Representasi foto glamor karya Zoky Zoker:(analisis semiotik Charles Sanders Pierce mengenai representasi foto glamour Karya Zoky Zoker)

(1)

(2)

(3)

(4)

REPRESENTASI FOTO GLAMOR KARYA ZOKY ZOKER

(ANALISIS SEMIOTIK CHARLES SANDERS PIERCE

MENGENAI REPRESENTASI FOTO GLAMOR

KARYA ZOKY ZOKER)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sidang Sarjana Strata-1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Hubungan Masyarakat

Oleh:

ADITYA RACHMAN NIM. 41809180

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(5)

vi Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Yang Maha Agung dan Maha Tinggi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Karunia Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian ini dengan tepat waktu. Skripsi ini berjudul Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker (Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce Mengenai Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker) yang di mulai pada bulan desember 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada orang tua tercinta Ibu Lusy Prihantini dan Bapak Sugeng Hariadi yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat pada penulis dan juga memberikan doa serta dukungan moril maupun materi kepada penulis dalam mengerjakan Skripsi ini.

Dalam menyusun Skripsi ini penulis mengalami hambatan dan kesulitan yang dialami. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan Skripsi ini. Namun berkat kerja keras dari semua pihak, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan juga dapat memberi manfaat bagi peningkatan penulis di masa mendatang.

Penyusunan tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. 2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta


(6)

vii

wawasan selama penulis melakukan perkuliahan serta memberikan pengesahan Skripsi dalam Penelitian ini.

3. Yth, Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM. Sekaligus sebagai dosen yang telah banyak membantu memberikan arahan, masukan-masukan yang berarti bagi penulis serta memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

4. Yth, Bpk. Olih Solihin., S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu memberikan arahan, masukan-masukan yang berarti bagi penulis selama penyususan Skripsi, serta memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

5. Yth, Bpk. Sangra Juliano Prakasa.,S.I.Kom selaku Dosen Wali IK-5 2009 yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan arahan kepada penulis selama menempuh studi di UNIKOM.

6. Yth, Ibu Rismawaty,S.Sos.,M.Si, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Ibu Tine Agustin, S.I.Kom, Bpk Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM yang telah mengajarkan penulis selama ini beserta seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung. 7. Yth, Ibu Ratna Widiastuti, A.Md selaku Sekretariat Dekan FISIP

UNIKOM yang telah membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Yth, Ibu Astri Ikawati,A.Md.Kom selaku sekretariat Progran Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations FISIP UNIKOM yang telah membantu penulis dalam hal administrasi.

9. Bachtiar Ramadhan, S.E. Kakak tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa serta kasih sayang selama ini.

10.Seluruh Keluarga Besar Penulis yang selalu memberi keceriaan, dorongan, dan semangat kepada penulis.


(7)

viii

Rinjani, Depe, serta segenap angkatan IK-5 2009, IK-Humas 2, dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi dan kebersamaan kalian.

12.Semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis pada pelaksanaan Skripsi sampai penulisan dan penyusunan penelitian, semoga dibalas setimpal oleh Allah SWT.

Skripsi ini tidak luput dari kesalahan, baik dalam proses pembuatannya ataupun hasil yang penulis sajikan. Untuk itu, guna penyempurnaan laporan ini, penulis selalu terbuka untuk kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat berguna di masa yang akan datang. Amin.

Bandung, Februari 2014 Penulis


(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... .i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 9

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas/Lembaga ... 10


(9)

x

2.1.1 Studi Terdahulu ... 12

2.1.2 Pengertian Ilmu Komunikasi ... 14

2.1.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi ... 22

2.1.2.2 Proses Komunikasi ... 23

2.1.3 Tinjauan Tentang Fotografi ... 26

2.1.3.1 Pengertian Semiotik ... 28

2.1.3.2 Ciri –Ciri dan Sifat Semiotik ... 29

2.1.3.3 Aplikasi Semiotik ... 30

2.2 Tinjauan Semiotik Komunikasi Viusal... 39

2.3 Tinjauan Foto Glamor ... 41

2.3.1 Pengertian Foto Glamor... 41

2.4 Kerangka Pemikiran ... 44

2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 44

2.4.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 47

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Sejarah Singkat Foto Glamor Karya Zoky Zoker ... 50

