Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE
JANUARI - JUNI 2012
SKRIPSI
OLEH:
ZAFIRAH RUMALIA NASUTION NIM 111524043
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE
JANUARI - JUNI 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ZAFIRAH RUMALIA NASUTION NIM 111524043
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.
LEMBAR PENGESAHAN
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012
OLEH:
ZAFIRAH RUMALIA NASUTION NIM 111524043
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 11 Januari 2014 Disetujui oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 197802152008122001 NIP 195103261978022001
Pembimbing II,
NIP 197802152008122001
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Drs. Rasmadin Muchtar, M.S., Apt. NIP 195301011983031004 NIP 194909101980031002
Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt.
NIP 197506102005012003
Medan, Januari 2014 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ibu Khairunnisa, S.Si., M. Pharm., Ph.D., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini. Ibu Prof. Dr. Rosidah, M. Si., Apt., Bapak Drs. Rasmadin Muchtar, M.S., Apt., dan Ibu Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Sahabat-sahabat penulis, khususnya teman-teman Farmasi Ekstensi stambuk
(5)
2011 yang selalu mendoakan, menyayangi, memberi nasehat dan memotivasi penulis.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayahanda Alm. Dafri Nasution, Ibunda tercinta Harifah Rumada Tobing yang menjadi penyemangat bagi penulis, kakanda tercinta M. Hanafi Misura dan terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Januari 2014 Penulis,
Zafirah Rumalia Nasution NIM 111524043
(6)
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
HAJI MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2012
ABSTRAK
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah terpenting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, jenis obat TB dan kombinasinya, penggunaan obat generik, non generik, dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama Januari-Juni 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, menggunakan resep dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan penderita Tuberkulosis yang menerima resep OAT di RS Haji Medan selama periode Januari-Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata-rata dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Januari-Juni 2012 sebanyak 93 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa tuberkulosis. Sebanyak 84,6% resep mengandung OAT, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan OAT pada setiap bulannya. Resep yang mengandung OAT paling banyak digunakan pada anak laki-laki (59,6%) dan anak usia 2 tahun-12 tahun (71,9%). Penggunaan OAT pada masing-masing variabel ini tidak menunjukan perbedaan signifikan. OAT yang paling banyak diresepkan yaitu rifampisin (43,30%) serta kombinasinya yaitu isoniazid dengan rifampisin (59,57%) dengan bentuk sediaan serbuk (83,04%) dan obat generik (90,3%).
Kesimpulan hasil penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 adalah kombinasi isoniazid dengan rifampisin (tahap lanjutan) dengan penggunaan bentuk sediaan serbuk dan penggunaan obat generik.
Kata kunci: Tuberkulosis, pasien anak rawat jalan, RS Haji Medan, Obat Anti Tuberkulosis.
(7)
PATTERNS OF ANTI-TUBERCULOSIS DRUG BY PEDIATRIC OUT PATIENTS PULMONARY TUBERCULOSIS AT HOSPITAL
HAJI MEDAN IN JANUARY-JUNE 2012
ABSTRACT
Pulmonary tuberculosis was an infectious disease caused by
Mycobacterium tuberculosis. In Indonesia, the disease was the most important of lower respiratory tract infection diseases. This study aims to determine the profile of Anti Tuberculosis Drug utilization by period, gender, age, type of TB drugs and their combinations, the use of generics and non-generics, and the dosage form at Haji medan Hospital from January 2012 to June 2012.
This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of Anti-Tuberculosis Drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.
The results revealed that during the period of January to June 2012 as many as 93 pediatric patients diagnosed with tuberculosis. A total of 84,6% prescriptions containing Anti Tuberculosis Drug, there was no significant difference regarding the use of anti tuberculosis drug on a monthly basis. Anti tuberculosis drug most frequently used in boys (59.6%) and in paediatric patients with age of 2-12 years (71.9%). There was no significant difference regarding the use of anti tuberculosis drug on gender and age variable. The most frequently prescribed antituberculosis drug was rifampisin (43.30%) the combination of isoniazid with rifampicin (59.57%) was the most frequently use as well as powder dosage form (83.04% ) and generic drug (90.3%).
The conclusion of the study showed that the utilization of antituberculosis drug by pediatric outpatient patients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was combination isoniazid with rifampicin (next step) was the most frequently use as well as powder dosage form and the by using generics.
Key: Tuberculosis, pediatric out-patient, Haji Medan Hospital, Anti Tuberculosis Drugs.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 3
1.3 Perumusan Masalah ... 3
1.4 Hipotesis ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tuberkulosis (TB) ... 6
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis ... 6
2.1.2 Sifat-sifat Tuberkulosis ... 6
2.1.3 Cara Penularan Tuberkulosis ... 7
2.2 Uji Tuberkulosis ... 9
(9)
2.3.2 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Anak ... 11
2.3.2.1 Isoniazid ... 12
2.3.2.2 Rifampisin ... 12
2.3.2.3 Pirazinamid ... 13
2.4 Rumah Sakit Haji Medan ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
3.2 Jenis Penelitian ... 16
3.3 Populasi Penelitian ... 16
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 17
3.4.1 Kriteria Inklusi ... 17
3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 17
3.5 Instrumen Penelitian ... 17
3.5.1 Bahan dan Alat ... 17
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 18
3.6 Analisis Data ... 18
3.7 Defenisi Operasional ... 18
3.8 Langkah Penelitian ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Periode Januari - Juni 2012 ... 21
4.2 Persentase Penderita TB Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22
4.3 Persentase Penderita TB Berdasarkan Usia ... 24
4.4 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB ... 25 4.5 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan
(10)
4.6 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan
Generik dan Non Generik ... 27
4.7 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Bentuk Sediaan ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Distribusi Resep yang Mengandung Obat TB pada Pasien
Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji Medan
Periode Januari - Juni 2012 ... 22 Tabel 4.2 Distribusi Penderita TB Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Pasien Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji Medan
Periode Januari - Juni 2012 ... 23 Tabel 4.3 Distribusi Penderita TB Berdasarkan Usia Pada Pasien
Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji Medan
Periode Januari - Juni 2012 ... 24 Tabel 4.4 Distribusi Obat TB Pada Pasien Anak Rawat Jalan
Penderita TB di RS Haji Medan Periode Januari - Juni
2012 ... 25 Tabel 4.5 Distribusi Obat TB Berdasarkan Kombinasi Obat Pada
Pasien Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji Medan
Periode Januari - Juni 2012 ... 26 Tabel 4.6 Distribusi Obat TB Berdasarkan Generik dan Non Generik
Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji
Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 27 Tabel 4.7 Distribusi Obat TB Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat
Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Data Mentah Peresepan Obat Tuberkulosis ... 33 Lampiran 2 Hasil analisis statistik deskriptif peresepan obat TB ... 70 Lampiran 3 Surat permohonan izin pengambilan data penelitian ... 76 Lampiran 4 Surat izin penelitian di ruang rekam medik Rumah Sakit
Haji Medan ... 77 Lampiran 5 Surat keterangan telah selesai penelitian ... 78
(13)
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
HAJI MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2012
ABSTRAK
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah terpenting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, jenis obat TB dan kombinasinya, penggunaan obat generik, non generik, dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama Januari-Juni 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, menggunakan resep dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan penderita Tuberkulosis yang menerima resep OAT di RS Haji Medan selama periode Januari-Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata-rata dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Januari-Juni 2012 sebanyak 93 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa tuberkulosis. Sebanyak 84,6% resep mengandung OAT, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan OAT pada setiap bulannya. Resep yang mengandung OAT paling banyak digunakan pada anak laki-laki (59,6%) dan anak usia 2 tahun-12 tahun (71,9%). Penggunaan OAT pada masing-masing variabel ini tidak menunjukan perbedaan signifikan. OAT yang paling banyak diresepkan yaitu rifampisin (43,30%) serta kombinasinya yaitu isoniazid dengan rifampisin (59,57%) dengan bentuk sediaan serbuk (83,04%) dan obat generik (90,3%).
Kesimpulan hasil penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 adalah kombinasi isoniazid dengan rifampisin (tahap lanjutan) dengan penggunaan bentuk sediaan serbuk dan penggunaan obat generik.
Kata kunci: Tuberkulosis, pasien anak rawat jalan, RS Haji Medan, Obat Anti Tuberkulosis.
(14)
PATTERNS OF ANTI-TUBERCULOSIS DRUG BY PEDIATRIC OUT PATIENTS PULMONARY TUBERCULOSIS AT HOSPITAL
HAJI MEDAN IN JANUARY-JUNE 2012
ABSTRACT
Pulmonary tuberculosis was an infectious disease caused by
Mycobacterium tuberculosis. In Indonesia, the disease was the most important of lower respiratory tract infection diseases. This study aims to determine the profile of Anti Tuberculosis Drug utilization by period, gender, age, type of TB drugs and their combinations, the use of generics and non-generics, and the dosage form at Haji medan Hospital from January 2012 to June 2012.
This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of Anti-Tuberculosis Drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.
