REPRESENTASI MASALAH SOSIAL TENTANG ANAK JALANAN DALAM KARYA FOTOGRAFI (Analisis Semiotik Foto Essay “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” Karya Fransiskus Simbolon Pada Buku Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012)

(1)

REPRESENTASI MASALAH SOSIAL TENTANG ANAK JALANAN DALAM KARYA FOTOGRAFI

(Analisis Semiotik Foto Essay “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” Karya Fransiskus Simbolon Pada Buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia

2012) SKRIPSI

Oleh:

Dahlia Eka Fitri P NIM: 09220368

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : DAHLIA EKA FITRI P NIM : 09220368

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : REPRESENTASI MASALAH SOSIAL TENTANG ANAK JALANAN DALAM KARYA FOTOGRAFI (Analisis Semiotik Foto Essay “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” Karya Frasiskus Simbolon pada buku Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Selasa

Tanggal : 12 Agustus 2014 Tempat : Ruang 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. Dr. Muslimin Machmud, M. Si. Penguji I ( ) 2. Jamroji, M. Comm. Penguji II ( ) 3. Nurudin, S. Sos., M. Si. Penguji III ( ) 4. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si. Penguji IV ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam saya curahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir ini. Dengan perjuangan keras dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Dengan terselesaikannya Skripsi yang berjudul “Representasi Masalah Sosial Tentang Anak Jalanan Dalam Karya Fotografi (Analisis Semiotik Foto Essay “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” Karya Fransiskus Simbolon Pada Buku Anugerah Pewarta Fotot Indonesia 2012)” maka selesai sudah masa studi Strata 1 saya. Walaupun masih banyak kekurangan dan kelemahan di penelitian saya ini, saya berharap bisa di jadikan acuan untuk penelitian berikutnya yang berguna bagi perkembangan ilmu komunikasi.

Penelitian ini berawal dari minat saya menekuni fotografi sejak masuk kuliah. Beberapa tahun mendalaminya akhirnya saya sadar bahwa fotografi tidak hanya sebatas bagus atau tidak, namun harus perlu juga mengetahui esensi fotografi. Karena sebuah esensi fotografi mengandung banyak pesan yang ingin di sampaikan kepada masyarakat. Dalam penelitian saya ini menggunakan analisis semiotik yang salah satunya ilmu tentang memahami suatu tanda. Tanpa disadari atau tidak, dalam sebuah foto banyak mengandung pesan-pesan tersirat makna-makan yang sengaja di buat oleh pengkarya untuk menyampaikan pesannya.


(4)

Dengan bekal tersebut saya mencoba mengupas tanda-tanda yang ada dalam buku “Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012” karya Fransiskus Simbolon, dimana nantinya peneliti memaknai masalah sosial yang di hadapi anak jalanan didalam sebuah foto jurnalistik.

Akhir kata, semoga penelitian saya ini berguna bagi perkembangan ilmu komunikasi dan yang pasti juga perkembangan fotografi. Paling tidak para fotografer selain menguasai teknis, harus menguasai visual literacy. Dan juga semoga penelitian saya ini bisa menjadi acuan awal dan motivasi untuk penelitian sejenis. Amin

Malang, 12 Agustus 2014


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinilitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... x

Lembar Persembahan ... xii

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Representasi Sosial... 9

2.2 Masalah Sosial ... 10

2.3 Kemiskinan Diperkotaan ... 11

2.4 Perkembangan anak Usia 8 hingga 9 tahun ... 15

2.5 Anak Jalanan ... 16

2.5.1 Pengertian Anak Jalanan ... 16

2.5.2 Pekerja Anak ... 18

2.5.3 Pekerja Anak Rawan Eksploitasi ... 19

2.5.4 Karakteristik Anak Jalanan ... 20

2.5.5 Pendidikan Anak Jalanan ... 22


(6)

2.6 Foto Sebagai Kegiatan Komunikasi ... 25

2.6.1 Bahasa Foto ... 28

2.7 Foto Jurnalistik ... 36

2.7.1 Foto Berita ... 36

2.7.2 Foto Feature ... 37

2.7.3 Foto Dokumenter atau Stori ... 38

2.8 Foto Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi Massa ... 41

2.9 Fotografi Sebagai Representasi Realitas ... 42

2.9.1 Fotografi Sebagai Representasi Objektif ... 42

2.9.2 Fotografi Sebagai Tafsir Subjektif ... 44

2.10Analisis Teks Media ... 46

2.11Membaca Prespektif Fotografi dengan Semiotik ... 47

2.12Semiotika Sebagai Pendekatan untuk Mengetahui Pesan Foto ... 48

2.13Semiotika Charles Sanders Pierce ... 49

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 58

3.2 Ruang Lingkup Peneliti ... 58

3.3 Unti Analisis ... 59

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.5 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV : Gambaran Objek Penelitian 4.1 Tentang Buku “Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012” ... 61