3.1.2 Tentang Fotografer ... 53

3.2 Metode Penelitian ... 54

3.2.1 Desain Penelitian ... 55

3.2.1.1 Semiotik Charles Sanders Pierce ... 59

3.2.2 Teknik Pengumpulan data ... 62

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 62

3.2.2.2 Dokumentasi ... 63

3.2.2.3 Internet Searching... 63

3.2.2.4 Studi Lapangan ... 64

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 69

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 69


(10)

xi

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 73

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 73

3.2.6.2 Waktu Penelitian... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Informan Penelitian ... 78

4.1.1 Zoky Zoker ... 78

4.2 Hasil Penelitian ... 79

4.2.1 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Representamen / Sign / tanda ... 82

4.2.2 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object ... 86

4.2.3 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant ... 88

4.3 Pembahasaan Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 97

5.1.1 Representamen... 97

5.2.1 Object... 98

5.2.3 Interpretant ... 98

5.2 Saran ... 99

5.2.1 Bagi Akademik ...100

5.2.2 Bagi Masyarakat ...100

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya...101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 105

DOKUMENTASI...128


(11)

xii

Gambar 2.1 Proses Komunikasi ... 25

Gambar 2.2 Segitiga Semiotik Charles Sanders Pierce ... 45

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Model Charles Sanders Pierce ... 49

Gambar 3.1 Foto Glamor Karya Zoky Zoker ... 52

Gambar 3.2 Foto Profile ... 53

Gambar 4.1 Foto Zoky Zoker ... 78


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 13 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 73 Tabel 4.1 Foto glamor karya Zoky Zoker... 82


(13)

xiv

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi ... 106

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar UP ...107

Lampiran 3 Pengajuan Pendaftaran Seminar UP ...108

Lampiran 4 Lembar Revisi Usulan Penelitian ...109

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Skrpsi ...110

Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan...111

Lampiran 7 Pengajuan Pendaftaran Sidang Skripsi ...112

Lampiran 8 Lembar Revisi Sidang Skripsi...113

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ...114


(14)

102

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kendana Pemuda Media Group.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.

Fisher, Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi. Bandung: CV. Remadja Karya. Kartini, Lexy, Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang : Bayumedia

Abrams, M.H., A Glosary Of Literary Term (New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1981) Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna (Bandung: Sinar Baru, 1988)

de De de Saussure, F., Course in General Linguistics, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1988)


(15)

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Hoed, Benny H., “Stukturalisme, Prag-matik dan Semiotik dalam kajian Budaya,” Indonesia: Tanda yang Retak (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2002 Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal ( Jakarta: Rineka Cipta)

Van Zoest, Aart, Semiotika : Tentang Tanda, Cara kerjanya dan Apa yang kita lakukan dengannya ( Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993)

Pilliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung : Matahari

Karya Ilmiah :

Gisaf, Maulana. 2011. Konsep Diri Seorang Fotografer Dalam Menghasilkan Foto “ Glamour” Di Kota Bandumg. Universitas Komputer Indonesia. Didin, Rohendi. 2010. Analisis Semiotika Tentang Foto Tragis Anak Kecil Dalam

Konflik Di Sudan Tahun 1993. Universitas Komputer Indonesia

Sumber Internet:

http://www.fotografer.net/

(18 November, 2012 07:05:36 PM)

http://citrastudio.com/sejarah-fotografi.html (15 November, 2012 08:05:36 AM)

http://www.kataberita.com/foto/fotografi.htm (12 November, 2012 10:05:36 AM)

http://adimahariyoirawan-iklan.blogspot.com/2012/03/pengertian-fotografer.html ( 22 November, 2013, 12:21:37 PM)

http://www.starephotography.com/articles/glamourphotography/index.php ( 22 November, 2013, 12:21:37 PM)


(16)