The results revealed that during the period of January to June 2012 as many as 93 pediatric patients diagnosed with tuberculosis. A total of 84,6% prescriptions containing Anti Tuberculosis Drug, there was no significant difference regarding the use of anti tuberculosis drug on a monthly basis. Anti tuberculosis drug most frequently used in boys (59.6%) and in paediatric patients with age of 2-12 years (71.9%). There was no significant difference regarding the use of anti tuberculosis drug on gender and age variable. The most frequently prescribed antituberculosis drug was rifampisin (43.30%) the combination of isoniazid with rifampicin (59.57%) was the most frequently use as well as powder dosage form (83.04% ) and generic drug (90.3%).
The conclusion of the study showed that the utilization of antituberculosis drug by pediatric outpatient patients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was combination isoniazid with rifampicin (next step) was the most frequently use as well as powder dosage form and the by using generics.
Key: Tuberculosis, pediatric out-patient, Haji Medan Hospital, Anti Tuberculosis Drugs.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting (Alsagaff, dkk., 2010). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kepmenkes, 2009). Menurut Yoga (2007), ternyata TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh yang lain seperti kulit (TB kulit), tulang (TB tulang), otak dan saraf (TB otak dan saraf), mata (TB mata), dan lain-lain.
Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami fokus primer. TB paru primer adalah suatu radang yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium tuberculosis. TB paru primer sebagian besar menyerang anak-anak pada usia 1-3 tahun. TB paru
post-primer (reinfection) adalah radang jaringan paru akibat penularan ulang basil TB ke dalam tubuh yang telah mempunyai kekebalan spesifik. Secara epidemiologi, WHO melaporkan 10-20 juta penderita di dunia mempunyai kemampuan menularkan penyakit TB. Angka kematian karena TB paru sekitar 3 juta penderita tiap tahun. Keadaan ini sebagian besar atau hampir 75% terdapat di negara yang sedang berkembang dengan sosio-ekonomi yang
(16)
Indonesia menduduki peringkat ke tiga dalam daftar High Burden Countries setelah India dan Cina. Insidens TB diperkirakan sekitar 623.000 kasus pada semua diagnosis, sedangkan prevalensi semua kasus diperkirakan sekitar 1.4 juta pasien dimana 282.000 kasus baru Basil Tahan Asam (BTA) positif. TB juga menduduki peringkat 3 daftar 10 penyebab kematian di Indonesia, yang menyebabkan 146.000 kematian setiap tahun (10% mortalitas total). TB sering mengenai orang berpendapatan rendah. Data awal survei resistensi obat OAT (Obat Anti Tuberkulosis) lini pertama yang dilakukan di Jawa Tengah pada pasien anak menunjukkan angka tuberkulosis resisten berganda yang rendah pada kasus baru (1-2%), tetapi angka ini meningkat pada pasien yang pernah diobati sebelumnya (15%) (Burhan, 2010).
Berdasarkan tingginya prevalensi penderita TB di Indonesia terutama pada pasien anak-anak, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan OAT pada anak di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Haji Medan dimana peran pemerintah sangat diharapkan dalam penanganan kasus TB di Indonesia ini mulai dari perencanaan program penanggulangan, pengobatan dan pencegahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, hingga saat ini masih terus diperlukan data-data dan informasi yang detail membahas secara komprehensif faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kejadian dan pengobatan TB, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut yang membahas tentang faktor-faktor ini ditinjau dari berbagai karakteristiknya.
(17)
1.2Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji proporsi tentang penyakit TB di Rumah Sakit Haji Medan. Dalam hal ini yang merupakan variabel bebas (independent variable) adalah berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB, kombinasi obat, jenis obat, bentuk sediaan dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah pola penggunaan OAT.
Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat
1.3Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penggunaan OAT di Rumah Sakit Haji Medan dari Januari-Juni 2012 berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat
Variabel Bebas Variabel Terikat
Periode Jenis kelamin Usia
Obat TB
Kombinasi obat Jenis obat Bentuk sediaan
(18)
TB dan kombinasinya, obat generik, non generik, dan bentuk sediaan untuk pasien anak TB Paru rawat jalan?
1.4Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H0 : Pola penggunaan OAT pada periode Januari-Juni 2012 di Rumah Sakit
Haji Medan setiap bulan berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB dan kombinasinya, obat generik dan non generik, bentuk sediaan proporsinya adalah sama.
H1 : Pola penggunaan OAT pada periode Januari-Juni 2012 di Rumah Sakit
Haji Medan setiap bulan berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB dan kombinasinya, obat generik dan non generik, bentuk sediaan proporsinya adalah tidak sama.
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan OAT pada periode Januari-Juni 2012 berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB dan kombinasinya, obat generik dan non generik, bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan setiap bulannya.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi pemberi jasa kesehatan terutama dokter agar memberikan pola pengobatan yang tepat sehingga dapat mendukung keberhasilan pengobatan TB.
(19)
Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan bahan kajian bagi apoteker untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi apakah pola peresepan dan pengobatan terhadap pasien TB sudah tepat, sehingga diperoleh efek terapi yang dapat membantu dan mempercepat penyembuhan TB.
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membentuk suatu hubungan yang sinergis antara peran dokter sebagai penyedia asuhan medis, apoteker sebagai penyedia asuhan kefarmasian, dan pasien sebagai pengguna obat, sehingga dapat membantu menanggulangi masalah TB di Indonesia.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB)
2.1.1 Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1889. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai BTA. Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Depkes RI, 2005).
Cara penularan penyakit melalui batuk atau bersin pasien TB yang BTA positif mengeluarkan kuman-kuman ke udara sekitarnya dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman TB tersebut dapat bertahan di udara selama beberapa jam dan orang lain terinfeksi jika droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan (Amin, 2006).
2.1.2 Sifat-Sifat Tuberkulosis
TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil. Basil ini membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk dapat menyebabkan anak sakit atau membunuhnya. Penyakit TB biasanya menahun kecuali pada bayi, mungkin dapat meninggal dengan cepat. Adapun sifat-sifat dari TB pada anak ialah:
(21)
a. Dapat menyerang segala bagian tubuh. Paling sering menyerang paru - paru, kelenjar getah bening, dan selaput otak (meningen, tulang dan ginjal) (Misnadiarly, 2006).
b. Menyebabkan timbulnya keluhan sedikit, sebelum anak tersebut sakitnya parah, seperti:
i.Perut: nyeri, bengkak, pembesaran limpa atau hati. ii.Dada: batuk, mengi atau nyeri.
iii.Anggota gerak: pembengkakan sendi, nyeri pada saat berjalan, kekakuan. iv.Tulang belakang: kekakuan atau bengkak.
v.Kulit: luka atau nyeri. Anak-anak Afrika yang terkena TB sering kehilangan pigmentasi kulit (Jhon, 2002).
2.1.3 Cara Penularan Tuberkulosis
Ada beberapa cara seorang anak dapat tertular atau terinfeksi penyakit TB dengan cara:
a. Dari batuk atau sputum orang dewasa
Ketika seorang dewasa mengalami batuk, maka akan meyebabkan percikan cairan ludah yang dikeluarkan ke udara. Jika seorang tersebut mengidap TB pada parunya, maka banyak terdapat tetesan ludah yang mengandung basil. Percikan ludah yang besar jatuh ke tanah sedangkan yang lebih kecil tidak terlihat. Di luar ruangan atau dalam ruangan dengan ventilasi yang baik percikan ludah kecil akan terbawa oleh gerakan udara, tetapi dalam ruang tertutup seperti di dalam rumah dan tempat kecil percikan akan terdapat dalam udara dan bertambah banyak sesuai dengan frekuensi batuk. Setiap
(22)
orang yang satu ruangan dengan orang yang terkena TB dan bernapas dengan udara yang sama, maka akan memiliki resiko menghirup kuman TB, yang sering terjadi seorang anak yang terinfeksi dan infeksi berasal dari anggota keluarga atau tetangga dekat.
b. Makanan atau susu
TB dapat mengenai anak lewat makanan atau minuman susu dan infeksi dapat dimulai dari mulut atau usus. Susu dapat mengandung TB bovis pada sapi di daerah yang mengandung penyakit TB dan susu tidak dididihkan sebelum digunakan dapat menyebabkan infeksi primer dalam usus atau seringkali pada tonsil.
c. Sentuhan kulit
Kulit yang utuh akan tahan terhadap penyakit TB, tetapi bila terdapat robekan atau luka, TB dapat masuk dan terjadi infeksi sebagaimana yang terjadi pada paru-paru. Dapat diperkirakan, infeksi kulit akan banyak mengenai permukaan wajah atau kaki, tetapi hal ini sering dilupakan karena banyak cara penularan yang dimungkinkan untuk terkena TB, terutama bila kelenjar getah bening terdekat membesar (Jhon, 2002).