4.1.1 Sekilas Tentang Anugerah Pewarta Foto ... 61

4.1.2 Resensi Tentang Buku Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012 ... 63

4.1.3 Hak Cipta Penerbit ... 65

4.2 Profil Fotografer ... 65


(7)

BAB V : HASIL PENELITIAN dan ANALISIS DATA

5.1 Kemiskinan dan Anak Jalanan Perempuan ... 79

5.2 Teman dan Tempat Bermain Anak Jalanan ... 94

5.3 Pendidikan Anak Jalanan ... 97

5.4 Permasalahan yang Dihadapi Anak Jalanan ... 106

5.5 Interpretasi Data ... 116

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 120


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel Data Visual Foto Dibalik Gemerlap Kota Jakarta ... 82

Tabel 5.2 Tabel Data Visual Malam Dipermpatan Jalan (Gambar 5.2) ... 86

Tabel 5.3 Tabel Data Visual Malam Dipermpatan Jalan (Gambar 5.3) ... 92

Tabel 5.4 Tabel Data Visual Canda Emma Bersama Teman ... 95

Tabel 5.5 Tabel Data Visual Berangkat Sekolah ... 98

Tabel 5.6 Tabel Data Visual Emma dan Pendidikan ... 101

Tabel 5.7 Tabel Data Visual Tugas Sekolah ... 104

Tabel 5.8 Tabel Data Visual Hilangnya Kebebasan Emma ... 108

Tabel 5.9 Tabel Data Visual Keretakan Keluarga Emma ... 111


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Buku Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012, tampak depan

... 64

Gambar 4.1 Buku Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012, tampak belakang ... 64

Gambar 5.1 Foto Dibalik Gemerlap Jakarta ... 82

Gambar 5.2 Foto Malam Diperempatan Jalan ... 86

Gambar 5.3 Foto Malam Diperempatan Jalan ... 91

Gambar 5.4 Foto Canda Emma Bersama Teman ... 95

Gambar 5.5 Foto Berangkat Sekolah ... 98

Gambar 5.6 Foto Emma dan Pendidikan ... 101

Gambar 5.7 Foto Tugas Sekolah ... 103

Gambar 5.8 Foto Hilangnya Kebebasan Emma ... 107

Gambar 5.9 Foto Keretakan Keluarga Emma ... 110


(10)

Daftar Pustaka:

Ajidarma, Seno Gumirah. Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subyek. Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Alwi, Audy Mirzani. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004

Barton, Will, Andrew Beck. Bersiap Memperlajari Kajian Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Barker, Chris. Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006. Budiman, Kris. Kosa Semiotika. Yogyakarta: LkiS, 1999.

. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2003. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra, 2011. Hasiholan, Dheyna., Et al. Politik Kemiskinan. Depok: Koekoesan, 2007 Hoed, Benny. Semiotika & Dinamika Sosial. Jakarta: Komunitas Bambu, 2011. Meggitt Carolyn. Memahami Perkembangan anak. Jakarta, Indeks, 2013

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.

. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan ke-14. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010.

Noviana, Ratna. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2000

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS. 2008.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. . Analisis Teks Media. Cetakan ke-5. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Sugiarto, Antok. Paparazi: Memahami fotografi kewartawana. Jakarta: Gramedia


(11)

Suharto, Edi. Kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta, 2009.

Suparlan, Persudi. Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta: Sinar Agape Press, 1984. Surya, Rama. Yang Kuat Yang Kalah. Jakarta: Elex Media Kompatindo, 1996. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2003

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Cetakan ke-3. Jakarta: Prenada Media Grup, 2007

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Edisi Revisi. Yogyakarta: Jalasutra,2013.

Widowati, Heningtyas. Irama Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2007

Wijaya, Taufan. Foto Jurnalistik. Klaten: CV Sahabat, 2011.

Yusuf, Syamsul. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda, 2012.

