EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU SIDAWANGI JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU
SIDAWANGI JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015

Disusun oleh
Nanda Kusumawardhani
20120350079

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU
SIDAWANGI JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015


Disusun oleh
Nanda Kusumawardhani
20120350079

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU SIDAWANGI
JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015
Disusun oleh
Nanda Kusumawardhani
20120350079

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 28 Desember 2016
Dosen Pembimbing


Indriastuti Cahyaningsih, M. Sc., Apt.
NIK. 19850526201004173121
Dosen Penguji 1

Dosen Penguji 2

Bangunawati Rahajeng M.Si., Apt
NIK: 19701105201104173154

Pramitha Esha N. D., M.Sc., Apt
NIK: 19860811201504173239

Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sabtanti H., Ph.D, M. Sc., Apt
NIK : 19730223201310173127


ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama

: Nanda Kusumawardhani

NIM

: 20120350079

Program Studi

: Farmasi

Fakultas

: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun dalam perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan melalui penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 14 Agustus 2016
Yang membuat peryataan

Nanda Kusumawardhani
20120350079

iii

MOTTO

‫) فإ َن مع‬4(


ْ

‫فعْنا ل‬

)3(

)8( ْ‫بِ فا ْ غب‬

ْ ‫أ ْن ض ظ‬

َ‫) ال‬2(
ْ

‫ضعْنا ع ْن‬

)1(

ْ ‫أل ْم ن ْش حْ ل ص‬


‫) إل‬7( ْ‫) فإ ا ف ْغت فا ْنصب‬6( ‫) إ َن مع ْالع ْس ي ْس ً ا‬5( ‫ْالع ْس ي ْس ً ا‬

Artinya :
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,(1) Dan Kami telah
menghilangkan dari padamu bebanmu,(2) yang memberatkan punggungmu? (3)
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (4) Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.(6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (7) dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(8)”

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil‟alamin….
Akhirnya aku sampai ke masa ini, dimana satu langkah telah terlewati yang telah
Engkau hadiahkan kepadaku dan akan ku persembahkan kepada kedua orang
tuaku. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada-Mu ya Rabb… Dan salawat
serta salam kepada Rasulullah SAW dan para sahabat, umatnya hingga akhir
jaman.

Semoga sebuah karya ini menjadi amal ibadah jariahku yang akan terus mengalir
pahalanya dan akan bermanfaat bagi yang lainnya.. Karya ini aku persembahkan
kepada…
Mamah dan Papah
Karya Ilmiah ini aku persembahkan kepada kedua orangtuaku sebagai tanda bakti,
hormat, saying dan terima kasih yang tak terhingga. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membahagiakan papah dan mamahku..
Kedua Adikku
(Abdul Azis dan Firmansyah Abdussyukur)
Untuk kedua adikku semoga ini menjadi contoh yang baik bagi kalian, ambil
baiknya buang buruknya. Selama 4 tahun berpisah, rindu rasanya berkumpul
bersama setiap saat, berebutan makanan, curhat-curhatan, beradu pendapat. Maaf
selama ini belum bisa manejadi panutan yang terbaik untuk kalian, tapi mbak akan
selalu memberikan dan berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian.
Teman-Teman Farmasi 2012
Kepada teman-teman seperjuanga yang namanya tidak bisa disebutkan satu
persatu terima kasih banyak.

v


KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa Pengasih lagi Maha
Penyayang karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Evaluasi
Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah
Sakit Paru Sidawangi Jawa Barat Periode Januari - Juni 2015” dengan
penuh kemudahan. Penelitian ini diajukan sebagai bagian dari tugas akhir
dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih setulusnya kepada :
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Sabtanti H., Ph.D, M. Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
yang telah memberi izin dalam pelaksanaan penelitian Ilmiah ini.
3. Indriastuti Cahyaningsih, M. Sc., Apt. selaku dosen pembimbing
yang selalu membimbing kami dalam melaksanakan penelitian

ini.
4. Bangunawati Rahajeng M.Si., Apt. Selaku dosen penguji 1, terima
kasih atas masukan yang telah diberikan dan Rima Erviana, M.Sc,
Apt. Selaku dosen penguji 2 terima kasih atas masukan yang telah
diberikan.
5. Seluruh staff pengajaran, program studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6. Kedua orang tuaku yang selalu memberi dukungan serta doa.
7. Bapak Bambang Sukaryanto beserta keluarga
8. Teman-Teman Aspartic Farmasi Angkatan 2012
9. Rumah Sakit Paru Sidawangi yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas selama penelitian berlangsung
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu saran dan kritik yang kontruktif akan sangat
membantu agar proposal karya tulis ilmiah ini dapat menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 4 November 2016
Penulis
Nanda Kusumawardhani
vi


DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
INTISARI............................................................................................................... xi
ABSTRACT ............................................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. TUBERKULOSIS ........................................................................................ 7
1.


Pengertian Tuberkulosis .......................................................................... 7

2.

Patofisiologi Tuberkulosis ....................................................................... 8

3.

Tanda dan Gejala ...................................................................................... 8

4.

Klasifikasi TB.......................................................................................... 9

5.

Diagnosis Tuberkulosis .......................................................................... 14

B. Pengobatan Tuberkulosis ........................................................................... 17
C.

Obat Tuberkulosis (OAT)......................................................................... 20

D. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ................................. 22
E. Pengobatan Rasional ................................................................................. 23
F.