Cara penularan lain yang sering adalah melalui saluran napas yang dikenal sebagai droplet infection dimana basil TB dapat masuk sampai alveolar sac. Penularan mudah terjadi bila terjadi hubungan erat dan lama dengan penderita TB paru yang aktif, yakni golongan penderita yang disebut open case. Penularan lain yaitu dengan debu yang mengandung basil TB yang berterbangan di udara (Amin, 1989).
(23)
2. 2 Uji Tuberkulosis
Uji TB yang sering digunakan adalah tes tuberkulin intradermal (Mantoux) yaitu dengan menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1 ml secara intrakutan, pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya dianjurkan memakai spuit tuberkulin sekali pakai dengan ukuran jarum suntik 26-27 G. Jarum yang pendek ini dipegang dengan permukaan yang miring diarahkan ke atas dan ujungnya dimasukkan kebawah permukaan kulit, maka akan terbentuk satu gelembung berdiameter 6-10 mm yang menyerupai gigitan nyamuk bila dosis 0,1 ml disuntikkan dengan tepat dan cermat (Anderson, 2005).
Uji tes tuberkulin untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48 sampai 72 jam sesudah penyuntikkan dan reaksi harus dibaca dalam periode tersebut yaitu dalam cahaya yang terang dan posisi lengan bawah sedikit ditekuk, yang harus dicatat dari reaksi ini adalah diameter indurasi dalam satuan milimeter. Indurasi dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi (meraba daerah tersebut dengan jari tangan). Tidak adanya indurasi sebaiknya dicatat sebagai 0 mm bukan negatif (Anderson, 2005).
Interpretasi tes kulit menunjukkan adanya berbagai tipe reaksi. Daerah indurasi sebesar 5 mm atau lebih dianggap reaksi positif pada kelompok tertentu dan mencerminkan adanya sensitivitas yang berasal dari infeksi dengan basil. Daerah indurasi yang diameternya sebesar 10 mm atau lebih juga diklasifikasikan positif pada kelompok tertentu, sedangkan indurasi sebesar 15 mm atau lebih adalah positif pada semua orang dengan faktor resiko TB yang
(24)
tidak diketahui. Reaksi positif terhadap tes tuberkulin mengindikasikan adanya infeksi tetapi belum tentu terdapat penyakit secara klinis. Namun, tes ini adalah alat diagnostik penting dalam mengevaluasi seorang pasien dan juga berguna untuk menentukan prevalensi infeksi TB pada masyarakat (Anderson, 2005).
Selain test Mantoux, uji TB dapat dilakukan dengan penggunaan foto
rontgen thorax untuk menunjukan infeksi Mycobacterium tuberculosis secara akurat (Sinta, dkk., 2010).
Pemeriksaan mikrobiologis dengan apusan bakteri dan pembiakan dalam medium juga dapat digunakan sebagai salah satu uji TB, tetapi uji ini kurang efektif dan efisien karena memerlukan waktu sangat lama sekitar 6-8 minggu untuk melihat pertumbuhan bakteri pada medium. Oleh karena itu, dibutuhkan uji yang lebih akurat seperti uji diagnostik molekular berbasis PCR. Uji diagnostik molekular secara garis besar dilakukan dengan pengambilan sampel dari dahak (sputum), selaput paru, atau biopsi kelenjar yang membesar, isolasi DNA, amplifikasi DNA dengan PCR, elektroforesis gel (Sinta, dkk., 2010).
2.3 Pengobatan
Pencegahan penyebaran penyakit infeksi pada orang sehat dilakukan dengan vaksinasi yaitu vaksin BCG (Basil Calmette Guerin). Vaksin BCG dalam pengobatan infeksi ini dikenal dasar pengobatan seperti berikut:
a. Pengobatan preventif, dengan memakai obat tunggal, diberikan kepada penderita yang secara subklinis terinfeksi dengan basil TB, memberikan tes kutan positif atau yang telah berkontak dengan penderita TB aktif.
(25)
b. Pengobatan terhadap penderita yang secara klinis terinfeksi TB, dengan memberikan kombinasi obat untuk mencegah kemungkinan terjadi populasi mutan M. tuberculosis yang resisten terhadap obat antimikroba yang digunakan tunggal (Wattimena, 1991).
2.3.1 Pengobatan TB Pada Anak
Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak berbeda dengan pada orang dewasa, tetapi ada beberapa hal yang memerlukan perhatian:
a. Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan setiap hari.
b. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR yaitu tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ) dan tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
Pemantauan kemajuan pengobatan pada anak dapat dilihat antara lain dengan terjadinya perbaikan klinis, naiknya berat badan, dan anak menjadi lebih aktif dibanding dengan sebelum pengobatan (Depkes RI, 2005).
2.3.2 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Anak
Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa, tetapi ada beberapa hal yang memerlukan perhatian yaitu pemberian obat pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak. Jenis-jenis OAT pada anak, yaitu isoniazid, rifampisin dan pirazinamid (Depkes, 2005).
(26)
2.3.2.1 Isoniazid
Isoniazid merupakan obat antituberkulosis yang kuat, dengan cepat dapat menembus semua jaringan dan luka serta kerjanya tidak dipengaruhi oleh pH. Efek samping tidak biasa terjadi tetapi pada neuropati perifer mungkin timbul pada penderita inaktivator lambat, dapat dicegah dengan pemberian vitamin B-6 sehari sampai 10 mg. Pemberian vitamin B-6 dosis besar, mungkin akan menetralkan aktivitas antibakteri isoniazid. Hepatitis jarang terjadi meskipun kemungkinan dapat timbul. Isoniazid juga dapat menyebabkan terjadi reaksi hipersensitivitas, dengan disertai demam. Dosis untuk anak, fase intensif 10mg/kg dan fase lanjutan 15mg/kg (Sartono, 2005).
Mekanisme kerja, pengaruhnya terhadap proses biosintesis lipid, protein, asam nukleat dan glikolisis merupakan aksi utama isoniazid untuk menghambat biosintesis asam mikolat, suatu konstituen penting dalam dinding sel mycobacteri. Perubahan pada biosintesis senyawa-senyawa di atas karena terbentuk kompleks enzim obat yang tidak aktif. Inaktivitas enzim ini terjadi melalui mekanisme perubahan nikotinamida dalam enzim oleh isoniazid. Konsentrasi rendah obat ini mungkin dapat menghambat proses perpanjangan molekul prazat asam lemak bakteri (Wattimena, 1991).
2.3.2.2 Rifampisin
Rifampisin merupakan obat yang sangat ampuh terhadap TB. Dosis untuk anak sehari 15mg/kg, kecuali meningitis 20mg/kg. Per oral dengan cepat akan terabsorbsi dan dikeluarkan dari tubuh perlahan-lahan melalui empedu. Muka merah disertai gatal dan berair dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam setelah
(27)
menelan obat, yang berlangsung selama beberapa jam. Efek samping ini akan hilang sendiri, meskipun pemberian obat diteruskan (Sartono, 2005).
Masalah reaksi hati yang disebabkan oleh penggunaan rifampisin, lebih sedikit pada anak dibandingkan dengan pada orang dewasa. Selain itu juga dapat timbul anoreksia, mual dan sakit perut, yang tidak memerlukan pengobatan. Dosis untuk anak fase intensif 10 mg/kg dan fase lanjutan 15 mg/kg (Sartono, 2005).
Mekanisme dari rifampisin yaitu menghambat RNA-polimerase yang tergantung pada DNA dari mycobacteri dan beberapa mikroorganisme, dimana terjadi penekanan inisiasi pembentukan rantai dalam sistesis RNA. Tempat kerja lebih spesifik obat ini adalah pada subunit β pada kompleks enzim yang bersangkutan. Penggunaan rifampisin pada konsentrasi tinggi untuk menginhibisi enzim bakteri dapat pula sekaligus menginhibisi sintesis RNA dalam mitokondria mamalia (Wattimena, 1991).
2.3.2.3 Pirazinamid
Relatif pirazinamid merupakan obat antituberkulosis yang kuat, dan digunakan per oral. Daya kerjanya ampuh dalam lingkungan pH 5-5,5. Efek samping utama yang dapat terjadi ialah kerusakan hati. Pirazinamid tidak digunakan jika hati dan ginjal rusak atau terganggu fungsinya. Dosis untuk anak, fase intensif 35 mg/kg dan fase lanjutan 50 mg/kg atau seminggu 2 kali 750 mg (Sartono, 2005).
Pirazinamid dapat diabsorbsi dengan baik dari saluran cerna. Konsentrasi puncak dapat tercapai setelah kira-kira dua jam. Pemberian secara
(28)
oral sebanyak satu gram setelah dua jam konsentrasi dalam plasma kira-kira 45mcg/ml setelah 15 menit. Distribusinya baik ke seluruh tubuh. Ekskresi berlangsung terutama melalui filtrasi glomerulus dan ekskresi ini cepat. Konsentrasi dalam urin dapat ditemukan antara 50-100 mcg/ml setelah beberapa jam pemberian dosis tunggal. Pirazinamid mengalami hidrolisa dalam tubuh menjadi asam pirazinoat dan kemudian dihidroksilasi menjadi asam 5-hidroksipirazinoat yang merupakan produk ekskresi utama. Waktu paruh eliminasinya antara 10-16 jam (Wattimena, 1991).
