Fungsi Paru Lathifa Putry Fauzia 22010111120030 Lap.KTI Bab2

tersebut. Zat-zat tersebut akan tertimbun dalam jaringan alveoli dan menyebabkan mengerasnya jaringan tersebut fibrosis. Akibat dari fibrosis adalah elastisitas paru berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas paru dalam menampung udara pernafasan yang ditandai dengan sesak nafas ataupun nyeri dada. Adanya sesak nafas dan nyeri dada dapat dijadikan penanda adanya kelainan faal paru. 19 b. Ventilasi udara Luas lubang ventilasi yang baik menurut American Public Health Asociation APHA adalah minimum 5 dari luas lantai ruangan untuk ventilasi tetap. Sedangkan untuk lubang ventilasi insidentil dapat dibuka dan ditutup minimum 5 luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10 dari luas lantai. 20 Campuran gas dari hasil pembakaran lilin, khususnya pada tempat yang memiliki ventilasi terbatas, akan mudah mencapai level yang bisa menyebabkan terjadinya edema pulmoner maupun obstruksi jalan nafas akut. 16

2.2 Fungsi Paru

Fungsi paru utama adalah untuk proses respirasi yang bertujuan menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon dioksida. Fungsi respirasi selanjutnya dibagi menjadi empat fungsi utama, yaitu 1 ventilasi paru, yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru ; 2 difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah ; 3 pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; dan 4 pengaturan ventilasi. 21 Fungsi paru dapat diukur dengan metode spirometri. Pada spirometri, suatu alat yang disebut spirometer digunakan untuk mengukur volume paru yang dinamis. Dua bentuk volume paru dinamis penting yang diukur adalah volume paksa paru forced vital capacity=FVC dan volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik forced expiratory volume in first second=FEV 1 . 21-23 FVC adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal dan secepat mungkin setelah inspirasi yang maksimal pula. Sedangkan FEV 1 adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal selama satu detik setelah melakukan inspirasi maksimal. Biasanya nilai FEV 1 adalah 80 dari FVC. 22 Selain kedua volume tersebut, terdapat pula beberapa volume paru yang dapat diukur dengan spirometer, antara lain 22, 23 : a. Kapasitas vital vital capacity=VC : mirip dengan FVC, tetapi ekspirasi dilakukan dengan lambat. b. Kapasitas vital inspirasi Inspiratory vital capacity=IVC : kapasitas vital yang diukur saat inspirasi c. Volume ekspirasi paksa paru dalam enam detik forced expiratory volume in sixth second= FEV 6 : volume udara yang diekspirasikan dalam enam detik pertama dari FVC, volume ini dapat menggantikan FVC pada pasien yang tidak dapat ekspirasi dengan sempurna. d. Aliran ekspirasi paksa paru forced expiratory flow= FEF : aliran udara ekspirasi yang diukur dalam liter per detik pada titik berbeda dari FVC, yaitu pada 25, 50, dan 75 dari FVC. Aliran tersebut biasa disingkat FEF- 25, FEF 50, FEF 75. e. MMEF maximum mid-expiratory flow atau FEF 25-75 : rata-rata aliran udara ekspirasi paru selama pertengahan pernafasan Indikator fungsi paru lain yang tidak kalah penting adalah arus puncak ekspirasi APE. APE adalah kecepatan aliran udara maksimum dalam liter per menit yang dihasilkan dari ekspirasi dengan sekuat tenaga. Indikator ini dapat diukur sesaat setelah ekspirasi dimulai dengan peak flow meter dan sangat dipengaruhi oleh tenaga pasien. Nilai APE menurun apabila awalan ekspirasi buruk, gangguan obstruktif, ataupun gangguan restriktif. 22 Gambar 1. Diagram nilai arus puncak ekspirasi Sumber: Nunn, et al 24 Selain volume dinamis, paru juga memiliki volume statis absolut.Pengukuran volume ini dapat menjadi acuan derajat gangguan paru yang terjadi. Volume paru absolut antara lain: a. Kapasitas total paru total lung capacity= TLC: volume udara dalam liter yang dapat ditampung paru pada akhir inspirasi maksimal. 