Studi Arsitektur Pohon dalam Hubungannya dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Durian

STUD1 ARSITEKTUR POHON DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DURIAN

Oleh
ARlS MUNANDAR
AGR 93512

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001

ABSTRAK
ARlS MUNANDAR, 2001.
Studi Arsitektur Pohon dalarn Hubungannya
dengan Perturnbuhan dan Perkernbangan Durian. Di bawah birnbingan SRI
SETYATI HARJADI
sebagal Ketua Kornisi dan A. SURKATI ABiDIN,
BAMBANG S. PURWOKO, SUDARSONO dan SUHIRMAN sebagai Anggota.
Dalarn rangka mernpelajari hubungan perilaku percabangan , bentuk
pohon, strategi perturnbuhan dan perkernbangan serta produktivitas durian telah
dilakukan empat set penelitian tentang (1) arsitektur sernai (bibit generatif) dan

bibit klonal (bibit vegetatif), (2) perilaku percabangan. (3) struktur tajuk, analisis
perturnbuhan dan fenologi trubus dan (4) fisiologi source-sink. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB dan daerah sekitar Bogor pada tahun 1995-1999.
Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa terdapat hubungan paralel antara
perilaku percabangan, bentuk tajuk, strategi pertumbuhan dan perkembangan
tanarnan dan potensi produksi durian. lntervensi fisik (dengan pernangkasan
dan training) dapat mengarahkan tanarnan menuju strategi "model" (keseimbangan pertumbuhan dan perkernbangan tanaman) yang rnendukung potensi
produksi, kontinuitas produksi dan kelestarian pohon. lntervensi secara biologi
(dengan penernpelan) rnenggunakan bibit generatif yang diketahui asal-usulnya
sebagai batang bawah belurn dapat mernberi kepastian bahwa batang bawah
tersebut menginte~ensibentuk tajuk dan sudut cabang karena semai mengalami
segregasi.
Berdasarkan hubungan paralel bentuk tajuk bibit dengan bentuk tajuk
pohon dewasa (tanaman belurn rnenghasilkan rnaupun tanarnan rnenghasilkan,
TBM atau TM) dan hasil simulasi pernangkasan dan training disimpulkan bahwa
durian menarnpakkan perilaku kendali apikal yang spesifik klon. Perilaku ini tidak
dipengaruhi faktor ontogeni maupun pernangkasan dan training. Berdasarkan
respons perturnbuhan dan perilaku dirnorfisme percabangan dua klon durian
yang berbeda level kendali apikalnya dapat disirnpulkan bahwa pemangkasan
dan training untuk suatu jenis durian bersifat unik. Durian dengan kendali apikal
kuat (Klon Monthong) sebaiknya dipangkas dan dibentuk dengan pola terbuka

tengah (open center), sedangkan yang lernah (Klon Matahari) dipangkas dan
dibentuk dengan pola terbuka tengah, palmette leader atau central leader yang
diikuti dengan perundukan.
Dalarn keterbatasan waktu, kendala iklim dan faktor ontogeni, pengaruh
pernangkasan dan training terhadap perkembangan tanarnan sebagairnana
didekati dengan studi fenologi trubus belurn dapat diungkap.
Sukrosa dan oligosakarida (diduga stachiosa), gula non-reduksi yang
mobil yang rnempunyai peranana penting dalam fisiologi source-sink, dapat
digunakan untuk memprediksi produktivitas durian yang mengalami pernangkasan dan training. Studi lanjut rnengeksplorasi mobilisasi oligosakarida, aktivitas
enzim yang terlibat dalarn interkonversi cadangan gula oligosakarida dan
mekanisrne pengendalian pelepasannya dari komparternen penyimpanan diperlukan untuk meninakatkan ~roduktivitasdurian dan rnencari rnanfaat praktis
seperti aptikasi pupuc mikro delalui daun.
Kata kunci: durian, buah tropika, training, pernangkasan, arsitektur pohon,
perilaku percabangan, dimorfisme cabang, kendali apikal, fenologi
pohon, analisis perturnbuhan, trubus, fisiologi source-sink, sukrosa,
oligosakarida, stachiosa.

ABSTRACT
ARlS MUNANDAR, 200f. Study on Tree Architecture i n Relation t o Growth
and Development of Durian.

