Penerapan Pasal 52 Jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Harkat dan Martabat Tersangka Dalam Proses Penyidikan Di Kepolisian (Studi Di Polres Batu)

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara berdasarkan hukum yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bukan berdasar atas kekuasaan semata-mata. Mohammad Kusnardi dan Bintan Saragih berpendapat bahwa;1

Negara hukum menentukan alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada peraturan-peraturan yang ditentukan terlebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan peraturan-peraturan itu. Adapun ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum adalah;

1. Pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia.

2. Peradilan yang bebas dari pengaruh sesuatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.

3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Indonesia diidealkan dan dicita-citakan oleh the founding fathers sebagai suatu negara hukum (Rechsstaat/The Rule of Law). Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi HAM setiap individu tanpa membedakan latar belakangnya,

1 Kusnardi, Bintan Saragih, 1978, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945 Jakarta; Gramedia, Hal. 27


(2)

2 sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).2

Konsekuensi dari dianutnya hukum sebagai ideologi oleh suatu negara adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka hukum juga wajib memberikan timbal balik terhadap negara yang menerimanya sebagai ideologi dengan cara memperhatikan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan anggota-anggota masyarakat serta memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak diartikan secara statis. Artinya, jika ada persamaan di hadapan hukum bagi semua orang, maka harus diimbangi pula dengan persamaan perlakuan (equal treatment) bagi semua orang.3

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Aacara Pidana (KUHAP) tidak ada perbedaan di hadapan hukum, baik tersangka, terdakwa dan aparat penegak hukum sama-sama warga negara yang sama kedudukannya dan kewajibannya di depan hukum yakni sama-sama mencari kebenaran dan keadilan. Siapapun yang melakukan pelanggaran hukum akan mendapat perlakuan yang sama tanpa perbedaan. Perlindungan hukum yang tidak serius merupakan pelanggaran HAM yang berarti bertentangan dengan hak konstitusional warga negara.

2 Adnan Buyung Nasution. 2007. Bantuan Hukum, Akses Masyarakat Marginal Terhadap Keadilan (Tinjauan, Sejarah, Konsep, Kebijakan, Penerapan dan Perbandingan di Berbagai Negara), Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Hal 97.

3 paradigma bantuan hukum sekarang harus banting setir http://www.hukumonline.com diakses tanggal 07 Oktober 2013


(3)

3 KUHAP yang kita kenal dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 merupakan pedoman dalam pelaksanaan serta praktek hukum pidana materil yang memuat peraturan tentang tata cara dalam proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, acara pemeriksaan, banding ke pengadilan tinggi, serta kasasi dan PK ke Mahkamah Agung. Patut kita ketahui bahwa definisi mengenai tersangka telah di jabarkan secara khusus di dalam KUHAP, yakni pada bab VI yang terdiri dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 68.

Ruang lingkup mengenai tersangka telah dirumuskan dalam Pasal 1 butir 14 dan 15. Dalam Pasal tersebut menjelaskan, bahwa tersangka merupakan seseorang yang karena perbuatannya berdasarkan bukti permulaan yang cukup diduga sebagai pelaku tindak pidana. Tetapi walaupun dengan demikian, seorang tersangka tidak dapat dijadikan sebagai obyek pemerasan. Pengertian seorang tersangka tetap mempunyai kedudukan tentang nilai-nilai hak asasi, harkat dan martabat sebagai manusia.

Perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka tidak dapat dilepaskan dengan aturan-aturan hukum yang dapat menjamin penegakan hukum. Harkat dan martabat itu sendiri adalah nilai manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang dibekali daya cipta, rasa, dan karsa serta hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sedangkan, martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat.

Pada prinsipnya KUHAP telah mengangkat dan menempatkan tersangka untuk tetap memiliki hak asasi, serta mempunyai nilai, berikut kedudukan yang luhur dan bermartabat sebagai mahluk ciptaan Tuhan.


(4)

4 Tersangka telah ditempatkan di KUHAP dalam posisi his entity and dignity as a human being, oleh karena itu tersangka patut diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Namun pelaksanaan penegakkan hukum terhadap tersangka di lapangan terkadang masih mengabaikan nilai-nilai HAM yang statusnya melekat sejak manusia berada dalam kandungan.4

Mengingat secara hukum pidana dalam suatu proses perkara pidana seorang tersangka atau terdakwa akan berhadapan dengan negara melalui aparatur-aparaturnya, yang oleh Van Bammelen digambarkan seakan-akan merupakan suatu pertarungan, sehingga beliau mengatakan “garansi hak-hak asasi manusia harus diperkuat, karena kalau tidak maka akan terjadi ketimpangan sesuai dengan peranan hakim yang aktif maka yang pertama-tama harus ditonjolkan adalah hak-hak asasi manusia”.5

Walaupun sudah ada jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia yang dalam bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka, namun belum sepenuhnya dilaksanakan, tidak terkecuali dalam bidang penegakan hukum itu sendiri. Ketegasan KUHAP dalam mengangkat harkat dan martabat manusia terlihat dari garis-garis tujuan yang hendak dicapai KUHAP, yang dasar-dasarnya terdapat pada huruf “c” konsiderannya yang menyatakan:6

Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan

4 skripsi-hukum http://linggadataku.blogspot.sg diakses tanggal 07 Oktober 2013

5 Erni Widhayanti. 1998. Hak-Hak Tersangka/Terdakawa di Dalam KUHAP, Yogyakarta; Liberty. Hal. 34.

6 Perlindungan hukum terhaddap tersangka pada saat proses penyidikan http:// agustiansiagian.wordpress.com diakses tanggal 07 Oktober 2013