2.4 Rumah Sakit Haji Medan
Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara-suara dari kalangan Umat di Sumatera utara, khususnya di Kotamadya Medan yang mendambakan sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan Islam (Chotimah, 2008).
Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden Republik Indonesia menandatangani Prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 445.05/712.K, tanggal 7 Maret 1991 dibentuk Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991 (Chotimah, 2008). Kemudian pada tanggal 4 Juli 1992 Rumah Sakit Haji Medan diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto dan pada tanggal 15 Juli 1992 telah mulai
(29)
melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat umum dan Jemaah Haji Embarkasi Bandara Polonia Medan (Chotimah, 2008).
Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang ingin rawat jalan, antara lain: poliklinik bedah, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan, poliklinik penyakit dalam, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik syaraf, poliklinik jiwa, poliklinik paru, poliklinik gigi, poliklinik THT, poliklinik jantung, poliklinik fisioterapi, poliklinik orthopedi, klinik VCT (Voluntary Conseling and Testing), Instalasi Gawat Darurat (IGD) (Chotimah, 2008).
Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang ingin rawat inap, antara lain: kelas utama A, kelas utama B, kelas A, kelas I-B, kelas II, kelas III, ruang ICU, ranjang bayi (Chotimah, 2008).
Pelayanan penunjang yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk para pasien, antara lain: rehabilitasi medis, farmasi, ambulance, laundry, dapur atau kitchen, incenerator, kerohanian (Chotimah, 2008).
(30)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit tersebut dipilih karena pada penelitian sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang pola penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan dan rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pemerintah di kota Medan yang umumnya sistem pengobatan telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah tentang TB. Jangka waktu penelitian ini selama 3 (tiga) bulan, yaitu: Februari 2013 hingga April 2013.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif retrospektif, yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai data yang diperoleh melalui proses penelitian.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien anak rawat jalan yang didiagnosis penyakit TB Paru dan menjalani pengobatan di Rumah Sakit Haji Medan pada periode waktu Januari 2012 hingga Juni 2012. Seluruh populasi terjangkau dijadikan sebagai objek dalam penelitian. Didapatkan populasi target berupa rekam medis pasien TB Paru yang berobat di Rumah Sakit Haji Medan pada periode Januari-Juni 2012 adalah 93 pasien anak rawat jalan.
(31)
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Seluruh data rekam medis yang mengandung obat TB yang diberikan kepada pasien anak rawat jalan penderita TB berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB dan kombinasinya, obat generik dan non generik, bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012. b. Seluruh data rekam medis pasien anak rawat jalan penderita TB yang berusia
1 bulan-12 tahun.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Seluruh data rekam medis pasien TB anak rawat jalan yang berusia diatas 12 tahun.
b. Data rekam medis pasien TB anak rawat jalan diluar periode Januari-Juni 2012.
3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah sebagai berikut: a. Status rekam medik (Medical Record) dari penderita TB paru yang berobat
ke Poli Anak Rumah Sakit Haji Medan.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium penderita TB Paru yang mendukung diagnosis.
(32)
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara retrospective yaitu meneliti ke belakang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dikumpulkan merupakan data penggunaan obat TB dari data rekam medis pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 dan dilakukan seleksi berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat TB, kombinasi OAT, bentuk sediaan dan jenis obat.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel, Program SPSS untuk Windows versi 17,0 kemudian disajikan dalam persentase, nilai rata-rata dan tabel, analisa data berdasarkan periode, jenis kelamin dan usia menggunakan SPSS chi square.
3.7 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Variabel Definisi Operasional Parameter
Periode Total lamanya waktu penelitian Periode 2012 yang digunakan:
a.Januari b.Februari c.Maret d.April e.Mei f.Juni
Jenis kelamin Gender dari objek penelitian a. Penderita TB anak laki-laki
b. Penderita TB anak perempuan
(33)
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Usia Total lama waktu hidup objek sejak tanggal kelahiran hingga saat dilakukan pengobatan TB di rumah sakit
Dikelompokkan menjadi usia:
a.1 bulan-2 tahun b.2 tahun-12 tahun OAT Obat yang dipakai dalam
penyembuhan TB
a.Isoniazid b.Rifampisin c.Pirazinamid Kombinasi OAT Obat yang mengandung dua atau
tiga obat TB
a.Isoniazid + Rifampisin b.Rifampisin + Pirazinamid c.Isoniazid + Rifampisin + Pirazinamid
Jenis obat Pembagian dari obat yang diresepkan yang terdiri dari obat generik dan non-generik
a.Generik b.Non generik Bentuk sediaan Bentuk sediaan yang
mengandung bahan berkhasiat, bahan tambahan yang diperlukan untuk formulasi obat, dengan dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat digunakan untuk terapi
a.Tablet b.Serbuk
3.8 Langkah Penelitian
Langkah cara pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data rekam medis pasien adalah:
a. Meminta rekomendasi dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Haji Medan.
b. Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Haji Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.
c. Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk dari bulan Januari-Juni 2012 di Rumah Sakit Haji Medan.
(34)
d. Memilih data rekam medis yang menuliskan obat TB untuk pasien anak rawat jalan penderita TB Paru.
(35)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan yang dimulai dari bulan Februari 2013 hingga April 2013. Data diambil dari rekam medis penderita TB Paru anak dalam rentang waktu Januari 2012 hingga Juni 2012 yang terdapat 93 jumlah pasien anak rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitianyang meliputi persentase penggunaan obat TB, usia, jenis kelamin, kombinasi OAT, jenis obat dan bentuk sediaan obat TB yang diresepkan.
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Periode Januari-Juni 2012
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari 2012 hingga Juni 2012 diketahui bahwa kasus jumlah pasien TB yang terjadi dari bulan Januari 2012 hingga Juni 2012 sebanyak 93 pasien dan total resep yang masuk sebanyak 345 lembar resep, dari 345 lembar resep tersebut terdapat 292 lembar resep yang mengandung obat TB yang berarti peresepan obat TB selama periode penelitian sebesar 84,6% seperti pada Tabel 4.1.
(36)
Tabel 4.1 Distribusi resep yang mengandung obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Bulan
Obat TB
Total ρ Ada OAT % Tidak ada OAT %
Januari 45 90,0 5 10,0 50
0,409 Februari 55 80,9 13 19,1 68
Maret 56 81,2 13 18,8 69 April 43 89,6 5 10,4 48
Mei 54 88,5 7 11,5 61
Juni 39 79,6 10 20,4 49 Total 292 84,6 53 15,4 347
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data pada bulan Januari 90%, data bulan Februari 80,9%, data bulan Maret 81,2%, data bulan April 89,6%, data bulan Mei 88,5% dan data bulan Juni 79,6% dengan rata-rata tiap bulannya 84,6%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa persentase OAT mencapai 38%-87% (Nuzulul, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan obat TB pada periode tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti, dikarenakan faktor pengunjung penderita TB yang tetap pada pasien anak rawat jalan penderita TB yang datang berobat ke RS Haji Medan setiap bulannya.
4.2 Persentase Penderita TB Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan
(37)
anak laki-laki dan perempuan adalah sama dengan ρ 0,096 seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Penderita TB Berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Jenis Kelamin
Obat TB
Total ρ Ada OAT % Tidak ada
OAT
%
Laki-laki 174 59,6 38 71,7 212
0,096 Perempuan 118 40,4 15 28,3 133
Total 292 100 53 100 345
Berdasarkan hasil yang diperoleh total resep OAT sebanyak 174 resep (59,6%) diberikan pada pasien anak laki-laki dan 119 resep (40,4%) diberikan pada pasien anak perempuan. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syamsul (2010) yang menyatakan laki-laki (54,5%) lebih banyak menderita TB daripada perempuan (45,5%) dan tidak jauh berbeda dengan penelitian Saptawati (2012) yang menyebutkan bahwa penderita TB lebih sering terjadi pada laki-laki (71,74%) daripada perempuan (28,16%). Prevalensi TB tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia. Angka pada laki-laki selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur (Jhon, 2002). Pada pasien anak laki-laki lebih sering terkena penyakit TB dikarenakan aktivitas pasien anak laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan sehingga sangat gampang untuk terserang penyakit terutama TB (Syamsul, 2010).