Non Buku

Adriana, Galuh. Representasi Sosial Tentang Kerja Pada Anak Jalanan (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Pertanian Bogor.2009.

Aulia, Eva. Orientasi Masa Depan Anak Jalanan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2010.

Prabowo, M. Firman Unggul. Pencitraan Presiden dalam Karya Fotografi (Analisis Semiotik Foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyonon dan Megawati Soekarno Putri dalam buku “Split Second Split Moment” karya Julian Sihombing). Malang: Fakultas Ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. 2012.

Handout Materi ORDAS (Orientasi Dasar) JUFOC (Jurnalistik Fotografi Club), 2009

Herdiana, ike. (Minggu, 24 September 2013)

http://ikeherdiana-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-42211-Dunia%20AnakAnak-Dunia%20Anak%20Jalanan.html Kumpulan Materi JUFOC (Jurnalistik Fotografi Club), 2001


(12)

Nurwijayanti, Andriyani Mustika. (Senin, 16 Maret 2014)

http://jurisprudence-journal.org/2012/07/eksploitasi-anak-perlindungan-

hukum-anak-jalanan-dalam-perspektif-hukum-pidana-di-daerah-yogyakarta/

Wapada.com, (Rabu, 18 juni 2014).

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&

id=305856:penyebab-dan-dampak-kemiskinan&catid=25:artikel&Itemid=44 Koran Sindo.com, (Rabu, 18 Juni 2014)

(http://www.koran-sindo.com/node/325615).

Bagmu2.com (Rabu, 13 agustus 2014)

(http://www.bangmu2.com/2013/06/faktor-faktor-penyebab-masalah-sosial.html).


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkomunikasi merupakan hal dasar dalam berinteraksi dengan orang lain. Berkomunikasi merupakan isyarat penyampaian pesan kepada seseorang atau sekelompok orang baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media seperti: surat kabar, majalah, radio atau televisi (Deddy Mulyana, 2006:61). Keberhasilan proses komunikasi tergantung pada teknik penyampaian pesan dan pemilihan jenis informasi yang akan disampaikan. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam memindahkan rangkaian imajinasi, termasuk ide, dan kreatifitas jika komunikasi tersebut melalui sebuah madia cetak. Maka dari itu manusia tidak pernah lepas dari berkomunikasi.

Fotografi merupakan media komunikasi visual yang tercipta dari hasil perkembangan bentuk komunikasi. Fotografi menyampaikan sesuatu melalui pesan simbolik, dapat dimaknai masing-masing personal yang melihat. Melalui mata seorang fotografer, realitas direkam dengan menggunakan kamera dan kemudian ditampilkan ke dalam sebuah gambar yang bercerita. Ketika fotografer hendak menampilkan sebuah gambar atau foto, secara tidak langsung mereka mempunyai keinginan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Misalnya dalam


(14)

2 sebuah media foto menggunakan elemen visual sebagai bahasa yang ditangkap mata. Antok Sugiarto (2005:3) menyatakan bahwa “berbeda dari kata-kata yang menghubungkan penalaran khusus yang harus dicerna otak agar artinya bisa dipahami secara langsung, foto memancing respons pengamatannya, oleh karena itu saat ini foto menjadi objek yang sangat diperhitungkan”. Tubbs dan Moss dalam Deddy Mulyana (2006:59) mendefinisikan “komunikasi sebagai proses penciptaan makna antar dua orang atau lebih”

Sampai saat ini perkembangan fotografi masih terus berkembang. Perkembangan sendiri terbagi menjadi tiga era, diantaranya era pra negatif film yakni pada tahun 1826 Joseph Nicephore Niepece yang membuat foto dengan melapisi plat logam dengan senyawa buatannya dengan disinari kamera obscura sampai tercipta imaji, kemudian dilanjutkan pada masa era negatif film dengan ditemukannya roll film oleh George pada tahun 1888 dan yang terakhir dikenal dengan era fotografi digital yakni kamera digital yang mengunakan sensor elektronik sebagai media rekam imaji dan kemudian dirubah menjadi data dengan bentuk dan ukuran yang sangat praktis.

