Tuntutan Kompetensi evaluasi kinerja guru

3 dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing di forum regional, nasional, ataupun internasional. Hal ini dipertegas kembali dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebut profesi guru sebagai profesi yang sejajar dengan dosen di perguruan tinggi.

B. Tuntutan Kompetensi

Kompetensi competency didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045U2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Selain itu, kompetensi juga dapat dipahami sebagaimana yang dinyatakan pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dengan demikian, kompetensi pada hakikatnya terdiri atas aspek kognitif, psikomotorik dan juga afektif, yang ditampilkanditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas profesional-nya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 38, pendidik guru adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks ini, maka kompetensi guru diartikan 4 sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang calon guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus 1 memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, 2 memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, 3 memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus 4 mematuhi kode etik profesi, 5 memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, 6 memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, 7 memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, 8 memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan 9 memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum UU Nomor 142005, tentang Guru dan Dosen Di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 Hasan, 2009 dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: 1 Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, 2 Guru menguasai secara mendalam bahanmata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, 3 Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, 4 Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, 5 Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Hasan 2009, mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai: 1 dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; 2 penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu 5 pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; 3 pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in- service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Di Inggris dan Wales untuk meningkatkan profesionalisme guru pemerintah mulai memperhatikan pembayaran gaji guru diseimbangkan dengan beban kerjanya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara ketiga http:re- searchengines. comamhasan.html Guru dikondisikan pada posisi garda terdepan dan sangat sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran termasuk proses ujian. Jika masyarakat mengetahui lulusan sekolah tidak bermutu, sorotan utama akan bermuara pada ketidakmampuan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Hitam putihnya proses belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Bagi sebagian besar orang tua, sosok guru masih dipandang sebagai 6 wakil orang tua ketika anaknya tidak berada di dalam keluarga. Oleh karena itu sumber daya guru ini harus dikembangkan baik melalui pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kemampuan profesionalnya lebih meningkat. Guru profesional akan dapat menyelenggarakan proses PBM yang bersih dan menyenangkan, sehingga dapat mendorong kreatifitas pada diri siswa. Guru profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh sikap anggotanya. Guru memiliki otonomi khusus dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Guru membuat keputusan dan dapat mempertanggung- jawabkan keputusan tersebut Jatmiko, 2008 Guru profesional memiliki lima kuafikasi 1 akademik, 2 kompetensi, c sertifikat, d kesehatan lahir dan batin, dan e merealisasikan tujuan pendidikan Joni, 2008a. Secara khusus Joni 2008b menyebut The Four Pillars of Learning yang lepas-konteks itu menjadi a kompetensi pedagogik, b kompetensi kepribadian, c kompetensi profesional, dan d kompetensi sosial. Keempat kompetensi digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Kompetensi Guru Profesional 7 Guru profesional mendukung penjaminan mutu secara berkelanjutan. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus Gambar 4. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Gambar 2. Mekanisme Penjaminan Mutu melalui Penerapan ISO Gaspersz Joni, 2008b

C. Sertifikasi Guru