PENGARUH DERAJAT KEJENUHAN TANAH LEMPUNG TERHADAP PERILAKU PENURUNAN TANAH

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CLAY SOIL DEGREE OF SATURATION TO

SOIL CONSOLIDATION BEHAVIOR

By

M. ANWAR INDERAWAN ARI

Clay soil is a cohesive soil type with less favorable characteristic in civil engineering

construction, such as soil consolidation. It occurs when the clay soil receives load on

it, its pore water tension will increase and this causes reduced soil volume.

Significant soil consolidation will occur and it influences soil support ability to

support load above it. One of factors influencing soil load support is degree of

saturation the comparison between water volume and pre volume of soil. Increasing

water amount contained in a certain soil will increase soil volume, but soil

compactness will decrease. Therefore, a test of soil degree of saturation influence to

soil consolidation behavior is required.

To find out the extent degree of saturation influence to soil consolidation behavior, it

can be proven in laboratory by making variance degree of saturation with conducting

test of standard compaction, and then sample is molded and tested for consolidation

by applying load on the soil sample. The objectives of load applying on the sample

are to find out how fast the consolidation occurs and magnitude of consolidation in

each sample.

The test result showed that the best sample is the one with fastest consolidation

process and the smallest consolidation magnitude is in sample with lowest degree of

saturation. Fast consolidation process is favorable because soil will be faster

obtaining stable condition, and smallest consolidation magnitude is favorable

because compaction process of a soil type is smaller so that it minimizing risk of

damage of construction above its surface.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH DERAJAT KEJENUHAN TANAH LEMPUNG TERHADAP

PERILAKU PENURUNAN TANAH

Oleh

M. ANWAR INDERAWAN ARI

Tanah lempung adalah jenis tanah kohesif yang mempunyai sifat yang sangat kurang

menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil. Salah satunya adalah terjadinya

penurunan tanah yang apabila mengalami pembebanan diatasnya maka tekanan air

pori akan naik sehingga air pori ke luar yang menyebabkan berkurangnya volume

tanah. Kemudian akan terjadi penurunan signifikan pada tanah yang akan

mempengaruhi berkurangnya daya dukung tanah untuk menahan beban yang ada di

atas tanah tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya dukung tanah

antara lain adalah derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara

volume air dengan volume pori dari suatu tanah. Meningkatnya jumlah air yang

dikandung oleh suatu tanah akan menyebabkan volume tanah meningkat namun

kepadatan tanah tersebut akan menurun. Untuk itu perlu dilakukan pengujian

pengaruh derajat kejenuhan terhadap perilaku penurunan tanah.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh derajat kejenuhan terhadap perilaku

penurunan tanah, dapat dibuktikan di laboratorium dengan cara membuat variasi nilai

derajat kejenuhan dengan melakukan pengujian pemadatan standar, kemudian sampel

dicetak dan dilakukan pengujian konsolidasi dan sampel tanah diberikan

pembebanan. Pemberian beban diatas permukaan tanah bertujuan untuk melihat

cepatnya waktu penurunan yang terjadi dan besarnya penurunan pada setiap sampel.

Hasil pengujian pengaruh derajat kejenuhan terhadap perilaku penurunan tanah,

sampel terbaik adalah sampel dengan kecepatan proses penurunan tercepat (Cv) dan

besaran penurunan terkecil (Cc) terdapat pada sampel dengan nilai derajat kejenuhan

terendah. Proses penurunan yang cepat dikatakan baik karena tanah lebih cepat

mencapai lapisan tanah yang stabil, besaran penurunan terkecil dikatakan baik karena

terjadinya proses pemampatan suatu jenis tanah lebih kecil, sehingga meminimalisir

resiko kerusakan pada konstruksi diatasnya.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CLAY SOIL DEGREE OF SATURATION TO

SOIL CONSOLIDATION BEHAVIOR

By

M. ANWAR INDERAWAN ARI

Clay soil is a cohesive soil type with less favorable characteristic in civil engineering

construction, such as soil consolidation. It occurs when the clay soil receives load on

it, its pore water tension will increase and this causes reduced soil volume.

Significant soil consolidation will occur and it influences soil support ability to

support load above it. One of factors influencing soil load support is degree of

saturation the comparison between water volume and pre volume of soil. Increasing

water amount contained in a certain soil will increase soil volume, but soil

compactness will decrease. Therefore, a test of soil degree of saturation influence to

soil consolidation behavior is required.

To find out the extent degree of saturation influence to soil consolidation behavior, it

can be proven in laboratory by making variance degree of saturation with conducting

test of standard compaction, and then sample is molded and tested for consolidation

by applying load on the soil sample. The objectives of load applying on the sample

are to find out how fast the consolidation occurs and magnitude of consolidation in

each sample.

The test result showed that the best sample is the one with fastest consolidation

process and the smallest consolidation magnitude is in sample with lowest degree of

saturation. Fast consolidation process is favorable because soil will be faster

obtaining stable condition, and smallest consolidation magnitude is favorable

because compaction process of a soil type is smaller so that it minimizing risk of

damage of construction above its surface.


(4)

PENGARUH DERAJAT KEJENUHAN TANAH LEMPUNG

TERHADAP PERILAKU PENURUNAN TANAH

Oleh

M. ANWAR INDERAWAN ARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(5)

M. Anwar Inderawan Ari


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

M. Anwar Inderawan Ari lahir di Kotabumi, pada tanggal 11 Juni 1991, merupakan anak keempat dari pasangan Bapak Drs. M. Natsir Ari dan Ibu Sri Rodliah, S.H.,

Penulis memiliki tiga orang saudara perempuan bernama Annisa Inderayana Ari, Yulinda Inderasari Ari, Yunita Inderafitri Ari.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 2 TELADAN Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMPN 23 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Mekanika Tanah 2 tahun akademik 2014/2015. Penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus yaitu UKMF Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik sebagai anggota penelitian pengembangan kreatifitas mahasiswa masa jabatan 2009-2010 dan HMJ Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himateks) sebagai kepala bidang dana usaha masa jabatan 2011-2012.


(10)

M OTO

“Bermimpilah set inggi langit , jika engkau jat uh… engkau akan jat uh di ant ara bintang - bintang”

(I r. Soekarno)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah unt uk t enang dan sabar” (K halif ah ‘U mar)

“Sesungguhnya dibalik kesukaran it u ada kemudahan” (Al-Quran : Al-ayat )

“Cobalah unt uk t idak menjadi orang yang sukses, t et api menjadi orang yang bernilai”

(Albert Einst ein)

”Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang t ersebut yang merubah nasibnya sendiri”

“M asa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka”

“K ebahagiaan dalam hidupku adalah ket ika orang-orang yang kusayangi dan kucint ai t ersenyum bahagia at as hasil perjuanganku..”


(11)

Persembahan

Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk,

Ayahandaku tercinta Drs. M . N atsir Ari,

I bundaku tercinta Sri Rodliah, S.H.,

K akanda Annisa I nderayana Ari,

K akanda Yulinda I nderasari Ari,

K akanda Yunita I nderafitri Ari,

Serta saudara seperjuangan Teknik Sipil Angkatan 2009

SI PI L JAYA !!!!!


(12)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin

, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala

yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga skripsi dengan judul

Pengaruh Derajat Kejenuhan Tanah Lempung

Terhadap Perilaku Penurunan Tanah

dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada program reguler Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mohon maaf dan

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1.

Prof. Drs. Suharno, M.sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2.

Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

3.

Iswan S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I skripsi..


(13)

5.

Ir. M. Jafri, M.T selaku Dosen Penguji skripsi.

6.

Ir. Laksmi Irianti, M.T Selaku Dosen Pembimbing Akademis

7.

Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8.

Kedua orang tua penulis (Drs. M. Natsir Ari dan Sri Rodliah, S.H) yang telah

memberikan restu dan doanya, Kakak-kakakku (Annisa, Yulinda, Yunita) serta

Innes yang selalu memberi warna dan do’a di kehidupan penulis.

9.

Rekan-rekan seperjuangan di Lab. (Pepen, Gatot, Anton, Catur, Ari, Donny,

Renol, Rian, Armen, Reja, Dedi k., Aulia, Ade, Iqbal) yang telah banyak

membantu penulis selama di laboratorium.

10.

Teknisi di laboratorium (Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Budi, Mas Bayu).

11.

