan perbezaan-perbezaan
sentiasa berusaha yang wujud antara diri mereka dan klien
berkepakaran
dan
memperbaiki diri.
samada dari segi ras, ethnik, budaya
b) Sentiasa meneroka dan meningkatkan maupun kepercayaan.
kefahaman terhadap diri mereka sebagai
kelompok ras yang memilii budaya yang
Pengetahuan
tersendiri dan secara aktifnya meneroka dan Terdapat 3 bentuk pengetahuan yang perlu
memahami identiti non-rasis. ada pada kaunselor dalam meningkatkan
kesedaran terhadap andaian kendiri dan bias
MEMAHAMI PANDANGAN HIDUP
terhadap klien.
KLIEN YANG BERBEZA BUDAYA
a) Mempunyai pengetahuan khusus tentang
ras dan warisan mereka sendiri dan Memahami pandangan hidup klien yang menyedari bagaimana ianya secara peribadi
berbeza budaya merupakan kompenan yang dan profesional memberi kesan terhadap
penting dalam membantu kaunselor memahami definisi mereka dan bias mereka terhadap
corak pemikiran, tingkah laku dan emosi klien normaliti dan abnormaliti terkait dengan
terhadap sesuatu isu. Memahami budaya klien proses kaunseling
dapat meningkatkan kepercayaan klien terhadap
b) Mempunyai pengetahuan dan kefahaman kompetensi kaunselor walaupun berbeza budaya. tentang
Tiga set kepakaran yang perlu dipraktikan oleh diskriminasi, dan stereotyping memberi
kaunselor iaitu:
kesan kepada diri sendiri,. Ini akan membolehkan kita menghargai sikap rasis
kita, kepercayaan kita dan perasaan kita.
c) Mempunyai pengetahuan tentang impak
Kepercayaan dan Sikap
sosial mereka terhadap
orang
lain.
a) Sedar akan reaksi emosi yang negatif Mempunyai pengetahuan tentang gaya terhadap ras lain serta kelompok etnik yang a) Sedar akan reaksi emosi yang negatif Mempunyai pengetahuan tentang gaya terhadap ras lain serta kelompok etnik yang
Dalam membangunkan strategik dan terbuka terhadap perbezaan kepercayaan
teknik intervensi yang bersesuaian dengan dan sikap dalam keadaan yang memelihara
mayarakat yang pelbagai tiga aspek yang perlu aspek tidak menghukum ( nin-judgemental)
ada pada kaunselor bagai memastikan kaunselor
b) Sedar akan “stereotyping” mereka dan berkompentsi dalam melaksanakan tugas iaitu: persepsi yang mungkin dipegangi terhadap
ras dan etnik yang lain..
Sikap dan Kepercayaan
a) Menghormati kepercayaan agama dan
Pengetahuan
kerohanian klien serta nilai klien terhadap
a) Mempunyai pengetahuan dan maklumat kefungsian fizikal dan mental yang khusus tentang kelompok dimana
b) Menghormati amalan hubungan menolog mereka memberi perkhidmatan kaunseling
yang sediada yang wujud dalam bahawa itu.Mereka sedar tentang pengalaman
bahasa yang lain kelompok tertentu serta hidupnya,
rangkaian khidmat menolongnya latarbelakang sejarah berkaitan dengan
c) Menghargai dan memberi nilai terhadap perbezaaan budaya klien.
bilingual dan tidak melihat bahasa yang lain
b) Memahami bagaimana ras, budaya dan itu sebagai halangan dalam kaunseling etnik
boleh memberi
a) Jelas tentang ciri-ciri generik dalam psikologi,
vokasional, manifestasi
kecelaruan
kaunseling dan terapi pertolongan
tingkahlaku
mendapatkan
b) Menyedari akan halangan dan kekangan ketidaksesuaian
institusional yang menghalang sesuatu yang diaplikasikan.
mendapatkan perkhidmatan
c) Mempunyai pengetahuan tentang pengaruh
kesihatan mental
sosiopolitik yang memberi kesan kepada
c) Mempunyai pengetahuan tentang potensi kehidupan ras dan etnik. Kemiskinan,
bias dalam penilaian dan menggunakan pengasingan, peminggiran dan lain-lain
prosidur untuk mentafsir dapatan penilaian yang memberi kesan kepada kehidupan
dengan sentiasa mengambilkira ciri ciri mereka dan akan mungkin mempengaruhi
budaya dan linguistiknya proses kaunseling.
