Shalat Jum'at dijamak dengan Asar

Shalat Jum'at dijamak dengan Asar
BISAKAH SHALAT JUM’AT DIJAMAK DENGAN ASAR?
Pertanyaan Dari:
Zainal Abidin, NBM 782824, Jama’ah Masjid Taqwa,
Jl. Setia Budi No. 59 Medan, Sumatera Utara
Pertanyaan:
Saya seorang sopir yang bekerja kepada seorang majikan non muslim, beliau selalu
pulang ke kampungnya, tetapi apabila pergi bersama saya tak pernah menginap,
perjalanan ke sana sekitar dua setengah sampai tiga jam dengan mobil. Di kampung
tersebut penduduk mayoritas tidak beragama Islam, kalau pun ada yang beragama
Islam mereka tinggal di ladang-ladang yang berjauhan sehingga mesjid kecil yang
dibangun oleh pemerintah tidak nampak dari jalan, sementara itu babi ternak masih
berkeliaran dan sulit mencari tempat untuk shalat. Saya selalu menjamak shalat apabila
akan berangkat ke kampung tersebut. Selanjutnya yang ingin saya tanyakan adalah:
1. Apabila saya berangkat hari Jum’at, bisakah shalat Jum'at dijamak dengan Asar,
bagaimana caranya?
2. Saya selalu menjamak Zuhur dengan Asar pada waktu Zuhur (jamak taqdim) sebelum
berangkat ke kampung tersebut, tetapi setelah itu ternyata keberangkatan dibatalkan.
Apakah saya harus shalat Asar lagi?
3. Semula tidak ada pemberitahuan kalau akan berangkat ke kampung tersebut, oleh
karena itu saya tidak menjamak Zuhur dengan Asar, tapi tahu-tahu saya diajak

berangkat ke kampung tersebut sekitar pukul 15.00 WIB (di Medan belum masuk waktu
Asar). Apakah saya boleh shalat Asar sebelum waktunya, mengingat kesulitankesulitan seperti yang disebutkan di atas? Mohon pertanyaan segera dijawab biar saya
bisa beribadah sesuai dengan ketentuan syara’.
Jawaban:
1. Bagi yang akan atau sedang bepergian, shalat Jum’at bisa dijamak dengan shalat Asar.
Memang kami belum menemukan dalilnya yang khusus, tetapi menurut kami hal ini bisa
didasarkan kepada dalil yang umum, yaitu shalat jamak bagi orang yang akan atau
sedang bepergian. Sebagaimana diketahui bahwa bagi orang yang sedang atau akan
bepergian dia diperbolehkan melakukan shalat jamak, Zuhur dengan Asar, Magrib
dengan Isya, kecuali shalat Subuh. Pelaksanaannya bisa secara jamak taqdim atau
jamak ta'khir. Rasulullah saw apabila dalam safar (bepergian) biasa melakukan shalat
jamak. Hadis riwayat Muslim dari Anas menyebutkan:

ِ ُ ‫َكا َن رس‬
ِ
ُُّ ‫ص ِر‬
َ ‫صلّى اللّهُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم إِذَا ْارَََ َل قَ ْب َل أَ ْن تَ ِز‬
ْ ‫س أَ ّخَر الظ ْهَر إِ ََ َوقْت الْ َع‬
َ ‫ول اللّه‬
ْ ‫يغ الش‬

َُ
ُ ‫ّم‬
ِ
ِ
‫ب‬
ْ ‫نََزَل فَ َج َم َع بَْي َ ُه َما فَِإ ْن َزا َغ‬
َ ‫س قَ ْب َل أَ ْن يَ ْرََ َل‬
ْ ‫ت الش‬
َ ‫صلّى الظ ْهَر ُُّ َرك‬
ُ ‫ّم‬

]‫[روا مسلم‬
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah saw apabila akan bepergian sebelum matahari
tergelincir, beliau mengakhirkan shalat Zuhur pada waktu Asar, apabila masuk waktu
Asar lalu menjamak kedua shalat tersebut (Zuhur dengan Asar) di waktu Asar, dan
apabila sebelum berangkat matahari sudah tergelincir, beliau menjamak shalat Zuhur
dengan Asar, lalu pergi.”
Demikian juga dalam riwayat Ahmad dan Kuraib dari Ibnu Abbas disebutkan lebih
jelas bahwa lbnu Abbas berkata:


ِ ِ ِ ‫أَََ أُح ّدثُ ُكم عن‬
‫ت‬
َ َ‫ال قُلَْا بَلَى ق‬
َ َ‫صلّى اللّهُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم ِِ ال ّس َف ِر ق‬
ْ ‫ال َكا َن إِذَا َزا َغ‬
َ ‫ص ََة َر ُسول اللّه‬
َ َْ ْ َ
ِِ
ِِ
ِ ْ ‫ْ الظ ْه ِر َوالْ َع‬
‫ت‬
ْ َ‫ب َوإِ َذا ََْ تَ ِز ْغ لَهُ ِِ َمْ ِزله َسا َر َح ّّ إِ َذا َحان‬
َ ْ َ‫س ِِ َمْ ِزله َََ َع ب‬
ْ ‫الش‬
َ ‫صر قَ ْب َل أَ ْن يَ ْرَك‬
ُ ‫ّم‬
ِ ِ ‫الْعصر نَزَل فَجمع ب ْ الظه ِر والْعص ِر وإِ َذا حانت الْم ْغ ِرب ِِ م ِزلِِه َع ب ي ها وب‬
َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ََ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ
ََْ ‫ْ الْع َشاء َوإِ َذا‬
ِ‫ََِن ِِ مْ ِزلِِه رك‬