KERANGKA KONSEP ............................................................................ 25

G. Keterangan Empirik .................................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................26
A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 26
B. Lokasi dan Waktu .................................................................................... 26
vii

C. Populasi ...................................................................................................... 26
D. Sampel ........................................................................................................ 26
E. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi .................................................................. 27
1.

Kriteria Inklusi ..................................................................................... 27

2.

Kriteria Ekslusi ...................................................................................... 28

F.

Definisi Operasional.................................................................................. 28

G. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 29
H. Cara Kerja ................................................................................................. 30
I.

Skema Langkah ......................................................................................... 31

J.

Analisis Data ............................................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................34
1.

Sampel Penelitian ....................................................................................... 34

2.

Deskripsi Karakteristik Sampel.................................................................. 34
a.

Jenis Kelamin ......................................................................................... 34

b.

Usia ......................................................................................................... 36

c.

Berat badan ............................................................................................. 37

d.

Kultur Bakteri ......................................................................................... 38

3.

Gambaran Pengobatan ............................................................................... 38
a.

Kategori obat Antituberkulosis............................................................... 38

b.

Pemberian Vitamin ................................................................................. 40

4.

5.

Evaluasi Pengobatan .................................................................................. 41
a.

Tepat Diagnosis ...................................................................................... 41

b.

Tepat Indikasi ......................................................................................... 43

c.

Tepat Pemilihan Obat ............................................................................. 45

e.

Tepat Interval Waktu Pemberian ............................................................ 48

f.

Tepat Lama Pemberian ........................................................................... 50
Hasil Pengobatan ........................................................................................ 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................53
A.

Kesimpulan .................................................................................................53

B.

Saran ............................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Paduan Dosis OAT KDT Kategori-1 ...................................................... 19
Tabel 2. Dosis Untuk Paduan OAT KDT Kategori 2 ........................................... 20
Tabel 3. Distribusi Pasien Berdasarkan Kategori Tepat Diagnosis ...................... 42
Tabel 4. Distribusi Pasien Berdasarkan Tepat Indikasi ........................................ 43
Tabel 5. Distribusi Pasien Berdasarkan Indikasi Penggunaan Multivitamin ........ 45
Tabel 6. Distribusi Pasien Berdasarkan Tepat Pemilihan Obat ............................ 45
Tabel 7. Distribusi Pasien Berdasarkan Tepat Dosis Kategori 1 .......................... 47
Tabel 8. Distribusi Pasien Berdasarkan Tepat Dosis Kategori 2 .......................... 48
Tabel 9. Distribusi Pasien Berdasarkan Tepat Interval Waktu Pemberian ........... 49
Tabel 10. Tepat Lama Pemberian Kategori 1 ....................................................... 50
Tabel 11. Tepat Lama Pemberian Kategori 2 ....................................................... 50

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru ...................................................................... 16
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 25
Gambar 3. Skema Langkah ................................................................................... 31
Gambar 4. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 34
Gambar 5. Persentase Berdasarkan Usia ............................................................... 36
Gambar 6. Persentase Berdasarkan Berat Badan .................................................. 37
Gambar 7. Persentase Berdasarkan Kultur Bakteri ............................................... 38
Gambar 8. Persentase Berdasarkan Kategori Pengobatan .................................... 38
Gambar 9. Pemberian Vitamin.............................................................................. 40

x

INTISARI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pola pengobatan pada terapi tuberkulosis berdasarkan
tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval
waktu pemberian, dan tepat lama pemberian di Rumah Sakit Sidawangi periode
Januari – Juni 2015, berdasarkan Pedoman Pengobatan Tuberkulosis Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014.
Penelitian ini berupa penelitian deskriptif yang bersifat non
eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan
data dilakukan secara retrospektif pada bulan Januari – Juni 2015. Penelitian ini
menyertakan 126 pasien dari data rekam medis untuk mendapatkan pola
pengobatan TB untuk selanjutnya dianalisis ketepatan penggunaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71 pasien (56%) pasien mendapatkan
terapi TB kategori 1 yakni (2(RHZE)/4(RH)3 dan 55 pasien (46%) pasien
mendapatkan terapi TB kategori 2 yakni (2(RHZE)S/(RHZE)/5(HR)3E3. Evaluasi
pengobatan TB pada pasien menunjukkan tepat diagnosis (100%), tepat indikasi
(100%), tepat pemilihan obat (99,20%), tepat dosis (99,20%), tepat lama
pemberisn obat pada kategori 1 sebanyak 58 pasien dari 71 pasien (81,69%) dan
kategori 2 52 pasien dari 55 pasien (96,29%), tepat interval waktu pemberian
sebanyak (100%).