(5)

5 kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Di dalam batang tubuh UUD-NRI Tahun 1945 Pasal 27 ayat (1) menyatakan “Bahwasanya segala warga negara mempunyai hak yang sama dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.7

HAM adalah hak asasi / hak kodrat / hak mutlak milik umat manusia, yang dimiliki umat manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Sedangkan di dalam pelaksanaannya didampingi dengan kewajiban yang bertanggung jawab. Dalam beberapa ketentuan hukum yang berlaku, seseorang sebelum lahirpun dapat diberi / mempunyai hak tertentu, demikian juga setelah mati.8

Setiap warga Negara Indonesia yang berurusan dengan aparat penegak hukum, baik yang menegakkan hukum maupun yang melanggar hukum harus melaksanakan dan merealisasikan asas tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pentingnya penghormatan dan perlindungan HAM itulah, maka PBB menetapkannya, antara lain;

Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum atau hak asasi manusia untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum, seperti halnya yang terdapat dalam ; Universal Declaration of Human Right, Pasal 7 yang menyatakan; sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan hukum yang

7 Miriam Budiardjo. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta; P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 30.

8 H. A. Masyur Effendi. 1994. Dinamika HAM dalam Hukum Nasional dan Internasional,


(6)

6 sama dengan tak ada perbedaan, Convenan on civil and political right, Pasal 26 yang menyatakan, semua orang adalah sama terhadap hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa deskriminasi.9 Orang yang bertindak sebagai penegak hukum wajib menghormati hak orang yang melakukan tindak pidana dan tidak menghambat tersangka atau terdakwa dalam memperoleh hak-haknya tersebut.

Mengingat perjalanan HAM yang begitu panjang, sudah seharusnya kita menjaga dan menghormati HAM dalam berbagai bidang, terlebih lagi dalam aspek penegakan hukum. Seperti yang kita ketahui bahwa KUHAP telah menetapkan peraturan yang mengedepankan tentang integritas harkat serta humanisme bagi tersangka yang notabenenya tetap memiliki nilai-nilai hak asasi manusia, tentu hal ini harus dibuktikan dengan memberikan hak-hak apa saja yang seharusnya diterima oleh tersangka. Pengakuan hukum yang tegas tentang HAM, serta jaminan terhindarnya seorang tersangka dari tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum.

Perananan aparat penegak hukum dalam proses penegakan hukum sangat menentukan arah dan tujuan serta hasil yang akan dicapai dalam penegakan hukum itu sendiri. Selain itu, hal lain yang menjadi faktor penting dalam menentukan efektifitas penegakan hukum adalah masalah kesadaran hukum oleh subjek hukumnya. Dalam sistem peradilan pidana kita mengenal kepolisian (dalam hal ini penyidik kepolisian), kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan sebagai penegak hukum negara yang

9 Koentjoro Purbopranoto. 1960. Hak Azasi Manusia dan Pancasila, Jakarta; Pratnya Paramita. Hal. 169.


(7)

7 masing ditentukan batas-batas wewenangnya.10

Menurut Mardjono Reksodipuro mengatakan bahwa secara kongkrit HAM telah banyak diatur dalam perundang-undangan, seperti yang tercantum dalam ketetapan MPR No. XV11/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM), pada intinya ketetapan MPR tersebut menugaskan pada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh masyarakat. Di samping itu ketetapan ini juga menegaskan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tentang HAM sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.11

Keinginan untuk mewujudkan sistem penyidikan ilmiah (Scientific Investigation method) seringkali terganjal oleh beberapa hambatan yang cukup problematik. Hal ini disebabkan sering ditemukannya tindakan menyimpang dari pejabat penyidik dalam melakukan proses penyidikan, diantaranya adalah tindakan penyiksaan yang bertujuan untuk memperoleh sebuah pengakuan dari seorang tersangka. Tidak jarang akibat tindakan penyiksaan tersebut membawa dampak pada kejiwaan dalam diri tersangka, baik perlakuan yang mengakibatkan luka-luka serius bahkan sampai meninggal dunia.

Tidak sedikit contoh akibat tindakan penyiksaan tersebut. Kisah nyata tindak kekerasan aparat penegak hukum dalam melakukan proses penyidikan terhadap tersangka. Sesorang yang sebenarnya tidak bersalah melakukan suatu tindak pidana terpaksa harus mengakui karena tidak tahan akibat penyiksaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh penyidik. Adalah Hambali alias Kemat bersama kedua orang temannya telah divonis bersalah telah melakukan tindak pidana

10 Perlindungan hukum terhaddap tersangka pada saat proses penyidikan http:// agustiansiagian.wordpress.com diakses tanggal 07 Oktober 2013

11 Reksodipuro Mardjono. 2001. Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana : Jakarta Pusat Pelayanan dan Keadalan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia. Hal. 25


(8)

8 pembunuhan. Hukuman yang diberikan pun tidak tanggung-tanggung, yakni 17 tahun penjara. Kasus ini berawal dengan terbunuhnya Asrori pada tanggal 22 September tahun 2007 yang mayatnya ditemukan di kebun tebu desa kalang semanding kecamatan Perak kabupaten Jombang (Jawa Timur), berdasarkan novum yang telah ditemukan baru-baru ini ternyata kasus pembunuhan yang terjadi atas diri Asrori alias Aldo pelakunya ternyata bukan Hambali dan kedua temannya, tapi orang lain yang melakukan yakni Ryan.12

Apabila melihat kasus salah tangkap seperti ini, maka penangkapan terhadap tersangka hendaknya harus dilakukan dengan tidak mengabaikan asas kehati-hatian serta tetap berorientasi pada keseimbangan antara kepentingan tersangka pada satu pihak, dan kepentingan masyarakat serta penegakan penertiban hukum pada pihak lain. Legalitas tindakan aparat penegak hukum harus selalu memperhatikan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam hukum positif yang berlaku seperti yang telah diatur dalam KUHAP.

