UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEM

  

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2015/2016

REGULER II – MENTENG

NAMA : ELIZABETH BETA DESIDERIA EAG NIM : 44212120106 JURUSAN : FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI : PUBLIC RELATIONS MATA KULIAH : ISSUE AND CRISIS MANAGEMENT DOSEN : RADITYO MUHAMAD, SH, MA SIFAT UJIAN : TAKE HOME/ INDIVIDU HARI/ TANGGAL : MINGGU, 26 JUNI 2016 JAM : 19:00 – 20:00 RUANG : M 606 2

  JAWABAN

BAGIAN I KASUS NYATA PERUSAHAAN YANG SEDANG MENGALAMI KRISIS: Kasus korupsi Indosat Mega Media (IM2) pada tahun 2012-2013 adalah kasus korupsi

  jaringan pita frekuensi 3G yang melibatkan Indosat dan anak perusahaannya, IM2 sebagai tersangka. Korupsi tersebut terkait kerjasama penyelenggaraan internet di frekuensi 2.1 giga hertz (Ghz) antara PT Indosat dan IM2. Indar Atmanto, mantan Direktur Utama IM2, tertuduh sebagai tersangka utama kasus ini.

  Kasus ini bermula dari laporan Konsumen Telekomunikasi Indonesia yang menyatakan bahwa IM2 telah menyalahgunakan pita frekuensi 2.1 Ghz padahal operator tersebut tidak berhak beroperasi di jaringan tersebut. Selain itu, IM2 tidak membayar pajak kepada negara terkait pemakaian frekuensi. Total kerugian terhitung berjumlah Rp 1.358.343.346.674 atau sekitar Rp 1,3 triliun. Beberapa pihak seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menyatakan bahwa IM2 tidak melanggar UU No. 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi. Mereka juga menjelaskan dalam menyelenggarakan jasa akses internet, IM2 bekerjasam dengan Indosat agar dapat memanfaatkan jaringan Telekomunikasi Indosat. Jadi, hal ini berarti adalah bentuk kerjasama antara Penyelenggara Jasa (IM2) dan Penyelenggara Jaringan (Indosat), bukan kerjasama pemanfaatan spektrum frekuensi seperti dalam Pasal 14 dan 15 PP53/2000. Dengan demikian, kerjasama kedua perusahaan tersebut sah secara hukum, seperti yang disampaikan Menkominfo dalam Surat No. 65/M.Kominfo/02/2012 tanggal 24 Februari 2012. Setelah dilakukan serangkaian penyidikan dan proses hukum lainnya, akhirnya pada tanggal

  14 Januari 2013, mantan Direktur Utama IM2, Indar Atmanto, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi frekuensi radio.

  Kronologis kasus:

  18 Januari 2012

Kejaksaan Agung Republik Indonesia memerintahkan penyelidikan terkait penyalahgunaan

frekuensi radio 2,1 GHz oleh IM2 dengan tersangka Direktur Utama IM2. Penyidikan ini

dilakukan berdasarkan laporan yang diterima mengenai dugaan penyalahgunaan jaringan 3G

milik Indosat oleh IM2.

  30 Oktober 2012 Sang pelapor dugaan korupsi, Denny AK, diputuskan bersalah setelah terbukti secara sah melakukan pemerasan terhadap Indosat hanya saja dalam kasus yang berbeda. Dengan demikian, Denny AK dijatuhi hukuman penjara 1 tahun 4 bulan.

  November 2012 Kejagung memberikan pernyataan mengenai kerugian yang ditanggung negara akibat tindakan korupsi yang dilakukan oleh IM2. Kerugian tersebut berjumlah Rp 1,3 triliun.

  12 Desember 2012 Mantan Direktur Utama IM2, Indar Atmanto, diperiksa oleh Kejagung sebagai tersangka.

  5 Januari 2013

Indosat dan IM2 ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung dalam dugaan penyalahgunaan

frekuensi radio 2,1 Ghz.

  9 Januari 2013 Indar Atmanto mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Negara (PTUN) Jakarta terhadap Badan Pemeriksa Keuangan dan Pengawasan (BPKP). BPKP terlibat karena lembaga itu bertugas menghitung besarnya kerugian negara akibat perbuatan hukum terduga IM2.

  14 Januari 2013 Sidang perdana dilakukan dengan tersangka mantan Direktur Utama IM2, Indar Atmanto.

  ANALISIS:

  Kasus ini bisa dibilang sebagai blessing in disguise karena walaupun perusahaan dan dirut terkena krisis yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup perusahaan, tapi respon masyarakat pengguna jasa internet malah memihak IM2

  Salah satu contohnya adalah pada berita berikut ini : http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151105181456-213-89752/komunitas-ti-kecewa- atas-putusan-ma-di-kasus-im2/

  LANGKAH-LANGKAH:

  Mengurangi atau menghilangkan citra IM2 sebagai perusahaan yang bermasalah hukum dan terancam dipailitkan sehingga konsumen tidak bergejolak.

  Langkah langkahnya diantaranya : menyuplai publik dengan informasi resmi perkembangan kasus melalui press release ke media media dan website perusahaan.