23 b. Volume residu residual volume= RV: volume udara yang tetap berada di dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal. Volume ini tidak bisa diukur dengan spirometer.Nilai normalnya adalah 1200 ml. 21 c. Kapasitas residu fungsional functional residual capacity= FRC : volume udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi biasa. 23 d. Volume cadangan ekspirasi expiratory reserve volume= ERV: volume udara maksimum yang masih bisa diekspirasikan setelah ekspirasi biasa. Nilai normalnya adalah 1100 ml. 21 e. Volume cadangan inspirasi inspiratory reserve volume= IRV: volume udara maksimum yang masih bisa diinspirasi setelah inspirasi biasa. Besarnya mencapai 3000 ml. 21 f. Kapasitas inspirasi inspiratory capacity= IC : volume maksimum yang masih bisa diinspirasi setelah ekspirasi biasa. IC = IRV + volume tidal. 23 g. Volume tidal VT: volume udara yang dihasilkan dari inspirasi dan ekspirasi biasa saat istirahat. Besarnya kira-kira 500 ml pada orang dewasa dan meningkat pada saat olahraga. 23 Gambar 2. Volume paru absolut statis Sumber: Hyatt RE, et al 23 Nilai acuan normal untuk pemeriksaan fungsi paru memiliki rentang yang sangat luas mengingat perbedaan ukuran paru masing-masing orang. Nilai tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 22 : a. Jenis kelamin laki-laki memiliki paru yang lebih besar daripada perempuan b. Usia nilai fungsi paru menurun seiring bertambahnya usia c. Tinggi badan orang yang tinggi memiliki paru yang lebih besar d. Ras Kaukasian memiliki paru yang lebih besar daripada orang Afrika maupun Asia Maka dari itu, dalam melakukan pemeriksaan fungsi paru perlu dibandingkan dengan individu yang memiliki jenis kelamin, usia, tinggi, maupun ras yang sama. 25 Hasil pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometri tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit, tetapi hanya memberikan informasi mengenai gangguan fungsi paru yang dibedakan atas: 22, 23 1 Kelainan obstruktif kelainan pada saat ekspirasi Penyempitan saluran nafas secara difus yang disebabkan oleh beberapa mekanisme, antara lain imunitas asma brokhial dan lingkungan penyakit paru obstruktif kronik. 2 Kelainan restriktif kelainan pada saat inspirasi Penurunan volume paru abnormal yang disebabkan oleh perubahan pada parenkim paru, peyakit pleura, rongga dada, ataupun kelemahan otot pernafasan. Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan Pedoman American Thoracic Society ATS 2005 Nilai normal untuk usia muda – usia pertengahan FVC 80-120 prediksi dalam persen FEV 1 80-120 Rasio FEV 1 FVC 80-120 FEF 25-75 65, dapat mencapai 55 Rasio FEF 25-75 FVC 0,66 lebih akurat TLC 80-120 FRC 75-120 RV 75-120 DL co 80-120 MEP 90 cmH 2 O MIP -70 cmH 2 O FVC posisi supinasi Minimal 10 dari nilai FVC posisi erek; penurunan 30 mengindikasikan paralisis diafragma Metode tradisional untuk menentukan tingkat keparahan dari gangguan obstruktif dan restriktif paru Gangguan obstruksi berdasarkan FEV 1 – rasio 0,7 Kemungkinan variasi fisiologis FEV 1 100 prediksi dalam persen Ringan 70 - 100 Sedang 60 - 69 Sedang berat 50 - 59 Berat 35 - 49 Sangat berat 35 Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan Pedoman American Thoracic Society ATS 2005 lanjutan Gangguan restriksi berdasarkan TLC, lebih disarankan Rendah TLC 70 prediksi dalam persen Sedang 60 - 69 Berat 60 Gangguan restriksi berdasarkan FVC, apabila tidak tersedia pemeriksaan volume paru Ringan FVC 70 prediksi dalam persen Sedang 60 - 69 Sedang berat 50 - 59 Berat 35 - 49 Sangat berat 35 Sumber: Altalag 22

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Fungsi Paru