Berikut ini juga merupakan pemberitaan dari media massa sebagai bukti tidak adanya perlindungan hukum terhadap tersangka pada saat penyidikan.

Terdakwa Kasus Bom Bali Ali Gufron alias Muklas menyatakan, keterangannya dalam berita acara pemeriksaan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Alasannya, ia mengalami tekanan dan siksaan fisik sejak ditangkap dan dibawa ke Kepolisian Resor Klaten. Karena itu, ia mencabut BAP tersebut. Demikian eksepsi atau keberatan terdakwa Ali Gufron atas dakwaan jaksa yang dibacakan sendiri dalam sidang lanjutan Kasus Bom Bali di Gedung Wanita Narigraha, Renon, Denpasar, Bali, Senin (23/6). Di hadapan majelis hakim yang diketuai Tjokorda Rai Suamba, Ali Gufron membeberkan beragam siksaan yang dialaminya selama pemeriksaan. Dalam bagian akhir eksepsi yang ditulisnya sendiri, Ali Gufron dengan tegas mencabut BAP-nya.13

12 Kompas. Kasus Salah tangkap. 6 September : 2008 Hal. 6

13 Mengaku disiksa penyidik ali gufron mencabut bap. http://news.liputan6.com diakses tanggal 7 Oktober 2013


(9)

9 Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tulungagung, Jawa Timur, membebaskan Jasmani, seorang terdakwa pencurian pompa air yang telah menjalani hukuman penjara selama 4,5 bulan karena dianggap sebagai korban salah tangkap. Pembebasan Jasmani itu berdasarkan putusan sela yang dibacakan majelis hakim dalam sidang di PN Tulungagung, Selasa (22/3), namun eksekusi pembebasan baru dilakukan Rabu sekitar pukul 12.30 WIB dengan disaksikan pihak jaksa penuntut umum (JPU) dan penasihat hukum terdakwa. Upaya pembebasan pemuda asal Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, itu berawal dari pengakuan terdakwa lain dalam sidang perkara pencurian pompa air tersebut bahwa polisi telah salah menangkap pelaku. Fakta di persidangan itu baru terungkap setelah Jasmani menjalani tahanan selama 4,5 bulan. Hal itulah yang kemudian menjadi dasar majelis hakim untuk membuat putusan sela pembebasan atas diri Jasmani. Kasus yang menimpa Jasmani bermula ketika Roni, tetangga Jasmani, kehilangan pompa air dan melaporkannya kepada polisi. Petugas lalu melakukan investigasi dan menangkap Winardi, tetangga korban. Dari tersangka pertama itu terlontar nama Jasmani yang kemudian disebut-sebut sebagai otak pelaku pencurian. Polisi pun lalu menangkap Jasmani. Meski bersikeras menyanggah segala tuduhan penyidik, Jasmani yang tidak bisa membaca dan menulis itu ditetapkan sebagai tersangka setelah dipaksa mengakui pencurian dengan membubuhkan cap jempol di atas berita acara pemeriksaan (BAP).14

Penggunaan kekerasan oleh polisi dalam penegakkan hukum pidana ternyata masih mengemuka. Indriyanto Seno Adji mengemukakan bahwa perilaku sedemikian telah membudaya, terutama dalam penyidikan untuk mendapatkan pengakuan terdakwa.15 Hal ini terbukti dari catatan Kontras antara Juli 2005 Juni 2006 sebanyak 140 kasus. Kasus lainnya adalah kematian Tjetje Tadjuddin di Bogor dan Ahmad Sidiq di Situbondo dalam

14 Hakim pn tulungagung bebaskan korban salah tangkap. http://www.antaranews.com

diakses tanggal 7 Oktober 2013

15 Indriyanto Seno Adji. 1998. Penyiksaan dan HAM dalan, Perspektif KUH. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal. 4


(10)

10 proses penyidikan (2007). Kasus kekerasan terhadap mahasiswa Universitas Nasional (Maftuh Fauzi) pada 24 Mei 2008 yang berujung pada kematian, kekerasan dalam penyidikan pada Rimsan dan Rostin di Gorontalo sepanjang Mei-Juni 2008 yang dipaksa mengaku sebagai pembunuh anak (padahal bukan pelakunya) yang berujung pada pemidanaan terhadapnya.

Akibat proses penyelesaian peristiwa pidana yang demikian banyak, maka kasus hukum mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat penegak hukum juga semakin banyak. Tersangka, akibat perlakuan tidak adil, disiksa, diinterogasi oleh para penegak hukum dan diadili oleh pengadilan yang kejam dan merendahkan martabatnya sebagai manusia, mereka ditahan tanpa proses yang adil, bahkan penyelesaian kasus yang ditangani tidak kunjung ada kejelasan.