Kata kunci: OAT, Evaluasi tuberculosis, Evaluasi Terapi

xi

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by TB bacteria
(Mycobacterium tuberculosis). Most of the TB attack the lungs, but can attack on
other organs. The aims of this study is to assess the pattern of treatment based on
correct of diagnosis, indications, drug selection, dosage, intervals of
administration, and duration of administration in Hospital of Sidawangi period
January - June 2015, based on the Guidelines for Treatment of Tuberculosis from
Ministry of Health in the Republic of Indonesian on 2014.
This research is a non experimental study with cross-sectional design.
Data were collected retrospectively in January - June 2015. This study was
included 126 patients and the data were colleted from medical records to get TB
treatment pattern.
The results showed that 71 patients (56%) patients receiving TB treatment
category 1 which is (2 (RHZE) / 4 (RH) 3 and 55 patients (46%) received
tuberculosis therapy category 2 which is (2 (RHZE) S / ( RHZE) / 5 (HR) 3E3.
The evaluation of tuberculosis treatment in patients showing exact diagnosis
(100%), appropriate indications (100%), the proper selection of drugs (99.20%),
the right dosage (99.20%), proper old administration drug in category 1 in 58
patients out of 71 patients (81.69%) and category 2 52 patients of 55 patients
(96.29%), the exact time interval giving a total of (100%).
Keywords: OAT, Evaluation tuberculosis, Evaluation of use

xii

INTISARI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pola pengobatan pada terapi tuberkulosis berdasarkan
tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval
waktu pemberian, dan tepat lama pemberian di Rumah Sakit Sidawangi periode
Januari – Juni 2015, berdasarkan Pedoman Pengobatan Tuberkulosis Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014.
Penelitian ini berupa penelitian deskriptif yang bersifat non
eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan
data dilakukan secara retrospektif pada bulan Januari – Juni 2015. Penelitian ini
menyertakan 126 pasien dari data rekam medis untuk mendapatkan pola
pengobatan TB untuk selanjutnya dianalisis ketepatan penggunaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71 pasien (56%) pasien mendapatkan
terapi TB kategori 1 yakni (2(RHZE)/4(RH)3 dan 55 pasien (46%) pasien
mendapatkan terapi TB kategori 2 yakni (2(RHZE)S/(RHZE)/5(HR)3E3. Evaluasi
pengobatan TB pada pasien menunjukkan tepat diagnosis (100%), tepat indikasi
(100%), tepat pemilihan obat (99,20%), tepat dosis (99,20%), tepat lama
pemberisn obat pada kategori 1 sebanyak 58 pasien dari 71 pasien (81,69%) dan
kategori 2 52 pasien dari 55 pasien (96,29%), tepat interval waktu pemberian
sebanyak (100%).

Kata kunci: OAT, Evaluasi tuberculosis, Evaluasi Terapi

xi

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by TB bacteria
(Mycobacterium tuberculosis). Most of the TB attack the lungs, but can attack on
other organs. The aims of this study is to assess the pattern of treatment based on
correct of diagnosis, indications, drug selection, dosage, intervals of
administration, and duration of administration in Hospital of Sidawangi period
January - June 2015, based on the Guidelines for Treatment of Tuberculosis from
Ministry of Health in the Republic of Indonesian on 2014.
This research is a non experimental study with cross-sectional design.
Data were collected retrospectively in January - June 2015. This study was
included 126 patients and the data were colleted from medical records to get TB
treatment pattern.
The results showed that 71 patients (56%) patients receiving TB treatment
category 1 which is (2 (RHZE) / 4 (RH) 3 and 55 patients (46%) received
tuberculosis therapy category 2 which is (2 (RHZE) S / ( RHZE) / 5 (HR) 3E3.
The evaluation of tuberculosis treatment in patients showing exact diagnosis
(100%), appropriate indications (100%), the proper selection of drugs (99.20%),
the right dosage (99.20%), proper old administration drug in category 1 in 58
patients out of 71 patients (81.69%) and category 2 52 patients of 55 patients
(96.29%), the exact time interval giving a total of (100%).
Keywords: OAT, Evaluation tuberculosis, Evaluation of use

xii

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World
Health Organization (WHO), 2013).
Pada tahun 2012, sebanyak 8,6 juta orang terinfeksi TB dan sebanyak
1,3 juta orang meninggal karena TB, termasuk 320.000 orang meninggal
karena penyakit TB dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko yang jauh lebih
besar dari sakit TB. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia
produktif secara ekonomis (15-50 tahun) (WHO, 2013).
Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah. Penyebab kematian terbesar kelima
pada wanita dengan rentan usia 15-44 tahun. Tingkat kematian TB
menurun 45% antara tahun 1990 hingga 2013, diperkirakan sekitar 37
juta jiwa diselamatkan melalui diagnosa dan pengobatan TB yang sesuai
dengan kondisi penderita (WHO, 2013).
Menurut Kemenkes, pada tahun 2013 di Indonesia jumlah kasus
(Basil Tahan Asam) BTA
dibandingkan dengan

positif

tahun 2012

sebanyak

196.310,

menurun

sebesar 201.301 kasus. Jumlah

tertinggi kasus TB terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan

1

2

Jawa Tengah. Kasus terbesar di tiga provinsi tersebut hampir sebesar
40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Provinsi dengan
prevalensi TB paru tertinggi yaitu Jawa Barat sebesar 0,7% .
Pengobatan TB dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan
penderita,

mencegah

kematian,

mencegah

kekambuhan,

memutuskan

rantai penularan, dan mencegah terjadinya resistensi kumat terhadap Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan TB harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
sesuai dengan kategori pengobatan yang dibutuhkan penderita TB (WHO,
2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurul pada tahun 2011,
pengobatan TB yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali, ketepatan dosis yang
diberikan kepada Penderita TB sebanyak 82,22%, dan ketepatan lama
pengobatan (6 bulan) sebanyak 75,56%. Persentase yang tidak maksimal
ini

menyebabkan

resistensi

pada bakteri TB dan

dalam pengobatan

berikutnya dilakukan lebih lama dan mahal.
Setiap penyakit ada obatnya. Demikianlah sebagian dari pelajaran
yang dapat kita petik dari hadist Nabi Shallallahu‟alaihi wa sallam
berikut:
(
)