d) Mempunyai pengetahuan tentang kelompok
lain dari segi struktur keluarganya, hairaki,
Kemahiran
nilai dan kepercayaan
a) Membiasakan diri dengan penyelidikan
e) Sedar akan amalan-amalan yang bersifat yang berkaitan serta dapatan dan penemuan
diskriminasi diperingkat komuniti yang kajian yang terkini yang berhubung dengan
mungkin memberi kesan kepada kebajikan kesihatan mental dan kecelaruan mental
psikologi mereka
pelbagai ras dan etnik.
b) Terlibat secara aktif dalam aktiviti diluar
Kemahiran
setting kaunseling seperti majlis komuniti,
a) Mampu untuk terlibat dalam pelbagai keraian sosial dan politik, majlis keraian
tindakbalas verbal dan non-verbal umum, persahabatan, kejiranan dan yang
melaksanakan kemahiran lain-lain
b) Mampu
intervensi institusional bagi pihak klien. terhadap kelomok lain bukan sekadar
Dapat membantu klient menentukan kefahaman biasa tetapi lebih dari latihan
samada masalah yang dihadapi adalah akademia dan khidmat menolong.
berpunca dari amalan rasis atau bias untuk
MEMBANGUNKAN STRATEGI DAN
mengelakkan mebuat tuduhan rambang
TEKNIK INTERVENSI YANG SESUAI TEKNIK INTERVENSI YANG SESUAI
dalam profesion kaunseling (9) Melewati aspek tradisional atau pemimpin agama dalam
teori dan amalan (10) Akibat perubahan merawat isu-isu yang berlkait dengan
berterusan demografi populasi yang mencetuskan silang budaya.
peningkatan kepelbagaian dalam masyarakat
d) Berkemampuan mengedalikan sesi dalam
keadaan bahasa yang berbeza secara
SIFAT - SIFAT KOMPETENSI
profesional
PERSPEKTIF BUDAYA DALAM
e) Mempunyai pengetahuan dan kepakaran
KAUNSELING
menggunakan instrument pengujian dan
penilaian tradisional Kefahaman terhadap dinamika zon silang
f) Berusaha untuk mengelakkan amalan bias, prejudis, dan diskriminasi.
budaya yang merangkumi :
a.
g) tanggungjawab mendidik Aspek kepelbagaian dalam masyarakat
Mengambil klien dalam proses intervensi psikologikal
b. Aspek pengupayaan dalam kaunseling seperti
mencapai
matlamatnya,
c. Aspek perkembangan diri:-
ekspektasi, , hak perundangan dan Kefahaman etika silang budaya
i.
terhadap amalan orientasi kaunselor itu sendiri.
ii. Kefahaman
terbaik dalam kaunseling silang budaya
LATIHAN PENINGKATKAN KESEDARAN DIRI ISU-ISU PIAWAIAN DAN KECEKAPAN DALAM KAUNSELING SILANG BUDAYA
Locke (1992) mencadangkan
pengamal
menjawab beberapa soalan seperti berikut:
Pendidikan Kaunseling.
1) Apakah warisan budaya saya? Apakah Existing (APA) guidelines suggest that budaya ibu bapa saya dan datuk nenek
saya? Adakah saya sudah mengenal pasti competence in the cultures of persons being budaya apa yang diamalkan dalam
studied or served should be included “when kumpulan saya?
necessary.” As long as that phrase is allowed to
2) Apakah kerelevanan budaya dengan nama stand, cultural factors and the expertise in being saya?
responsive to them rest with the complainant, not keputusan sebagai pengamal? Apakah
the psychologist. In view of the present state of standard budaya yang terlibat dalam
our knowledge about the presence of cultural proses? Apa yang saya fahami mengenai
factors in all forms of psychological functioning, hubungan antara budaya dan kaunseling?
we conclude that psychologists individually and
3) Apakah kebolehan yang unik, aspirasi, collectively cannot justify the inclusion of the harapan dan batasan yang perlu saya
conditional phrase “when necessary.” pengaruhi hubungan saya dengan budaya
& Strozier (1996) pelbagai individu?