KUHAP yang merupakan karya agung bangsa Indonesia telah jelas meletakan HAM terutama hak tersangka secara memadai. Sungguh ironi jika dalam perjalanannya KUHAP tidak mampu memberikan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. KUHAP pada dasarnya merupakan payung hukum acara di Indonesia yang telah jelas mengatur tentang penyelidikan, penyidikan, serta penuntutan. Harus diakui bahwa kehadiran KUHAP dimaksudkan sebagai monitor guna mengoreksi tentang pengalaman praktek di dunia peradilan, apakah penerapannya sudah berjalan sesuai dengan nilai-nilai HAM. Tidak hanya itu, KUHAP juga sebagai dasar untuk memberikan legalisasi dalam proses hukum. Namun, tidak jarang kita sering


(11)

11 mendengar proses penangkapan, pemeriksaan yang selalu bernuansa kekerasan.16

Kewenangan telah digariskan oleh KUHAP kepada penyidik. Hal itu dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan HAM terhadap warga negara dalam satu-kesatuan harkat dan martabat yang utuh. Justru kita tidak menghendaki status KUHAP yang merupakan legalisasi, akan tetapi tindakan yang diambil oleh aparat penegak hukum berubah fungsi menjadi alat penindas bagi tersangka yang menjadi pelaku tindak pidana.17

Upaya untuk menghindari tindakan menyimpang, seperti penyiksaan dalam proses penyidikan sebenarnya telah ditoleransi dan merupakan bagian dari tugas penyusun Undang-Undang. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan sebagian hak dari seorang tersangka. Hal ini diperkuat dengan adanya Pasal 52 KUHAP yang menyatakan bahwa, “Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan peradilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim”.

Selain itu, Pasal 117 KUHAP menyatakan hal yang sama bahwa “keterangan tersangka dan saksi kepada penyidik diberikan tanpa adanya tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun”. Guna memperoleh hasil penyidikan yang tidak menyimpang dari ketentuan hukum yang berlaku, sudah sepantasnya seorang tersangka harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh

16 skripsi hukum.html http://linggadataku.blogspot.sg diakses tanggal 07 Oktober 2013


(12)

12 karena itu, bagi para aparat penegak hukum wajib mencegah adanya paksaan atau tindak kekerasan dalam melakukan proses penyidikan.

Menurut Yahya Harahap menyatakan bahwa Pasal 52 dan Pasal 117 KUHAP pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat dengan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM). Mengenai keterangan tersangka ada suatu terminologi yang kita kenal the right of non self incrimination, yakni suatu hak yang dimiliki seorang tersangka untuk tidak mempersalahkan dirinya sendiri. Artinya keterangan tersangka hanya dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 189 ayat 3 KUHAP, karena dalam perundang-undangan hukum acara pidana kita yang baru ini tentang adanya suatu pengakuan tersangka tidak bisa dipergunakan sebagai bentuk alat bukti lagi, hal ini dapat kita lihat bentuk pengakuan menempati urutan terakhir sebagai alat bukti, seperti dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dengan penyebutan keterangan terdakwa, bukan suatu pengakuan terdakwa.18 Aparat penegak hukum sudah selayaknya mengetahui keberadaan mengenai landasan memahami rasa tanggung jawab, karena pada umunya landasan ini berhubungan dengan tindakan penegakkan hukum. Yang mereka hadapi adalah manusia, sehingga ketebalan tentang rasa tanggung jawab harus dimiliki oleh pejabat penegak hukum guna menumbuhkan dimensi pertanggungjawaban terhadap diri sendiri, kepada masyarakat, serta pertanggungjawaban terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Landasan-landasan seperti inilah yang mampu menopang kewibawaan dan citra penegakan hukum, yang bisa mengembalikan citra kemurnian penegakan hukum yang selama ini sering mendapat citra buruk oleh sebagian kelompok anggota masyarakat, mulai dari adanya pendapat tentang adanya perampasan terhadap HAM, pemaksaan, dan penganiayaan.

18 Harahap M.Yahya. 2012. Pembahasan Permasalahan KUHAP Dalam Penyidikan Dan Penuntutan Jakarta: Edisi Kedua Sinar Grafika. Hal.136.


(13)

13 Semakin tinggi kualitas moral aparat penegak hukum, secara otomatis hal ini akan membawa perubahaan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Masyarakat tentu akan sadar bahwa betapa pentingnya jajaran penegak hukum guna menciptakan dan melindungi hak dan kewajiban masyarakat itu sendiri sebagai subyek hukum dan pencari keadilan.

Berdasarkan adanya kenyataan tersebut diatas yang melatar belakangi penulis untuk memilih judul :

PENERAPAN PASAL 52 JO PASAL 117 AYAT (1) KUHAP DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN. (Studi di Polres Batu)

B.Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, perumusan masalah merupakan hal yang penting, agar dalam penelitian dapat lebih terarah dan terperinci sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ditinjau dari Hak Asasi Manusia (HAM) ?

2. Apa konsekuensi hukum terhadap Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka dan Penyidik yang tidak memberikan perlindungan hukum


(14)

14 terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian ?

3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh tersangka jika harkat dan martabatnya dalam penyidikan diabaikan oleh penyidik kepolisian ?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ditinjau dari HAM.

2. Untuk mengetahui konsekuensi hukum bagi BAP Tersangka dan Penyidik yang tidak memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian .

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh tersangka jika tidak dilindunginya harkat dan martabatnya dalam penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian.


(15)

15 D.Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup manfat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Diharapkan memberikan gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu hukum acara pidana yang berkaitan dengan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP, sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang dan dapat mengembangkan pemahaman mengenai KUHAP bagi kaum akademisi.

2) Diharapkan sebagai telaah, bahan koreksi dan dapat menjadi kontribusi untuk menunjang proses belajar mengajar dan penelitian lanjutan di Perguruan Tinggi

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan informatif yaitu sebagai bahan masukan informasi bagi masyarakat tentang implementasi KUHAP sebagai wacana baru di bidang hukum pidana, memberikan masukan kepada pemerintah terkait permasalahan pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan.