104

http://jongkosusilo.wordpress.com/2013/01/14/semiotik-pierce/ (2 jan 2013, 10:54 PM)

http://azizah-d-a-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61410-Umum-TEORI%20SEMIOTIK%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html (2 jan 2013, 10:58 PM)

http://tentangsastraindonesia.blogspot.com/p/resensi-buku.html (2 jan 2013, 11:18 PM) http://sadidadalila.wordpress.com/2009/12/03/semiotika/ (14 jan 2014, 10:22.AM) http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/ (16 jan 2014, 01:27PM )

http://muhammadilmi21.blogspot.com/2012/11/semiotika-charles-sander-pierce.html (16 jan 2014, 01:39PM )

http://www.history.ac.uk/1807commemorated/media/methods/semiotics.html (16 jan 2014, 01:52PM )

http://rizkaalbarr.blogspot.com/2013/02/tanda-meliputi-ground-denotatum-dan.html (16jan 2014, 09:29PM )


(17)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Banyak aliran foto yang merupakan hasil fotografi. Sehingga menarik peneliti untuk meneliti lebih dalam makna dibalik sebuah foto. Dan aliran foto yang peneliti tentukan merupakan aliran foto dari foto glamor. Sedikit dari fotografer mengambil aliran ini. Ini dikarenakan ada beberapa tingkatan atau yang disebut trik khusus dalam menciptakannya. Trik dalam pengambilan foto glamor cukup banyak. Sehingga muncul banyak tanda dalam hasil foto glamor.

Dari banyaknya foto yang telah tercipta oleh sang pengambil foto, sering juga disebut juga sebagai fotografer. kali ini penelitian yang diangkat merupakan salah satu keinginan saya untuk meneliti sebuah aliran foto. Aliran foto tersebut yaitu foto glamor hasil karya suatu fotografer yang cukup maju dalam bidang usahanya dalam jasa fotografer di Kota Bandung, fotografer tersebut adalah Zoky Zoker.

Salah satu hasil foto glamor yang peneliti angkat dari karya Zoky Zoker ini dihasilkan menggunakan sentuhan kosmetik, pencahayaan, dan tata ruang dalam hasil gambar yang dapat menarik subjek. Aliran jenis foto yang menjadi ciri khas dari foto glamor karya Zoky Zoker termasuk unik. Selama peneliti melakukan perbandingan terhadap hasil karya fotografer dalam bidang yang sama. Peneliti mendapat perbedaan yang mencolok pada warna foto serta tema foto glamor yang dapat bercerita melalui teks yang diberikan pada hasil foto glamor


(18)

2

tersebut. Dalam foto glamor tersebut terdapat tulisan “Enjoy the little things in life. For one day you'll look back and realize they were the big things” ( menikmati hal-hal kecil dalam hidup. untuk suatu hari anda akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa mereka adalah hal-hal besar ). Didalam foto tersebut terdapat model yang sedang duduk di tengah jalan dengan berkostum glamor, dan dapat dinilai bahwa foto tersebut dapat memunculkan tanda - tanda visual (Visual Sign) yang sebetulnya sulit dimengerti sehingga menimbulkan misunderstand atau salah pengertian, lalu beberapa orang menginterpretasikan makna tersendiri melalui bahasa dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

Tidak diragukan lagi, menurut peneliti profesi fotografer saat ini telah menjadi mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan memanfaatkan sebuah "trend (kecenderungan)" dan "wanita" untuk menjadi temanya. Seiring waktu persepsi publik tentang apa yang diterimanya menimbulkan keinginan dalam terjun ke profesi tersebut. Trend ini mendorong permintaan akan fotografi, dan fotografer pun berlomba-lomba utuk mendapatkan popularitas dikalangan masyarakat.

Kemampuan seseorang dalam dunia fotografi memang sangat dibutuhkan oleh pangsa pasar yang memiliki trade yang sudah terkembang pesat, dimana fotografer harus berhadapan dengan kekuatan sebuah ide dan kreatifitas. Konsumen fotografi biasanya menggunakan mediasi berupa fotografer. Untuk mengabadikan kenangan yang inginginkan oleh konsumen. Sehingga fotografer harus bisa men setting pikiran konsumen agar bisa menyatu dengan pikiran


(19)

fotografer. Fotografi juga berupa ajang pengungkapan pribadi. Foto juga dapat berfungsi sebagai ajang untuk mengungkapkan isi hati, menunjukkan kreativitas dan berpendapat melalui sebuah hasil foto.

Untuk mengetahui lebih dalam apa itu foto, tentu tidak akan lepas dari sejarah foto itu sendiri, peneliti akan mengungkapkan sedikit tentang sejarah foto.