Kajian
Hills
menunjukkan bahawa 89% program pengajian counseling psychology yang ditawarkan kini
ISU-ISU KEPELBAGAIAN DALAM
memberi fokus kepada unsur-unsur silang
MASYARAKAT KONTEMPORARI
budaya. Kajian ini walaubagaimana pun, tidak berjaya
Isu-isu kepelbagian dalam masyarakat memberi indikasi terhadap isu-isu seperti : kontemporari pada masa kini meliputi perkara-
a) Integrasi dalam keseluruhan kurikulum perkara seperti (1) Ras dan etnik (2) Agama dan
kaunseling
kerohanian (3) Status sosioekonomi (4) Budaya
b) Perspektif silang budaya dalam kursus- dan amalan (5) Orientasi seksualiti (6)
kursus
Keupayaan dan ketidakupayaan (7) Ideologi dan Keupayaan dan ketidakupayaan (7) Ideologi dan
bukan sesuatu yang baru dalam konteks silang budaya sebagai elemen utama.
kemahiran dalam perkhidmatan menolong. Kebimbangan utama ahli kaunseling silang
Berasaskan kepada metateorikal adalah jelas budaya adalah:
menunjukkan bahawa setiap kaunselor mesti
a) Ahli profesional melihat kursus silang mempunyai kemahiran silang budaya kerana budaya sebagai kurang penting berbanding
setiap proses membantu adalah melibatkan dengan kursus lain.
elemen budaya. Kaunseling silang budaya (
b) Kursus silang budaya diajar oleh mereka konseling berbasiskan multicultural) dengan itu yang kurang berpengalaman.
merupakan satu sub-bidang kaunseling yang
c) Kursus berbentuk kurang terancang tanpa berbentuk keahlian atau kepakaran. kerangka konseptual yang kukuh.
Pendidikan
kaunselor pada
d) Perbezaan budaya hanya dilihat dari keseluruhannya mempunyai kursus kaunseling
perspektif intelektual tanpa merujuk isu- silang budaya yang membawa 3 jam kredit isu sosiopolitikal dalam kaunseling seperti namun pendidikan kaunseling tetap menjadi the socio-political ramifications of counseling
tumpuan
(oppression, discrimination,
and
racism )
(Ponterotto & Casas, 1991; Sue, 1990; Sue
& Sue, 1990; Sue et al., 1982). Secara realitinya, kebanyakkan kaunselor tidak mempunyai pengalaman praktikal yang mencukupi dalam latihan dan kehidupan seharian yang berkait dengan ras dan ethnic minoritis,
RUMUSAN
Seminar Nasional KONSELING BERBASIS MULTIKULTURAL BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNNES IMPLIKASI LANDASAN MULTIKULTURAL DALAM PRAKSIS PELAYANAN KONSELING DI SEKOLAH
Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Ketua Umum Pengurus Besar ABKIN
Info Artikel Abstrak
_________________ ___________________________________________________________________ Keywords:
Counseling is a profession that is intended for any individual who is developing in the multicultural , competence
prevention, development, exploration, empowerment, change and remediation of life in an counselor,praxis counseling
increasingly complex and challenging. From the point of view of professional counseling assistance services in schools
devoted to improving the dignity of humanity in ways that facilitate the development of an individual ____________________
or group of individuals in accordance with the power, potential and actual capabilities and its opportunities, and help overcome the weaknesses and obstacles and constraints encountered in development itself. Counseling is used by counselors as a framework of thinking and acting that nuanced humanity and individual.
Multicultural perspective as a working basis in the practice of counseling services in Indonesia, both in school settings as well as setting the wider community is a community that must be realized because Indonesia is a multicultural society. The main issues that must be considered counselors use a grounding in practical multicultural guidance and counseling services in Indonesia, especially those who have emik standpoint, is the dominant theories based on cultural values of Indonesian society. Counselors in working with counselee different cultures, the counselor must keep in mind some general considerations when working with a particular cultural group. The counselor is important to keep reminding ourselves that each individual served, as well as any counseling session is unique.
The effectiveness of counseling depends on many factors, one of the most important factors is the relationship to one another, and mutual understanding between the counselor and counselee. Such relationships will usually be more easily achieved if the counselor and counselee coming from the same culture or are familiar with the background of each. Understand and confront the diversity and cultural differences in a positive, is a matter develops self-awareness and develop awareness of others. The counselor should be aware of the implications of cultural diversity for the counseling process will seriously take into account the cultural diversity and its various dynamics that occur within and between diverse cultures in Indonesia.