(38)
4.3 Persentase Penderita TB Berdasarkan Usia
Penggolongan umur pada penelitian ini berdasarkan penggolongan masa anak-anak menurut The British Pediatric Association (BPA) pada tahun 2003, yang terdiri dari Neonatus (awal kelahiran-1 bulan), Bayi (1 bulan-2 tahun), Anak (2 tahun-12 tahun), tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan data pasien neonatus sehingga data yang diperoleh dari data rekam medik pasien anak penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 berdasarkan usia adalah pasien anak rawat jalan penderita TB yang mendapatkan peresepan TB paling banyak adalah usia anak 2-12 tahun yaitu 210 resep (71,9 %) sedangkan bayi 1 bulan-2 tahun hanya 82 resep (28,1%) dan didapat ρ 0,554 seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Penderita TB Berdasarkan Usia pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Usia Obat TB Total ρ
Ada OAT % Tidak ada OAT % 1 bulan –
2 tahun 82 28,1 17 32,1 99
0,554 2 tahun –
12 tahun 210 71,9 36 67,9 246
Total 292 100 53 100 345
Pada pasien anak berdasarkan usia 2-12 tahun umumnya mempunyai keluhan yang lebih banyak daripada bayi, hal ini sesuai dengan pertambahan usia dan aktivitas yang lebih banyak menjadi penyebab terganggunya fungsi kekebalan tubuh (Maas, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Saptawati di Jakarta (2012) yang menyatakan bahwa pasienbayi usia 1
(39)
bulan-2 tahun jarang menderita TB. Tetapi data tersebut tidak sesuai dengan penelitian Sulaimi (2006), yang menyatakan bahwa kisaran umur 5-14 tahun sering disebut umur kesayangan karena pada semua populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit TB yang terendah. Perbedaan ini disebabkan karena berbedanya periode dan tempat pengambilan data.
4.4Persentase yang Mengandung Obat TB
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan OAT yang paling banyak diresepkan adalah rifampisin sebanyak 268 R/ (43,30 %), isoniazid (INH) sebanyak 258 R/ (41,68 %) dan pirazinamid 93 R/ (15,02 %) seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Obat TBC Jumlah R/ Persentase (%)
Isoniazid (INH) 258 41,68
Rifampisin 268 43,30
Pirazinamid 93 15,02
Jumlah 619 100
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jas (2007), yang lebih banyak menggunakanrifampisin (85%), isoniazid (74%) dan pirazinamid 69%. Pada penelitian ini penggunaan rifampisin dan isoniazid hampir sama banyak, hal ini dikarenakan rifampisin dan isoniazid merupakan obat terpenting dalam pengobatan TB yang digunakan dalam fase intensif dan fase lanjutan. Isoniazid bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman
(40)
Rifampisin dapat membunuh kuman semidormant (persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Pirazinamid juga bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dalam suasana asam (Syamsul, 2010).
4.5 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Kombinasi Obat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan kombinasi obat yang paling banyak diresepkan adalah kombinasi isoniazid dengan rifampisin sebanyak 137 resep (59,57%) sedangkan kombinasi isoniazid, rifampisin dan pirazinamid sebanyak 92 resep (40%) dan kombinasi antara rifampisin dengan pirazinamid hanya 1 resep (0,43%) seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Obat TB Berdasarkan Kombinasi Obat Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita TB di RS Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Kombinasi Obat TBC Jumlah Persentase (%)
Isoniazid (INH) + Rifampisin 137 resep 59,57
Isoniazid (INH) + Pirazinamid - -
Rifampisin + Pirazinamid 1 resep 0,43
Isoniazid (INH) + Rifampisin + Pirazinamid
92 resep 40
Jumlah 230 resep 100
Berdasarkan Depkes RI mengenai penatalaksanaan pengobatan adapun susunan pengobatan pada anak terdiri dari tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R) dan pirazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari isoniazid (H) dan rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR) (Depkes, 2005).
(41)
Berdasarkan hasil penelitian, pasien anak rawat jalan pada periode Januari-Juni 2012 di Rumah Sakit Haji Medan yang paling banyak kombinasi isoniazid dengan rifampisin, ini menunjukkan pada periode ini pasien yang menerima resep OAT berada pada tahap pengobatan lanjutan, diikuti dengan penggunaan kombinasi isoniazid, rifampisin dan pirazinamid yang digunakan pada pengobatan tahap intensif.
4.6 Persentase yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Generik dan Non Generik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan jenis obat peresepan obat TB generik dan non generik yaitu 90,3% yang generik dan 9,7% yang non generik seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Obat Tuberkulosis (TB) Berdasarkan Generik dan Non Generik Pada PasienAnak Rawat Jalan Penderita Tuberkulosis (TB) di RS Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
No.
Generik Non-Generik (Paten)
Nama Obat Jumlah
R/ % Nama Obat Jumlah
R/ %
1. Isoniazid 243 39,26 Pyravit 15 2,42 2. Rifampisin 223 36,02 Rimactazid 25 4,04
Rimcure 20 3,23
3. Pirazinamid 93 15,02 - - -
Jumlah 559 90,3 60 9,7
Obat generik merupakan obat program pemerintah yang penggunaannya diberlakukan melalui SK Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per.1/1989 tanggal 28 Januari 1989, peraturan ini sangat bermanfaat sebab harga obat generik yang murah dapat meringankan beban masyarakat dalam hal kebutuhan obat serta dapat meningkatkan efisiensi,
(42)
cakupan dan pemerataan pelayanan kesehatan untuk mereka yang membutuhkan. Pemerintah juga mewajibkan kepada semua fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah untuk menuliskan resep obat generik (Sumantomo, 2006). Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan OAT di Rumah Sakit Haji Medan hampir semua menggunakan obat generik, hal ini dikarenakan Rumah Sakit Haji Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang harus mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan yang mengharuskan penggunaan obat generik.
4.7 Persentase Resep yang Mengandung Obat TB Berdasarkan Bentuk Sediaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat TB pada pasien anak rawat jalan penderita TB di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan bentuk sediaan adalah bentuk sediaan serbuk sebanyak 514 R/ (83,04%) sedangkan obat TB dalam bentuk sediaan tablet sebanyak 104 R/ (16,80%) dan dalam bentuk sediaan sirup sebanyak 1 R/ (0,16%) seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Obat Tuberkulosis (TB) Berdasarkan Bentuk Sediaan Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Tuberkulosis (TB) di RS Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Bentuk Sediaan Jumlah R/ Persentase (%)
Tablet 104 16,80 Serbuk 514 83,04
Sirup 1 0,16
Jumlah 619 100 Berdasarkan hasil penelitian, dalam bentuk sediaan OAT khususnya
(43)
sediaan tablet. Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan serbuk disebabkan pada anak-anak banyak yang susah menelan obat dalam bentuk tablet sehingga obat harus diracik dengan cara digerus dan akan menghasilkan serbuk yang mudah untuk diminum.
Rute pemberian obat TB yang digunakan pada penderita TB pada pasien anak rawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan adalah secara oral. Hal ini dikarenakan pemberian obat melalui oral yang paling menyenangkan, mudah, murah, dan paling aman.
(44)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah resep yang masuk periode Januari-Juni 2012 sebanyak 345 resep yang terdiri dari 84,6% meresepkan obat TB. Penggunaan obat TB paling banyak terjadi pada laki-laki (59,6%). Berdasarkan usia yang paling banyak terjadi pada usia 2 tahun-12 tahun yaitu (71,9%). Obat TB yang paling banyak digunakan adalah rifampisin (43,30%), dan kombinasi OAT yang paling banyak digunakan adalah isoniazid dengan rifampisin (59,57%). Berdasarkan jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat TB jenis generik (90,3%), dan bentuk sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk sediaan serbuk (83,04%). Sehingga dari hasil penelitian ini diperoleh pola penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 adalah kombinasi isoniazid dengan rifampisin yang menunjukan pasien yang mendapatkan resep OAT merupakan pasien TB tahap lanjutan dengan penggunaan obat-obatan generik.
5.2 Saran
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap pola penggunaan OAT di berbagai rumah sakit lain dengan cara membandingkan penggunaan OAT apakah sudah sesuai dengan pedoman OAT ataupun tidak.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H., dan Abdul, H.M. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 73-110.
Amin, M., Alsagaff, H., dan Saleh, T. (1989). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 14.
Amin, Z. (2006). Tuberkulosis Paru Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 33.
Anderson, P.S., dan Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 855. Burhan, E. (2010). Peran ISTC Dalam Pencegahan MDR. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Universitas Indonesia.
Chotimah, S.L. (2008). Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Universitas Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Halaman 31.
Jas, A. (2007). Perihal Obat Dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya. Medan: USU Press. Hal. 31-36.
Jhon, S.C., Norman, H., dan Fred, M. (2002). Tuberkulosis Klinik. Jakarta: Widya Medika. Hal. 31-94.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2009). Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 6.
Maas, L.T. (2007). Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: PT Gramedia. Hal. 11-12.
Misnadiarly. (2006). Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal. 75-76.
Nuzulul, Z. (2011). Asuhan Keperawatan (ASKEP) TB Paru. Skripsi.
(46)
Richard, H.R.W. (2003). The British Association For Paediatric Nephrology. London: University of Birmingham. Hal. 191-192.
Sartono. (2005). Obat dan Anak. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 61-62.
Sinta, S.N., Fenny, F., Ratu, S., dan Sukma, N. (2010). Whatman Flinders Technology Associates (FTA) Card untuk Uji Diagnostik Molekular Bakteri Mycobacterium tuberculosis Berbasis Metode PCR. Bandung: Penerbit: Universitas Padjadjaran. Hal. 506-508.