Di Indonesia sendiri, dunia fotografi masuk pertama pada tahun 1841, saat seorang pegawai kesehatan Belanda bernama Juriaan Munich mendapat perintah dari Kementerian Kolonial untuk mendarat di Batavia dengan membawa daguerreotype. Munich diberi tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di Indonesia sebagai cara


(15)

3 untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam. Karena latar inilah, fotografi mulai berkembang di Indonesia. Kassian Cephas, warga lokal asli yang dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft, lalu di sekolahkan ke Belanda. Cephas yang pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Nama Kassian Cephas mulai dikenal dengan karya fotografi pada tahun 1875 (Hand Out Materi ORDAS, JUFOC 2009:16).

Fotografi tidak hanya dinikmati, dikenal oleh jurnalis foto melainkan dapat dinikmati dalam media cetak atau koran, melainkan banyak diantaranya di pingiran jalan raya, pusat perbelanjaan dalam bentuk baliho, spanduk dan masih banyak lagi. Dengan tujuan untuk menarik konsumen sabagai media promosi.

Foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan dalam permotretannya karena keinginan fotografer bercerita kepada orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan utamanya adalah dalam menyampaikan pesan (massage) visual pada orang lain. Memang selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.

Sebuah foto jurnalistik harus memuat unsur 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur tersebut bisa diterapkan dalam berita tulis. Perbedaannya terletak dalam bentuk visual, foto mempunyai kelebihan


(16)

4 dalam menyampaikan unsur how, bagaimana peristiwa itu terjadi. Memang unsur how dapat di tuangkan dalam bentuk tulisan namun foto lebih bisa menguraikan dan menceritakan lebih baik (Atok Sugiarto, 2005:22).

Perbedaan mendasar bahasa tulis dan bahasa gambar yakni bahasa tulis memerlukan proses membaca yang teliti dan pemahaman yang kemudian bisa mengerti maksud tulisan tersebut. Namun, bahasa gambar bisa langsung memberi dampak tanpa harus berimajinasi. Pemahaman pesan terjadi melalui penglihatan. Secara langsung gambar menciptakan persepsi mengenai kejadian tertentu. Bahasa gambar bisa menimbulkan respons lebih cepat daripada bahasa tulisan. Eko S Hilman meyatakan dalam prakarta katalog Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012 (2012:39) “foto jurnalistik adalah menampilkan berita secara visual, faktual dan menarik, serta sebagai jejak dan langkah kenyataan dari sebuah peristiwa yang patut diketahui”.

Sebuah karya foto tidak lepas dari sang kreator pembuatnya, yakni fotografer. Wartawan foto dituntut untuk menyampaikan kejujuran dalam mengungkapkan sebuah objek foto. Fotografer merekam sebuah fakta, layaknya penulis yang mengunakan gaya bahasa dalam setiap tulisannya untuk merangsang emosi pembaca, unsur-unsur foto berita juga dapat disusun sedemikian rupa untuk membagkitkan berbagai tangapan terhadap penikmat foto. Di dalam objek foto, fotografer menampilkan gambar tanpa mengurangi bahkan melebih-lebihkankan hasil yang sudah ada.

Buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia 2012 (APFI) merupakan sebuah ruang apresiasi bagi karya foto jurnalistik Indonesia. Sebuah


(17)

5 pagelaran rutin tahunan untuk memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada insanpers yang telah berdedikasi untuk menghasilkan karya foto jurnalistik terbaik. Melaui lensa pewarta foto, kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa, datang menghampiri sepanjang tahun 2012.

Fransiskus Simbolon memotret fenomena seorang anak jalanan yang tinggal di kota besar, belajar dan bekerja untuk kelangsungan hidup keluarganya. Foto yang dikemas sederhana dengan judul “Jalan Hidup Emma: Memungut Mimpi” adalah rangkaian foto, sesuai dengan fakta yang ada serta sudut pandang fotografer. Fotografer merangkai cerita dalam karya foto essay. Foto essay dan tulisan essay sebenarnya tidak ada pembeda yang sangat besar, yang membedakan hanya media yang digunakan. Dalam kaya fransiskus pembaca atau penikmat foto diajak melihat fenomena secara sederhana dalam realitas.

Dalam foto menjelaskan bagaimana kehidupan hidup Emma anak jalanan, sebagai seorang anak yang baru saja berusia sembilan tahun harus mejalani kerasnya kehidupan ibu kota dengan berbagai persoalan, dimulai dari hidup dengan serba kekurangan, ketidak harmonisan keluarga, bekerja di jalan hingga malam hari dan bagaiman lingkungan tempat tinggalnya.

Faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan karena kehidupan rumah tangga anak jalanan biasanya berasal dari keluarga yang diwarnai dengan ketidak harmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri, absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya (Andriyani


(18)

6 Mustika 2012). Faktor lain yang menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah tangga. Haryad dalam Eva Auliai (2010:24) menyatakan kurangnya kesempatan kerja yang produktif dengan imbalan yang memadai, tidak adanya ketersediaan fasilitas kesejahteraan sosial untuk pengangguran dan orang miskin, serta tingginya tingkat droup out sekolah dari kalangan keluarga kurang mampu.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tentang hak kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tentang hak kerja dan tugas tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah umur 15-64 tahun.

Berdasarkan UU RI No. 23/2002 tentang perlindungan anak, pada salah satu pasalnya dengan jelas disebutkan mengenai batas usia manusia yang berhak dinaungi oleh Undang-Undang tersebut. Mereka adalah: “seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang masalah peraturan pemerintah tersebut juga membuat ketidaktahuan, kalau anak di bawah umur tidak dapat bekerja atau diperkerjakan, dan beberapa faktor yang telah disebutkan di atas menjadikan sebuah alasan bagi masyarakat. Dari


(19)

7 pemaparan di atas merupakan sebuah kritik dengan sebuah karya foto Jurnalistik. Seperti kita ketahui hingga saat ini masalah kemiskinan dan maraknya anak-anak yang berkerja atau dipekerjaakan, yang berusia di bawah umur belum juga bisa terselesaikan.

Setiap pagi belajar di sekolah dan ketika malam hari bekerja menjadi pemulung dan mengamen di perempatan jalan yang dilakukan Emma. Wajarnya seorang anak hanya dibebankan belajar dan menikmati aktifitas bermain memperoleh perhatian dari keluarganya, bukan bekerja. Tinggal dalam lingkungan yang demikian bukan tempat yang baik bagi perkembangan fisik dan psikis anak, dengan berbagai ancaman yang kurang baik diluar sana.

Dilansir dari Ike Hardiana (2012) adapun ciri-ciri anak jalanan secara umum, antara lain: Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat hiburan) selama 3-24 jam sehari, berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, dan sedikit sekali yang tamat SD), berasal dari keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban, dan beberapa di antaranya tidak jelas keluarganya) dan beberapa juga sering melakukan tidak kriminal unruk memenuhi kebutuhannya.

Pemaparan di atas merupakan alasan bagi peneliti untuk melakukan studi terhadap foto jurnalistik. Foto yang dikaji peneliti adalah foto essay “Jalan Hidup Emma: Memungut Mimpi” karya Frasnsiskus Simbolon dalam buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia 2012.


(20)

8 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah peneliti yakni bagaimana makna foto essay karya Fransiskus Simbolon dengan judul “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” yang merepresentasikan masalah sosial anak jalanan

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam foto essay karya Fransiskus Simbolon dengan judul “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” yang merepresentasikan masalah sosial anak jalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan peneliti mengenai makna tanda yang terdapat dalam foto serta diharapkan dapat memberi wawasan bagi penikmat foto maupun fotografer dalam mengaplikasikan ide-ide dalam berkarya sehingga dapat melahirkan foto-foto representatif. Serta bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terhadap masalah yang sama di masa mendatang.


(1)

untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam. Karena latar inilah, fotografi mulai berkembang di Indonesia. Kassian Cephas, warga lokal asli yang dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft, lalu di sekolahkan ke Belanda. Cephas yang pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Nama Kassian Cephas mulai dikenal dengan karya fotografi pada tahun 1875 (Hand Out Materi ORDAS, JUFOC 2009:16).

Fotografi tidak hanya dinikmati, dikenal oleh jurnalis foto melainkan dapat dinikmati dalam media cetak atau koran, melainkan banyak diantaranya di pingiran jalan raya, pusat perbelanjaan dalam bentuk baliho, spanduk dan masih banyak lagi. Dengan tujuan untuk menarik konsumen sabagai media promosi.

Foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan dalam permotretannya karena keinginan fotografer bercerita kepada orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan utamanya adalah dalam menyampaikan pesan (massage) visual pada orang lain. Memang selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.