Under a team o f supervisors w i t h SRI
SETYATI HARJADI as chairman, and A. SURKATI ABIDIN, BAMBANG S.
PURWOKO, SUDARSONO and SUHIRMAN as members.
In an attempt to study the relationship of branching habit, tree form.
strategy of growth and development and productivity of durian four parallel
researches concerning (1) generative and vegetative seedling architecture. (2)
branching habit, (3) canopy structure, growth analysis and flushing phenology
and (4) source-sink physiology were conducted.
Those four sets researches
were conducted at IPB experimental farm and in area of Bogor District during
1995-1999.
The results showed that there were parallel relationship between branching habit, tree form, strategy of growth and development and the "potential"
productivity of durian.
Physical intervention (by pruning and training) could
direct the plant toward "model" strategy (balance of vegetative and reproductive
growth and development) that support high "potential" productivity, continuous
production and tree longevity. Biological intervention (through budding) using
generative seedling as identified rootstock was unable to affect characters of the
vegetative seedling due to segregation.
Based on parallel relationship between vegetative seedling form. juvenileto-mature tree form and result of pruning and training simulation, it can be

concluded that apical control on durian is clone-specific and it does not depends
Based on the growth response and
on ontogeny and pruning or training.
branching dimorphism of two durjan clones with different level of apical control, it
can be concluded that pruning and training for certain clone is unique. Strong
apical control clone (Monthong) should be pruned and trained in open center, but
the weaker one (Matahari) should be in open center, palmette leader or in central
leader followed by bending. This clone-specific practical application improve the
previous (the first generation) pruning and training practices that only be generalized at species level.
In limited time, restricted humid climate and ontogenic factor, the training
and pruning did not affect tree phenology.
Sucrose and oligosaccharide (suggested as stachyose), which are nonreductive mobile sugars that play important role in source-sink physiology of
durian, can be used to predict the productivity of trained and pruned durian.
Further study is needed to explore the oligosaccarides mobilization, the activity of
enzyme that interconvert the storage of that sugar. and the control mechanism of
the release from storage compartments, which can be beneficial for other
practical application. such as micro-element foliar fertilizer application.
Key word: durian, tropical fruit, training, pruning, tree architecture, branching
habit. branching dimorphism, apical control, tree phenology, growth
analysis, flushing, source-sink physiology, sucrose, oligosaccharide,

stachyose

SURAT PERNYATAAN

Melalui surat ini saya rnenyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
STUD1 ARSlTEKTUR POHON DALAM HUBUNGANNYA DENGAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DURIAN
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasi.
Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, November 2001

Aris ~ u n a n d a r
NIM: 93512lAGR

STUD1 ARSITEKTUR POHON DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN PERTUMSUHAN DAN PERKEMBANGAN DURIAN

Oleh

ARlS MUNANDAR
AGR 93512
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor
pada
Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001

Judul Disertasi

:Studi Arsitektur Pohon dalam Hubungannya dengan
Pertumbuhan dan Perkembangan Durian

Narna Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi


:Aris Munandar
:93532
: Agronomi
Menyetujui
Komisi Pembimbin.g

Prof. Dr Ir Sri Setyati Hariadi
~etua4

Prof. Dr Ir A-Surkati
Anggota

Anggota

?i

,?4%2,L>.

sudut cc


Kendali apikal (KA)
bentuk tajuk (cane.

+

1997 dan Wifson. 2000).
bergantung jenis (SP-112)

Strategi
pertumbuhan dan
perkernbangan
Pertumbuhan dan
perkembangan
(SP-3)

- -

0 cabang >


* twbus proporsional

pruning da n anernale
bearing (cadangan
asirnilat cukup)
Manajemen mudah

IPM, poltinasi buatan, perneliharaan fruitsel dan panen)

Produktivitas

Prod. tinggi (prod.,
kontinuitas & kelestarian)

...............................................................................
Gambar 3 .

Kerangka studi arsitektur pohon dalam hubungannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman durian.
Keterangan: SP-1f21314 berturut-turul rnenunjukkan set penelitianfstudi. SP. (1)

arsitektur semai dan bibit klcnal. (2) psrilaku percabangan. (3) struktur tajuk, analisis
perturnbuhan dan fenologi lrubus dan (4) fisiologi source-sink durian. CL = central
leader. OC = open center dan PL = palmette leader. Bentuk
= kolumnar atau
kubah, bentuk A = kerucut. LTA = Iaju turnbuh absolut. LTR = laju turnbuh relatif
dan LAB = laju asimilasi becsih. Tanda >> = banyaklbesar dan c< = sedikitlkeul.

a

Seni membentuk pohon untuk rnemperoleh tanaman superior telah dimulai sejak lama (sekitar 100 tahun yang lalu) pada tanadan bernilai ekonomi
tinggi kakao, kopi (Halle et

a/.,1978).

(Verheij dan Coronel. 1992) dan famili

tanaman sub tropika apel, pir, peach
Rosaceae lain (Ryugo. 1988). Namun

demikian kecuali terhadap mangga, seni ini belum banyak dipraktekkan untuk

buah-buahan tropika atau pohon berukuran besar seperti halnya durian.