Professional school counselors appreciate and understand the differences in schools in some areas such as race, ethnicity, gender, age, particularities, language, sexual orientation and socio- economic status. Professional school counselors work to ensure that students of different backgrounds have access to the service needs and opportunities
The challenge for professional counselors working in schools is twofold. First, they have to reach the level of competence of awareness, knowledge, and skills to make a difference in the lives of all students. Second, they should achieve leadership qualities and skills to assist them in assessing schools, organize, and evaluate programs, policies, and procedures to better serve all students with diverse cultures. The process of multicultural counseling in school counseling program should be realized in accordance with the comprehensive development of cultural backgrounds different from the students at school.
© 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi:
ISBN 978-602-18084-3-6 Gedung A2 Lantai 1 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]
PENGANTAR
secara parsial dalam kaitannya dengan kesamaan fisik,yang lain mungkin menekankan kesamaan
Di era globalisasi dan perkembangan sejarah dan filosofi,dan yang lain lagi mungkin teknologi
mengkombinasikan keduanya. Kata budaya bertemunya orang-orang dari berbagai belahan
dan
informasi,kemungkinan
multidimensi,istilah dunia semakin besar pula. Pertemuan yang
multikultural juga telah terkonseptualisasi dalam bukan hanya antar orang-perorang semata,
beberapa cara.
melainkan sesungguhnya juga antar budaya Multikultural merupakan kata sifat yang dengan berbagai keragamannya. Multikultural
dalam bahasa Inggris berasal dari dua kata, yaitu (keragaman budaya) merupakan aspek utama
“multi” dan “culture”. Secara umum,kata “multi dari kehidupan manusia. Manusia berbeda dalam
banyak,ragam,dan atau aneka. berbagai
“berarti
Sedangkan kata “culture” dalam bahasa Inggris etnografik,variabel
maka, yaitu status.
demografik,dan
kebudayaan,kesopanan,dan atau pemeliharaan. etnisitas,kewarganegaraan,agama,dan
multikultural dalam bahasa;variabel
Atas
dasar
ini,kata
pengertian disini diartikan sebagai keragaman gender,tempat tinggal,dan sebagainya; dan
budaya sebagai bentuk dari keragaman latar variabel
belakang manusia. Dengan demikian secara sosial,ekonomi,dan pendidikan dan afiliasi
status seperti
latar
belakang
etismologis konseling multikultural didefinisikan keanggotaan
yang memperhatikan (Pedersen,1990:550).
budaya sasaran perilaku,pemikiran, persepsi,nilai,tujuan,moral
konseling dan proses kognitif (Cohen,1998),hal ini bisa
layanan.Karakteristik
berprinsip pada terjadi baik pada tahap sadar,maupun tidak
multikultural,yaitu
kesetaraan,dan keadilan; (2) sadar.
demokrasi,
berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, Pemahaman terhadap seluk-beluk budaya
dan kedamaian; (3) mengembangkan sikap lokal dan sikap-sikap yang menyertai perbedaan
dan menghargai antar-budaya,berkaitan
mengakui,menerima,
dengan
dengan
keberagaman budaya.
pergeseran hubungan antar-peradaban yang Multikultural adalah pengakuan terhadap mempengaruhi
pluralisme budaya yang perlu dipelihara sebagai individu dan antar kelompok individu. Dalam
kebudayaan ummat hal ini,siapapun yang terlibat dalam kajian antar- manusia.
khasanah
kekayaan
ada pengakuan,maka budaya dituntut untuk memiliki perspektif global.
Karena
kebudayaan yang beragam itu hidup sejajar Mungkin perspektif ini tidak langsung berkaitan
dalam harmoni dan toleransi. Sekalipun selalu dengan pemahaman konselor terhadap perilaku
ada yang menjadi “budaya utama” atau budaya konseli,tetapi memberikan perspektif pada
mayoritas yang menjadi mainstream dalam suatu bagaimana seorang konselor dalam melakukan
komunitas, multikultural memastikan adanya pelayanan konseling memposisikan dalam
hidup,pengakuan,dan bahkan perkembangan global.
hak
perdamaian;bukan Budaya adalah sekelompok orang yang
pengertian,harmoni,dan
konflik! Perspektif multikultural ini berbeda mengidentifikasikan atau berasosiasi satu dengan
peradaban” yang yang
dengan
“paradigma
dikemukakan oleh Samuel P.Huntington (1999) tujuan,kebutuhan,atau latar belakang.Elemen
lain berdasarkan
pada
kesamaan
yang melihat masa depan akan diliputi oleh bersama suatu budaya adalah pengalaman
benturan antar peradaban. belajar, kepercayaan,dan nilai. Aspek-aspek
Pertemuan antar individu yang sekaligus budaya seperti ini adalah jejaring signifikan yang
antar karakter budaya. Akibatnya adalah memberi koherensi dan arti terhadap kehidupan.
persoalan benturan budaya yang semakin Sementara sebuah budaya mendefinisikan diri
mengemuka dan dan menuntut perhatian.
