KRITIK PERS TERHADAP PEMERINTAH (Analisis Wacana Editorial Media Indonesia Edisi Januari 2007)
KRITIK PERS TERHADAP PEMERINTAH(Analisis Wacana Editorial
Media Indonesia Edisi Januari 2007)
Oleh: AYU TRI HAPSARI ( 00220006 )
COMMUNICATION SCIENCE
Dibuat: 20070731 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kritik, Pers, Pemerintah, Analisis Wacana, Editorial
ABSTRAK
Kebebasan pers Indonesia dimulai tahun 1998 pasca lengsernya Soeharto.
Namun reformasi pers dimaknai sempit sehingga konsep “the freedom of the
press” kemudian menjadi “free press”. Pers melakukan kegiatan jurnalistik
sebebasbebasnya tanpa memperhatikan kaidah etika. Perjuangan terus berlanjut
dengan maraknya penerbitan baru yang bermunculan sehingga mereka berebut
untuk tetap eksis di ruang publik. Diantara kebebasan dan persaingan, Media
Indonesia mewacanakan kritik mereka terhadap pemerintah dalam editorial
dengan keterusterangan yang tidak bisa didapatkan pada masa orde baru.
Pertanyaan umum yang dijawab melalui penelitian ini adalah: bagaimana
Media Indonesia mewacanakan kritik terhadap pemerintah melalui editorial?
Dalam penelitian ini, digunakan teori Social Responsibility of the Press yang
menyebutkan pers harus bertanggungjawab pada masyarakat dalam menjalankan
fungsifungsi penting komunikasi massa. Kritik yang dimuat dalam harian Media
Indonesia dikaitkan dengan fungsi pers sebagai kontrol jalannya sebuah sistem
sosial, penjaga pemerintah (watchdog of government), dan ideologi yang dianut
oleh Media tersebut.
Penelitian ini menerapkan analisis wacana kritis (Critical Discourse
Analysis/CDA) model Teun A. van Dijk. Data diperoleh dengan teknik
dokumentasi berupa kliping editorial dan rekaman “Bedah Editorial Pagi” di
Metro TV. Data dianalisis menggunakan tiga tahapan. Pertama, analisis struktur
wacana van Dijk pada editorial, yang meliputi struktur wacana makro (gambaran
umum teks), superstruktur (alur/kerangka teks), dan mikro (makna lokal dari
teks). Kedua, analisis kognisi sosial untuk mengetahui kognisi individu dalam
memahami suatu peristiwa tertentu, ketika memproduksi suatu teks. Ketiga,
analisis sosial untuk melihat suatu realitas sosial yang meliputi teks tertentu.
Temuan penelitian ini mendukung konsep dasar analisis wacana van Dijk
yaitu media bukanlah saluran bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh
kelompok tertentu untuk mendominasi yang lain. Memang benar bahwa
komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kekuatankekuatan yang ada yang
mempengaruhi berlangsungnya komunikasi. Wacana dibangun dengan ideologi
tertentu untuk mempertahankan kekuasaan dan melemahkan kelompok yang lain.
Rekomendasi bagi khalayak pembaca agar lebih kritis menilai opini media,
khususnya isuisu yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
pemerintah. Alangkah baiknya sebelum memulai penelitian agar mendalami teori
serta konsep wacana dan ideologi terlebih dahulu. Apabila memungkinkan
analisis sebaiknya dilakukan pada 2 media massa yang berbeda.
Media Indonesia Edisi Januari 2007)
Oleh: AYU TRI HAPSARI ( 00220006 )
COMMUNICATION SCIENCE
Dibuat: 20070731 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kritik, Pers, Pemerintah, Analisis Wacana, Editorial
ABSTRAK
Kebebasan pers Indonesia dimulai tahun 1998 pasca lengsernya Soeharto.
Namun reformasi pers dimaknai sempit sehingga konsep “the freedom of the
press” kemudian menjadi “free press”. Pers melakukan kegiatan jurnalistik
sebebasbebasnya tanpa memperhatikan kaidah etika. Perjuangan terus berlanjut
dengan maraknya penerbitan baru yang bermunculan sehingga mereka berebut
untuk tetap eksis di ruang publik. Diantara kebebasan dan persaingan, Media
Indonesia mewacanakan kritik mereka terhadap pemerintah dalam editorial
dengan keterusterangan yang tidak bisa didapatkan pada masa orde baru.
Pertanyaan umum yang dijawab melalui penelitian ini adalah: bagaimana
Media Indonesia mewacanakan kritik terhadap pemerintah melalui editorial?
Dalam penelitian ini, digunakan teori Social Responsibility of the Press yang
menyebutkan pers harus bertanggungjawab pada masyarakat dalam menjalankan
fungsifungsi penting komunikasi massa. Kritik yang dimuat dalam harian Media
Indonesia dikaitkan dengan fungsi pers sebagai kontrol jalannya sebuah sistem
sosial, penjaga pemerintah (watchdog of government), dan ideologi yang dianut
oleh Media tersebut.
Penelitian ini menerapkan analisis wacana kritis (Critical Discourse
Analysis/CDA) model Teun A. van Dijk. Data diperoleh dengan teknik
dokumentasi berupa kliping editorial dan rekaman “Bedah Editorial Pagi” di
Metro TV. Data dianalisis menggunakan tiga tahapan. Pertama, analisis struktur
wacana van Dijk pada editorial, yang meliputi struktur wacana makro (gambaran
umum teks), superstruktur (alur/kerangka teks), dan mikro (makna lokal dari
teks). Kedua, analisis kognisi sosial untuk mengetahui kognisi individu dalam
memahami suatu peristiwa tertentu, ketika memproduksi suatu teks. Ketiga,
analisis sosial untuk melihat suatu realitas sosial yang meliputi teks tertentu.
Temuan penelitian ini mendukung konsep dasar analisis wacana van Dijk
yaitu media bukanlah saluran bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh
kelompok tertentu untuk mendominasi yang lain. Memang benar bahwa
komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kekuatankekuatan yang ada yang
mempengaruhi berlangsungnya komunikasi. Wacana dibangun dengan ideologi
tertentu untuk mempertahankan kekuasaan dan melemahkan kelompok yang lain.
Rekomendasi bagi khalayak pembaca agar lebih kritis menilai opini media,
khususnya isuisu yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
pemerintah. Alangkah baiknya sebelum memulai penelitian agar mendalami teori
serta konsep wacana dan ideologi terlebih dahulu. Apabila memungkinkan
analisis sebaiknya dilakukan pada 2 media massa yang berbeda.