3

“Dari sahabat Jabir Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya, dan
bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan
sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla” (HR Muslim).
Tingginya kasus

TB

yang terjadi dan

selalu meningkat

di

Indonesia maupun di dunia membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana
pengobatan TB yang dilakukan pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Paru (RSP) Sidawangi Jawa Barat periode Januari - Juni 2015. Alasan
peneliti ingin meneliti di RSP Sidawangi karena prevalensi TB paru di
Jawa Barat paling tinggi di Indonesia sebanyak 62.225 orang (Dinkes,
2012) dan RSP Sidawangi merupakan Rumah Sakit khusus penyakit paru
yang berada di Jawa Barat yang menjadi rujukan dalam penanggulangan
penyakit TB.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pengobatan antituberkulosis pasien rawat jalan
di RSP Sidawangi Jawa Barat periode Januari - Juni 2015?
2. Bagaimana kesesuaian terapi TB pada pasien rawat jalan di RSP
Sidawangi
dibandingkan

Jawa

Barat

dengan

periode

Pedoman

Januari
Nasional

Tuberkulosis dari Depkes RI tahun 2014?

-

Juni

2015

Penanggulangan

4

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui pola pengobatan antituberkulosis pasien rawat jalan
di RSP Sidawangi Jawa Barat periode Januari - Juni 2015.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian penggunaan obat antituberkulosis
pasien rawat jalan di RSP Sidawangi Jawa Barat

periode

Januari - Juni 2015 yang dilihat dari tepat diagnosis, tepat
indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval waktu
pemberian dan tepat lama penggunaan dibandingkan

dengan

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dari Depkes
RI tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti lain
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat sebagai acuan dalam
pengembangan penelitian selanjutnya tentang peresepan obat
antituberkulosis.
2. Bagi Rumah Sakit Khusus Paru
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat sebagai
gambaran dalam melaksanakan intervensi yang tepat bagi penderita
tuberkulosis yang menjalani pengobatan antituberkulosis di Rumah
Sakit tersebut.

5

3. Bagi Peneliti
Mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan tentang peresepan
obat antituberkulosis.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa penelitian
yang terkait “Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien
Rawat Jalan Di RSP Sidawangi Jawa Barat Periode Januari - Juni 2015”
(Kajian : Ketepatan Terapi)” antara lain :
1. Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode 1
Januari-31 Desember 2009. Hasil dari penelitian ini, penderita
TB yang menggunakan OAT (Obat Antituberkulosis) tunggal
sebanyak 1 pasien (2,94%), OAT kombinasi sebanyak 31
penderita (91,18%) dan tanpa menggunakan OAT sebanyak 2
pasien (5,88%). Sebanyak 24 penderita TB atau sekitar (75%)
terapi yang diberikan sesuai, dan 8 penderita TB sekitar
(25%) tidak sesuai. Tingkat kesesuaian dosis OAT, sesuai pada
12 penderita (37,5%) dan tidak sesuai pada 20 pasien
(62,5%). Sebanyak 28 penderita TB (82,35%) kondisinya
membaik, pulang paksa sebanyak 1 pasien (2,94%), dan
meninggal sebanyak 5 pasien (14,71%) (Pratiwi, 2009).
2. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada
Pasien Anak Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Jalan

6

Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali
Periode

Januari-Agustus

2010.

Hasil

dari

penelitian

ini,

ketepatan obat menunjukkan hasil 100%, ketepatan indikasi
menunjukkan hasil 100%, ketepatan dosis sebanyak 82,22%,
dan ketepatan lama pengobatan (6 bulan) sebanyak 75,56%.
(Kusuma, 2011).
Perbedaan

penelitian

ini

dengan

peneitian

sebelumnya,

dilakukan di rumah sakit, sampel, dan dilaksanakan dalam waktu
yang berbeda yaitu di RSP Sidawangi periode Januari - Juni 2015.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian
bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya (Depkes RI, 2011). Manusia adalah satu-satunya tempat untuk
bakteri

tersebut

menyerang.

Bakteri

ini

berbentuk

batang

dan

termasuk bakteri aerob obligat (Todar, 2009).
Bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan spora
dan toksin. Bakteri ini memiliki panjang dan tinggi antara 0,3 - 0,6
dan 1 - 4 µm, pertumbuhan bakteri ini lambat dan bakteri ini
merupakan bakteri pathogen makrofag intraselluler (Ducati dkk, 2006).
Pada saat penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar
melalui udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) dimana
terdapat 3.000 percikan dahak dalah sekali batuk (Depkes RI, 2007).
M. tuberculosis ditularkan melalui percikan ludah. Infeksi primer dapat
terjadi di paru-paru, kulit dan usus (Hull, 2008).

7

8

2. Patofisiologi Tuberkulosis
Bila terinplantasi Mycobacterium tuberculosis melalui saluran
nafas,

maka

mikroorganisme

akan

membelah

diri

dan

terus

berlangsung walaupun cukup pelan. Nekrosis jaringan dan klasifikasi
pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional dapat terjadi,
menghasilkan radiodens area menjadi kompleks Ghon. Makrofag
yang terinaktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang
terdapat Mycobacterium tuberculosis sebagai bagian dari imunitas
yang

dimediasi

oleh

sel.