Persoalan yang tidak
sekali untuk selalu pemecahan melainkan lebih pada pemahaman
sekedar
menuntut Konselor
penting
mengingatkan diri bahwa setiap individu yang dan
dilayani, seperti halnya setiap sesi konseling, membawa
kesadaran akan
multikultural
yang
adalah unik. Besar kemungkinan bahwa lebih beradaptasi,menerima
pada
kemampuan
banyak perbedaan dalam kelompok-kelompok hubungan yang luas,dan mengatasi konflik yang
perbedaan,membangun
daripada perbedaan antar-kelompok ketika berakar
mengkonseling orang dari budaya tertentu. memenangkan globalisasi.
pada perbedaan
budaya,serta
Pengetahuan tentang tradisi budaya untuk dapat Kita
memberi layanan konseling yang efektif. kenyataan,bahwa di dalam kebudayaan nasional
Konselor harus berusaha mengenali klien, ternyata terdapat keanekaragaman budaya atau
masalah, dan diri mereka sendiri dengan dalam suatu bangsa sering terdiri dari subkultur- seimbang. subkultur. Kasus seperti ini akan dijumpai pula di negara Indonesia yang terdiri dari banyak etnis
URGENSI LANDASAN MULTIKULTURAL
atau suku,sehingga kemungkinan akan muncul
DALAM PRAKSIS KONSELING
pluralitas budaya. Dalam beberapa hal,istilah ras,kultur,dan etnis telah digunakan secara
Konseling adalah sebuah aktivitas yang tumpang tindih oleh para profesional. Johnson
kompleks. Konseling (1990) mengingatkan kategori pembicaraan yang
sederhana
sekaligus
mencakup bekerja dengan banyak orang dan ganda ini dan menghimbau bahwa istilah ini
hubungan yang mungkin bersifat pengembangan biasanya digunakan menyesuaikan dengan
diri, dukungan terhadap krisis,pencegahan dan konteks.
pemecahan masalah. Tugas konseling adalah Menghormati perbedaan dalam segala
memberikan kesempatan kepada konseli untuk bentuk adalah penting sebagai landasan kerja
mengeksplorasi,menemukan,dan menjelaskan dalam konseling. Tanpa pendirian seperti
cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam ini,kesejahteraan dari konseli terancam dan rasa
menghadapi sesuatu. Konseling didesain untuk hormat dan martabat yang seharusnya dimiliki
menolong konseli memahami dan menjelaskan setiap orang menjadi terabaikan. Bahkan perilaku
pandangan mereka terhadap kehidupan,dan negatif terhadap konseli karena usia, jenis
untuk membantu mencapai tujuan penentuan kelamin, orientasi seksual, etnik,kerohanian,
diri (self-determination) mereka melalui pilihan telah diketahui dapat berpengaruh buruk
yang telah diinformasikan dengan baik serta terhadap proses konseling.
bermakna bagi mereka,dan melalui pemecahan Perspektif multikultural sebagai landasan
masalah emosional atau karakter interpersonal kerja dalam praksis pelayanan konseling di
(Burks dan Stefflre,1979:14). Indonesia baik dalam setting sekolah maupun
Konseling identik dengan kehidupan. setting masyarakat luas merupakan suatu yang
adalah kehidupan itu sendiri. harus diwujudkan karena masyarakat Indonesia
Konseling
Konseling adalah proses kehidupan dan bukan adalah masyarakat multikultural. Isu utama yang
proses untuk mempersiapkan hidup. Hidup yang harus
sewajarnya adalah hidup di mana manusia dapat menggunakan landasan multikultural dalam
mengembangkan diri dan mewujudkan diri praksis pelayanan bimbingan dan konseling di
sebagai mahluk individu, sebagai mahluk sosial Indonesia,terutama mereka yang memiliki sudut
dan sebagai mahluk beragama. Pendidikan pandang emik, adalah dominannya teori-teori
diri (Wilds & yang berdasarkan nilai-nilai budaya masyarakat
adalah
perwujudan
Lottich,1961:246) ini berarti bahwa konseling Indonesia. Konselor dalam bekerja dengan
sebagai bagian pendidikan juga berusaha untuk konseli yang berbeda budaya, konselor harus
untuk dapat ingat beberapa pertimbangan umum ketika
membantu
manusia
memberdayakan dirinya dalam melakukan bekerja dengan kelompok budaya tertentu.