Pemangkasan dan training durian baru dimulai tahun 1985 di Thailand
(Yaacob dan Subhadrabandhu. 1995) dan awal 1990 di Malaysia (Muhammed,
1994). Pemilihan batang antara (interstock) yang unggul di Thailand diorientasikan untuk merekayasa ketahanan terhadap penyakit Phytophtora (Poenvanto.
1996), belum diorientasikan untuk memanipulasi bentuk pohon. Pembentukan
pohon pada era tersebut di atas terhadap tanaman model Roux dan Rauh
sebagaimana tanaman bernilai ekonomi tersebut terdahulu, bertujuan mengintervensi perilaku dimofisme

dan polimorfisme percabangan dengan atau tanpa

meniadakan dominansi apikal (Halle et a/., 1978 dan Verheij dan Coronel, 3992).
Dengan intewensi demikian diharapkan terbentuk cabang plagiotrop atau spurs
yang lebih banyak dengan pertumbuhan yang lebih baik.

Mengingat cabang

plagiotrop pada tanaman model Roux merupakan tempat menempelnya buah
maka cabang ini merupakan aset yang bernilai ekonomi.

Dimorfisrne merupa-

kan suatu perilaku yang spesifik bagi spesies-spesies dalarn kelompok pohon
dengan model arsitektur Roux (Halle et a/., 1978).

Pembentukan pohon dalam

era tersebut dapat dikatakan merupakan "generasi pertama".
Berdasarkan tinjauan (review) Cline (1997) dan Wilson (2000) serta hasil
percobaan Cook, Rabe dan Jacob (1999) pada buah-buahan famili Rosaceae.
intervensi tidak cukup pada dirnorfisme cabang dan dominansi apikal, tetapi juga
perlu berorientasi pada kendali apikal. Fenomena ini merupakan suatu perilaku
percabangan yang spesifik varietas atau klon untuk mengendalikan perirnbangan
alokasi asimilat antar cabang dan antara cabang dan batang. lntervensi yang
spesifik varietas atau klon ini menandai "generasi ke-dua" pembentukan pohon.
Buah-buahan famili Rosaceae menampilkan model arsitektur Rauh model
yang mirip dengan model Roux pada durian (Halie et a/., 1978).

Tanarnan

kedua model ini berbatang monopodial, tetapi ritme tumbuh model Rauh episodik
sedangkan Roux kontinyu.

Percabangan tanaman model Rauh mengalami

polimorfisme yang mernbentuk spurs, sedangkan cabang tanaman model Roux
mengalami dimorfisme.

Respon tanaman berarsitektur Roux, khususnya durian.

terhadap pembentukan pohon belum banyak diketahui.
lntervensi dimorfisme percabangan, dominansi apikal dan kendali apikal
baik pada generasi pertama maupun ke-dua pembentukan pohon tersebut diharapkan dapat mengarahkan strategi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
mengikuti strategi "model" yaitu keseimbangan vegetatif dan reproduktif atau
keseimbangan strategi-K dan strategi-r (Gambar 1).

Model keseimbangan ini

diharapkan dapat rnengurangi ( I ) reiterasi, (2) pertumbuhanvegetatif yang terlalu jagur (too vigorous) dan (3) pauperasi (Halle eta!., 1978) yang rnenyebabkan
struktur tajuk kornpleks, dengan nisbah volumelarea batang dan cabang kecil.
dan kehilangan energi (entropi).

Secara akumulatif model keseimbangan ini

diharapkan menjamin produktivitas tinggi (Gambar 1). Produktivitas rnenunjukkan produksi per satuan has,

kontinuitas produksi tahunan dan kelestarian

pohon karena partisi bahan kering dan asimilat yang rnenguntungkan. Menurut
kerangka penelitian ink, pariisi bahan kering didekati dengan analisis pertumbuhan sedangkan partisi asirnilat dengan fisiologi source-sink tanarnan.

Bentuk

(frame) pohon yang baik selain menguntungkan dari segi ekofisiologi juga
memberikan kernudahan dalarn rnanajemen kebun seperti pengendalian hama
terpadu, pelaksanaan polinasi buatan, pemeliharaan dan pemanenan.
Pada banyak tanaman yang telah lama dikenal rnernpunyai nilai ekonorni

a/., 1975; Janardan et a/..1977; Halle et
a/., 1978; Ramaiah dan Venkatararnanan. 1987; dan Balasimha. 1987). zaitun

baik. seperti kopi dan kakao (Gopat et

(Stutte dan Martin, 1986), peach (Bassi, Dirna dan Scorza. 1994) rnaupun buahbuahan farnili Rosaceae (Ryugo. 1988), inforrnasi hubungan bentuk pohon
dengan perilaku percabanga, pertumbuhan dan perkernbangan tanarnan sebagaimana dihipotesiskan penelitian ini (Gambar I ) ,

telah banyak diketahui.