(16)

16 Diharapkan dapat berguna dalam memecahkan permasalahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Kegunaan Penulisan a. Bagi Penulis

Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum, harapannya melalui penelitian ini dapat menambah wawasan penulis tentang hukum acara pidana dan HAM terkait perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan, sehingga nantinya dapat dimanfaatkan untuk penegakan hukum yang lebih baik.

b. Bagi Penegak Hukum

Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian ini akan menjadi sebuah informasi kepada para penegak hukum yang dimana masih banyak terdapat unsur kekerasan dalam proses penyidikan dan menjadi bahan evaluasi terhadap aparat penegak hukum utuk menlindungi harkat dan martabat tersangka.

c. Bagi Masyarakat

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, harapannya masyarakat dapat memahami lebih dalam tentang perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan di kepolisian.


(17)

17 E.Metode Penulisan

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi ini, penulis mengunakan metode sebagai berikut :

1. Pendekatan

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

Sebagai penelitian hukum, maka penelitian ini termasuk penelitian yuridis sosiologis karena penelitian ini mengungkapkan hukum yang hidup dalam masyarakat dalam kesehariannya (law in action), serta data yang diutamakan adalah data primer yang berupa narasumber atau informan yaitu tersangka dan penyidik di Polres Batu, dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta, kemudian dilanjutkan dengan menemukan masalah dan pada akhirnya sampai pada penyelesaian masalah. Yaitu pendekatan dari peraturan-peraturan hukum positif yang berkaitan dengan pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu, secara sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menghubungkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek hukum yang digunakan mengkaji permasalahan.


(18)

18 2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Polres Batu, Khususnya di Satreskrim Polres Batu dimana pada Unit tersebut dilakukan penanganan kasus tindak pidana yang terhadap tersangka yang terlah terjadi pemukulan, peneliti berupaya untuk mendapatkan keterangan dari tersangka dalam suatu kasus tindak pidana berkaitan dengan pelaksanaan perlindugan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan di Polres Batu penelitian ini berlangsung selama satu bulan dimulai pada tanggal 8 November sampai dengan 12 Desember 2013.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan. Untuk memperoleh data data yang relavan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, yang dalam penelitian ini adalah Tersangka dan Penyidik di Polres Batu yang dapat memberikan keterangan secara langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan objek penelitian berkaitan dengan pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu.


(19)

19 b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer atau data pelengkap, sumber data sekunder yaitu berupa sejumlah keterangan yang diperoleh dari dokumen-dokumen, berkas perkara, buku-buku literatur, majalah, arsip, buku-buku hasil penelitian terdahulu, serta peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan untuk menemukan informan secara langsung pada objek penelitian di Polres Batu.

b. Interview / Wawancara

Interview/Wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan yaitu Tersangka yang berinisial; AR, FN, D, D, G dan Penyidik; AKP Adi Sunarto dan AIPTU Rudi Yulianto.

5. Analisa data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan


(20)

20 penelitian lapangan yang berkaitan dengan Penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum bagi tersangka dalam proses penyidikan di Polres Batu.

Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah membandingkan peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, dan buku referensi, serta data yang diperoleh selama melakukan penelitian dilapangan seperti hasil observasi, wawancara dengan tersangka dan penyidik kepolisian di Polres Batu, kemudian dianalisis secara kualitatif yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang aspek hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji bahan bahan hukum sekaligus juga mengidentifikasikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum bagi tersangka dalam proses penyidikan.

Analisis mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang ada di lapangan yakni Penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum bagi tersangka dalam proses penyidikan. Selanjutnya akan dikaji dengan dikaitkan dengan peraruran perundang-undangan yang berkaitan dan juga dengan mengunakan instrumen HAM. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan


(21)

21 yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

F. Rencana Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab, dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut:

1. BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum didalam memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini membahas tentang kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, meliputi : tinjauan umum tentang HAM, proses pemeriksaan tersangka pada tahap penyidikan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka.

Adapun tinjauan umum tentang HAM meliputi : hakikat HAM, definisi HAM, prinsip-prinsip HAM, perlindungan HAM terhadap harkat dan martabat tersangka, HAM yang bersifat Non derogable rights. Sedangkan proses pemeriksaan tersangka pada tahap penyidikan meliputi : pengertian


(22)

22 penyelidik, penyidik, dan penyidik pembantu, wewenang penyelidik, penyidik, dan penyidik pembantu dan tata cara penyidikan/introgasi terhadap tersangka.

3. BAB III : Pembahasan

Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan bagaimana pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan.

4. BAB IV : Penutup

Bab ini terakhir ini adalah kesimpulan yang merupakan kristalisasi hasil analisis dan intepretasi yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan dan merupakan jawaban atas identifikasi masalah.