Seluruh keluarga besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung, khususnya

angkatan 2009.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap karya

kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR NOTASI ... x

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Tujuan Penelitian ... 3

C.

Batasan Masalah ... 4

D.

Lokasi ... 4

E.

Manfaat Penelitian...

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tanah ... 6

B.

Tanah Lempung ... 10


(15)

D.

Konsolidasi ... 23

E.

Analogi Konsolidasi Satu Dimensi ... 23

F.

Lempung Normal (Normally Consolidated and Overconsolidated) ... 27

G.

Pengaruh Gangguan Benda Uji Pada Grafik e-log P ... 29

H.

Landasan Teori ... 32

1. Derajat Kejenuhan ... 32

2. Pengujian Konsolidasi ... 33

3. Interpretasi Hasil Pengujian Konsolidasi ... 36

4. Koefisien Pemampatan dan Koefisien Perubahan Volume ... 37

5. Indeks Pemampata n (Cc) ... 40

6. Koefisien Konsolidasi (Cv) ... 42

7. Metode Kecocokan Waktu Log = Waktu ... 43

8. Metode Akar Waktu ... 45

9. Konsolidasi Sekunder ... 47

III.

METODE PENELITIAN

A.

Sempel Tanah ... 49

B.

Pelaksanaan Pengujian ... 49

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ... 49

a. Kadar Air ... 49

b. Berat Volume ... 50

c. Berat Jenis ... 51


(16)

v

e. Batas Plastis ... 53

f. Analisis Saringan ... 54

g. Uji Hidrometer ... 55

2. Pengujian Konsolidasi ... 57

C.

Prosedur Pengujian Utama ... 58

D.

Analisi Data ... 62

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Fisik ... 63

1.

Analisa Hasil Pengujian Kadar Air ... 64

2.

Analisa Hasil Pengujian Berat Volume ... 64

3.

Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis ... 64

4.

Uji Berat Volume ... 65

5.

Uji Analisa Saringan ... 66

6.

Uji Hidrometer ... 67

7.

Uji Batas

Atterberg

... 69

8.

Data Hasil Pengujian Pemadatan Tanah ... 70

B.

Klasifikasi Tanah ... 71

1.

Klasifikasi Sistem

Unified

(USCS) ... 71

C.

Analisa Hasil Pengujian Konsolidasi ... 73

1.

Hasil Pengujian Konsolidasi ... 73

D.

Variasi Hubungan Sr dengan Nilai Cv, Cc, dan aV ... 77


(17)

2.

Hubungan Sr dengan Nilai Cc ... 78

3.

Hubungan Sr dengan Nilai aV ... 81

V.

PENUTUP

A.

Simpulan ... 85

B.

Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ... 9

2. Nilai Indeks Plastisitas dan Sifat Tanah ... 19

3. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung... 63

4. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Asli ... 65

5. Hasil Pengujian Analisis Saringan ... 66

6. Hasil Pengujian Hidrometer ... 68

7. Hasil Pengujian Batas Atterberg Tanah Asli ... 69

8. Hasil Uji Pemadatan Standar ... 71

9. Hasil Perhitungan T90 ... 73

10.Hasil Perhitungan Koefisien Konsolidasi (Cv) Pada Sampel A ... 74

11.Hasil Perhitungan Koefisien Konsolidasi (Cv) Pada Sampel B ... 74

12.Hasil Perhitungan Koefisien Konsolidasi (Cv) Pada Sampel C ... 75

13.Hasil Perhitungan Indeks Pemampatan (Cc) dan (aV) ... 76

14.Nilai Rata-rata Cv dan Rata-rata Sr ... 77

15.Nilai Rata-rata Cc dan Rata-rata Sr ... 78


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Variasi Indeks Plastisitas Dengan Persen Fraksi Lempung ... 14

2. Batas Konsistensi ... 18

3. Analogipiston dan pegas ... 24

4. Reaksi Tekanan Air Pori Terhadap Beban Pondasi ... 26

5. Pengaruh Gangguan Contoh Pada Kurva Pemampatan ... 32

6. Gambar Skema Alat Pengujian Konsolidasi ... 34

7. Sifat Khusus Grafik Hubungan ΔH Terhadap Log T ... 35

8. Sifat Khusus Grafik Hubungan e-log P’ ... 36

9. Fase Konsolidasi ... 37

10.Hasil Pengujian Konsolidasi... 39

11.Indeks Pemampatan ... 41

12.Metode Kecocokan Log-Waktu (Casagrande, 1940) ... 45

13.Metode Akar Waktu (Taylor, 1948) ... 46

14.Susunan Modul Uji Konsolidasi ... 60

15.Grafik Hasil Analisa Saringan ... 67

16.Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer ... 68

17.Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS ... 72


(20)

ix

19.Variasi Hubungan Sr dengan Cc... 79

20.Pola Penurunan Indeks Pemampatan (Cc) Sampel A1, A2, A3 ... 79

21.Pola Penurunan Indeks Pemampatan (Cc) Sampel B1, B2, B3 ... 80

22.Pola Penurunan Indeks Pemampatan (Cc) Sampel C1, C2, C3 ... 80


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang harus bisa memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke dalam tanah sampai ke lapisan atau kedalaman tertentu. Untuk mencapai suatu kondisi tanah yang memungkinkan untuk menahan beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang matang.

Dari tahun ke tahun ketersedian lahan untuk pembangunan fasilitas yang diperlukan manusia semakin terbatas yang mengakibatkan tidak dapat dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di atas tanah lempung akan mendapatkan beberapa masalah Geoteknik, bila suatu lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya maka air pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan volumenya akan menjadi lebih kecil, peristiwa inilah yang disebut dengan konsolidasi.


(22)

2

Pada waktu konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan di atas lapisan tersebut akan menurun. Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan tersebut, yaitu :

 Besarnya penurunan yang akan terjadi.  Kecepatan penurunan.

Penurunan pada tanah lempung biasanya memakan waktu yang lama, karena daya rembesan air sangat lemah.

Secara umum tanah lempung adalah suatu jenis tanah kohesif yang mempunyai sifat yang sangat kurang menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil yaitu kuat geser rendah dan kompresibilitasnya yang besar. Kuat geser yang rendah mengakibatkan terbatasnya beban (beban sementara ataupun beban tetap) yang dapat bekerja diatasnya sedangkan kompresibilitasnya yang besar mengakibatkan terjadinya penurunan setelah pembangunan selesai.

Kemampuan tanah dalam menahan tegangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah derajat kejenuhan, kandungan mineral yang terdapat pada tanah tersebut dan juga metode pengujian yang dilakukan. Tanah divisualisasikan sebagai suatu kerangka partikel padat (solid skeleton) yang membatasi pori-pori dimana pori-pori tersebut mengandung air dan/atau udara. Sehingga pada prinsipnya tanah dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian padat tanah dan bagian pori atau rongga. Jika bagian pori diisi seluruhnya oleh air maka tanah dikatakan berada dalam kondisi jenuh sempurna . Sebaliknya jika bagian pori diisi


(23)

oleh udara maka tanah dikatakan dalam keadaan kering sempurna. Sehingga dapat didefinisikan bahwa derajat kejenuhan adalah perbandingan antara volume air dengan volume pori dari suatu tanah. Meningkatnya jumlah air yang dikandung oleh suatu tanah (derajat kejenuhannya meningkat) akan menyebabkan volume tanah meningkat namun kepadatan tanah tersebut akan menurun. Fenomena tersebut dikenal sebagai swelling. Terjadinya penurunan kepadatan tanah akan menyebabkan gaya tarik antara partikel-partikel padat tanah semakin berkurang dan kecenderungan partikel-partikel-partikel-partikel padat untuk tergelincir dan terguling akan semakin meningkat.

Untuk mengetahui pengaruh dari derajat kejenuhan terhadap perilaku penurunan tanah lempung Desa Belimbing Sari Kabupaten Lampung Timur, dilakukan pengujian Konsolidasi. Pada pengujian ini, derajat kejenuhan tanah dibuat berbeda-beda. setiap derajat kejenuhan dibuat 3 contoh tanah.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pola grafik penurunan tanah yang diberi pembebanan. 2. Untuk mengetahui perbandingan nilai Cc (indeks pemampatan), Cv

(koefisien konsolidasi), aV (koefisien pemampatan) dan T90 pada saat pembebanan dengan derajat kejenuhan sampel yang berbeda.