Bahkan sejalan dengan kernajuan teknik-teknik analisis khususnya teknik krornatografi pada tahun 1980-an dan teknik pemurnian enzirn, informasi fisiologi
tanaman telah tersedia hingga tingkat sub selular (Loescher. 1987, Yamaki dan
Ishikawa, 1986 dan Negrn dan Loescher, 1981). Dinamika dan fungsi gula selain
sukrosa, yaitu gula alkohol seperti sorbitol dalam fisiologi source-sinkdan bahkan
dalarn fisiologi stress telah diketahui dan ditinjau (reviewed) dengan baik (Dietz
dan Kelle. 1997 dan lglesias dan Podesta. 1997). Namun demikian pada banyak
tanaman lain yang berbeda sifat dan karakter botani dan fisiologinya, yang
tumbuh di alam tropika dan tergolong energy-rich fruit seperti halnya durian,
inforrnasi pada umumnya rnasih terbatas pada aspek-aspek morfometri (Verheij
dan Coronel. 1992; Muharnrned. 1994; dan Ali. Jaffar dan Lin, 1995). Studi lebih
mendatam rnernpelajari fisiologi tanaman durian b

a dilakukan
~
oleh Rarnlan et

al. (1996) yaitu rnempelajari kapasitas fotosintesis durian yang ditanarn alarni.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanaman
tropika umumnya rnasih terdapat kesenjangan informasi hubungan bentuk, perilaku percabangan dan perturnbuhan dan perkembangan tanaman.

Di sarnping

itu karena kerniripan kedua model arsitektur, yaitu Rauh dan Roux, ini rnengandung perbedaan-perbedaan, rnaka mernpefajari hubungan-hubungan bentuk.
perilaku percabangan dan intervensi perilaku percabangan secara fisik dan
biologi terhadap pertumbuhan dan perkembangan durian relevan dipelajari.

Tujuan Penelitian
Mengingat keterbatasan bahan dan waktu untuk rnelakukan penelitian
serial, rnaka dilakukan penelttian paralel.

Penelitian terdiri atas ernpat set

penelitian (SP). Secara urnum keernpat set penelitian paralel bertujuan rnengeksplorasi dan rnernbuktikan hubungan bentuk tajuk, struktur dan perilaku percabangan, strategi pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas (Garnbar

1).
1.

Secara khusus masing-masing set penelitian bertujuan sebagai berikut:
Mengeksplorasi petuang rnengintervensi bentuk tajuk dan percabangan
rnelalui penempelan dengan rnenggunakan semai (bibit asal biji) sebagai
batang bawah.

2. Mernpelajari hubungan perilaku percabangan (kendali apikal dan dimorfisrne)
bentuk tajuk dan aspek rnorfornetri durian fase bibit dan dewasa.
3.

Mernpelajari pengaruh pemangkasan dan pola training terhadap struktur
tajuk dan pertumbuhan dan perkernbangan tanaman dua klon durian yang
rnernpunyai kendali apikal berbeda.

4.

Mernpelajari fisiologi source-sink atau dinarnika gula pada beberapa tahap
perkembangan tanaman, pola training dan struktur percabangan.
Kegunaan d a n Relevansi PeneIitian
Studi arsitektur pohon rnernpunyai kegunaan dan relevansi dari segi ( 2 )

produktivitas pohon sebagai individu dalarn sistern produksi pertanian dan ( 2 )
orientasi pohon dalarn ruang (spatial) dalam pengertian ekoIogi dan arsitektur
pertarnanan. Produktivitas tinggi dicapai dengan produksi per pohon yang tinggi
dengan jarak tanarn besar atau produksi per pohon sedang tetapi jarak tanam
kecil.

Pernbentukan arsitektur pohon (pernbentukan pohon) berarti i n t e ~ e n s i

secara fisik rnaupun biologi
pengertian botani

untuk merubah bentuk atqu "frame" tajuk dalam

rnenjadi struktur,

bentuk

atau

frame

bentukan

yang

rnemfasilitasl hubungan efektif dan efisien antara struktur pohon dengan fungsi
pertumbuhan dan perkembangan pohon, terjadi hubungan efektif
antara source dan sink sedernikian sehingga alokasi asimilat

dan efisien
berlangsung

optimal (Gifford et a/., $984 dan Ryugo, 1988), sehingga produktivitas individu

pohon meningkat dari rendah rnenjadi sedang atau tinggi.