(23)

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI

PENERAPAN PASAL 52 JO PASAL 117 AYAT (1) KUHAP DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT

TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN (Studi di Polres Batu)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

Rocmad Dwi Riwayanto 201010110311101

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(24)

LEMBER PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

PENERAPAN PASAL 52 JO PASAL 117 AYAT (1) KUHAP DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT

TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN ( Studi di Polres Batu )

Disusun dan diajukan Oleh : Rocmad Dwi Riwayanto NIM : 201010110311101

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan Ujian Penulisan Hukum

Pada tanggal : 06 Februari 2014

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sulardi, SH.,M.Si Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum


(25)

LEMBER PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

PENERAPAN PASAL 52 JO PASAL 117 AYAT (1) KUHAP DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT

TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN ( Studi di Polres Batu )

Disusun dan diajukan Oleh : Rocmad Dwi Riwayanto NIM : 201010110311101

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum Pada tanggal : 19 Februari 2014

SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis Sekertaris Majelis

Dr. Sulardi, SH.,M.Si Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M Anggota Majelis

Wasis , SH.,M.Si Dr. Surya Anoraga, SH.,M.Hum Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum


(26)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rocmad Dwi Riwayanto NIM : 201010110311101 Program Studi : Ilmu Hukum Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa : 1. Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul :

Penerapan Pasal 52 Jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Harkat dan Martabat Tersangka Dalam Proses Penyidikan Di Kepolisian (Studi Di Polres Batu)

Adalah hasil karya saya, dan naskah Tugas Akhir Penulisan Hukum ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir Penulisan Hukum ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 31 Januari 2014 Yang menyatakan,


(27)

Ungkapan Pribadi :

Jadi Diri Sendiri, Cari Jati Diri Dan Dapatkan Hidup Yang Mandiri Optimis, Kaena Hidup Terus Mengalir Dan Kehidupan Terus Berputar Sesekali Liat Ke Belakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Yang Tiada Berujung.

Motto :

“Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you.” “Intelligence is not the determinant of success, but hard work is the real determinant of your success.”


(28)

KATA PENGANTAR

Assalamu·alaikum Wr, Wb. Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur Alhandulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir/skripsi ini dapat terselesaikan sebagai mana mestinya. Dalam skripsi berjudul :

PENERAPAN PASAL 52 JO PASAL 117 AYAT (1) KUHAP DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARKAT DAN MARTABAT TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN (Studi di Polres Batu)

Pada skripsi ini, penulis berupaya untuk mengungkap fenomena permasalahan pelaksanaan penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat tersangka dalam proses penyidikan.

Skripsi ini bukan semata merupakan prasyaratan dalam memperoleh gelarsarjana, akan tetapi merupakan sebuah tanggung jawab moral dan intelektual bagisetiap orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahun. Dengan selesainya Tugas Akhir/skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati dan rasa penghormatan serta penghargaaan yang tulus ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku Ibuku, Peni Pujiati dan Ayahku, Lolok Sad Juni Ahmadi, terima kasih atas segala, dukungan, kepercayaannya dan doa agar tidak menyerah dalam menyelesaikan kuliah ini, terima kasih juga atas semua pemberian dan dukungannya yang selama ini engkau berikan, terasa bermanfaat bagiku.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.


(29)

3. Bapak Dr. Sulardi,SH.,M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Dr.Sulardi,SH.,M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M sebagai dosen Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingannya dan dukungannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan.

5. Kakak Ku Dirgahayu Eko Deritawanto Adik Ku Cubi Try Wydia Clarasaty, yang selalu memberiku semangat.

6. Bapak Sofyan Arief, SH.,M.Kn selaku dosen wali selama masa perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen yang member dan membagi ilmu pengetahuan selama

perkuliahan dengan baik. Serta para staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah yang selalu saya repotin.

8. Bapak KAPOLRES Batu, Terimaksih telah diperkenankan menjadi lokasi penelitian bagi penulis.

9. Anggi Febrina Venifera, terimakasih telah menemaniku, juga doa dan dukungan yang selalu membuat penulis bersemangat untuk segera menyelesaikan kuliah.

10. Rahim Bin Lasupu, SH terimakasih atas masukan dan pengalaman hidup buat penulis, agar lebih baik.

11. Fery Kusanini Afandi, Fendi Prasetyo Kurniawan, Moh.Kamaluddin, Aldi Fermansyah, terimaksih atas segala dukungan kalian sahabat terhebat.

12. Keluarga besar LSO PUKASH FH UMM, teruskanlah perjuangan kalian. 13. Seluruh keluarga besar angkatan 2010 Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

14. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Para pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak membantu penulis semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal oleh ALLAH SWT Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan karena selaku manusia biasa penulis dari khilaf dan


(30)

salah.untuk itu kritik dan saranyang bersifat membangun akan penulis terima dengan kerendahan hati. Harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Hukum, masyarakat, almamater Universitas Muhammadiyah Malang serta perkembangan ilmu hukum di Indonesia. Amin...ya robbal alamin.

Billahittaufiq wal Hidayah Wassalamu·alaikum Wr, Wb.

Malang, 31 Januari 2014 Penulis


(31)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Depan ...i

Lembar Pengesahan ...ii

Surat Pernyataan Hukum Bukan hasil Plagiat ...iv

Ungkapan Pribadi Motto ...v

Abtraksi ...vi

Abstract ...vii

Kata Pengantar ...viii

Daftar Isi ...xi

Daftar Tabel/Bagan/Gambar ...xiii

Daftar Lampiran ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...13

C. Tujuan Penulisan ...13

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ...14

E. Metode Penulisan ...16

F. Rencana Sistematika Penulisan ...20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Hak Asasi Manusia ...22

1. Hakikat Hak Asasi Manusia ...22

2. Definisi Hak Asasi Manusia ...23

3. Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia ...25

4. Perlindungan HAM Terhadap Harkat dan Martabat Tersangka ...27

5. Hak Asasi Manusia Yang Bersifat Non Derogable Rights ...29

6. Hak Asasi Tersangka Sebagai Manusia Yang Bersifat Melekat ...32

B. Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tahap Penyidikan ...35

1. Pengertian Penyelidik, Penyidik dan Penyidik Pembantu ...36

2. Tugas dan Wewenang Penyelidik, Penyidik dan Penyidik Pembantu ... 38

3. Tata Cara Penyidikan/Introgasi Terhadap Tersangka ...40

C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Tersangka ...44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambar Lokasi Penelitian Polres Batu ...50