3. Untuk memberikan gambaran tentang pengaruh derajat kejenuhan terhadap penurunan tanah.


(24)

4

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini lingkup pembahasan dan masalah yang akan dianalisis dibatasi dengan:

1. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang berasal dari Desa Belimbing Sari Kabupaten Lampung Timur.

2. Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan adalah: a. Kadar Air

b. Berat Jenis

c. Batas-Batas Atterberg d. Analisa Saringan e. Analisa Hidrometry f. Berat Volume

3. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah : a. Pengujian Pemadatan Standar

b. Pengujian Konsolidasi

D. Lokasi

1. Pengujian sifat fisik tanah untuk menentukan karakteristik tanah lempung dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Pengujian sifat mekanik tanah untuk menetukan hubungan pengaruh derajat kejenuhan terhadap perilaku penurunan pada tanah lempung dengan pengujian Konsolidasi dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.


(25)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan tentang sifat – sifat fisik dan mekanik tanah lempung. 2. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan dalam bidang teknologi


(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Sampel Tanah

Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.

B. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan dalam 2 tahap. Pertama adalah pengujian sifat fisik dan kedua pengujian konsolidasi tanah lempung. Tahap pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

a. Kadar air (Moisture Content)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah, yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir kering tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen. Pengujian berdasarkan ASTM D 2216-98.


(27)

1) Sampel tanah yang akan diuji seberat 30 – 50 gram sebanyak 2 sampel

2) Air secukupnya Peralatan yang digunakan: 1. Container sebanyak 3 buah 2. Oven

3. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram 4. Desicator

Perhitungan:

 Berat air (Ww) = Wcs – Wds  Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc  Kadar air (ω) = x100%

Ws Ww

Dimana:

Wc = Berat cawan yang akan digunakan Wcs = Berat benda uji + cawan

Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven.

Perbedaan kadar air diantara ketiga sampel tersebut maksimum sebesar 5% dengan nilai rata-rata

b. Berat Volume (Unit Weight)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbadingan antara berat tanah dengan volume tanah. Pengujian berdasarkan ASTM D 2167.


(28)

51

Bahan-bahan: Sampel tanah Peralatan:

1) Ring contoh. 2) Pisau.

3) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. Perhitungan:

1) Berat ring (Wc).

2) Volume ring bagian dalam (V). 3) Berat ring dan tanah (Wcs). 4) Berat tanah (W) = Wcs – Wc. 5) Berat Volume (γ).

V W

(gr/cm3 atau t/m3)

c. Berat Jenis (Specific Gravity)

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran atau partikel tanah yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Pengujian berdasarkan ASTM D 854-02.

Bahan-bahan :

1) Sampel tanah lempung seberat 30 – 50 gram sebanyak 2 sampel. 2) Air Suling.

Peralatan :

1) Labu Ukur 100 ml / picnometer.

2) Thermometer dengan ketelitian 0,01 ˚ C. 3) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.


(29)

4) Boiler (tungku pemanas) atau Hot plate. Perhitungan :

) (

)

( 4 1 3 2

1 2 W W W W W W Gs     

Dimana : Gs = Berat jenis

W1 = Berat picnometer (gram)

W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram).

W3 = Berat picnometer, tanah dan air (gram)

W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)

d. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian berdasarkan ASTM D 4318-00.

Bahan-bahan :

1) Sampel tanah yang telah dikeringkan di udara atau oven. 2) Air bersih atau air suling sebanyak 300 cc.

Peralatan :

1) Alat batas cair (mangkuk cassagrande).

2) Alat pembuat alur (grooving tool) ASTM untuk tanah yang lebih plastis.

3) Spatula.

4) Gelas ukur 100 cc. 5) Container 4 buah. 6) Plat kaca.


(30)

53

7) Porselin dish (mangkuk porselin) 8) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

9) Oven.

Perhitungan :

1) Menghitung kadar air (w) masing-masing sampel sesuai dengan jumlah ketukan

2) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air.

3) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.

4) Menentukan nilai batas cair pada ketukan ke-25 atau x = log 25

e. Batas Plastis (Plastic Limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Pengujian berdasarkan ASTM D 4318-00.

Bahan-bahan :

1) Sampel tanah sebanyak 100 gram yang telah dikeringkan. 2) Air bersih atau suling sebanyak 50 cc.

Peralatan : 1) Plat kaca. 2) Spatula.

3) Gelas ukur 100 cc. 4) Container 3 buah.


(31)

5) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

6) Oven.

Perhitungan :

1) Nilai batas plastik (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda uji

2) Plastik Indek (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang diuji, dengan rumus:

PI = LL – PL

f. Analisis Saringan (Sieve Analysis)

Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm). Pengujian berdasarkan ASTM D 422.

Bahan-bahan :

1) Tanah asli yang telah dikeringkan dengan oven sebanyak 500 gram.

2) Air bersih atau air suling 1500 cc. Peralatan :

1) Saringan (sieve) 1 set.

2) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. 3) Mesin pengetar (sieve shaker).

4) Kuas halus. 5) Oven.


(32)

55

6) Pan. Perhitungan :

1) Berat masing-masing saringan (Wci).

2) Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas saringan (Wbi).

3) Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci.

4) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai  Wtot.).

5) Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)

% 100 x W Wci Wbi Pi

total   

 

6) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q): %

% 100 pi

qi 

 

11 qip

 

i1

q

Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan nomor 200).

g. Uji Hidrometer

Tujuan pengujian analisis hidrometer adalah untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang lolos saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).

Bahan-bahan:


(33)

2) Air suling

3) Campuran Calgon Peralatan yang diperlukan: 1) Silinder pengendap 2) Oven

3) Gelas ukur Perhitungan: υ =

18 w

s x D2

D =

w s G ) 1 ( 30

 x ( )

) ( menit t cm L

Dimana: υ = Kecepatan mengendap γs = Berat volume partikel tanah

γw = Berat volume air

η = Kekentalan air

D = Diameter partikel tanah Gs = Berat jenis

K = fungsi dari Gs yang tergantung temperatur uji

t = waktu pengendapan


(34)

57

2. Pengujian Konsolidasi

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan (perubahan volume) suatu jenis tanah pada saat menerima beban tertentu. Pengujian berdasarkan ASTM D 2435-96.

Bahan-bahan:

1) Sampel tanah asli (undisturbed sample) yang diambil melalui tabung contoh atau sumur percobaan.

2) Air bersih secukupnya. Peralatan yang digunakan:

1) Frame alat konsolidasi dan Consolidometer 2) Cincin (cetakan) benda uji.

3) Extruder

4) Batu pori dan bola baja 5) Piringan (plat penekan)

6) Stopwatch

7) Dial deformasi

8) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. 9) Pisau pemotong dan Oven


(35)

C. Prosedur Pengujian Utama

1. Pengujian sifat fisik tanah yaitu pengujian : a. Kadar Air

b. Berat Jenis c. Berat Volume d. Analisa Saringan e. Batas Plastis f. Batas Cair g. Hidrometer

2. Melakukan uji pemadatan standar berdasarkan pencampuran sampel tanah asli dengan derajat kejenuhan yang berbeda dengan pembagian sampel yaitu Sampel A, Sampel B, dan Sampel C masing-masing terdiri dari 3 sampel.

a. Sampel A

Sampel tanah asli dicampur dengan air berdasarkan KAO 32 % dengan nilai derajat kejenuhan yang didapat sekitar 50%.

b. Sampel B

Sampel tanah asli dicampur dengan air berdasarkan KAO 37 % dengan nilai derajat kejenuhan yang didapat sekitar 60%.

c. Sampel C

Sampel tanah asli dicampur dengan air berdasarkan KAO 27 % dengan nilai derajat kejenuhan yang didapat sekitar 40%.


(36)

59

3. Melakukan uji pemadatan standar dengan cara : a. Menyiapkan sampel tanah asli seberat 2500 gr b. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml

c. Mencampur tanah berdasarkan KAO yang direncanakan

d. Setelah air dicampur dengan sampel tanah diamkan selama ± 24 jam. e. Setelah didiamkan atau diperam ± 24 jam masukkan sampel tanah ke

dalam mol untuk dilakukannya pemadatan standar.

f. Pemadatan dilakukan dengan 3 lapisan dimana pada setiap masing-masing lapisan ditumbuk atau dipadatkan sebanyak 25 kali tumbukan. g. Setelah ditumbuk dan dipadatkan, menimbang berat mol + tanah lalu

ambil beberapa untuk melihat kadaar air sampel tersebut.