Struktur tanarnan

dengan tajuk bentukan diharapkan dapat (1) menghindari diskontinuitas produksi
karena alternate bearing dan (2) menjaga pohon dan cabang-cabangnya dari self
pruning karena ketidakseirnbangan source dan sink dan atau kekurangan
cahaya.
Dari segi ekologi dan pertamanan, rnanipuiasi arsitektur pohon mernpunyai relevansi dan bermanfaat untuk penataan tanaman secara keruangan
(spatial) dan ekologi (Kuiper,1994).

Dalarn konteks ini arsitektur pohon dapat

berguna untuk dasar merancang suatu sistern silvikultur yang rnenjarnin tingkat
diversitas yang tinggi dengan input pengelolaan yang rendah dan lestari.
Arsitektur pohon mempunyai relevansi dengan penataan tanarnan secara spatial
pada taman lingkungan, taman kota dan pekarangan rnenurut struktur etage

bouw. Sebagaimana diketahui, struktur etage bouw yang telah lama dipraktekkan
di pekarangan di Pulau Jawa menampilkan diversitas yang tinggi (Setyati Harjadi,
1989).

Berwisata di kebun buah-buahan dengan tajuk dalarn 'skala jangkauan'

akan memberikan pengalaman rnenarik.
Dari segi arsitektur pertamanan, arsitektur pohon mempunyai nilai penting
karena dapat rnenghasilkan variasi bentuk tajuk secara terstuktur.

Di taman

lingkungan maupun tarnan kota dapat dibuat pohon dengan tajuk berbentuk
kubah, kerucut, kolumnar atau payung dengan struktur yang rapi, dengan
ketinggian bebas cabang tertentu dan sebagainya. lntervensi dapat lebih rnengekpose atau rnenonjolkan bunga agar tarnpak lebih ekstensif sebagai gerornbol
pada suatu tiers, sepanjang cabang plagiotrop, permukaan tajuk dan sebagainya.
Tampilan demikian menimbulkan keindahan visual baik secara temporal rnaupun
spatial.

Kehadiran tanaman berbunga dan berbuah intensif pada pohon dengan

tajuk bentukan dapat memberikan penekanan (emphasis) dan kontras yang
mernikat (eye catching).
Dalam penelitian ini tanaman durian dipilih sebagai model untuk mernpelajari arsitektur pohon karena (1) durian secara alami mempunyai bentuk
(shape dan fonn) tajuk yang beragarn dan menarik, (2) durian rnerniliki kesarnaan
(sesarna model Roux) dan kerniripan model arsitektur pohon (dengan model
Rauh) dengan tanarnan yang telah biasa mernperoleh pernangkasan dan training
dan (4) durian merupakan tanarnan indigenus Asia Tenggara berbentuk pohon
besar yang mernpunyai perilaku fisiologi dan fenologi yang berbeda dengan
tanarnan sub-tropika. Secara khusus hasil penelitian pada durian ini diharapkan

memperkaya referensi teknik budidaya tanaman dengan model arsitektur Roux
yang buahnya padat energi (energy-rich fruit) dan merangsang penelitian lanjut
fisiologi khususnya fisiologi source-sink tanaman tropika pada tingkat jaringan
maupun sub-selular.

Daftar Pustaka
Ali, S. H., M. Y. Jaffar and T. S. Lin. 1995. Branch size as a factor affecting fruit
quality. p:53-59.
;n W.M. Wan Othman et at. (Eds).
Commercial
Production of Fruits, Vegetables and Flowers. Universiti Pertanian
Malaysia, Selangor.
Bassi, D., A. Dima and R. Scorza. 1994. Tree structure and pruning response of
six peach growth form. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 119(3):378-382.
Batasimha. D. 1987. Cocoa. p:263-285. In M.R. Sethuraj and A.S. Raghavendra
(Eds.) Tree Crop Physiology. Elsevier. Tokyo.
Borchert. R. 1976. Feedback control and age-related changes of shoot growth
in seasonal and non-seasonal climates, p:497-515. In P. 6.Tomlinson
and M. H. Zimmermann (Eds). Tropical Trees As Living Systems.
Cambridge Univ Press, Cambridge.
Cline. M. G. 1997. Concepts and terminology of apical dominance. Arner. J.
Bot. 84:1064-1069.
Cook. N. C.. E. Rabe and G. Jacobs. 1999. Early expression of apical control
regulates length and crotch angle of sylleptic shoots in peach and
nectarine. HortScience 34(4):604-606.
Dietz. K. J. and F. Keller 1997. Transient storage of photosynthates in leaves,
Photosynthesis.
p:717-737. In M. Pessarakli (ed). Handbook of
Marcell Dekker, Inc. New York.
Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1999. Vademekum Pemasaran 19901999. Departemen Pertanian. Jakarta. 253 p.
Gifford, R. M.. J. H. Thorne, W. D. Hitz and R. T. Giaquinta. 1984.
Crop
productivity and photoassimilate partitioning. Science. 225801-808.
Gopal, N. H., K. I. Raju, D. Venkataramanan and K. V. Janardhan. 1975.
Physiological studies on flowering in coffee under South Indian conditions. Ill. Frowering in relation to foliage and wood starch. Turrialba
25(3):239
Halle, F., R. A.A. Oldeman and P. 6 . Tomlinson. 1978. Tropical Trees and
Forest: An Architeciural Analysis, Springer-Verlag, Berlin. 441 p.
Hartmann, H. T.. D. E. Kester and F. T. ~ g v i e s .Jr. 1990. Plant Propagation:
Principles and Practices. Fifth Ed. Prentice Hall Career and Technology.
New Jersey. 647 p.
Janardan, K. V., K. I. Raju and N. H. Gopal. 1977. Physiological studies on
flowering in coffee under South Indian conditions. V1. Changes in growth
rate, indoleacetic acid and carbohydrate metabolism during flower bud
development and anthesis. Turrialba 27(1):29-35.