Sulaimi, P., Setiadi, W., dan Diah. L. (2006). Tuberculosa Pada Anak. Skripsi. Surabaya: Fakultas Universitas Wijaya Kusuma.
Syamsul, M. (2010). Faktor Yang Berhubungan Antara Kesembuhan Pengobatan TB Paru Dengan OAT Strategi DOTS di Puskesmas Burneh Bangkalan. Skripsi. Surabaya: Fakultas Universitas Airlangga. Saptawati, L., Mardiastuti, Anis, K., dan Cleopas, M.R. (2012). Evaluasi
Metode Fastplaque Untuk Mendeteksi Mycobacterium tuberculosis
Pada Sputum Di Beberapa Unit Pelayanan Kesehatan di Jakarta-Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Universitas Indonesia.
Sumantomo, B. (2006). Perbandingan Bioavailabilitas Pirazinamid Dalam Sediaan Generik dan Paten Secara In Vitro. Skripsi. Semarang: Fakultas Universitas Diponegoro.
Yoga, A.T. (2007). Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace). Jakarta: Direktur P2ML. Hal. 31.
Wattimena, J.R., Nelly, C.S., Mathilda, B.W., Elin, Y.S., Andreanus, A.S., dan Anna, R.S. (1991). Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 137-177.
(47)
Lampiran 1. Data mentah peresepan obat tuberkulosis
No No. R.M Jenis Kelamin Usia (Thn) Tgl BB (Kg) Diagnosis Obat Dosis Pembayaran
1. 038324 L 12 10-04-2012 40 TB Paru INH 1x300 mg Askes
Rifampisin 1x300 mg
Methyl prednisolon 1x4 mg
2. 088218 L 9 30-01-2012 38 TB Paru Rifampisin 1x400 mg Jamsostek
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
13-02-2012 38 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
27-02-2012 38 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
12-03-2012 38,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
26-03-2012 38,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
09-04-2012 38,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
07-05-2012 38,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x400 mg
21-05-2012 38,5 INH 1x300 mg
Loratadin 3x1 tab
Dexametason 3x1 tab
3. 098828 L 12 03-01-2012 39 TB Paru Rifampisin 1x450 mg Askes
Pirazinamid 1x500 mg
(48)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
14-01-2012 41 Rifampisin 1x400 mg
INH 1x400 mg
Vit B6 2x1 tab
Pirazinamid 2x500 mg
15-02-2012 41 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x400 mg
Vit B6 2x1 tab
17-04-2012 41 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x400 mg
Vit B6 2x1 tab
30-05-2012 41 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x400 mg
Vit B6 2x1 tab
4. 123553 P 10 08-02-2012 24 TB Paru Rifampisin 1x450 mg Askes
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x500 mg
23-02-2012 25 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x500 mg
15-03-2012 25 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x500 mg
07-04-2012 25 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
(49)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
INH 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
Sangobion 1x cth I
5. 125821 P 7 18-02-2012 24 TB Paru INH 1x300 mg Askes
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 1x1 tab
Ambroxol Syr 3x10 mg
17-03-2012 24 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 1x1 tab
Ambroxol Syr 3x10 mg
14-04-2012 24,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 1x1 tab
Ambroxol Syr 3x10 mg
12-05-2012 24 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 1x1 tab
Ambroxol Syr 3x10 mg
09-06-2012 25 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 1x1 tab
Ambroxol Syr 3x10 mg
6. 137421 L 4,5 19-04-2012 19 TB Paru Rimactazid 1x3 tab Gratis
23-05-2012 18,5 Rimactazid 1x3 tab
(50)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
7. 143301 P 3 28-01-2012 16 TB Paru Rimactazid 1x3 tab Askes
Tiriz drop 1x0,25 mg
Apialys 1xcth I
8. 148870 L 7 21-06-2012 21 TB Paru Ryvel 2xcth I Askes
Ventolin 3xcth I
23-06-2012 21 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x200 mg
Vit B6 2x1 tab
28-06-2012 21 Ryvel 2xcth I
Ventolin 2xcth I
INH 1x200 mg
Rifampisin 1x200 mg
Kenacort 3x4 mg
9. 149230 L 10 01-02-2012 23 TB Paru Rifampisin 1x450 mg Jamsostek
INH 1x300 mg
Dexametason 3x1 tab
Salbutamol 3x2 mg
02-02-2012 24 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
02-03-2012 23 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Salbutamol 3x2 mg
Ambroxol Syr 3x1 tab
Vit B6 2x1 tab
10. 149985 P 1 07-04-2012 15 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Jamsostek
(51)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Ambroxol Syr 3xcth I
18-05-2012 13 Tiriz drop 1x0,25 mg
INH 1x300 mg
11. 152581 L 2 25-04-2012 12 TB Paru INH 1x300 mg Jamsostek
Loran 3xcth ½
12. 155520 L 6 26-01-2012 20 TB Paru INH 1x200 mg Askes
Rifampisin 1x300 mg
Apialys 2xcth I
08-02-2012 21 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
09-03-2012 20 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Apialys 2xcth I
29-03-2012 21 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
26-04-2012 21,5 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
13. 157779 L 2 29-02-2012 12 TB Paru Rimactazid 1x1 tab Pribadi
30-05-2012 INH 1x250 mg
14. 157780 P 5 14-03-2012 16 TB Paru INH 1x200 mg Pribadi
Rifampisin 1x300 mg
Apialys 2xcth I
15. 158835 P 7 12-01-2012 19 TB Paru INH 1x150 mg Jamsostek
Rifampisin 1x280 mg
Pirazinamid 1x450 mg
(52)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Pirazinamid 1x400 mg
Univit Syr 2xcth I
09-02-2012 20 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Univit Syr 2xcth I
25-02-2012 20 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Univit Syr 2xcth I
11-04-2012 21 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Univit Syr 2xcth I
16-05-2012 20 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Univit Syr 2xcth I
30-05-2012 21 INH 1x200 mg
16. 159097 L 2 04-03-2012 11 TB Paru Cefadroxil 2xcth I Jamsostek
Sanmol 3xcth I
Orasik 3xcth ½
04-04-2012 11,5 INH 1x200 mg
Naprex 4xcth ½
Rimactazid 1x1 tab
Ozen 2xcth I
16-06-2012 11,5 Rimactazid 1x1 tab
21-06-2012 11,5 Defan 2x2,5 ml
17. 160192 L 1 15-03-2012 13 TB Paru Pirazinamid 1x65 mg Gratis
(53)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x250 mg
Apialys 2xcth I
19. 164987 L 1,8 01-02-2012 9,5 TB Paru INH 1x200 mg Gratis
Orasik 3x50 mg
Salbutamol 3x1 cth ½
27-06-2012 10 INH 1x200 mg
Salbutamol 3x1 mg
20. 165310 P 1 09-02-2012 7,7 TB Paru INH 1x200 mg Askes
Tiriz drop 1x0,25 ml
Ambroxol Syr 2xcth ½
21. 168788 L 10 02-01-2012 28,5 TB Paru INH 1x250 mg Askes
Rifampisin 1x400 mg
Curcuma plus 3xcth 1½
Vit B6 2x1 tab
19-01-2012 29 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x300 mg
Curcuma plus 2xcth II
Vit B6 2x1 tab
Lasal 3xcth I
09-02-2012 29 Curcuma plus 3xcth I
Vit B6 2x1 tab
Pediagrow 2xdd I
23-02-2012 29 Pediagrow 2xdd I
26-04-2012 30 Pediagrow 2xdd I
22. 169115 P 2 08-02-2012 10 TB Paru Kotrimoksazol 2xcth I Jamsostek
(54)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x100 mg
15-03-2012 11 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
19-04-2012 11 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
31-05-2012 11 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
28-06-2012 11,5 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
23. 169555 L 1 29-03-2012 9 TB Paru INH 1x150 mg Jamsostek
Lasal 3xcth ½
Kenacort 3x3 mg
31-03-2012 9 Rimcure paed 1x1 tab
Univit Syr 2xcth I
16-04-2012 9,5 Rimcure paed 1x2 tab
14-06-2012 10 Rimcure paed 1x2 tab
28-06-2012 10 Rimcure paed 1x2 tab
Vitagrow 1xdd I
24. 169662 P 3 01-03-2012 12 TB Paru INH 1x100 mg Jamsostek
Ozen 3xcth ½
Apialys 2xcth I
25. 170164 L 7 09-02-2012 18 TB Paru Amoxicilin 3x250 mg Jamsostek
PCT 3x250 mg
Methyl prednisolon 3x4 mg
DMP Syr 3xcth I
(55)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Vit B complex 2x ½ tab
18-02-2012 18 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
07-03-2012 18 H2O2 3% 3xgtt III
Curcuma Syr 3xcth I
08-03-2012 19 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
19-03-2012 20 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
Curcuma Syr 3xcth I
26-03-2012 20 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
09-04-2012 20 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
23-04-2012 20,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
07-05-2012 21 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
21-05-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
(56)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
INH 1x200 mg
18-06-2012 21 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x200 mg
Pirazinamid 1x300 mg
26. 170213 P 5 05-01-2012 17,5 TB Paru INH 1x180 mg Jamsostek
Univit Syr 2xcth I
Vit B6 1x1 tab
26-01-2012 18 INH 1x180 mg
Univit Syr 2xcth I
09-02-2012 18 Ozen 1xcth I
Prednison 3x1 tab
INH 1x180 mg
Univit Syr 2xcth I
23-02-2012 18 INH 1x180 mg
Univit Syr 2xcth I
08-03-2012 18 INH 1x180 mg
Univit Syr 2xcth I
Ambroxol Syr 3xcth I
22-03-2012 18,5 INH 1x180 mg
Univit Syr 2xcth I
05-04-2012 19 Univit Syr 2xcth I
14-06-2012 18 Apialys 2xcth I
Isprinol 3xcth I
Nutren junior 3xcth I
27. 170281 L 4 09-01-012 19 TB Paru Rifampisin 1x250 mg Jamsostek
(57)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
INH 1x200 mg
13-02-2012 19 Rifampisin 1x200 mg
INH 1x200 mg
27-02-2012 19 Rifampisin 1x250 mg
INH 1x200 mg
26-03-2012 19 Rifampisin 1x250 mg
INH 1x200 mg
09-04-2012 19 Rifampisin 1x250 mg
INH 1x200 mg
28. 172674 L 9 02-01-2012 22 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Askes
INH 1x300 mg
29. 173189 L 1 09-02-2012 10 TB Paru INH 1x100 mg Jamsostek
Pediagrow 2xdd I
Lasal 3xcth ½
30.