4. Prosedur Pengujian Utama Konsolidasi

Pengujian konsolidasi ini dilakukan pada sampel tanah dengan derajat kejenuhan yang berbeda. Adapun langkah-langkah prosedur pengujiannya antara lain :

a. Memasukkan sampel tanah yang sudah dicampur dengan air serta dipadatkan ke dalam cetakan benda uji sampel tanah sehingga cetakan terisi penuh dengan sampel tanah.

b. Setelah sampel dicetak di cetakan benda uji tersebut, lalu melakukan penyusunan modul ke dalam sel konsolidasi dengan urutan yang dari bawah :


(37)

Batu pourus Kertas pori

Sampel tanah dalam ring Kertas Pori

Batu pourus

Silinder tembaga yang berfungsi meratakan beban Penahan dengan 3 mur

Gambar 14. Susunan Modul Uji Konsolidasi

c. Mencatat pembacaan awal tanpa di isi air dan berikan beban awal kemudian diamkan selama 24 jam. Besarnya beban awal adalah : Po = w.h.Vo

Dimana : w = Berat isi basah

h = Kedalaman pengambilan tanah Vo = Volume sampel tanah


(38)

61

d. Setelah 24 jam baca pembacaan pada dial dengan loading sebesar 500 gr, kemudian dilakukan pencatatan. Pembacaan dilakukan pada interval waktu 0”, 9,6”, 38’’, 1’, 2’,25’, 4’, 9’, 16’, 25’, 36’, 49’, 64’dan 24 jam.

e. Kemudian mengulang kembali langkah d untuk masing-masing pembebanan 1000, 2000, 4000, 8000 gr dengan interval waktu 24 jam dan dilakukannya pencatatan pada saat pembacaan dial.

f. Setelah melakukan pembacaan pada pembebanan 500, 1000, 2000, 4000, 8000 gr, kemudian melakukan pembacaaan pengembangan.

g. Pengembangan awal yaitu dengan melepas beban hingga tersisa beban seberat 2000 gr, kemudian melakukan pembacaan dial pada interval waktu 0”, 9,6”, 38’’, 1’, 2’,25’, 4’, 9’, 16’, 25’, 36’, 49’, 64’dan 24 jam.

h. Kemudian mengulang kembali langkah g untuk pembacaan pengembangan dengan berat 500 gr.

i. Mengeluarkan sampel tanah uji dari alat konsolidasi lalu dilakukannya penimbangan dan memasukkan ke dalam oven untk mendapatkan berat kering sampel (Wd) sehingga dapat ditentukan kadar airnya.


(39)

D. Analisis Data

Hasil data yang diperoleh dan didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan dan diolah kemudian hasil dari pembacaan penurunan tanah lempung dengan derajat kejenuhan yang berbeda ditampilkan dalam bentuk tabel dan dibuat grafik.


(40)

63

Bagan Alir Penelitian Pengambilan Sampel Tanah

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pengujian Sifat Fisik a. Kadar Air e. Batas Plastis b. Berat Jenis f. Batas Cair c. Berat Volume g. Uji Hidrometer d. Analisa Saringan

Klasifikasi Tanah

Analisis data Sampel A

Derajat Kejenuhan 50%

Pencampuran Sampel

Sampel B Derajat Kejenuhan 60%

Sampel C Derajat Kejenuhan 40%

Dilakukan Uji pemadatan

dan Konsolidasi


(41)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang berada di lapisan paling atas, yang juga merupakan tabung reaksi alami yang menyangga seluruh kehidupan yang ada di bumi. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia manunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.

Adapun menurut para ahli teknik sipil, tanah dapat didefinisikan sebagai : 1. Tanah adalah kumpulan butiran (agregat) mineral alami yang bisa

dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi, 1987).

2. Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai/lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan (Craig, 1987)

3. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang terikat secara kimia satu dengan yang lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (partikel padat) disertai zat cair dan gas


(42)

7

yang mengisi ruang-ruang kosong diantara parikel-partikel padat tersebut (Das, 1995).

4. Secara umum tanah terdiri dari tiga bahan, yaitu butir tanahnya sendiri serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antar butir-butir tersebut (Wesley, 1997).

1. Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995). Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah. Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi.

Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan untuk mengelompokkan tanah. Kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut


(43)

adalah Sistem Unified Soil Clasification System (USCS) dan Sistem AASHTO (American Association Of State Highway and Transporting Official). Tetapi pada penelitian ini penulis memakai system klasifikasi tanah unified (USCS).

Sistem Klasifikasi UnifiedSoil Classification System(USCS)

Sistem ini pada awalnya diperkenalkan oleh Casagrande (1942) untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang (Das, 1995). Oleh Casagrade sistem ini pada garis besarnya membedakan tanah atas dua kelompok besar (Sukirman, 1992), yaitu :

1)Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), kurang dari 50 % lolos saringan No. 200, yaitu tanah berkerikil dan berpasir. Simbol kelompok ini dimulai dari huruf awal G untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil dan S untuk Pasir (Sand) atau tanah berpasir.

2)Tanah berbutir halus (fire-grained-soil), lebih dari 50 % lolos saringan No. 200, yaitu tanah berlanau dan berlempung. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau anorganik, C untuk lempung anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik.

Klasifikasi sistem Unified secara visual di lapangan sebaiknya dilakukan pada setiap pengambilan contoh tanah. Hal ini berguna di samping untuk dapat menentukan pemeriksaan yang mungkin perlu ditambahkan, juga sebagai pelengkap klasifikasi yang di lakukan di laboratorium agar tidak terjadi kesalahan label.


(44)

9

Tabel 1. Sistem Klasifikasi UnifiedSoil Classification System

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta na h be rb ut ir ka sa r≥ 5 0 % b u ti ra n te rt ah an s ar in g an N o . 2 00 K er ik il 5 0 % ≥ fr ak si k as ar te rt ah an s ar in g an N o .

4 K

er ik il b er si h (h an y a k er ik il

) GW

Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

K la si fi k as i b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % l o lo s sa ri n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s sa ri n g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % 1 2 % l o lo s sa ri n g an N o .2 00 : B at as an k la si fi k as i y an g m em pu n y ai s im b o l d ob el

Cu = D60 > 4

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60 GP

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u

s GM

Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI > 7

Pa si r≥ 5 0 % f ra k si k as ar l o lo s sa ri n g an N o . 4 P as ir b er si h ( h an y a p as ir ) SW

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Cu = D60 > 6

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60 SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P as ir d en g an b u ti ra n h al u s

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI > 7

T an ah b er bu ti r h al u s 5 0 % a ta u l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 00 L an au d an l em pu n g ba ta s c ai r ≤ 5 0 % ML

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

50 CH

40 CL

30 Garis A

CL-ML

20

4 ML ML atau OH 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung “kurus” (lean clays)

OL

Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah L an au d an l e m pu ng b at as c ai r ≥ 5 0 % MH

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488

B at as P la st is ( % )


(45)

B. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tidak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Peck, 1987).

Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air. Sedangkan untuk jenis tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi diatasnya.

Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah dicirikan secara umum. Sifat fisika tanah lempung umumnya terletak di antara sifat tanah pasir dan liat. Pengolahan tanah tidak terlampau berat, sifat merembeskan airnya sedang dan tidak terlalu melekat.

Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan


(46)

11

dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda.

Tanah lempung terdiri dari butir – butir yang sangat kecil ( < 0.002 mm) dan menunjukkan sifat – sifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian – bagian itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi retakan – retakan atau terpecah – pecah (L.D Wesley, 1977).

Mineral lempung merupakan senyawa alumunium silikat yang kompleks yang terdiri dari satu atau dua unit dasar, yaitu silica tetrahedral dan alumunium octahedral. Silicon dan alumunium mungkin juga diganti sebagian dengan unsur lain yang disebut dengan substitusi isomorfis. Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut:

a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm. b. Permeabilitas rendah.

c. Kenaikan air kapiler tinggi. d. Bersifat sangat kohesif.

e. Kadar kembang susut yang tinggi. f. Proses konsolidasi lambat.


(47)

Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum daripada yang dipadatkan pada basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif kekurangan air, oleh karena itu lempung ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang (Hardiyatmo, 1999).

Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus.Karena itu, tanah lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan.Umumnya, terdapat kira-kira 15 macam mineral yang diklasifikasikan sebagai mineral lempung. Beberapa mineral yang diklasifikasikan sebagia mineral lempung yakni : montmorrillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite (Hardiyatmo, 2006).

1. Sifat-Sifat Umum Mineral Lempung :

a. Hidrasi

Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air dalam jumlah yang besar.Lapisan ini sering mempunyai tebal dua molekul dan disebut lapisan difusi, lapisan difusi ganda atau lapisan ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation yang disekitarnya. Lapisan ini akan hilang pada temperature yang lebih tinggi dari 60º sampai 100º C dan akan mengurangi plastisitas


(48)

13

alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang cukup dengan pengeringan udara saja.

b. Aktivitas (A)

Mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) dengan presentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm atau dapat pula dituliskan sebagai persamaan berikut:

A = %

Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi kemampuan mengembang dari suatu tanah lempung.Ketebalan air mengelilingi butiran tanah lempung tergantung dari macam mineralnya. Jadi dapat disimpulkan plastisitas tanah lempung tergantung dari :

1. Sifat mineral lempung yang ada pada butiran 2. Jumlah mineral

Bila ukuran butiran semakin kecil, maka luas permukaan butiran akan semakin besar. Pada konsep Atterberg, jumlah air yang tertarik oleh permukaan partikel tanah akan bergantung pada jumlah partikel lempung yang ada di dalam tanah.


(49)

Gambar 1. Variasi indeks plastisitas dengan persen fraksi lempung (Hary Christady, 2006).

Gambar di atas mengklasifikasikan mineral lempung berdasarkan nilai aktivitasnya, yaitu :

1. Montmorrillonite : Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 7,2 2. Illite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,9dan< 7,2

3. Kaolinite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,38dan < 0,9 4. Polygorskite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) < 0,38

c. Flokulasi dan Disversi

Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal (amophous) maka daya negatif netto, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Walls, dan partikel berukuran kecil akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau bertabrakan di dalam larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi secara acak, atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan cepatnya


(50)

15

dan membentuk sendimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+), sedangkan penambahan.bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Lempung yang baru saja berflokulasi dengan mudah tersebar kembali dalam larutan semula apabila digoncangkan, tetapi apabila telah lama terpisah penyebarannya menjadi lebih sukar karena adanya gejala, dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu.

d. Pengaruh Zat Cair

Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai dengan keperluan. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air berfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung.Satu molekul air memiliki muatan positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda (dipolar).Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi apapun.

e. Sifat Kembang Susut (Swelling)

Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan


(51)

bangunan. Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1) Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah. 2) Kadar air.

3) Susunan tanah.

4) Konsentrasi garam dalam air pori. 5) Sementasi.

6) Adanya bahan organik, dll.

Secara umum sifat kembang susut tanah lempung tergantung pada sifat plastisitasnya, semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk menyusut dan mengembang.

Tanah Lempung mempunyai beberapa jenis, antara lain :

1. Tanah Lempung Berlanau

Lanau adalah tanah atau butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran di antara pasir dan lempung.Sebagian besar lanau tersusun dari butiran-butiran quartz yang sangat halus dan sejumlah partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral-mineral mika.Sifat-sifat yang dimiliki tanah lanau adalah sebagai berikut (Das, 1991). :

a. Ukuran butir halus, antara 0,002 – 0,05 mm. b. Bersifat kohesif.


(52)

17

d. Permeabilitas rendah.

e. Potensi kembang susut rendah sampai sedang. f. Proses penurunan lambat.

Lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung.Tanah lempung berlanau merupakan tanah yang memiliki sifat plastisitas sedang dengan Indeks Plastisitas 7-17 dan kohesif.

2. Tanah Lempung Plastisitas Rendah

Plastisitas merupakan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak/remuk.Sifat dari plastisitas tanah lempung sangat di pengaruhi oleh besarnya kandungan air yang berada di dalamnya dan juga disebabkan adanya partikel mineral lempung dalam tanah.

Sifat dari plastisitas tanah lempung sangat di pengaruhi oleh besarnya kandungan air yang berada di dalamnya.Atas dasar air yang terkandung didalamnya (konsistensinya) tanah dibedakan atau dipisahkan menjadi 4 keadaan dasar yaitu padat, semi padat, plastis, cair.


(53)

Gambar 2. Batas Konsistensi

Bila pada tanah yang berada pada kondisi cair (titik P) kemudian kadar airnya berkurang hingga titik Q, maka tanah menjadi lebih kaku dan tidak lagi mengalir seperti cairan. Kadar air pada titik Q ini disebut dengan batas cair (liquid limit) yang disimbolkan dengan LL. Bila tanah terus menjadi kering hingga titik R, tanah yang dibentuk mulai mengalami retak-retak yang mana kadar air pada batas ini disebut dengan batas plastis (plastic limit), PL. Rentang kadar air dimana tanah berada dalam kondisi plastis, antara titik Q dan R, disebut dengan indek plastisitas (plasticity index), PI, yang dirumuskan :

PI = LL - PL dengan,

LL = Batas Cair (Liquid Limit) PL = Batas Plastis (Liquid Plastic)

Dari Nilai PI yang dihitung dengan persamaan diatas akan ditentukan berdasarkan (Atterberg, 1911). Adapun batasan mengenai indeks plastisitas tanah ditinjau dari; sifat, dan kohesi.Seperti pada tabel dibawah ini.


(54)

19

Tabel 2. Nilai indeks plastisitas dan sifat tanah (Hardiyatmo, 2002)

PI % PI % Sifat Tanah Kohesi

0 Non Plastis Non Kohesif

< 7 Plastisitas Rendah Kohesi Sebagian

7 - 17 Plastisitas Sedang Kohesif

> 17 Plastisitas Tinggi Kohesif

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa lempung plastisitas rendah memiliki nilai index plastisitas (PI) < 7 % dan memiliki sifat kohesi sebagian yang disebabkan oleh mineral yang terkandung didalamnya. Dalam sistem klasifikasi Unified (Das, 1995).

tanah lempung plastisitas rendah memiliki simbol kelompok CL yaitu Tanah berbutir halus 50% atau lebih, lolos ayakan No. 200 dan memiliki batas cair (LL) ≤ 50 %.

3. Tanah Lempung Berpasir

Pasir merupakan partikel penyusun tanah yang sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar.Sifat-sifat yang dimiliki tanah pasir adalah sebagai berikut (Das, 1991).:

a. Ukuran butiran antara 2 mm – 0,075 mm. b. Bersifat non kohesif.

c. Kenaikan air kapiler yang rendah, antara 0,12 – 1,2 m.

d. Memiliki nilai koefisien permeabilitas antara 1,0 – 0,001 cm/det. e. Proses penurunan sedang sampai cepat.


(55)

Klasifikasi tanah tergantung pada analisis ukuran butiran, distribusi ukuran butiran dan batas konsistensi tanah.Perubahan klasifikasi utama dengan penambahan ataupun pengurangan persentase yang lolos saringan no.4 atau no.200 adalah alasan diperlukannya mengikutsertakan deskripsi verbal beserta simbol-simbolnya, seperti pasir berlempung, lempung berlanau, lempung berpasir dan sebagainya. Pada tanah lempung berpasir persentase didominasi oleh partikel lempung dan pasir walaupun terkadang juga terdapat sedikit kandungan kerikil ataupun lanau.Identifikasi tanah lempung berpasir dapat ditinjau dari ukuran butiran, distribusi ukuran butiran dan observasi secara visual. Sedangkan untuk batas konsistensi tanah digunakan sebagai data pendukung identifikasi karena batas konsistensi tanah lempung berpasir disuatu daerah dengan daerah lainnya akan berbeda tergantung jenis dan jumlah mineral lempung yang terkandung di dalamnya.

Suatu tanah dapat dikatakan lempung berpasir bila lebih dari 50% mengandung butiran lebih kecil dari 0,002 mm dan sebagian besar lainnya mengandung butiran antara 2 – 0,075 mm. Pada Sistim Klasifikasi Unified (ASTM D 2487-66T) tanah lempung berpasir digolongkan pada tanah dengan simbol CL yang artinya tanah lempung berpasir memiliki sifat kohesi sebagian karena nilai plastisitasnya rendah ( PI < 7).