Kuiper, L. C. 1994. Architectural Analysis of .Douglas-fir Forests. PhD thesis.
Wageningen Agricultural University. The Netherland. 186 p.
Loescher, W. H. 1987. Physiology and metabolism of sugar alcohol in higher
plant. Physiol. Plant. 70:553-557.
Muhammed, A. G.
1994.
Pemangkasan durian: membentuk pokok dan
rneningkat potensi pembuahan. p:47-58.
In M. Osman et a/. (Eds).
Recent Development in Durian Cultivation. MARDI and Malaysian Soc.
Hort. Sci., Serdang.
Negm. F. 8. and W. H. Loescher. 1981. Characterization and partial purification
of aldose-6-phospate reductase (aldito-6-phospate:NADP-1-oxidoreductase) from apple leaves. Plant. Physiol. 67:139-142.
Poerwanto, R. 1996. taporan kunjungan ke kebun buah-buahan di Thailand.
Laporan Perjalanan Dinas tanggal 4-12 Mei 1996. Fakultas Pertanian
IPB, Bogor (tidak dipublikasi).
Ramaiah. P. K. and D. Venkataramanan. 1987. Coffee. p:247-262. In M.R.
Sethuraj and A.S. Raghavendra (eds). Tree Crop Physiology. Elsevier.
Amsterdam.
Ramlan, M. F., A. S. Mamat. H. Siti Aishah and R. Yusoh. 1996. Photosynthetic
capacity of seven durian clones grown under natural condition, p:125136. Proc. Int. Conf. Trop. Fruits. Malaysian Agric. Res. Dev. Inst.
(MARDI), Kuala Lumpur 23-26 Juli 1996.
Ryugo, K. 2988. Fruit Culture: Its Science and Art. John Wiley and Sons, New
York. 344 p.
Setyati Harjadi, S.
Bogor.

1989.

Pengantar Hortikultura.

PAU llmu Hayati.

IPB.

Stutte. G.W. and G.C. Martin. 1986. Effects of fight intensity and carbohydrate
reserves on flowering in olive. J. Amer. Soc. Hort. Sci. ? 1I(1):27-31.
Subhadrabandhu, S., J. M. P. Scheernann and E. W. M. Verheij. 1992. Durio
zibethinus Murray, p:147-161. In E. W. M. Verheij and R. E. Coronel
(Eds). Plant Resource of South East Asia No 2: Edible Fruits and Nuts.
PROSEA, Bogor.
Verheij. E. W. M. and R. E. Coronel. 1992. Plant Resource of South-East Asia
No.2: Edible Fruits and Nuts. PROSEA Bogor, p:1-56.
Wilson, 6.F. 2000. Apical control of branch growth and angle in woody plants.
Amer. J. Bot. 87:601-607.
Yaacob, 0. and S. Subhadrabandhu. q995. The Production of Economic Fruits
in Soutl-.-East Asia. Oxford University Press. Kua,la Lurnpur, 419 p.
Yamaki. S and K. Ishikawa. 1986. Roles of four sorbitol related enzymes and
invertase in the seasonal alteration of sugar metabolism in apple tissue.
.I.Arner. Soc. Hort. Sci. III(1):134-137.