]‫ت الْعِ َشاءُ نََزَل فَ َج َم َع بَيْ َ ُه َما [روا أمد‬
ْ َ‫ب َح ّّ إِ َذا َحان‬
َ َ َ ْ
Artinya: “Maukah saudara-saudara kuberitakan perihal shalat Rasulullah saw
sewaktu sedang bepergian? Kami menjawab, ya. Ibnu Abbas berkata: Apabila
Rasulullah masih di rumah matahari telah tergelincir, beliau menjamak shalat Zuhur
dengan Asar sebelum berangkat, tetapi kalau matahari belum tergelincir, maka beliau
berjalan hingga waktu shalat Asar masuk, beliaupun berhenti dan menjamak shalat
Zuhur dengan Asar. Begitu juga selagi beliau di rumah waktu Magrib sudah masuk,
beliau menjamak shalat Magrib dengan Isya tetapi kalau waktu Magrib belum lagi
masuk, beliau terus saja berangkat dan nanti kalau waktu Isya tiba, beliau pun berbenti
untuk menjamak shalat Magrib dan Isya.”
Berdasarkan keumuman hadis di atas, ketentuannya berlaku juga kepada
bepergian yang dilakukan pada hari Jum’at. Oleh karenanya diperbolehkan menjamak
shalat Jum’at dengan Asar dan dilakukan setelah shalat Jum’at seperti yang saudara
lakukan. Akan tetapi karena saudara melakukannya masih di kampung saudara
(Medan), maka setelah shalat Jum’at langsung melakukan shalat Asar secara
sempurna 4 rakaat, tidak diqasar. Karena shalat qasar itu baru diperbolehkan apabila
dalam bepergian, sudah keluar kampung. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat
an-Nisa ayat 101:

Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu menqashar shalat(mu), …”
Menurut ayat ini, mengqasar shalat itu dilakukan pada waktu bepergian. Dari hadis
riwayat Jama’ah dari Anas juga diketahui bahwa Nabi saw mengqasar shalat apabila
dalam keadaan bepergian dan tidak beliau lakukan selagi masih berada di kampung
halaman. Mengenal hal ini sahabat Anas menyebutkan:

ِ ِ
ِ
ِ ْ َ‫ص ِر بِ ِذي اْ ُلَيْ َف ِة رْك َعت‬
‫ْ [روا‬
ّ ِ ‫ت الظ ْهَر َم َع ال‬
ْ ‫صلّى اهُ َعلَْيه َو َسلّ َم بِاْمَديْ َة أ َْربَ ًعا َواْ َلع‬
ُ ‫صلّْي‬
َ ِّ
َ
َ
]‫ا ماعة‬
Artinya: “Saya shalat Zuhur bersama Rasululah saw di Madinah empat rakaat dan
di Zul Hulaifah dua rakaat.”

Oleh karena itu kalau saudara bepergian tidak pada hari Jum’at dan saudara
menjamak Zuhur dengan Asar seperti yang saudara terangkan pada pertanyaan nomor
dua, hendaknya saudara lakukan kedua shalat itu masing-masing empat rakaat.
2. Untuk pertanyaan saudara yang nomor dua, saudara tidak perlu lagi mengulangi shalat
Asar. Dengan catatan bahwa pada hari itu memang dijadwalkan/ direncanakan mau
berangkat dan pembatalan keberangkatan itu diberitahukan sesudah saudara
melakukan shalat jamak. Pembatalan kepergian yang secara mendadak tidak
menggugurkan shalat yang sudah saudara lakukan.
3.

Mengenai pertanyaan saudara nomor tiga, sekalipun pemberitahuan itu secara
mendadak tidak menjadikan saudara boleh melakukan shalat sebelum waktunya,
karena shalat Asar tidak saudara jamak dengan Zuhur, maka shalat Asar harus tetap
dikerjakan pada waktunya, karena selain shalat jamak, semua shalat harus dilakukan
pada waktunya. Untuk shalat Asar bisa saudara lakukan di tengah perjalanan. Saudara
minta ijin kepada majikan untuk mengerjakan shalat. Carilah tempat yang disitu
terdapat air untuk wudu, apabila dalam perjalanan yang saudara lalui sulit memperoleh
air, bisa saja saudara tayamum. Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 6
menyebutkan:
Artinya: “Apabila kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah”

Untuk shalatnya sendiri tidak harus dilakukan di masjid, bisa dikerjakan di samping
kendaran, di atas tanah dengan dihampari sajadah atau alas yang lain, karena bumi ini
memang dijadikan Allah untuk tempat shalat. Dan karena saudara sudah dalam perjalanan, berarti saudara sudah boleh melakukan shalat Asar secara qasar.
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com