Hipersensitivitas

tipe

tertunda,

juga

berkembang melalui aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag
membentuk granuloma yang mengandung organisme (Sukandar dkk.,
2009).
Setelah kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya (Depkes RI, 2005).

3. Tanda dan Gejala
Gejala TB pada

umumnya penderita mengalami batuk dan

berdahak terus-menerus selama 2 minggu atau lebih, yang disertai
dengan gejala pernafasan lain, seperti sesak nafas, batuk darah nyeri
dada, badan lemah, nafsu makan atau pernah batuk darah, berat

9

badan menurun, berkeringan malam walaupun tanpa kegiatan, dan
demam meriang lebih dari sebulan (WHO, 2009).

4. Klasifikasi TB
Klasifikasi TB ditentukan dengan tujuan agar penetapan Obat
Antituberkulosis (OAT) sesuai dan sebelum pengobatan dilakukan ,
penderita TB diklasifikasikan menurut Depkes RI, 2014:
a. Lokasi anatomi dari penyakit
1) Tuberkulosis paru adalah TB yang terjadi pada parenkim paru.
Limfadenitis TB di rongga dada atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan
sebagai TB ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan
menderita TB ekstra paru diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
b. Riwayat pengobatan dari penyakit sebelumnya
1) Pasien baru TB adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mengonsumsi Obat
Antituberkulosis (OAT) namun kurang dari 1 bulan atau kurang
dari 28 dosis.
2) Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya
sudah pernah mengonsumsi OAT selama 1 bulan atau lebih (≥28
dosis). Kemudian pasien diklasifikasikan berdasarkan hasil
pengobatan TB terakhir, yaitu:

10

a) Pasien kambuh adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap kemudian didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal adalah pasien TB
yang pernah diobati kemudian dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up) adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat).
d) Lain-lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
pengobatan akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pada klasifikasi ini pasien dikelompokkan berdasarkan hasil uji
kepekaan contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT
dan dapat berupa:
a) Mono resistan (TB MR) adalah resistan terhadap salah satu jenis
OAT lini pertama.
b) Poli resistan (TB PR) adalah resistan terhadap lebih dari satu jenis
OAT lini pertama selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara
bersamaan.

11

c) Multi drug resistan (TB MDR) adalah resisten terhadap isoniazid
(H) dan rifampisisn (R) secara bersamaan.
d) Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang juga
resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
resistan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
seperti kanamisin, kapreomisin, dan amikasin.
e) Resistan Rifampisin (TB RR) adalah resistan terhadap rifampisisn
dengan atau tanpa resistan terhadap OAT jenis lain yang terdeteksi
menggunakan uji genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional).
d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV) adalah
pasien TB dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang
mengonsumsi Obat Antiretroviral (ART) atau hasil tes hiv positif
pada saat pasien tersebut didiagnosis TB.
2) Pasien TB dengan HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV
negatif pada saat pasien tersebut didiagnosois TB dengan catatan:
Apabila pada pemeriksaan yang dilakukan selanjutnya ternyata
hasil tes HIV menjadi positif, pasien tersebut harus disesuaikan
kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV positif.

12

3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB
tanpa ada bukti pendukung dari hasil tes HIV yang telah dilakukan
saat diagnosis TB ditetapkan dengan catatan:
Apabila pada saat pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil
tes HIV, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya
berdasarkan hasil tes HIV terakhir yang dilakukan.
Berikut klasifikasi TB menurut Depkes RI, 20011 sebagai berikut:
a. Klasifikasi

berdasarkan

hasil

pemeriksaan

dahak

mikroskopis, yaitu pada TB paru.
1) Tuberkulosis paru Basil Tahan Asam (BTA) positif
a) Sekurang-kurangnya spesimen dahak Sewaktu - pagi
- sewaktu (SPS) 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya
positif.
b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
menunjukkan gambaran tuberkulosis pada foto toraks
penderita.
c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA dan biakan
kuman TB positif.
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif
setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
yang dilakukan sebelumnya negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT.

13

2) Tuberkulosis paru BTA negatif
b. Klasifikasi

berdasarkan

riwayat

pengobatan

penderita

sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1) Kasus baru
Merupakan Penderita yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (empat minggu).
2) Kambuh (Relaps)
Merupakan

Penderita

TB

yang

sebelumnya

pernah

mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh
atau

pengobatan

lengkap,

didiagnosis

kembali

dan

hasilnya BTA positif.
3) Kasus setelah putus berobat (Default)
Penderita yang telah berobat dan putus berobat dua
bulan atau lebih dengan hasil BTA positif.
4) Kasus setelah gagal (Failure)
Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama penderita menjalani pengobatan
5) Kasus pindahan (Transfer In)
Penderita yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya lagi.

14

6) Kasus lainnya
Semua kasus TB lain yang tidak termasuk ketentuan di
atas.

Kelompok

ini

termasuk

kasus

kronik,

yaitu

penderita dengan hasil pemeriksaan masih menunjukkan
BTA yang masih positif setelah selesai pengobatan
ulang kategori 2.