SET PENELITIAN-I : STUD1 ARSITEKTUR
SEMAI DAN BIBIT KLONAL
Abstrak
Dua sub-set penelitian dilakukan untuk mempelajari karakter bibit generatif (semai) dan mengeksplorasi kemungkinan penggunaan sernai tersebut
sebagai batang bawah.
Dari penelitian ini, diperoleh bahwa diperlukan tujuh
kornponen utama dengan 13 karakter untuk menjelaskan sekurang-kurangnya
60% keragaman semai antar jenis durian. Fakta ini menunjukkan bahwa
populasi batang bawah bersegregasi dan mernperkuat tinjauan (review) bahwa
durian merupakan tanarnan menyerbuk silang dan self sterile. Namun demikian
di antara 13 karakter morfologi, bentuk tajuk dan sudut cabang merupakan
karakter yang berkontribusi cukup besar. Perbandingan antar dua populasi
kategori bentuk (kerucut dan kolumnar) mencapai 17.5 : 82.5 (Mentega) dan
18.1 : 81.9 (Koclak). Perbandingan dua populasi kategori sudut cabang (< 60°
dan r 60°) mencapai 14.9 : 85.1 (Pagar). Namun perbandingan 50:50 dijumpai
pada populasi lainnya.
Percobaan penempelan dengan batang atas dan batang bawah semai
yang sejenis menunjukkan tidak adanya perubahan kategori karakter sudut
cabang.
Dengan metode yang lebih tepat diperkirakan batang bawah yang
bersudut besar tetap dapat memberikan sudut besar terhadap bibit klonal.
Berdasarkan percobaan ini hubungan bentuk dengan perilaku plagiotropi, yang direfleksikan oleh sudut cabang, tidak dapat diketahui karena batang
bawah bersegregasi dan obsewasi karakter bersifat kategorisasi terhadap suatu
populasi. Oleh karena itu penggunaan semai sebagai identified rootstock untuk
memperoleh bibit klonal dengan bentuk tajuk dan sudut cabang tertentu belum
dapat direkornendasikan, karena masih memerlukan penelitian lebih lanjut
dengan pendekatan perbanyakan vegetatif dan pendekatan yang lebih kuantitatif
(seperti model topofisik tajuk).
Pendahuluan
Latar Belakang

Di Indonesia durian diperbanyak secara vegetatif dengan penernpelan
atau penyambungan dengan batang bawah yang tidak diketahui (unidentified
rootstock) dan dibudidayakan secara alami tanpa pernbentukan pohon sebagaimana banyak dilakukan pada tanarnan buah-buahan.

Pada budidaya banyak

pohon buah-buahan manipulasi arsitektur pohon diarahkan untuk rnemperoleh
bentuk pohon yang kate dan rnernpunyai fitur-fitur bentuk yang baik (Ryugo,
1988 dan Wilson, 1990). Fitur dimaksud meliputi sudut cabang yang besar dan
runduk pada jeruk (Bowman, 1997); kendali apikal yang lemah atau bentuk tajuk
kerucut yang tumpul pada peach (Cook et a/.,1999). bentuk tajuk yang toleran
terhadap pemancungan dan training (Cline, 1997); dart diameter atau nisbah VIA
cabang yang besar pada ramiflora (Halle et al.. 1978).

Manipulasi arsitektur pohon dilakukan mulai fase bibit dan juvenil agar
struktur cabang dan pernbentukan jaringan pada cabang tidak rnenyebabkan
gangguan pada sistem transtokasi (Ryugo. 1988 dan Wilson, 1990) dan tidak
menuntut pemangkasan dan training yang berlebihan ketika tanaman dewasa
(Cline, 1997 dan

Cook et

a/., 1999). Pada fase bibit keberhasilan pernbentukan

pohon akan dipengaruhi oleh karakter batang bawah rnaupun batang atas
(Hartmann et a/.,1990).
Penempelan menggunakan semai sapuan (unidentified rootstock) merupakan cara yang larim dilakukan untuk perbanyakan durian.

Mengingat peng-

gunaan bibit stek (cutting) sebagai batang bawah yang belum memungkinkan.
penggunaan semai yang teridentifikasi karakter cfan asal pohon induknya
(identified rootstock) diperkirakan mernpunyai prospek yang baik.

Oleh karena

itu peluang ini dieksplorasi dengan mernpelajari karakter semai dan kornbinasi
sernai sebagai batang bawah dengan batang atas durian unggul.
Sejauh ini sumbanoan karakter bentuk tajuk dan sudut cabang di antara
karakter morfologi yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan (Tjitrosoeporno.
2000 dan IBPGR, 1980) durian dalam menjelaskan keragaman antar jenis semai
belurn diketahui dan karakter tersebut belum digunakan untuk seleksi batang
Di Thailand durian telah ditanam dari bibit klonal dengan batang antara

bawah.

(interstock) yang diidentifikasi atas dasar ketahanannya terhadap penyakit
Phytophtora (Poerwanto, 1996). dan bukan atas dasar bentuk tajuk dan sudut
cabang.