Sebuah foto jurnalistik harus memuat unsur 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur tersebut bisa diterapkan dalam berita tulis. Perbedaannya terletak dalam bentuk visual, foto mempunyai kelebihan


(2)

dalam menyampaikan unsur how, bagaimana peristiwa itu terjadi. Memang unsur how dapat di tuangkan dalam bentuk tulisan namun foto lebih bisa menguraikan dan menceritakan lebih baik (Atok Sugiarto, 2005:22).

Perbedaan mendasar bahasa tulis dan bahasa gambar yakni bahasa tulis memerlukan proses membaca yang teliti dan pemahaman yang kemudian bisa mengerti maksud tulisan tersebut. Namun, bahasa gambar bisa langsung memberi dampak tanpa harus berimajinasi. Pemahaman pesan terjadi melalui penglihatan. Secara langsung gambar menciptakan persepsi mengenai kejadian tertentu. Bahasa gambar bisa menimbulkan respons lebih cepat daripada bahasa tulisan. Eko S Hilman meyatakan dalam prakarta katalog Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2012 (2012:39) “foto jurnalistik adalah menampilkan berita secara visual, faktual dan menarik, serta sebagai jejak dan langkah kenyataan dari sebuah peristiwa yang patut diketahui”.

Sebuah karya foto tidak lepas dari sang kreator pembuatnya, yakni fotografer. Wartawan foto dituntut untuk menyampaikan kejujuran dalam mengungkapkan sebuah objek foto. Fotografer merekam sebuah fakta, layaknya penulis yang mengunakan gaya bahasa dalam setiap tulisannya untuk merangsang emosi pembaca, unsur-unsur foto berita juga dapat disusun sedemikian rupa untuk membagkitkan berbagai tangapan terhadap penikmat foto. Di dalam objek foto, fotografer menampilkan gambar tanpa mengurangi bahkan melebih-lebihkankan hasil yang sudah ada.

Buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia 2012 (APFI) merupakan sebuah ruang apresiasi bagi karya foto jurnalistik Indonesia. Sebuah


(3)

pagelaran rutin tahunan untuk memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada insanpers yang telah berdedikasi untuk menghasilkan karya foto jurnalistik terbaik. Melaui lensa pewarta foto, kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa, datang menghampiri sepanjang tahun 2012.

Fransiskus Simbolon memotret fenomena seorang anak jalanan yang tinggal di kota besar, belajar dan bekerja untuk kelangsungan hidup keluarganya. Foto yang dikemas sederhana dengan judul “Jalan Hidup Emma: Memungut Mimpi” adalah rangkaian foto, sesuai dengan fakta yang ada serta sudut pandang fotografer. Fotografer merangkai cerita dalam karya foto essay. Foto essay dan tulisan essay sebenarnya tidak ada pembeda yang sangat besar, yang membedakan hanya media yang digunakan. Dalam kaya fransiskus pembaca atau penikmat foto diajak melihat fenomena secara sederhana dalam realitas.

Dalam foto menjelaskan bagaimana kehidupan hidup Emma anak jalanan, sebagai seorang anak yang baru saja berusia sembilan tahun harus mejalani kerasnya kehidupan ibu kota dengan berbagai persoalan, dimulai dari hidup dengan serba kekurangan, ketidak harmonisan keluarga, bekerja di jalan hingga malam hari dan bagaiman lingkungan tempat tinggalnya.

Faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan karena kehidupan rumah tangga anak jalanan biasanya berasal dari keluarga yang diwarnai dengan ketidak harmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri, absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya (Andriyani


(4)

Mustika 2012). Faktor lain yang menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah tangga. Haryad dalam Eva Auliai (2010:24) menyatakan kurangnya kesempatan kerja yang produktif dengan imbalan yang memadai, tidak adanya ketersediaan fasilitas kesejahteraan sosial untuk pengangguran dan orang miskin, serta tingginya tingkat droup out sekolah dari kalangan keluarga kurang mampu.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tentang hak kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tentang hak kerja dan tugas tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah umur 15-64 tahun.