5. Diagnosis Tuberkulosis
Berikut pemeriksaan untuk mendiagnosis TB menurut Depkes
2014:
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan ini

berfungsi

untuk

menegakkan diagnosis,

menilai pengobatan yang telah dilakukan, dan menentukan potensi
penularan TB. Dilakukan dengan mengumpulkan tiga spesimen
dahak yang dikumpulkan dalam dua hari berupa Sewaktu-PagiSewaktu (SPS).
a) S (Sewaktu): Dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali dan pada saat pulang diberi
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi di
hari kedua.

15

b) P (Pagi): Dikumpulkan di rumah pada hari kedua di
pagi hari. Pada saat bangun tidur segera dikumpulkan
dan diserahkan sendiri ke petugas di Fasyankes.
c) S (Sewaktu): Dikumpulkan di hari kedua pada saat
mengumpulkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan penunjang
a) Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux): Dilakukan dengan
cara penyuntikan pada intakutan. Bila positif, menunjukkan
adanya infeksi TB. Namun, uji tuberkulin dapat negatif
pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit
sangat

berat,

pemberian

imunosupresif, dan

lain-lain)

(Raharjoe dan Setyanto, 2008).
b) Reaksi cepat BCG (Bacille Calmette-Guerin): Disuntikkan
ke kulit.

Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat

(dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm,
maka orang tersebut telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis (Depkes RI, 2005).
c) Pemeriksaan
menunjukkan

Radiologi:
adanya

Pada
TB,

pemeriksaan

tetapi

hampir

ini

sering

tidak

dapat

mendiagnosis karena hampir semua manifestasi klinis TB
dapat

menyerupai

Standridge, 2005).

penyakit-penyakit

lainnya

(Price

dan

16

d) Pemeriksaan

Bakteriologik:

paling penting

adalah

Pada

pemeriksaan

pemeriksaan

sputum

ini

yang

(Price dan

Standridge, 2005).
Berikut alur diagnosis TB paru dalam bentuk skema menurut Depkes
RI tahun 2014 (Gambar 1).

Suspek TB
paru

Pemeriksaan dahak
mikroskopis = sewaktu,
pagi, sewaktu (SPS)
Hasil BTA
+++
++TB

Hasil BTA
---

Hasil BTA
+-Foto toraks dan
pertimbangan
dokter

Pemeriksaa
n dahak
mikroskopis

Antibiotik
Non OAT
Tidak ada
perbaikan

TB

Ada
perbaikan

pemeriksaan dahak
mikroskopis

bukan TB

hasil BTA
+++
+++
+- +
TB

bukan TB

hasil BTA
--foto toraks dan
pertimbangan dokter

bukan TB

TB

Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru
Keterangan gambar pada gambar 1:
1. Suspek TB paru: seseorang dengan batuk berdahak selama 2 3 minggu atau lebih dengan atau tanpa gejala lain

17

2. Antibiotik non OAT: Antibiotik spektrum luas yang tidak
memiliki efek anti TB (jangan gunakan fluorokuinolon).
B. Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, memperbaiki
kualitas hidup, meningkatkan produktivitas pasien, mencegah kematian,
kekambuhan dan memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap obat antiberkulosis (OAT) (WHO, 2009).
Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombinasi berupa
Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat yang dikemas dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan penderita TB. Sediaan seperti ini dibuat
dengan tujuan agar memudahkan dalam pemberian obat dan menjamin
kelangsungan pengobatan sampai pengobatan tersebut selesai dilakukan
(Depkes, 2014).
a. Prinsip pengobatan
1) Diberikan dalam bentuk

kombinasi

beberapa jenis obat

dengan jumlah yang cukup dan dosis yang tepat. Jangan
menggunakan OAT tunggal (monoterapi).
2) Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
(Depkes, 2011).

18

b. Tahap Pengobatan TB
1) Tahap Awal
Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung. Penderita

TB

tidak

akan

menular dalam kurun waktu dua minggu jika pengobatan
yang diberikan pada tahap intensif ini tepat. Sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam dua
bulan (Depkes, 2014).
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit
dari tahap awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama
yaitu selama 4-6 bulan. Tahap lanjutan diperuntukkan agar
kuman persister (dormant) mati sehingga tidak menyebabkan
kekambuhan. (Depkes, 2014).
c. Panduan OAT lini pertama
Paduan OAT menurut Depkes RI tahun 2014
1) Kategori-1 (2(HRZE)/ 4(HR)3)
Kombinasi OAT ini diberikan untuk penderita TB
pasien baru, pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB
paru terdiagnosis klinis dan TB ekstra-paru. Sediaan ini dalam
bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari
isoniazid (H), rifampisin (R). pirazinamid (Z), dan etambutol (E).
Dalam satu tablet dosisnya telah disesuaikan dengan berat badan

19

pasien yang dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Tabel 1
menjelaskan tentang paduan OAT KDT kategori-1:
Tabel 1. Paduan Dosis OAT KDT Kategori-1
Berat
Badan
(kg)

Tahap Intensif
Tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)

Tahap lanjutan
3x seminggu selama 16
minggu RH (150/150)