Oleh karena itu studi tentang struktur semai dan bibit klonal dilakukan

sebagai Set Penelitian-1 (SP-1)
Tujuan Penelitian
Set Penelitian-I terdiri atas dua sub set penelitian yang bertujuan:
a.

Melakukan karakterisasi rnorfologi semai untuk mempelajari sumbangan ka-

b.

Mernpelajari pengaruh batang bawah yang diidentifikasi terhadap karakter

rakter sudut cabang dan bentuk tajuk terhadap keragarnan antar jenis?
rnorfologi bibit tempelan.

Bahan dan Metode
Sub-set Penelitian-la: Karakterisasi Morfologi Semai
Sejalan dengan konteks penelitian untuk mempelajari struktur pohon,
penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sumbangan karakter rnorfologi sudvt
cabang dan bentuk tajuk terhadap keragaman antar jenis durian semai (asal biji).

Sernai durian diarnbil dari biji yang berasal dari pohon yang sama durian unggul
lokal Bogor Pagar, Mentega, Silodong dan Koclak. Untuk mengurangi keragaman, biji untuk bahan benih suatu jenis diarnbil dari pohon yang sama.

Pohon

induk asal sernai ini yaitu klon Mentega (M), Pagar (P), Silodong (S) dan Koclak

(K) masing-masing berturut-turut bertajuk kolumnar dan bersudut besar; kolurnnar dan bersudut besar; kerucut dan bersudut besar; kerucut dan bersudut kecil.
Penelitian dilakukan di Kebun Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB ~aranangsiang(selanjutnya disebut Kebun Baranangsiang) pada
tahun 1997.

Semai berasal dari biji yang diambil dari Kebun Haji Aden, Desa

Sukaiuyu Bogor. Pohon induk durian Pagar. Mentega, Silodong, Koclak sebagai
asal sernai dan batang atas (scion) bibit klonal

berumur sekitar 20 tahun.

Karakterisasi rnorfologi semai dilakukan pada bulan September-Nopernber 1996
atau urnur sernai 6-8 bulan.
Sub-set Penelitian-9 b: Pengaruh Batang Bawah terhadap Karakter
Morfologi Bibit Tempelan
Penelitian ini bertujuan rnernpelajari pengaruh batang bawah yang diseleksi dan terhadap karakter rnorfologi bibit klonal tempelan. Batang bawah yang
digunakan adalah sernai durian lokal Bogor Pagar (P), Mentega (M), Silodong (S)
dan Koclak (K).

Batang atas yang digunakan adalah durian unggul nasional

Monthong dan Hepe dan durian yang sejenis dengan batang bawahnya.
Dengan dernikian penelitian rnernbandingkan karakter dan pertumbuhan:
1. Sernai P dengan bibit klonal P-P. M dengan M-M, S dengan S-S untuk

rnernpelajari pengaruh penempelan dibandingkan sernainya.

2.

Bibit klonal Hepe dan Monthong masing-masing dengan batang bawah P, M,
S atau K untuk rnernpelajari pengaruh batang bawah terhadap sudut cabang
dan pertumbuhan atau tinggi tanaman.

Mengingat bibit kional mengalami penempelan dan tunas yang diamati tunas
yang muncul dari rnata ternpel rnaka semai P, M. S dan K sebagai perlakuan
kontrol dipangkas bersamaan dengan masa penernpelan.

Tunas semai yang

diarnati adalah tunas yang tumbuh setelah pernangkasan.
Pohon induk durian Pagar, Mentega. Silodong, Koclak sebagai asal
sernai dan batang atas (scion) bibit klonal berumur sekitar 20 tahun.

Batang

atas (scion) Hepe dan Monthong diarnbil dari pohon yang telah b e ~ r n u masingr
rnasing 42 tahun dan 8 tahun di Kebun Percobaan atau lnstalasi Penelitian
Hortikultura Departernen Pertanian Cipaku, Bogor.

Proses penempelan bibit

klonal Monthong dan Hepe dilakukan di Kebun Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakuttas

Pertanian

IPB Baranangsiang Bogor pada bulan Maret

1997.

Pengarnatan bibit klonal Hepe, Monthong serta semai (sebagai perlakuan
kontrol) durian Pagar, Mentega, Silodong dan Koclak dilakukan pada bulan
Nopember 1997 atau pada urnur 8 bulan.
Pengamatan
Karakter morfologi. Karakterisasi rnorfologi didasarkan pada Tropical
Fruit Descriptor yang diterbitkan IBPGR (1980),

Suketi (1994),

Deskripsi

Durian Unggul Nasional (Departernen Pertanian, 1995) dan hasil obs