(56)

21

Untuk tanah urugan dan tanah pondasi, Sistim Klasifikasi Unified mengklasifikasikan tanah lempung berpasir sebagai (Sosrodarsono dan Nakazawa, 1988). :

a. Stabil atau cocok untuk inti dan selimut kedap air. b. Memiliki koefisien permeabilitas.

c. Efektif menggunakan penggilas kaki domba dan penggilas dengan ban bertekanan untuk pemadatan di lapangan.

d. Berat volume kering 1,52-1,92 t/m3. e. Daya dukung tanah baik sampai buruk.

Penggunaan untuk saluran dan jalan, Sistim Klasifikasi Unified mengklasifikasikan tanah lempung berpasir sebagai (Sosrodarsono dan Nakazawa, 1988). :

a. Cukup baik sampai baik sebagai pondasi jika tidak ada pembekuan. b. Tidak cocok sebagai lapisan tanah dasar untuk perkerasan jalan. c. Sedang sampai tinggi kemungkinan terjadi pembekuan.

d. Memiliki tingkat kompresibilitas dan pengembangan yang sedang. e. Sifat drainase kedap air.

f. Alat pemadatan lapangan yang cocok digunakan penggilas kaki domba dan penggilas dengan ban bertekanan.

g. Berat volume kering antara 1,6 – 2 t/m3. h. Memiliki nilai CBR lapangan antara 5-15 %.


(57)

C. Penurunan

Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami penurunan (settlement).Penurunan yang terjadi dalam tanah disebabkan oleh berubahnya susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori/air di dalam tanah tersebut. Jumlah dari penurunan sepanjang kedalaman lapisan merupakan penurunan total tanah. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari penurunan segera dan penurunan konsolidasi.

Pada tanah berpasir yang sangat tembus air (permeable),air dapa tmengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori keluar sebagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat.

Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah,berkurangnya volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapis tanah itu karena air pori didalam tanah berpasir dapat mengalir keluar dengancepat,maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi terjadi secara bersamaan (Das, 1995).

Hal ini berbeda dengan lapis tanah lempung jenuh air yang compressible (mampu mampat).Koefisien rembesan lempung adalah sangat kecil dibandingkan dengan koefisi rembesan ijuk sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat dalam waktu yang sangat lama.Untuk tanah lempung perubahan volume yang di Sebabkan oleh keluarnya air dari dalam pori (yaitu konsolidasi) akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi biasanya jauh lebih besar


(58)

23

dan lebih lambat serta lama dibandingkan dengan penurunan segera (Das, 1995).

D. Konsolidasi

Bila suatu lapisan tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori dalam tanah tersebut akan segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada lapisan tanah, berakibat air mengalir kelapisan tanah dengan tekanan air pori yang lebih rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas yang rendah, proses ini membutuhkan waktu. Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori dari tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanahnya. Proses kosolidasi dapat diamati dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi ketinggian pada tempat tertentu.

E. Analogi Konsolidasi Satu Dimensi

Mekanisme konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation) dapat digambarkan dengan cara analisis seperti yang disajikan pada Gambar 3. Silinder dengan piston yang berlubang dihubungkan dengan pegas, diisi air sampai memenuhi volume silider. Pegas dianggap terbebas daari tegangan-tegangan dan tidak ada gesekan antar dinding silinder dengan tepi pistonnya. Pegas melukiskan keadaan tanah yang mudah mampat, sedangkan air melukiskan air pori dan lubang pada piston kemampuan tanah dalam


(59)

meloloskan air atau permeabilitas tanahnya. Gambar 3.a melukiskan kondisi dimana sistem dalam keseimbangan. Kondisi ini identik dengan lapisan tanh yang dalam keseimbangan dengan tekanan overburden. Alat pengukur tekanan yang dihubungakan dengan silider memperlihatkan tekanan hidrostatis sebesar uo, pada lokasi tertentu didalam tanah.

Gambar 3. Analogipiston daan pegas

Bila tegangan sebesar ∆p dikerjakan diatas piston dengan posisi katup V

tertutup (Gambar 3.b), maka akibat tekanan ini piston tetap tidak akan bergerak. Hal ini disebabkan karena air tu\idak mudah mampat. Pada kondisi ini, tekanan pada piston tidak dipindah ke pegas, tapi sepenuhnya didukung oleh air. Pengukur tekanan air dalam silinder menunjukkan kenaikan tekanan ∆u = ∆p, atau pembacaan tekanan sebesar uo + ∆p. Kenaikan tekanan ∆u

disebut dengan kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure). Kondisi pada kedudukan katup V tertutup melukiskan kondisi tanpa drainasi (undrained) didalam tanah.

Jika kemudia katup V dibuka, air akan keluar lewat lubang dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh luas lubangnya. Hal ini akan menyebabkan piston


(60)

25

bergerak ke bawah, sehingga pegas secara berangsur-angsur mendukung beban akibat ∆p (Gambar 3.1). Pada setiap kenaikan tekanan yang didukung

oleh pegas, kelebihan tekanan air pori (∆u) didalam silinder berkurang.

Akhirnya pada suatu saat, tekanan air pori nol dan seluruh tekanan didukung oleh pegasnya dan kemudian piston diam (Gambar 3.d). Kedudukan ini melukiskan kondisi dengan drainasi (drained).

Pada sembarang waktunya, tekanan yang terjadi pada pegas identik dengan kondisi tegangan efektif didalam tanah. Sedang tegangan air didalam silinder identik dengan tekanan air pori. Kenaikan tekanan ∆p akibat beban yang

diterapkan identik dengan tambahan tegangan normal yang bekerja. Gerakan piston menggambarkan perubahan volume tanah, dimana gerakan ini dipengaruhi oleh kompresibilitas (kemudahmampatan) pegasnya, yaitu ekivalen dengan kompresibilitas tanahnya.

Walaupun model piston dan pegas ini agak kasar, tetapi cukup menggambarkan apa yang terjadi bila tanah kohesif jenuh dibebani di laboratorium maupun dilapangan. Sebagai contoh nyatanya dapat dilihat pada Gambar 4.a, Disini diperlihatkan suatu pondasi yang dibagun diatas tanah lampung yang diapit oleh lapisan tanah pasir dengan muka air tanah dibatas lapisan lempung sebelah atas. Segera sesudah pembebanan, lapisan lempung mengalami kenaikan tegangan sebesar ∆p. Air pori didalam lapisan lempung

ini dapat mengalir dengan baik ke lapisan pasirnya dan pengaliran air hanya ke atas dan ke bawah saja. Dianggap pula bahwa besarnya tambahan tegangan ∆p sama disembarang kedalaman lapisan lempungnya.


(61)

Gambar 4. Reaksi tekanan air pori terhadap beban pondasi a. Pondasi pada tanah lempung jenuh

b. Diagram perubahan tekanan air pori dengan waktunya

Jalannya proses konsolidasi diamati lewat pipa-pipa piezometer yang dipasang sepanjang kedalamannya (Gambar 4.b), sedemikian rupa sehingga tinggi air dalam pipa piezometer menyatakan besarnya kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure) di kedalaman pipanya.

Akibat tambahan tekanan ∆p, yaitu segera setelah beban pondasi bekerja,

tinggi air dalam pipa piezometer naik setinggi h = ∆p/yw, atau menurut garis

DE, garis DE ini menyatakan distribusi kelebihan tekanan air pori awal. Dalam waktu tertentu, tekanan air pori pada lapisan yang lebih dekat dengan lapisan pasir akan berkurang, sedangkan tekanan air pori lapisan lempung bagian tengah masih tetap. Kedudukan ini dinyatakan dengan kurva K1.


(62)

27

Dalam tahapan waktu sesudahnya, ketinggian air dalam pipa ditunjukkan dalam kurva K2. Setelah waktu yang lama, tinggi air dalam pipa piezometer

mencapai kedudukan yang sama dengan kedudukan muka air tanah (garis AC). Kedudukan garis AC ini menunjukkan kedudukan proses konsolidasi telah selesai, yaitu ketika kelebihan tekanan air pori telah nol.

Pada mulanya, tiap kenaikan beban akan didukung sepenuhnya oleh tekanan air pori, dalam hal ini berupa kelebihan tekanan air pori ∆u yang besarnya

sama dengan ∆p. Dalam kondisi demikian tidak ada perubahan tegangan

efektif didalam tanahnya. Setelah air pori sedikit demi sedikit terperas keluar, secara berangsur-angsur tanah mampat, beban perlahan-lahan ditransfer kebutiran tanah, dan tegangan efektif bertambah. Akhirnya, kelebihan tekana air pori menjadi nol. Pada kondisi ini, tekanan air pori sama dengan tekanan hidrostatis yang diakibatkan oleh air tanahnya.