  

Bagaimana Coorporate Apologia, Image Repair Theory, Situational Crisis

Communication Theory dan Organization Renewal Theory, dapat diterapkan dalam

kasus tersebut :

  Seperti diketahui, dalam image repair theory dibagi menjadi lima strategi, yakni penolakan, penghindaran tanggung jawab, pengurangan offensiveness, tindakan korektif dan permintaan maaf. Untuk penolakan, ada dua pendekatan. Pertama, IM2 mengingkari keterlibatan dalam tindakan atau menyangkal tindakan yang pernah dilakukan. Pendekatan kedua melibatkan "victimage," atau menimpakan kesalahan kepada orang lain ( kambing hitam). "Jika audience menerima orang lain yang harus disalahkan, image terdakwa mestinya bisa dipulihkan.". Dalam kasus IM2, pendekatan pertama lah yang dipakai dengan cara mengajukan PK dan kasasi.

  Untuk penghindaran tanggung jawab, ada empat taktik. Pertama, “tertuduh” dapat mengklaim bahwa tindakan tersebut merupakan respon yang wajar untuk sebuah provokasi dari pihak lain. Kedua, penghindaran tanggung jawab (defeasibility) di mana "tertuduh mengklaim kekurangan informasi atau kontrol atas elemen penting dalam situasi yang memerlukan tindakan ofensif." Pendekatan-pendekatan lain dalam kategori ini termasuk mengklaim bahwa tindakan melanggar hukum itu kecelakaan atau bahwa individu bertindak dengan niat baik namun tidak menyadari hasil negatif yang tak bisa mereka perkirakan. Perbuatan Indar Atmanto sebagai direktur utama IM2 dapat dikatakan memiliki kedudukan pidana korupsi karena perbuatan tersebut pada saat dilakukan bukan merupakan suatu hal yang disebut sebuat perbuatan melawan hukum sebagaimana suatu kegiatan bisnis telekomunikasi yang tidak merupakan kegiatan yang sama dengan penyelenggara penguna frekuensi saluran seluler yang memiliki kewajiban untuk membayar biaya penggunaan pita frekuensi

BAGIAN II MANUAL PERENCANAAN MANAJEMEN KRISIS, SEBELUM KRISIS DATANG KEMBALI: Dalam mempersiapkan penanganan krisis perlu mekanisme perencanaan yang tepat yang

  tergambar dalam lima tahapan yaitu: 1. Identifikasi dengan tepat bidang-bidang kegiatan yang mudah menimbulkan krisis.

  Misalnya kegiatan after sales, pembelian, pelayanan pelanggan, government relations dan sebagainya. Setelah bagian-bagian ini diidentifikasi baru kemudian dirancang suatu sistem peringatan dini berupa sistem pelaporan top-down dan bottom- up untuk mencegah membesarnya krisis.

  2. Bentuk dan latih tim manajemen krisis. Pembentukan tim manajemen krisis menggunakan pertimbangan fungsional perusahaan, seperti public relations, hukum, atau produksi. Tentukan siapa saja yang akan ditunjuk menjadi juru bicara dan mengontrol informasi yang harus dikeluarkan agar tidak membingungkan khalayak sasaran. Tentukan media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan dan pastikan pesan yang akan dikomunikasikan. diatas.

  3. Lakukan Manajemen Isu sebagai bentuk pencegahan krisis. Manajemen isu dapat dilakukan dengan memonitor lingkungan, mencermati trend/isu baru di masyarakat yang mungkin mempengaruhi organisasi di masa mendatang. Mengumpulkan data atas isu-isu yang berpotensi menjadi krisis dan mengevaluasinya. Mengembangkan strategi komunikasi dan berkonsentrasi pada usaha mencegah terjadinya krisis. Satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan belajar dari krisis yang dihadapi oleh organisasi lain yang sejenis dengan aktivitas organisasi/perusahaan kita.

  4. Pada saat ternyata terjadi krisis lakukan komunikasi dengan content dan channel yang tepat. Gunakan pula third party endorsers (misalnya : buzzer social media) untuk membantu memperbaiki krisis kepercayaan yang terjadi. Tidak panik dan lakukan prosedur komunikasi krisis yang sudah direncanakan sejak awal.

  5. Hubungan dengan public atau media harus tetap dijalin pasca krisis. Ini untuk memastikan bahwa hubungan jangka panjang tetap terjalin meskipun krisis sudah lewat. Hal ini penting untuk mengurangi kerusakan akibat krisis PR yang terjadi.

BAGIAN III Tujuan saya dalam memanfaatkan peran media massa serta new media untuk

  

membantu perusahaan berkomunikasi dan keluar dari krisis tersebut dan bagaimana

strategi yang saya lakukan :

  Tujuan memanfaatkan peran media massa serta new media untuk membantu perusahaan berkomunikasi dan keluar dari krisis tersebut adalah untuk menjaga image dan reputasi perusahaan di mata konsumen / masyarakat sehingga tidak rusak dan menyebabkan masyarakat menjadi antipati terhadap perusahaan beserta produk produknya.

  Strategi yang saya lakukan adalah :

  1. Menjaga media relations/ menjaga hubungan baik dengan mass media sehingga bisa menyuplai media media tersebut dengan press release yang resmi dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi kemungkinan munculnya opini opini negatif.

  2. Menjaga hubungan dengan buzzer atau selebritas di new media sehingga mereka sebagai opinion maker di new media tetap berpihak pada perusahaan kita.