.
173795 P 10 02-01-2012 23,5 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Jamsostek
INH 1x300 mg
Vit B6 3xcth I
06-02-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
Vit B6 3xcth I
05-03-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
31. 173948 L 11 19-01-2012 34,5 TB Paru INH 1x300 mg Jamsostek
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
(58)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Vit B6 2x1 tab
Ambroxol Syr 3xcth I
18-02-2012 35 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
Ambroxol Syr 3xcth I
15-03-2012 36 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Salbutamol 3x2 mg
Prednison 3x1 tab
32. 175259 L 8 12-01-2012 22 TB Paru INH 1x200 mg Jamsostek
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
26-01-2012 26 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
02-02-2012 23 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
16-02-2012 24 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
03-03-2012 26 Pyrantel pamoate 1x250 mg
06-04-2012 27 Curcuma Syr 2xcth I
33. 175620 P 1 09-01-2012 8 TB Paru INH 1x100 mg Askes
(59)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x100 mg
11-02-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
28-02-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
08-03-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
28-03-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
21-04-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
10-05-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
L-Bio 3x10 mg
Oralit -
26-05-2012 8 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x100 mg
L-Bio 3x10 mg
Oralit -
34. 175640 P 1 19-02-2012 7,5 TB Paru Rimcure paed 1x1 tab Askes
Zinkid 1x1 tab
Proris Syr 2xcth ½
16-02-2012 7,4 INH 1x75 mg
Rifampisin 1x100 mg
Pirazinamid 1x175 mg
(60)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x375 mg
Univit Syr 2xcth I
26-01-2012 24 INH 1x250 mg
Rifampisin 1x375 mg
Univit Syr 2xcth I
09-02-2012 24 INH 1x250 mg
Rifampisin 1x375 mg
Univit Syr 2xcth I
23-02-2012 24,5 Univit Syr 2xcth I
15-03-2012 26 Univit Syr 2xcth I
36. 176260 L 6 09-01-2012 15 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Askes
INH 1x150 mg
25-01-2012 16 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
15-02-2012 16,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
29-02-2012 17,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
28-03-2012 16,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
Vit B6 2x1 tab
25-04-2012 17 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
09-05-2012 16,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x150 mg
(61)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
25-05-2012 16 Rifampisin 1x200 mg
INH 1x100 mg
PCT 3xcth 1 ½
08-06-2012 16,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x160 mg
37. 178062 P 2 11-01-2012 10 TB Paru Rimactazid 1x1 tab Jamsostek
28-03-2012 11,5 Rimcure paed 1x1 tab
Apialys 2xcth I
Inbion Syr 1xcth I
38. 178294 L 8 11-01-2012 27 TB Paru Rifampisin 1x375 mg Askes
INH 1x300 mg
25-01-2012 27 Rifampisin 1x375 mg
INH 1x300 mg
27-02-2012 27 Rifampisin 1x400 mg
INH 1x300 mg
26-03-2012 28 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
39. 178948 L 1 19-01-2012 10 TB Paru Rimactazid 1x2 tab Pribadi
Pediagrow 1xcth I
05-04-2012 11,5 Rimactazid 1x2 tab
Pediagrow 1xcth I
10-05-2012 11,5 Pediagrow 1xcth I
40. 179311 P 1 12-01-2012 8,5 TB Paru INH 1x85 mg Jamsostek
Rifampisin 1x125 mg
Univit Syr 2xcth I
(62)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Univit Syr 2xcth I
02-02-2012 8,5 Oralit -
Isomil advance -
Vometa drop 3x0,5 mg
L-Bio 3x1
Zinkid 1x1 tab
09-02-2012 9 INH 1x90 mg
Rifampisin 1x125 mg
Univit Syr 2xcth I
23-02-2012 9,5 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
Univit Syr 2xcth I
15-03-2012 10 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
Univit Syr 2xcth I
29-03-2012 10 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
Univit Syr 2xcth I
12-04-2012 10 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
Pediagrow 1xcth I
Susu Enfagrow -
26-04-2012 10,5 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
(63)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x150 mg
Pediagrow 1xcth I
24-05-2012 10 INH 1x100 mg
Rifampisin 1x150 mg
L-Bio 3x1
07-06-2012 10 INH 1x100 mg
Vitagrow 1xcth I
41. 179339 L 12 05-01-2012 29 TB Paru INH 1x300 mg Jamsostek
Rifampisin 1x450 mg
Pirazinamid 1x750 mg
12-01-2012 30 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
Curcuma syr 1xcth I
Salbutamol 3x1 tab
26-01-2012 31 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Pirazinamid 1x750 mg
Vit B6 2x1 tab
09-02-2012 31 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
Curcuma syr 1xcth I
Salbutamol 3x1 tab
28-02-2012 32 INH 1x300 mg
(64)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
08-03-2012 32 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Salbutamol 3x2 mg
Prednison 3x1 tab
22-03-2012 31 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300
29-03-2012 31,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Salbutamol 3x2 mg
12-04-2012 32 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
26-04-2012 33 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
10-05-2012 32,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
22-05-2012 33 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 1x1 tab
07-06-2012 34 INH 1x300 mg
21-06-2012 33 INH 1x300 mg
42. 179523 P 12 11-01-2012 45 TB Paru INH 1x300 mg Askes
Rifampisin 1x450 mg
Pirazinamid 1x500 mg
26-01-2012 45 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
(65)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x450 mg
Pirazinamid 1x500 mg
16-02-2012 45 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
29-02-2012 45 INH 1x400 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
01-03-2012 45 INH 1x400 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
24-05-2012 46 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x450 mg
Vit B6 2x1 tab
43. 180013 L 7 25-01-2012 24,5 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Jamsostek
INH 1x300 mg
07-02-2012 25 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
20-02-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
05-03-2012 22,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
20-03-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
02-04-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
(66)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
30-04-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
03-05-2012 23,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
44. 180173 L 1 02-02-2012 9,5 TB Paru Rimactazid 1x2 tab Pribadi
L-Bio 3x1
Zinkid 1x1 tab
Isomil Plus Advance
-
09-02-2012 10 Rimactazid 1x2 tab
Curliv plus 3xcth I
Apialys 2xcth I
L-Bio 3x1
08-03-2012 11 Curliv plus 3xcth I
Apialys 2xcth I
Rimactazid 1x1 tab
15-03-2012 11 Curliv plus 3xcth I
Apialys 1xcth I
Rimactazid 1x1 tab
Tiriz drop 2x0,25 ml
29-03-2012 11 Curliv plus 3xcth I
Apialys 1xcth I
Rimactazid 1x1 ½ tab
Isomil Plus Advance
-
(67)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rimactazid 1x1 ½ tab
Tiriz drop 2x0,25 ml
Iliadin 3xgtt III
19-04-2012 11,5 Curliv plus 3xcth I
Apialys 1xcth I
Rimactazid 1x1 ½ tab
10-05-2012 11,5 Tiriz drop 2x0,25 ml
Lasal 3xcth ½
24-05-2012 11,5 Apialys 1xcth I
Rimactazid 1x1 ½ tab
17-06-2012 11,5 Pyravit 1xcth I
Vitagrow 1xcth I
18-06-2012 11,5 Rimactazid 1x1 ½ tab
Ventolin 3xcth ½
Tiriz drop 2x0,25 ml
45. 180600 L 8 02-01-2012 13 TB Paru PCT 3x ¼ Jamsostek
Cefadroxil 3xcth I
Picula 3xcth I
13-01-2012 13 INH 1x 100 mg
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
Cefadroxil 3xcth I
01-03-2012 13 INH 1x 100 mg
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
(68)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
Cefadroxil 3xcth I
15-03-2012 13 INH 1x 100 mg