perwujudan diri sehingga akan menjadi eksis perwujudan diri sehingga akan menjadi eksis
dia harus menjadi dan berada, maka konseling proses perkembangan untuk mencapai tugas
harus bertolak dari pemahaman tentang hakikat perkembangannya
manusia. Konselor perlu memahami manusia manusia yang mandiri, berdaya dan berbudaya
sehingga
akan menjadi
hal aktualisasinya, bangsa Indonesia. Tugas perkembangan adalah
dalam
segala
kemungkinannya, dan pemikirannya, bahkan suatu tugas yang muncul pada atau kira-kira pada
memahami perubahan yang dapat diharapkan saat tertentu dalam jalan hidup individu, yang
terjadi pada diri manusia.
apabila tugas itu dapat dilaksanakan dengan Konseling adalah pembudayaan, tanpa berhasil akan membawa kebahagiaan dan
kebudayaan manusia tidak memiliki wujud dan keberhasilan
Seluruh spektrum selanjutnya;
kebudayaan—sistem kepercayaan, bahasa, seni, melaksanakannya
sedangkan
kegagalan
sejarah,dan ilmu serta nilai-nilai yang terkandung ketidakbahagiaan pada diri individu yang
menyebabkan
didalamnya dialihkan dari satu generasi ke bersangkutan,
generasi lalin melalui proses pendidikan dalam masyarakat pada dirinya, dan kesulitan-kesulitan
membawakan
penolakan
arti luas, dan proses konseling dalam arti sempit. dalam
proses pengalihan (Havighurst,1961:2).
pengetahuan dan keterampilan dengan nilai-nilai Konseling merupakan kegiatan yang
budaya. Orientasi nilai-nilai budaya pada esensial di dalam setiap kehidupan masyarakat
gilirannya menjelmakan perilaku manusia modern, masyarakat yang sedang berkembang
masyarakat dengan dan masyarakat multikultural yang penuh
sebagai
anggota
peradabannya yang khas. Konseling adalah dengan risiko dalam kehidupannya. Konseling
pembudayaan, yaitu proses pemberian (transfer) tidak mungkin terjadi dan terlepas dari
nilai-nilai budaya dan agama kepada seseorang, kehidupan bermasyarakat dimana individu- sehingga yang bersangkutan memiliki perilaku individu yang dilayani hidup dalam lingkungan
yang sopan, berbudaya, bermoral dan beretika. masyarakat yang berbudaya dan beragam budaya
Konseling merupakan kegiatan yang esensial di (multikultural).
dalam setiap kehidupan klien yang sedang masyarakat mempunyai kebudayaannya, maka
berkembang mencapai perkembangan optimal konseling merupakan suatu kegiatan budaya,
dan kemandirian. Konselor dalam menjalankan karena dalam proses konseling akan terjadi
konseling tidak mungkin terjadi dan terlepas dari perjumpaan budaya antara budaya konselor dan
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu setiap budaya konseli. Namun, konsep maupun praksis
masyarakat mempunyai kebudayaannnya, maka mengenai konseling dan kebudayaan belum
memberikan konseling semuanya melihat keterkaitan yang organis
konselor
dalam
kegiatan budaya dan antara konseling dan kebudayaan.
merupakan
suatu
membantu individu-individu (klien) untuk Konseling adalah proses pemberdayaan
berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang dan pembudayaan manusia yang sedang
dimiliki bersama oleh berkembang menuju kepribadian mandiri untuk
berkembang
dan
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi dapat
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur masyarakat. Konsekuensinya adalah proses
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, konseling itu harus mampu menyentuh dan
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, mengendalikan berbagai aspek perkembangan
bangunan, dan karya seni. Konselor yang manusia. Terkandung makna disini bahwa
berkomunikasi dengan individu- melalui proses konseling diharapkan manusia
berusaha
berbeda budaya akan berkembang ke arah bagaimana dia harus
individu
yang
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, dan menjadi dan berada. Jika konseling ini dipandang
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari untuk sebagai suatu upaya untuk membantu manusia
menjadikan dirinya berbudaya.
