tersebut. Zat-zat tersebut akan tertimbun dalam jaringan alveoli dan menyebabkan mengerasnya jaringan tersebut fibrosis. Akibat dari
fibrosis adalah elastisitas paru berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas paru dalam menampung udara pernafasan yang
ditandai dengan sesak nafas ataupun nyeri dada. Adanya sesak nafas dan nyeri dada dapat dijadikan penanda adanya kelainan faal paru.
19
b. Ventilasi udara
Luas lubang ventilasi yang baik menurut American Public Health Asociation APHA adalah minimum 5 dari luas lantai ruangan untuk
ventilasi tetap. Sedangkan untuk lubang ventilasi insidentil dapat dibuka dan ditutup minimum 5 luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi
10 dari luas lantai.
20
Campuran gas dari hasil pembakaran lilin, khususnya pada tempat yang memiliki ventilasi terbatas, akan mudah
mencapai level yang bisa menyebabkan terjadinya edema pulmoner maupun obstruksi jalan nafas akut.
16
2.2 Fungsi Paru
Fungsi paru utama adalah untuk proses respirasi yang bertujuan menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon dioksida. Fungsi
respirasi selanjutnya dibagi menjadi empat fungsi utama, yaitu 1 ventilasi paru, yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru ; 2 difusi
oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah ; 3 pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh;
dan 4 pengaturan ventilasi.
21
Fungsi paru dapat diukur dengan metode spirometri. Pada spirometri, suatu alat yang disebut spirometer digunakan untuk mengukur volume paru yang
dinamis. Dua bentuk volume paru dinamis penting yang diukur adalah volume paksa paru forced vital capacity=FVC dan volume ekspirasi paksa paru dalam
satu detik forced expiratory volume in first second=FEV
1
.
21-23
FVC adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal dan secepat mungkin setelah inspirasi yang maksimal pula. Sedangkan
FEV
1
adalah volume udara dalam liter yang dapat diekspirasikan secara maksimal selama satu detik setelah melakukan inspirasi maksimal. Biasanya nilai FEV
1
adalah 80 dari FVC.
22
Selain kedua volume tersebut, terdapat pula beberapa volume paru yang dapat diukur dengan spirometer, antara lain
22, 23
: a.
Kapasitas vital vital capacity=VC : mirip dengan FVC, tetapi ekspirasi dilakukan dengan lambat.
b. Kapasitas vital inspirasi Inspiratory vital capacity=IVC : kapasitas vital
yang diukur saat inspirasi c.
Volume ekspirasi paksa paru dalam enam detik forced expiratory volume in sixth second= FEV
6
: volume udara yang diekspirasikan dalam enam detik pertama dari FVC, volume ini dapat menggantikan FVC pada pasien
yang tidak dapat ekspirasi dengan sempurna. d.
Aliran ekspirasi paksa paru forced expiratory flow= FEF : aliran udara ekspirasi yang diukur dalam liter per detik pada titik berbeda dari FVC,
yaitu pada 25, 50, dan 75 dari FVC. Aliran tersebut biasa disingkat FEF-
25,
FEF
50,
FEF
75.
e. MMEF maximum mid-expiratory flow atau FEF
25-75
: rata-rata aliran udara ekspirasi paru selama pertengahan pernafasan
Indikator fungsi paru lain yang tidak kalah penting adalah arus puncak ekspirasi APE. APE adalah kecepatan aliran udara maksimum dalam liter per
menit yang dihasilkan dari ekspirasi dengan sekuat tenaga. Indikator ini dapat diukur sesaat setelah ekspirasi dimulai dengan peak flow meter dan sangat
dipengaruhi oleh tenaga pasien. Nilai APE menurun apabila awalan ekspirasi buruk, gangguan obstruktif, ataupun gangguan restriktif.
22
Gambar 1. Diagram nilai arus puncak ekspirasi
Sumber: Nunn, et al
24
Selain volume
dinamis, paru
juga memiliki
volume statis
absolut.Pengukuran volume ini dapat menjadi acuan derajat gangguan paru yang terjadi. Volume paru absolut antara lain:
a. Kapasitas total paru total lung capacity= TLC: volume udara dalam liter
yang dapat ditampung paru pada akhir inspirasi maksimal.