Berdasarkan UU RI No. 23/2002 tentang perlindungan anak, pada salah satu pasalnya dengan jelas disebutkan mengenai batas usia manusia yang berhak dinaungi oleh Undang-Undang tersebut. Mereka adalah: “seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang masalah peraturan pemerintah tersebut juga membuat ketidaktahuan, kalau anak di bawah umur tidak dapat bekerja atau diperkerjakan, dan beberapa faktor yang telah disebutkan di atas menjadikan sebuah alasan bagi masyarakat. Dari


(5)

pemaparan di atas merupakan sebuah kritik dengan sebuah karya foto Jurnalistik. Seperti kita ketahui hingga saat ini masalah kemiskinan dan maraknya anak-anak yang berkerja atau dipekerjaakan, yang berusia di bawah umur belum juga bisa terselesaikan.

Setiap pagi belajar di sekolah dan ketika malam hari bekerja menjadi pemulung dan mengamen di perempatan jalan yang dilakukan Emma. Wajarnya seorang anak hanya dibebankan belajar dan menikmati aktifitas bermain memperoleh perhatian dari keluarganya, bukan bekerja. Tinggal dalam lingkungan yang demikian bukan tempat yang baik bagi perkembangan fisik dan psikis anak, dengan berbagai ancaman yang kurang baik diluar sana.

Dilansir dari Ike Hardiana (2012) adapun ciri-ciri anak jalanan secara umum, antara lain: Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat hiburan) selama 3-24 jam sehari, berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, dan sedikit sekali yang tamat SD), berasal dari keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban, dan beberapa di antaranya tidak jelas keluarganya) dan beberapa juga sering melakukan tidak kriminal unruk memenuhi kebutuhannya.

Pemaparan di atas merupakan alasan bagi peneliti untuk melakukan studi terhadap foto jurnalistik. Foto yang dikaji peneliti adalah foto essay “Jalan Hidup Emma: Memungut Mimpi” karya Frasnsiskus Simbolon dalam buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia 2012.


(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah peneliti yakni bagaimana makna foto essay karya Fransiskus Simbolon dengan judul “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” yang merepresentasikan masalah sosial anak jalanan

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam foto essay karya Fransiskus Simbolon dengan judul “Jalan Hidup Emma Memungut Mimpi” yang merepresentasikan masalah sosial anak jalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan peneliti mengenai makna tanda yang terdapat dalam foto serta diharapkan dapat memberi wawasan bagi penikmat foto maupun fotografer dalam mengaplikasikan ide-ide dalam berkarya sehingga dapat melahirkan foto-foto representatif. Serta bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terhadap masalah yang sama di masa mendatang.


Dokumen yang terkait

Pencitraan Presiden Dalam Karya Fotografi (Analisis Semiotik Foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Dan Megawati Soekarno Putri pada buku “Split Second, Split Moment” karya Julian Sihombing)

0 12 78

REPRESENTASI TRAGEDI KEMANUSIAAN DALAM FOTO JURNALISTIK (Analisis Semiotik Pada Foto Karya Kevin Carter)

10 52 43

REPRESENTASI BENCANA LUMPUR LAPINDO DALAM KARYA FOTOGRAFI (Analisis Semiotik Foto “The Vanished Land” Karya Mamuk Ismuntoro Pada Buku Foto CITY OF WAVES)

3 28 61

REPRESENTASI PEKERJA SEKS KOMERSIAL SEBAGAI MASALAH SOSIAL ( Analisis Semiotik Foto dalam Buku Sex For Sale Karya Yuyung Abdi)

4 19 53

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Pencitraan Presiden Dalam Karya Fotografi (Analisis Semiotik Foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Dan Megawati Soekarno Putri pada buku “Split Second, Split Moment” karya Julian Sihombing)

3 16 78

EPRESENTASI POTRET KEHIDUPAN DALAM KARYA BUKU FOTO (Analisis Semiotik Pada Buku Foto Merapi 120 Fps Karya Boy T Harjanto)

1 16 58

Representasi foto glamor karya Zoky Zoker:(analisis semiotik Charles Sanders Pierce mengenai representasi foto glamour Karya Zoky Zoker)

1 9 103

REPRESENTASI KEHIDUPAN ANAK INDONESIA DALAM FOTO (Analisis Semiotika Kehidupan Anak Indonesia Dalam Buku Kumpulan Foto Jurnalistik Mata Hati Kompas 1965 2007)

0 8 99

85 | Kajian Estetika Terapan Foto Cover pada Katalog Buku Anugrah Pewarta Foto Indonesia 2009 KAJIAN ESTETIKA TERAPAN FOTO COVER PADA KATALOG BUKU ANUGRAH PEWARTA FOTO INDONESIA 2009

0 0 12