Kefektifan suatu konseling bergantung filosofis diperlukan kesadaran dan keyakinan pada banyak faktor, salah satu faktor yang
bahwa setiap individu dan kelompok etnis itu terpenting adalah hubungan satu sama lain,dan
unik,namun dalam keunikannya,masing-masing saling mengerti antara konselor dan konseli.
memiliki kebenaran dan kebaikan universal, Hubungan seperti itu biasanya akan lebih mudah
terbungkus dalam wadah tercapai jika konselor dan konseli berasal dari
hanya
saja
budaya,bahasa,dan agama yang beragam dan budaya yang sama atau tidak asing dengan latar
Kedua,secara psikologis belakang
bersifat
lokal.
masing-masing. Bagaimanapun memerlukan pengkondisian terhadap orang lain juga,sangatlah penting bagi seorang konselor
atau kelompok berbeda. Cara paling mudah untuk peka terhadap latar belakang konseli dan
untuk menumbuhkan sikap demikian adalah kebutuhan khususnya. Jika tidak,konselor akan
melalui contoh keseharian yang ditampilkan salah
konseli orang tua, guru,konselor di sekolah dan frustasi,bahkan
memahami dan
membuat
pengajaran agama. Ketiga,desain kurikulum Memahami dan menghadapi keberagaman dan
pendidikan,program konseling, dan kultur perbedaan budaya dengan positif,adalah masalah
sekolah harus dirancang sedemikian rupa mengembangkan
sehingga peserta didik mengalami secara mengembangkan kesadaran akan diri orang
langsung makna multikultural dengan panduan lain.Perbedaan antara konselor dengan konseli
guru dan konselor yang memang sudah disiapkan jangan sampai berpengaruh negatif terhadap
secara matang. Keempat,pada tahap awal proses konseling.
diutamakan untuk mencari Istilah multikultural tidak saja merujuk
hendaknya
nilai-nilai universal dari pada kenyataan sosial-antropologis adanya
persamaan
dan
keragaman budaya dan agama yang ada sehingga pluralitas kelompok etnis,bahasa,dan agama
aspek-aspek yang dianggap sensitif dan mudah yang berkembang di Indonesia,tetapi juga
menimbulkan konflik tidak menjadi isu dominan. mengasumsikan sebuah sikap demokratis dan
Kelima, dengan berbagai metode yang kreatif dan egaliter untuk bisa menerima keragaman budaya.
inovatif hendaknya nilai-nilai luhur Pancasila Dengan kata lain,multikultural sulit tumbuh jika
disegakan kembali dan ditanamkanpada peserta tidak ditopang oleh kualitas pendidikan yang
didik khususnya konseli agar sense of citizenship baik. Mengingat keragaman itu merupakan fakta
dari sebuah negara,bangsa semakin kuat. primordial,yang keberadaannya mendahului
Konselor harus ingat bahwa konseli adalah kelahiran seseorang yang secara sederhana
multikultural dalam perasaan dan pikiran (sense) disebut “takdir”,maka konselor ditunutut untuk
mereka yang telah dipengaruhi oleh sedikitnya menerima keragaman itu secara positif. Terlebih
lima kultural. Agaknya orang-orang bukannya lagi jika dikaitkan dengan keyakinan agama yang
tinggal di satu kultur,tetapi hidup dalam lima menyatakan, seseorang terlahir dalam sebuah
kultur yang saling terjalin satu sama lain komunitas tertentu itu merupakan kehendak
(Vontress,1986 ):
a. Universal : manusia di seluruh penjuru dunia kulit,budaya,dan
Tuhan,maka menyangkal keragaman warna
ini secara biologis mirip;misal: pria dan menyangkal kehendak Sang Pencipta.
wanita adalah mempu untuk memproduksi Di Indonesia, juga pada tingkat global,
keturunan dan melindungi serta menjamin konseling dan penyadaran paham multikultural
berlangsungnya keturunan. amat urgen dilakukan bersamaan dengan
b. Ekologis : lokasi atau tempat manusia di atas derasnya arus globalisasi informasi dan mobilitas
bumi menentukan bagaimana mereka penduduk sehingga perjumpaan dengan orang
berhubungan dengan lingkungan yang lain (encounter with the others) semakin intens.
alami itu.