30-37
38=54
55-70
≥71

2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT

2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT

2) Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3
bulan

terdiri

dari

2

bulan

INH, rifampisin,

ethambutol, dan streptomisisn kemudian

pirazinamid,

dilanjutkan

dengan

INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol selama 1 bulan.
Setelah itu melalui berikutnya yaitu tahap lanjutan selama 5
bulan dengan HRE diberikan tiga kali seminggu.
Penggunaan OAT diberikan pada penderita TB dengan
BTA positif yang telah diobat sebelumnya, misalnya penderita
TB

yang

kambuh

(relaps),

mengalami kegagalan

terapi

(failure), dan dengan pengobatan setelah putus berobat (after
default). Sediaan pada Tabel 2 di bawah ini berbentuk KDT yang
telah dikemas satu paket untuk satu pasien dengan dosis yang telah
ditetapkan menurut berat badan pasien. Tabel 2 menjelaskan
tentang dosis OAT KDT kategori 2:

20

Tabel 2. Dosis Untuk Paduan OAT KDT Kategori 2
Tahap Intensif Tiap Hari RHZE (150/75400/275)
Berat
Badan

30-37 kg
38-54 kg
56-70 kg
≥71 kg

Selama 56 hari

Selama 28 hari

2 tab 4KDT + 500mg
Streptomisin inj
3 tab 4KDT + 750mg
Streptomisin inj
4 tab 4KDT + 1000mg
Streptomisin inj
5 tab 4KDT + 1000mg
Streptomisin inj

2 tab 4KDT

Tahap Lanjutan 3
kali seminggu RH
(150/150) + E
(400)
Selama 20 minggu
2 tab 2KDT + 2
tab Ethambutol
3 tab 2KDT + 3
tab Ethambutol
4 tab 2KDT + 4
tab Ethambutol
5 tab 2KDT + 5
tab Ethambutol

3 tab 4KDT
4 tab 4KDT
5 tab 4KDT

C. Obat Tuberkulosis (OAT)
Obat-obat yang banyak digunakan dalam pengobatan TB,
yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan ethambutol.
a. Isoniazid
Isoniazid

atau biasa

sering

disebut

dengan

Isonikotinil Hidrazid (INH). Obat ini adalah prodrug yang
diaktifkan oleh katalase-peroksida (KatG) mikrobakterium
bersifat tuberkulostatik. Mekanisme kerja INH menghambat
biosintesis

asam

mikolat,

INH

juga

mencegah

perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang yang
merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Absorbsi
obat

terganggu

karbohidrat,

atau

bersama
dengan

dengan
antasida

makanan,
yang

khususnya
mengandung

alumunium. Efek samping yang paling sering terjadi, seperti

21

neuritis

perifer diakibatkan oleh defisiensi

pirodoksin,

penanganannya diberikan piridoksin (Vitamin B6) (Magliozzo,
2009).
b. Rifampisin
Rifampisin

berasal

dari

jamur

Streptomyces.

Mekanisme kerja rifampisisn menghalangi transkripsi dengan
berinteraksi dengan subunit B bakteri, menghambat sintesis
mRNA dengan menekan langkah inisiasi. Obat ini bersifat
bakterisidal. Efek samping yang sering terjadi, seperti mual,
muntah, dan ruam namun dapat ditoleransi. Rifampisin dapat
menginduksi sejumlah enzim sitokrom p450, rifampisin dapat
memendekkan waktu paruh obat lain yang diberikan secara
bersamaan (Magliozzo, 2009).
c. Pirazinamid
Pirazinamid adalah agen antituberkulosis sintetik yang
bersifat bakterisidal dan digunakan dalam kombinasi dengan
isoniazid, rifampisin, dan etambutol. Pirazinamid aktif
melawan basil tuberkel dalam lingkungan asam lisosom dan
juga dalam makrofag (Magliozzo, 2009).

22

d. Streptomisin
Obat

ini

bersifat

bakteriostatik

dan

bakterisid

terhadap bakteri TB. Farmakokinetiknya, hampir semua
streptomisin berada dalam plasma dan hanya sedikit yang
berada dalam eritrosit. Efek samping streptomisin adalah
ototoksik, nefrotoksik, dan anemia aplastic (Magliozzo,
2009).
e. Ethambutol
Etambutol bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya
menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme
sel

terhambat

dan

sel

mati.

Obat ini dapat diberikan

kombinasi bersama pirazinamid, rifampisisn, dan isoniazid.
Efek

sampingnya,

turunnya

kemampuan

pengelihatan,

hilangnya kemampuan membedakan warna, dan halusinasi.
Penghentian obat memulihkan gejala optik (Magliozzo, 2009).
D. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
Pedoman

Nasional

Penanggulangan

Tuberkulosis

dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 dibuat dengan
tujuan untuk menurunkan angka kasus dan kematian yang disebabkan
oleh TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
agar derajat kesehatan masyarakat meningkat (Depkes, 2014).

23

Sasaran strategi dari Pedoman Nasional ini mengacu pada
rencana strategis kementrian kesehatan dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per
100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk (Depkes,
2011).
Sasaran pengguna pedoman ini

ditujukan kepada petugas

kesehatan dan manager yang bertanggung jawab dalam managemen
pengendalian

program

kabupaten/kota

dan

TB

pada

ini
tingkat

pada

tingkat

pelayanan

pusat,

kesehatan

provinsi,
lainnya.

Pedoman Penanggunangan TB ini juga bisa ditujukan kepada mereka
yang

bekerja

pada

institusi

pemerintahan

dan

swasta

maupun

lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam penanggulangan
TB (Depkes, 2007).
E. Pengobatan Rasional
Pengobatan rasional adalah pengobatan yang sesuai dengan
kebutuhannya untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga
yang paling murah untuk pasien dan masyarakat (BinFar, 2011).
a) Tepat diagnosis
Untuk diagnosis yang tepat agar obat yang diberikan
sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
b) Tepat indikasi penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik.
Misalnya antibiotik, diindikasikan untuk infeksi bakteri.