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
Cefadroxil 3xcth I
03-05-2012 13 INH 1x 100 mg
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
Cefadroxil 3xcth I
14-05-2012 13 INH 1x 100 mg
Rifampisin 1x 150 mg
Nicodryl 3xcth I
Cefadroxil 3xcth I
11-06-2012 13 Cefadroxil 3xcth I
PCT 3xcth I
Nicodryl 3xcth I
14-06-2012 13 Cefadroxil 3xcth I
Nicodryl 3xcth I
25-06-2012 13 Cefadroxil 3xcth I
Nicodryl 3xcth I
46. 180680 L 2 15-01-2012 14 TB Paru Rimactazid 1x2 tab Askes
Curliv 2xcth I
(69)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Pirazinamid 1x500 mg
Vit B6 2x1 tab
14-02-2012 32,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
Vit B6 2x1 tab
16-03-2012 33 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
Vit B6 2x1 tab
48. 181548 L 8 04-01-2012 11 TB Paru INH 1x100 mg Askes
Rifampisin 1x150 mg
49. 181556 P 12 04-01-2012 26 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Jamsostek
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
50. 181560 P 1 07-01-2012 7 TB Paru INH 1x150 mg Jamsostek
Salbutamol
3x1 mg GG
Dexametason
Apyalis 2xcth I
51. 182009 P 1 19-01-2012 8,8 TB Paru Rimcure Paed 1x1 ½ tab Jamsostek
Pediagrow 2xdd I
26-01-2012 9,5 Rimcure Paed 1x1 ½ tab
08-03-2012 11 Rimcure Paed 1x1 ½ tab
Pediagrow 2xdd I
(70)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Nutren Junior 3xcth I
24-05-2012 10 Rimactazid 1x2 tab
Pediagrow 2xdd I
Nutren Junior 3xcth I
07-06-2012 10 Rimactazid 1x2 tab
Pediagrow 2xdd I
Nutren Junior 3xcth I
11-06-2012 10 Rimactazid 1x2 tab
52. 182019 L 6 14-01-2012 23 TB Paru INH 1x300 mg Jamsostek
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x300 mg
Vit B6 2x1 tab
28-01-2012 22 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x300 mg
Vit B6 2x1 tab
14-02-2012 24 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x200 mg
Vit B6 2x1 tab
28-02-2012 23,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
03-03-2012 25 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x300 mg
(71)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Ambroxol Syr 3xcth I
Vit B6 2x1 tab
04-05-2012 23 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Ambroxol Syr 3xcth I
Vit B6 2x1 tab
03-06-2012 24,5 INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Ambroxol Syr 3xcth I
Vit B6 2x1 tab
53. 182585 P 4 16-05-2012 17 TB Paru Rimactazid 1x3 tab Jamsostek
54. 182672 L 7 13-02-2012 25 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Askes
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x100 mg
02-03-2012 26 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x100 mg
09-04-2012 27 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
25-06-2012 27 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 1x500 mg
55. 182709 L 7 07-01-2012 20 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Jamsostek
Ambroxol Syr 3xcth I
(72)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
INH 1x100 mg
57. 182873 L 3 21-05-2012 13 TB Paru Rifampisin 1x200 mg Jamsostek
INH 1x150 mg
Pirazinamid 1x250 mg
58. 183184 L 3 09-02-2012 11 TB Paru INH 1x100 mg Jamsostek
Cefadroxil 3xcth I
Ambroxol Syr 3xcth I
59. 183194 P 3 23-02-2012 13 TB Paru Rifampisin 1x200 mg Jamsostek
INH 1x175 mg
Pirazinamid 1x300 mg
Univit Syr 3xcth I
08-03-2012 13 INH 1x120 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 1x300 mg
Ambroxol Syr 3xcth 1 ½
Alco drop 3x0,8 ml
21-03-2012 13 INH 1x120 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 1x300 mg
Ambroxol Syr 3xcth 1 ½
Alco drop 3x0,8 ml
03-04-2012 13 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x150 mg
Pirazinamid 2x150 mg
16-04-2012 13 INH 1x150 mg
(73)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
30-04-2012 13 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x150 mg
Pirazinamid 2x150 mg
11-05-2012 13 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 2x150 mg
Univit Syr 3xcth I
25-05-2012 13,5 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 2x150 mg
Univit Syr 3xcth I
08-06-2012 13,5 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 2x150 mg
Univit Syr 3xcth I
26-06-2012 13,5 INH 1x150 mg
Rifampisin 1x175 mg
Pirazinamid 2x150 mg
Univit Syr 3xcth I
60. 183195 L 1 09-02-2012 9 TB Paru Rifampisin 1x175 mg Jamsostek
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
13-02-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
(74)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
Pirazinamid 1x250 mg
17-03-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
03-04-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
16-04-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
11-05-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
08-06-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
22-06-2012 9 Rifampisin 1x175 mg
INH 1x100 mg
Pirazinamid 1x250 mg
61. 183248 L 7 11-02-2012 22,5 TB Paru Rifampisin 1x300 mg Pribadi
INH 1x300 mg
Pirazinamid 2x300 mg
Vit B6 3x1 tab
17-03-2012 22,5 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
(75)
Lanjutan data mentah peresepan obat tuberkulosis
21-04-2012 23 Rifampisin 1x300 mg
INH 1x300 mg
Pirazinamid 2x300 mg
Vit B6 3x1 tab
19-05-2012 23 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
09-06-2012 23 Rifampisin 1x450 mg
INH 1x300 mg
Vit B6 2x1 tab
62. 183249 L 4 11-02-2012 14,5 TB Paru INH 1x200 mg Pribadi
Rifampisin 1x200 mg
Pirazinamid 2x200 mg
Vit B6 2x1 tab
17-03-2012 14,5 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x200 mg
Pirazinamid 2x200 mg
Vit B6 2x1 tab
21-04-2012 14,5 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x200 mg
Pirazinamid 2x200 mg
Vit B6 2x1 tab
24-05-2012 14,5 INH 1x200 mg
Rifampisin 1x225 mg
Vit B6 2x1 tab
(1)
% of Total 50.4% 11.0% 61.4%
perempuan Count 118 15 133
% within
jeniskelamin 88.7% 11.3% 100.0% % within obatTB 40.4% 28.3% 38.6%
% of Total 34.2% 4.3% 38.6%
Total Count 292 53 345
% within
jeniskelamin 84.6% 15.4% 100.0% % within obatTB 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Appro x. Tb
Approx . Sig. Nominal by
Nominal
Phi -.090 .096
Cramer's V .090 .096
Contingency
Coefficient .089 .096
Interval by Interval
Pearson's R
-.090 .051 -1.668 .096c Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation
-.090 .051 -1.668 .096c
N of Valid Cases 345
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
3. Resep Tuberkulosis (TB) berdasarkan usia
Crosstabs Statistics
(2)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent usia *
obatTB 345 100.0% 0 .0% 345 100.0%
usia * obatTB Crosstabulation
obatTB
Total ada OAT
tidak ada OAT
usia 1 bulan - 2 tahun Count 82 17 99
% within usia 82.8% 17.2% 100.0% % within
obatTB 28.1% 32.1% 28.7%
% of Total 23.8% 4.9% 28.7%
2 tahun - 12 tahun
Count 210 36 246
% within usia 85.4% 14.6% 100.0% % within
obatTB 71.9% 67.9% 71.3%
% of Total 60.9% 10.4% 71.3%
Total Count 292 53 345
% within usia 84.6% 15.4% 100.0% % within
obatTB 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Symmetric Measures Value Asymp . Std. Errora Appr ox. Tb
Approx. Sig.
(3)
Nominal Cramer's V .032 .554
Contingency
Coefficient .032 .554
Interval by Interval Pearson's R -.032 .055 -.590 .556c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.032 .055 -.590 .556c
N of Valid Cases 345
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
4. Resep Tuberkulosis (TB) berdasarkan jenis OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Frequencies Statistics
jenisOAT
N Valid 292
Missing 53 jenisOAT Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid rifampisin 45 13.0 15.4 15.4
isoniazid 16 4.6 5.5 20.9
pirazinamid 1 .3 .3 21.2
kombinasi
isoniazid+rifampisin 137 39.7 46.9 68.2
kombinasi
rifampisin+pirazinamid 1 .3 .3 68.5
kombinasi R+H+P 92 26.7 31.5 100.0
Total 292 84.6 100.0
Missing System 53 15.4
(4)
(5)
Lampiran 4. Surat izin penelitian di ruang rekam medik RS. Haji Medan
(6)
Lampiran 5. Surat keterangan telah selesai penelitian