F. Lempung Normal Normally Consilidated dan Overconsildated

Mengenai istilah normally consilidated (terkonsolidasi normal) dan overconsildated (terkonsolidasi berlebihan), Istilah normally consilidated dan overconsildated digunakan untuk menggambarkan suatu sifat penting dari lapisan tanah lempung. Lapisan tanah lempung biasanya terjadi dari proses pengendapan. Pada proses pengendapannya, lempung akan mengalami konsolidasi ataupun penurunan akibat tekanan tanah yang mengendap diatasnya. Lapisan-lapisan tanah yang diatas ini suatu ketika mungkin kemudia hilang akibat proses alam. Hal ini berarti tanah lapisan bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat dari


(63)

tekanan yang lebih besar dari tekanan yang bekerja sekarang. Lapisan semacam ini disebut lapisan overconsolidated (OC) atau terkosolidasi berlebihan. Bila tegangan efektif yang bekerja pada waktu sekarang adalah tegangan maksimumnya, maka endapan lempung ini disebut lempung pada kondisi normally consilidated (NC) atau terkonsolidasi normal.

Jadi lempung pada kondisi normally consilidated, bila tekanan prakonsolidasi (preconsolidationpressure) (pc’ ) sama dengan tekanan overburden efektif (po’). Sedang lempung pada kondisi overconsolidated, jika tegangan prakonsolidasi lebih besar dari tekanan overburden efektif yang ada pada waktu sekarang (pc’ >po’). Nilai banding overconsolidation (Overconsolidation ratio, OCR) didefinisikan sebagai nilai banding tekanan prakonsolidasi terhadap tegangan efektif yang ada, atau bila dinyatakan dalam persamaan :

' '

o c p p

OCR

Tanah normally consilidated mempunyai nilai OCR = 1, dan tanah dengan OCR>1 adalah overconsolidated. Dapat ditemui pula, tanah lempung mempunyai OCR < 1. Dalam hal ini tanah adalah sedang dalam (keadaan) konsolidasi (underconsolidated). Kondisi underconsolidated dapat terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diendapkan baik secara geologis maupun oleh manusia. Dalam kondisi ini, lapisan lempung belum mengalami keseimbangan akibat beban diatasnya. Jika tekanan air pori diukur dalam kondisi underconsolidated, tekanannya akan melebihi hidrostatisnya.


(64)

29

Telah disebutkan bahwa akibat perubahan tegangan efektif, tanah dapat menjadi overconsolidated. Perubahan tegangan efektif ini, misalnya akibat adanya perubahan tegangan total, atau perubahan tekanan air pori. Lapisan tanah yang terkonsolidasi sebenarnya tidak dalam kondisi seimbang seperti yang sering diperkirana. Perubahan volume dan rayapan sangat mungkin masih berlangsung pada tanah tersebut. Dalam lapisan tanah asli, dimana permukaan tanah tersebut horizontal, keseimbangan mungkin didapatkan. Tetapi kalau tanah tersebut dalam kemiringan, rayapan dan perubahan volume mungkin masih terjadi.

G. Pengaruh Ganguan Benda Uji pada Grafik e-log p

Kondisi tanah yang mengalami pebebanan seperti yang ditunjukkan dalam grafik e-log p yang diperoleh dari laboratorium, tidak sama dengan kondisi pembebanan tanah asli pada lokasi dilapangan. Beda reaksi terhadap beban antara benda uji di laboratorium dan dilapangan adalah karena adanya ganguan tanah benda uji (soil disturbance) selama persiapan pengujian oedometer. Karena dibutuhkan untuk mengetahui hubungan angka pori-tegangan efektif pada kondisi asli dilapangan, maka diperlukan koreksi terhadap hasil pengujian dilaboratorium.

Dilapangan, elemen tanah dipengaruhi oleh tegangan efektif-vertikal σz' dan

tegangan efektif horizontal σz' = Koσz' (dengan Ko adalah koefisien tekanan

lateral tanah diam). Umumnya Ko tidak sama dengan 1, yaitu kurang dari 1

untuk lempung normally consolidated atau sedikit normally overconsolidated (slightly overconsolidated) dan lebih dari 1 untuk lempung terkonsolidated


(65)

sangat berlebihan (heavily overconsolidated). Ketika contoh tanah diambil dari dalam tanah dengan pengeboran tekanan keliling luar (external confining pressure) hilang. Kecendrungan tanah jenuh setelah terambil dari dalam tanah untuk mengembang karena hilangnya tekanan keliling, ditahan oleh berkembangnya tekanan air pori negatif akibat tegangan kapiler (capillary tension). Jika udara tidak keluar dari larutannya, volume contoh tidak akan berubah dan tegangan keliling efektif (σz') sama dengan besarnya tekanan air

pori ( - u ). Dalam kondisi ini σz' = σz' n= .

Jadi, nilai banding σz' / σz' berubah dengan perubahan yang tergantung pada

nilai Ko. Regangan yang ditimbulkan menyebabkan kerusakan benda uji, atau

benda uji menjadi terganggu. Pengaruh ini telah diselidiki oleh Skewmpton dan Sowa (1963), Ladd dan Lambe (1963), dan Ladd (1964). Pengaruh dari pengambilan contoh tanah, dan lain-lain pengaruh kerusakan benda uji diberikan dalam Gambar 5.

Sejarah pembebanan dari suatu contoh tanah lempung normally consolidated disajikan dalam Gambar 5.a. Kurva pemampatan asli diperlihatkan sebagai garis penuh AB, yang menggambarkan kondisi asli dilapangan, dengan Po' = Pc'. Tambahan beban pada lapisan tanah akan menghasilkan perubahan angka pori (e) menurut garis patah-patah BE, yaitu perpanjangan kurva pemampatan asli dilapangan. Akan tetapi, akibaht gangguan tekanan konsolidasi efektif benda uji pada waktu dibawa dilaboratorium berkurang, walupun angka pori tetap. Ketika benda uji dibebani kembali dilaboratorium, pengurangan angka


(66)

31

pori yang terjadi akibaht ganguan, contohnya adalah seperti kondisi yang ditunjukkan oleh kurva laboratorium CD.

Dalam hal lempung overconsolidated (Gambar 5.b), sejarah tegangan dilapangan disajikan oleh kurva pemampatan asli ke titik dimana tekanan prakonsilidasi (Pc' ) tercapai (bagian AB). Sesudah itiu, karena sesuatu hal terjadi di waktu lampau, beban berkurang sampai mencapai tekanan overburden (Po'). Kurva garis penuh BC memperlihatkan hubungan e-log P ' dilapangan selama pengurangan bebannya. Penambahan beban dilapangan akan mengikuti kurva pemampatan kembali yang berupa garis patah-patah CB, yang bila beban bertambah hinga melampaui tekanan prakonsildasi, kurva akan terus kebawah mengikuti pelurusan dari kurva pemampatan asli dilapangan (bagian BF). Akibat gangguan contohnya, maka tekanan konsolidasi efektif tereduksi pada angka pori konstan, yang bila kemudian diadakan pengujian dilaboratorium kurvanya akan mengikuti garis penuh DE. Penambahan derajat ganguan benda uji, mengakibatkan kurva laboratorium akan cenderung bergeser lebih kekiri.


(67)

Gambar 5. Pengaruh ganguan contoh pada kurva pemampatan (a) Lempung Normally Consolidated

(b) Lempung Overconsolidated

H. Landasan Teori

1. Derajat Kejenuhan (Sr)

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).

Angka pori didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume butiran padat, yaitu :

℮= Vv Vs


(68)

33

dimana : ℮ = Angka pori (Void ratio) Vv = Volume pori

Vs = Volume butiran padat

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume tanah total, yaitu :

= Vv V

dimana : = Porositas (Porosity) Vv = Volume pori V = Volume tanah total

Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dan volume pori, yaitu :

= Vw Vv

dimana: = Derajat kejenuhan (degree of saturation) Vv = Volume pori

Vw = Volume tanah total

2. Pengujian Konsolidasi

Pengujian konsolidasi satu dimensi (one-dimensional consolidation) biasanya dilakukan dilaboratorium dengan alat oedometer atau konsolidometer. Gambar skematik alat ini dapat dilihat pada Gambar 6.