24

Dengan demikian, pemberian obat ini hanya untuk
pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
c) Tepat pemilihan obat
Keputusan ini dilakukan setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar.
d) Tepat dosis
Kesesuaian dosis yang diberikan kepada pasien berdasarkan
kondisi pasien tersebut.
e) Tepat interval waktu pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana
mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.
f) Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya
masing-masing.

25

F. Kerangka Konsep
Tepat Indikasi
Tepat Dosis

Tepat Diagnosis
Tuberkulosis

Pedoman
DEPKES RI 2014

Pengobatan TB
Tepat Obat
Tepat Interval
Waktu Pemberian
Tepat Lama
Penogbatan

Gambar 2. Kerangka Konsep
G. Keterangan Empirik
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi terapi penggunaan
Antituberkulosis pada pasien Tuberkulosis, meliputi penggunaan terapi OAT,
macam-macam kategori penggunaan OAT, serta tatalaksana terapi OAT di
RSP Sidawangi periode 1 Januari - 30 Juni 2015.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian

ini

berupa

deskriptif

non

eksperimental

dengan

menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara
retrospektif berdasarkan rekam medik untuk mengetahui deskriptif atau
gambaran pengobatan pada penderita Tuberkulosis (TB) dan hasil evaluasi
pengobatan TB. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling.
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di RSP Sidawangi Cirebon Provinsi
Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dilakukan pada 15 Juni - 5 Juli 2015.
C. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien tuberkulosis
yang memenuhi kriteria inklusi di RSP Sidawangi Cirebon terhitung sejak
1 Januari - 30 Juni 2015. Sampel pada penelitian ini adalah pasien
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
D. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian rekam medis pasien di
Rumah Sakit Paru Sidawangi periode I Januari – 30 Juni 2015. Besar sampel
dapat dihitung dengan rumus Slovin.

26

27

Keterangan :
N = Jumlah populasi
n

= Jumlah sampel

a

= Batas toleransi kesalahan

Berdasarkan rumus besar sampel di atas maka didapatkan nilai untuk
sampel pada penelitian ini adalah :

n

= 126,02

E. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi
a. Pasien TB dan mengambil obat di RSP Sidawangi Periode
Januari - Juni 2015
b. Pasien dalam pengobatan tahap intensif dan atau tahap lanjutan

28

c. Pasien dewasa yang berusia diatas 17 tahun
d. Pasien tuberkulosis yang mendapatkan obat kategori 1 dan 2

2. Kriteria Ekslusi
a. Rekam medik kurang lengkap
b. Pasien meninggal
c. Pasien dengan komplikasi
d. Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain
e. Pasien dengan resistensi
F. Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel bebas yaitu pengobatan antituberkulosis dan variabel
tergantung yaitu kesesuaian terapi berdasarkan Depkes RI 2014 mengenai
pedoman nasional pengendalian tuberkulosis.
2. Definisi operasional pada penelitian ini :
a. Pasien tuberkulosis merupakan pasien yang terdiagnosis klinis
tuberkulosis kategori 1 dan 2 di Rumah Sakit Paru Sidawangi.
1) Kategori 1 adalah penderita baru TB paru BTA positif,
penderita TB paru negatif dengan rongent positif.
2) Kategori 2 adalah penderita TB kambuh (relaps), penderita
gagal (failure) dan penderita yang lalai dalam menjalani
pengobatan (after default).

29

b. Pengobatan rasional adalah kesesuaian pengobatan yang dinilai
berdasarkan ketepatan diagnosis, indikasi, pemilihan obat, dosis,
interval waktu pemberian, dan lama pengobatan.
1) Tepat diagnosis adalah diagnosis yang ditegakkan sesuai
dengan hasil pemeriksaan klinik dan gejala yang
dirasakan pasien.
2) Tepat indikasi adalah indikasi obat yang diberikan sesuai
dengan diagnosis yang ditegakkan.
3) Tepat pemilihan obat adalah obat yang diberikan kepada
pasien sesuai dengan diagnosis penyakit dan indikasi
obat.
4) Tepat dosis adalah dosis yang diberikan sesuai dengan
kondisi pasien.
5) Tepat interval waktu pemberian adalah waktu pemberian
obat yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
6) Tepat lama pengobatan adalah lamanya terapi sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
G. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat

yang

digunakan

adalah

Pedoman

Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis oleh DEPKES RI tahun 2014.

Dokumen yang terkait

Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

13 104 92

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU SIDAWANGI JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015

0 6 14

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANT Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberculosis Multi Drug Resistant Di Rumah Sakit X Periode Januari-Juni 2013.

0 0 13

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberculosis Multi Drug Resistant Di Rumah Sakit X Periode Januari-Juni 2013.

0 3 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANT Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberculosis Multi Drug Resistant Di Rumah Sakit X Periode Januari-Juni 2013.

0 2 12

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2011.

0 2 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO PERIODE TAHUN 2009.

0 1 16

PENDAHULUAN EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO PERIODE TAHUN 2009.

0 0 17

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan RSUD. Dr. R. Soedjati Purwodadi Tahun 2009.

0 3 10

Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

1 4 46