Untuk bisa menghargai semua keragaman
c. Nasional : manusia ditandai oleh bahasa etnis,budaya, dan agama tentu diperlukan
mereka,politik mereka, dan pandangan beberapa prasyarat. Pertama, secara teologis-
dunia mereka.
d. Regional : manusia cenderung untuk historis dan budaya khusus yang mempunyai menempati suatu daerah,dengan begitu
implikasi kuat untuk hasil konseling itu. Oleh menciptakan kultur area-specific.
karena
itu,pemahaman
tentang konseling
e. Racial-Ethnic :
multikultural sangat diperlukan. perbedaan
manusia
mempunyai
Menurut Von-Tress (1988) konseling tertentu;sehingga
orang multikultural adalah konseling di mana konselor mencerminkan latar belakang kesukuan dan
semua
dan konselinya berbeda secara kultural oleh rasial mereka.
sosialisasi berbeda dalam Lima
karena
secara
budayanya,subkultur,racial Vontress,membentuk kekuatan-kekuatan sosial
kultur
ini
menurut memperoleh
ethnic,atau lingkungan sosial-ekonomi. APA yang mempengaruhi cara konseli mempersepsi
(Sue,dkk.,1982) menggambarkan konseling atau permasalahan mereka,kemungkinan pemecahan
terapi antar budaya sebagai hubungan konseling masalah,dan proses konseling.
di mana dua atau lebih peserta berkenaan dengan Fokus
latar belakang budaya,nilai-nilai,dan gaya hidup multikulturalisme adalah keunikan dan konsep
yang paling menonjol
dari
(lifestyle). Oleh karena itu diperlukan kompetensi kelompok yang terpisah yang menfasilitasi
keragaman budaya bagi konselor untuk bekerja perhatian
dengan konseli yang berlatar belakang budaya (Locke,1998).
pada perbedaan
individual
beragam. Konselor dituntut memiliki tingkat multikultural dapat dilihat secara umum sebagai
Oleh
karena
itu,konseling
kesadaran,pengetahuan,dan keterampilan yang konseling dimana konselor dan konselinya
akurat dalam bekerja dengan individu dari latar berbeda (Locke,1990:18). Perbedaan itu mungkin
belakang budaya yang berbeda.Konselor perlu hasil dari sosialisasi lewat cara kultural yang
dilatih untuk mendapatkan keefektifan di lebih unik,kejadian-kejadian hidup yang traumatis
akan usaha pendidikan dan latihan semacam ini maupun yang menghasilkan perkembangan,atau
mendesak karena setiap negara mempunyai produk dari dibesarkan dalam lingkungan etnik
identitas sendiri-sendiri.
tertentu. Bila dilihat dalam konteks Indonesia Kita menyadari bahwa hubungan antar
,identitas nasional merupakan manifestasi nilai- budaya adalah suatu tantangan besar bagi
nilai budaya yang tumbuh dan berkembang manusia. Di dalamnya terdapat kepastian akan
dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan adanya perbedaan yang kadang menyakitkan
suku yang dihimpun dalam satu kesatuan terutama ketika dihadapkan pada pengambilan
Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan keputusan,kepastian
acuan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika mengalami konflik,kepastian untuk mau bekerja
akan
kemungkinan
sebagai dasar dan arah pengebangannya. keras belajar menerima perbedaan. Disisi lain
Identitas nasional Indonesia bersumber dari nilai- tantangan
nilai adat, budaya, bahasa, suku bangsa di memberikan kesempatan besar bagi manusia
wilayah nusantara,nilai-nilai ideologis,falsafah untuk mengaktualisasikan potensi dan keunikan
atau pandangan hidup bangsa,nilai-nilai historis masing-masing.
yang dialami masa lampau, nilai-nilai religius menampilkan warna masing-masing budaya dan
Kesempatan
untuk
dan sebagainya. Identitas nasional merupakan membuat lebih indah taman dunia dengan bunga
bangsa,kepribadian budaya yang beraneka ragam dan warna budaya.
pandangan
hidup
bangsa,fisafat Pancasila dan juga sebagai ideologi Dalam kaitannya dengan profesi konseling,juga
negara sehingga mempunyai kedudukan paling merupakan tantangan dan kesempatan bagi
tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan konselor untuk dapat memberikan pelayanan