(69)

Contoh tanah yang mewakili elemen tanah yang mudah mampat pada lapisan tanah yang diselediki, dimasukan secara hati-hati kedalam cincin besi. Bagian atas dan bawah dari benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone).

Gambar 6. Gambar skema alat pengujian konsolidasi

Beban P diterapkan pada benda uji tersebut, dan penururnan diukur dengan arloji pembacaan (dial gauge). Beban diterpkan dalam periode 24 jam, dengan benda uji tetap terendam dalam air. Penambahan beban secara periodik diterapkan pada contoh tanahnya. Penelitian oleh Leonard (1962) menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh jika penambahan beban adalah dua kali beban sebelumnya, dengan urutan besar beban 0,25; 0,50; 1; 2; 4; 8; 16 kg/cm2. Untuk tiap penambahan beban, deformasi dan waktunya dicatat, kemudian diplot pada grafik semi logaritmis, Gambar 7 memperlihatkan sifat khusus dari grafik hubungan antara penurunan ∆H dan logaritma waktu (log t). Kurva bagian atas (kedudukan 1). Merupakan bagian dari kompresi awal disebabkan oleh pembebanan awal dari benda uji. Bagian garis lurus (kedudukan 2), menunjukkan proses konsolidasi


(70)

35

primer. Bagian garis lurus terendah (kedudukan 3), menunjukkan proses konsolidasi sekunder.

Gambar 7. Sifat khusus grafik hubungan ∆H terhadap log t

Untuk tiap penambahan beban selama pengujiannya, tegangan yang terjadi adalah tegangan efektif. Bila berat jenis tanah (specific gravity), dimensi awal dan penurunan pada tiap pembebanan dicatat, maka nilai angka pori e dapat diperoleh. Selanjutnya hubungan tegangan efektif dan angka pori (e) diplot pada grafik semi logaritmis (Gambar 8).


(71)

Gambar 8. Sifat khusus grafik hubungan e-log p

3. Interpretasi Hasil Pengujian Konsolidasi

Pada konsoliodasi satu dimensi, perubahan tinggi (∆H) persatuan dari awal (H) adalah sama dengan perubahan volume (∆V) per satuan volume awal, atau

V V H

H


(72)

37

Gambar 9. Fase Konsolidasi

(a) Sebelum konsolidasi

(b) Sesudah konsolidasi

Bila volume padat Va = 1 dan volume pori awal adalah eo, maka kedudukan

akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat dalam Gambar 9. volume pdat besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya ∆e. Dari Gambar 9.

dapat diperoleh persamaan.

o

e e H H

   

1 (2)

4. Koefisien Pemampatan (Coeficient of Compression) (av) dan keofisien

perubahan Volume (mv) (Coeficient of Volume Change)

Koefisine pemampatan (av) adalah koefisien yang menyatakan kemiringan

kurva e--p. Jika tanah dengan volume V1 mamapat sehingga volumenya


(73)

pengurangan rongga pori, maka perubahan volume hanya dalam arah vertikal dapat dinyatakan oleh :

1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 ) 1 ( ) 1 ( e e e e e e V V V          Dengan :

e1 = angka pori pada tegangan P1’

e2 = angka pori pada tegangan P2’

V1 = Volume pada tegangan P1’

V2 = Volume pada tegangan P2’

Kemiringan kurva e – p’ (av) didifinisikan sebagai :

p e av    (3) = ' 1 ' 2 2 1 p p e e  

Dimana kurva e – p’ (av) berturut – turut adalah angka pori pada tegangan


(1)

Penurunan akibat konsolidasi sekunder, dihitung dengan persamaan 1 2 log 1 t t e C H S p

s

dimana

ep = angka pori saat konsolidasi primer selesai

H = tebal benda uji awal atau tebal lapisan tanah yang ditinjau H = perubahan tebal benda uji di laboratorium dari t1 ke t2

t2 = t1 + t

t1 = saat waktu setelah konsolidasi primer selesai.

Dala tanah organik tinggi dan beberapa jenis lempung lunak, jumlah konsolidasi sekunder mungkin akan sebanding dengan konsolidasi primernya. Akan tetapi, kebanyakan jenis tanah, pengaruh konsolidasi sekunder biasanya sangat kecil sehingga sering diabaikan.

Penurunan akibat konsolidasi harus dihitung secara terpisah. Nilai yang diperoleh ditambahkan dengan nilai penurunan konsolidasi primer dan penurunan segeranya.


(2)

85

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tanah lempung yang digunakan sebagai sampel penelitian berasal dari Daerah Rawa Sragi, Desa Belimbing Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur termasuk dalam kategori tanah lempung lunak plastisitas tinggi dengan nilai Plasticity Index yang tinggi > 11%. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut USCS (Uniffied Soil Clasification System) tanah ini termasuk ke dalam kelompok CH yaitu tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat clays).

2. Dari hasil pengujian pemadatan standar untuk masing-masing sampel dengan derajat kejenuhan berbeda, untuk Sampel A dengan Kadar Air Optimum 32% didapat nilai derajat kejenuhan rata-rata sebesar 50,80%, Sampel B dengan Kadar Air Optimum 37% didapat nilai derajat kejenuhan rata-rata sebesar 62,42%, Sampel C dengan Kadar Air Optimum 27% didapat nilai derajat kejenuhan rata-rata sebesar 45%.


(3)

3. Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium nilai kecepatan waktu konsolidasi diperoleh dari grafik hubungan penurunan dengan waktu (akar waktu) dan dari grafik ini waktu untuk mencapai konsolidasi 90% (T90) dapat ditentukan.

4. Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang tercepat terdapat pada sampel c dengan derajat kejenuhan terendah. Koefisien konsolidasi adalah koefisien yang menyatakan kecepatan proses konsolidasi pada suatu sampel tanah. Semakin besar nilai koefisien ini, maka semakin cepat pula proses konsolidasi terjadi dan semakin cepat tanah mencapai lapisan stabil atau keras.

5. Dari hasil penelitian diperoleh nilai indeks pemampatan (Cc) yang terendah terdapat pada sampel c dengan derajat kejenuhan terendah. Semakin kecil nilai indeks pemampatan maka semakin kecil besaran penurunan yang terjadi. Proses pemampatan suatu jenis tanah yang kecil dapat meminimalisir resiko kerusakan pada konstruksi diatasnya.

6. Nilai koefisien pemampatan (aV) yang rendah diperoleh pada sampel c dengan nilai rata-rata sebesar 0,06 cm2/Kg.

B. Saran

1. Sampel tanah yang akan digunakan sebaiknya pada kondisi jenuh air pada kondisi aslinya. Sampel tanah yang diambil dari lokasi saat akan dipindahkan sebaiknya tertutup rapat agar kadar air dalam tanah dapat terjaga.


(4)

87

2. Perlunya ketelitian pada saat pembuatan sampel agar sampel tidak rusak saat dicetak, dan dimasukkan ke alat oedometer.

3. Setting alat oedoemeter dan dial penurunan harus dalam kondisi seimbang dan terhindar dari gangguan sehingga pembacaan lebih akurat.

4. Perlunya ketelitian pembacaan dial pada saat proses pengujian berlangsung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Idharmahadi. 1992.

Penuntun Praktikum Mekanika Tanah.

Andar. S, Veny. 2014.

Perilakuloading unloading pada tanah lempung yang disubtitusi

material bergradasi kasar (pasir).

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Bowles. J. E. 1989.

Sifat – sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah

. Edisi Kedua. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Craig, R. F. 1991. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Das, B. M. 1993.

Mekanika Tanah

. (

Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis

). Jilid I

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hardiatmo, H. C. 1992.

Mekanika Tanah

. Gramedia Pustaka Umum. Jilid I Jakarta.

Hardiyatmo, H.C.2003. Mekanika Tanah II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

https://elearning.gunadarma.ac.id/...tanah.../bab2_konsolidasidanpenurunan.pdf

https://eprints.unika.ac.id/.../Hubungan_Koefesien_Konsolidasi_Arah_Vertikal_

https://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Herman/

Konsolidasi

%20lanjutan.pdf

Nakazawa, K., Sosrodarsono, S, 1983.

Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

. Pradya

Paramita, Jakarta.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987.

Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa

. Penerbit

Erlangga, Jakarta.


(6)