B. Penerapan Pasal 52 jo Pasal 117 Ayat (1) KUHAP dalam memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan ditinjau dari Hak Asasi Manusia ...59

1. Analisa Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tersangka Dalam Memberikan Keterangan Secara Bebas ...59


(32)

2. Analisa Perlindungan Hukum Bagi Tersangka Dalam Memberikan Keterangan Tanpa Adanya Tekanan Dari Siapapun dan Atau Dalam Bentuk Apapun ...65 C. Konsekuensi hukum terhadap Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

Tersangka dan Penyidik yang tidak memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ...78 1. Konsekuensi Hukum Terhadap Berita Acara Pemeriksaan ...78 2. Konsekuensi Hukum Terhadap Penyidik ...82 D. Upaya yang dilakukan oleh tersangka jika harkat dan martabatnya

dalam penyidikan diabaikan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ...88 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...92 B. Saran ...96 Daftar Pustaka


(33)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi Polres Batu ...57 Tabel 2. Struktru Organisasi Satreskrim Polres Batu ...58 Tabel 3. Bentuk-bentuk Kekerasan ...74


(34)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat tugas penulisan hukum

2. Surat tugas observasi/penelitian

3. Surat keterangan sudah melakukan observasi/penelitian dari instansi yang berwenang


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan Buyung Nasution. 2007. Bantuan Hukum, Akses Masyarakat Marginal Terhadap Keadilan (Tinjauan, Sejarah, Konsep, Kebijakan, Penerapan dan Perbandingan di Berbagai Negara), Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Barada Nawawi Arief. 1998. Polisi Sebagai Penegak Hukum Masalah-Masalah Hukum. Undip; Semarang.

Erni Widhayanti. 1998. Hak-Hak Tersangka/Terdakawa di Dalam KUHAP, Yogyakarta; Liberty.

Fakih Mansyur Dkk. 2003. Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan. Pogunglor C-145.Yogyakarta. Insist Press. Hal. 56.

H. A. Masyur Effendi. 1994. Dinamika HAM dalam Hukum Nasional dan Internasional, Jakarta; Ghalia Indonesia. Hal. 143.

Himpunan Bujuklak, Bujuklap dan Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana. Mabes Polri. Jakarta. September 2000.

Indriyanto Seno Adji. 1998. Penyiksaan dan HAM dalan, Perspektif KUH. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal. 4

Jack Donnely. 2003. Universal Human Rights in Theory and Practice. Cornell University Press. Ithaca and London. Maurice Cranston.1973. What are Human Rights? Taplinger. New York.

Jur. Andi Hamzah. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Kedua. Sinar Grafika. Jakarta. Hlm. 80.

Koentjoro Purbopranoto. 1960. Hak Azasi Manusia dan Pancasila, Jakarta; Pratnya Paramita. Hal. 169.

Miriam Budiardjo. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta; P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 30.

M. Yahya Harapah. 1985. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, I, PT. Sarana Bakti Semesta. Jakarta.

---. 2010 Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,.pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan PK, 2, Sinar Grafika. Jakarta. ---. 2012. Pembahasan Permasalahan KUHAP Dalam Penyidikan Dan

Penuntutan Jakarta: Edisi Kedua Sinar Grafika.

Nico Ngani. Dkk. 1984. Mengenal Hukum Acara Pidana Seri Satu Bagian Umum Penyidikan. Liberty. Yogyakarta.


(36)

Nikolas Simanjuntak. 2009. Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia. Bogor.

Panduan Bantuan Hukum di Indonesia .2007. Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, Jakarta: YLBHI.

Reksodipuro Mardjono. 2001. Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana : Jakarta Pusat Pelayanan dan Keadalan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

Smith Rhona K. M. 2007. Textbook on International Human Rights, 3rd Edition. New York: Oxford University Press.

Sudargo Gautama. 1983. Pengertian tentang Negara Hukum. Bandung : Alumni.

Waluyadi. 1999. Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana Sebuah Catatan Khusus. Mandar Maju. Bandung.

Majalah /Koran / Jurnal :

Miriam Budiarjo dalam Jurnal Analisis CSIS. Perlukah Non-Derogable Rights Masuk Undang-Undang Dasar 1945. Tahun XXIX/2000 No.4

Mario Kalendesang, 2013, Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan, Jurnal Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013.

Komnas HAM, Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, dalam Lembar Fakta HAM, 2005, Jakarta.

Kompas. Kasus Salah tangkap. 6 September 2008.

Internet :

Dituduh ikut aksi rusuh di Jakarta 2 mahasiswa yogya ngaduh ke lbh. http://news.detik.com /2012. diakses tanggal 19 November 2013

Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. http://www.bantuanhukum.or.id/2013. diakses tanggal 14 Desember 2013 Hakim pn tulungagung bebaskan korban salah tangkap.

http://www.antaranews.com diakses tanggal 7 Oktober 2013

Mengaku disiksa penyidik ali gufron mencabut bap. http://news.liputan6.com diakses tanggal 7 Oktober 2013


(37)

Miftakhu Huda. non-derogable rights adalah hak asasi. http://miftakhulhuda.com/2010. diakses tangal 7 November 2013

Lima bentuk pelangaran KUHAP yang dominan. http://hukumonline.com/berita/ diakses tanggal 19 November 2013.

Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentan Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentan Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Internasioanl Convenant On Civil And Politik Rights.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention Againts Torture And Other Cruel, Inhuman Or Degrading Treatment Or Punishment.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.


(1)

2. Analisa Perlindungan Hukum Bagi Tersangka Dalam Memberikan Keterangan Tanpa Adanya Tekanan Dari Siapapun dan Atau Dalam Bentuk Apapun ...65 C. Konsekuensi hukum terhadap Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

Tersangka dan Penyidik yang tidak memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat bagi tersangka dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ...78 1. Konsekuensi Hukum Terhadap Berita Acara Pemeriksaan ...78 2. Konsekuensi Hukum Terhadap Penyidik ...82 D. Upaya yang dilakukan oleh tersangka jika harkat dan martabatnya

dalam penyidikan diabaikan oleh penyidik kepolisian di Polres Batu ...88 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...92 B. Saran ...96 Daftar Pustaka


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi Polres Batu ...57 Tabel 2. Struktru Organisasi Satreskrim Polres Batu ...58 Tabel 3. Bentuk-bentuk Kekerasan ...74


(3)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat tugas penulisan hukum

2. Surat tugas observasi/penelitian

3. Surat keterangan sudah melakukan observasi/penelitian dari instansi yang berwenang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan Buyung Nasution. 2007. Bantuan Hukum, Akses Masyarakat Marginal Terhadap Keadilan (Tinjauan, Sejarah, Konsep, Kebijakan, Penerapan dan Perbandingan di Berbagai Negara), Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Barada Nawawi Arief. 1998. Polisi Sebagai Penegak Hukum Masalah-Masalah Hukum. Undip; Semarang.

Erni Widhayanti. 1998. Hak-Hak Tersangka/Terdakawa di Dalam KUHAP, Yogyakarta; Liberty.

Fakih Mansyur Dkk. 2003. Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan. Pogunglor C-145.Yogyakarta. Insist Press. Hal. 56.

H. A. Masyur Effendi. 1994. Dinamika HAM dalam Hukum Nasional dan Internasional, Jakarta; Ghalia Indonesia. Hal. 143.

Himpunan Bujuklak, Bujuklap dan Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana. Mabes Polri. Jakarta. September 2000.

Indriyanto Seno Adji. 1998. Penyiksaan dan HAM dalan, Perspektif KUH. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal. 4

Jack Donnely. 2003. Universal Human Rights in Theory and Practice. Cornell University Press. Ithaca and London. Maurice Cranston.1973. What are Human Rights? Taplinger. New York.

Jur. Andi Hamzah. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Kedua. Sinar Grafika. Jakarta. Hlm. 80.

Koentjoro Purbopranoto. 1960. Hak Azasi Manusia dan Pancasila, Jakarta; Pratnya Paramita. Hal. 169.

Miriam Budiardjo. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta; P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 30.

M. Yahya Harapah. 1985. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, I, PT. Sarana Bakti Semesta. Jakarta.

---. 2010 Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,.pemeriksaan sidang pengadilan, banding, kasasi, dan PK, 2, Sinar Grafika. Jakarta. ---. 2012. Pembahasan Permasalahan KUHAP Dalam Penyidikan Dan

Penuntutan Jakarta: Edisi Kedua Sinar Grafika.

Nico Ngani. Dkk. 1984. Mengenal Hukum Acara Pidana Seri Satu Bagian Umum Penyidikan. Liberty. Yogyakarta.


(5)

Nikolas Simanjuntak. 2009. Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia. Bogor.

Panduan Bantuan Hukum di Indonesia .2007. Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, Jakarta: YLBHI.

Reksodipuro Mardjono. 2001. Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana : Jakarta Pusat Pelayanan dan Keadalan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

Smith Rhona K. M. 2007. Textbook on International Human Rights, 3rd Edition. New York: Oxford University Press.

Sudargo Gautama. 1983. Pengertian tentang Negara Hukum. Bandung : Alumni.

Waluyadi. 1999. Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana Sebuah Catatan Khusus. Mandar Maju. Bandung.

Majalah /Koran / Jurnal :

Miriam Budiarjo dalam Jurnal Analisis CSIS. Perlukah Non-Derogable Rights Masuk Undang-Undang Dasar 1945. Tahun XXIX/2000 No.4

Mario Kalendesang, 2013, Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan

Terdakwa Dalam Persidangan, Jurnal Lex Crimen Vol. II/No.

6/Oktober/2013.

Komnas HAM, Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, dalam Lembar Fakta HAM, 2005, Jakarta.

Kompas. Kasus Salah tangkap. 6 September 2008.

Internet :

Dituduh ikut aksi rusuh di Jakarta 2 mahasiswa yogya ngaduh ke lbh. http://news.detik.com /2012. diakses tanggal 19 November 2013

Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. http://www.bantuanhukum.or.id/2013. diakses tanggal 14 Desember 2013 Hakim pn tulungagung bebaskan korban salah tangkap.

http://www.antaranews.com diakses tanggal 7 Oktober 2013

Mengaku disiksa penyidik ali gufron mencabut bap. http://news.liputan6.com diakses tanggal 7 Oktober 2013


(6)

Miftakhu Huda. non-derogable rights adalah hak asasi. http://miftakhulhuda.com/2010. diakses tangal 7 November 2013

Lima bentuk pelangaran KUHAP yang dominan.

http://hukumonline.com/berita/ diakses tanggal 19 November 2013.

Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentan Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentan Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Internasioanl Convenant On Civil And Politik Rights.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention Againts Torture And Other Cruel, Inhuman Or Degrading Treatment Or Punishment.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.