23
b. Volume residu residual volume= RV: volume udara yang tetap berada di
dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal. Volume ini tidak bisa diukur dengan spirometer.Nilai normalnya adalah 1200 ml.
21
c. Kapasitas residu fungsional functional residual capacity= FRC : volume
udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi biasa.
23
d. Volume cadangan ekspirasi expiratory reserve volume= ERV: volume
udara maksimum yang masih bisa diekspirasikan setelah ekspirasi biasa. Nilai normalnya adalah 1100 ml.
21
e. Volume cadangan inspirasi inspiratory reserve volume= IRV: volume
udara maksimum yang masih bisa diinspirasi setelah inspirasi biasa. Besarnya mencapai 3000 ml.
21
f. Kapasitas inspirasi inspiratory capacity= IC : volume maksimum yang
masih bisa diinspirasi setelah ekspirasi biasa. IC = IRV + volume tidal.
23
g. Volume tidal VT: volume udara yang dihasilkan dari inspirasi dan
ekspirasi biasa saat istirahat. Besarnya kira-kira 500 ml pada orang dewasa dan meningkat pada saat olahraga.
23
Gambar 2. Volume paru absolut statis
Sumber: Hyatt RE, et al
23
Nilai acuan normal untuk pemeriksaan fungsi paru memiliki rentang yang sangat luas mengingat perbedaan ukuran paru masing-masing orang. Nilai
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
22
: a.
Jenis kelamin laki-laki memiliki paru yang lebih besar daripada perempuan
b. Usia nilai fungsi paru menurun seiring bertambahnya usia
c. Tinggi badan orang yang tinggi memiliki paru yang lebih besar
d. Ras Kaukasian memiliki paru yang lebih besar daripada orang Afrika
maupun Asia Maka dari itu, dalam melakukan pemeriksaan fungsi paru perlu dibandingkan
dengan individu yang memiliki jenis kelamin, usia, tinggi, maupun ras yang sama.
25
Hasil pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometri tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit, tetapi hanya memberikan informasi mengenai
gangguan fungsi paru yang dibedakan atas:
22, 23
1 Kelainan obstruktif kelainan pada saat ekspirasi
Penyempitan saluran nafas secara difus yang disebabkan oleh beberapa mekanisme, antara lain imunitas asma brokhial dan lingkungan penyakit
paru obstruktif kronik. 2
Kelainan restriktif kelainan pada saat inspirasi Penurunan volume paru abnormal yang disebabkan oleh perubahan pada
parenkim paru, peyakit pleura, rongga dada, ataupun kelemahan otot pernafasan.
Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan
Pedoman American Thoracic Society ATS 2005 Nilai normal untuk usia muda
– usia pertengahan FVC
80-120 prediksi dalam persen FEV
1
80-120 Rasio FEV
1
FVC 80-120
FEF
25-75
65, dapat mencapai 55 Rasio FEF
25-75
FVC 0,66 lebih akurat
TLC 80-120
FRC 75-120
RV 75-120
DL
co
80-120 MEP
90 cmH
2
O MIP
-70 cmH
2
O FVC posisi supinasi
Minimal 10 dari nilai FVC posisi erek; penurunan 30 mengindikasikan
paralisis diafragma
Metode tradisional untuk menentukan tingkat keparahan dari gangguan obstruktif dan restriktif paru
Gangguan obstruksi berdasarkan FEV
1
– rasio 0,7 Kemungkinan variasi fisiologis
FEV
1
100 prediksi dalam persen Ringan
70 - 100 Sedang
60 - 69 Sedang berat
50 - 59 Berat
35 - 49 Sangat berat
35
Tabel 2. Nilai Normal Fungsi Paru dan Skala Tingkat Keparahan sesuai dengan
Pedoman American Thoracic Society ATS 2005 lanjutan Gangguan restriksi berdasarkan TLC, lebih disarankan
Rendah TLC 70 prediksi dalam persen
Sedang 60 - 69
Berat 60
Gangguan restriksi berdasarkan FVC, apabila tidak tersedia pemeriksaan volume paru
Ringan FVC 70 prediksi dalam persen
Sedang 60 - 69
Sedang berat 50 - 59
Berat 35 - 49
Sangat berat 35
Sumber: Altalag
22
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Fungsi Paru