Dalam buku Ferry Darmawan, Dunia Dalam Bingkai, “istilah fotografi pertama

kali dikemukakan oleh ilmuan Inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis). Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau dengan

cahaya.” (Darmawan, 2009: 19)

Sejarah fotografi juga bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura. (Alma Davenport:1991)


(20)

4

Menurut Szarkowski nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.”

Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: Kamera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas. (Hartoyo, 2004: 21),

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera box yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto. (Hartoyo (2004: 22),

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.


(21)

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Perkembangan fotografi berangsur lama dan mengalami proses yang cukup panjang. Melihat kembali ruang fotografi yang menurut Egaliter, bahwa semua orang mempunyai akses dan kesempatan yang sama, namun selalu ada hal yang terlupa untuk diperhatikan. Sejauh ingatan menerawang kembali ke belakang, ketika fotografi tradisional hadir di Bandung, pasangan bersaudara Woodbury dan Page, yang menurut awalnya adalah pebisnis fotografi dokumentasi pertama, yang menginjakan kaki di tatar Bandung. Kala itu, dua bersaudara tersebut mendapat titah mendata dengan menggunakan media visual fotografi, sebagai bahan laporan proyek jalan pos Anyer-Panarukan, tahun 1860-an.

Pada dasarnya foto merupakan hasil dari fotografi, yang tak akan lepas begitu saja dari peran fotografer. Kerjasama antara kamera dan fotografer akan mengasilkan sebuah foto. Seiring perkembangan zaman, foto ini bereksplorasi menjadi sebuah aliran. Salah satu aliran foto merupakan foto glamor. Di Bandung sendiri, tentu banyak fotografer, namun fotografer tersebut memiliki keahlian masing-masing dalam menghasilkan sebuah foto, termasuk foto glamor.

Sedangkan Foto glamor itu sendiri merupakan hasil karya dari Fotografi Glamor, dimana Fotografi Glamor, adalah aliran dalam fotografi yang berkaitan dengan unsur keindahan bentuk tubuh seseorang atau beberapa model (umumnya


(22)

6

kaum perempuan). Beberapa aliran menggunakan teknik yang disebut soft look, yaitu gambar dibuat lunak kurang kontras (soft) dan remang-remang, sehingga dapat menimbulkan keindahan, kelembutan serta daya tarik tersendiri. (Nugroho, 2006 :158)

Kata glamor, jika diartikan dan menelaah menurut salah seorang ahli, “Glamour is a subject that’s always sells, but ask ten people what glamour is and you’ll receive ten different answers.” (Glamor adalah sesuatu yang menjual, akan tetapi bila bertanya kepada 10 orang maka anda akan mendapatkan 10 jawaban yang berbeda-beda.” (Gowland, 1957 : 5)

Di dalam foto glamor karya Zoky Zoker, banyak dijumpai kandungan makna yang dapat ditafsirkan oleh siapa saja yang melihat foto tersebut. Tetapi terkadang foto glamor tersebut menjadi sulit dimaknai karena adanya komposisi atau elemen foto yang terlalu rumit. Sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut makna asli dari sebuah foto glamor karya Zoky Zoker ini. Tentu ada beberapa hal yang sulit dimaknai. Seperti warna dalam foto, posisi model, eksperesi wajah, kostum yang dikenakan, tempat yang ditentukan, konsep yang diberikan, dan masih banyak lagi.

Menurut sumber yang peneliti temukan, hal apa saja yang dapat dimaknai, bisa disebut dengan tanda. Tanda tersebut muncul bila seseorang melihat tanda tersebut lalu memaknainya. Masalah yang terjadi tentu menjadi tanda tanya bagi yang memaknainya. Untuk mengupas makna dibalik tanda, diperlukan sebuah teori yang mendukung. Dalam penelitian ini, teori yang


(23)

digunakan merupakan teori semiotik, dari teori ini kita dapat menemukan sebuah struktur tanda. Sehingga kita dapat mengetahui secara tanda secara keilmuan.

Dari masalah yang peneliti angkat yaitu foto glamor, peneliti menemukan sebuah karya foto glamor yaitu salah satu Karya Zoky Zoker, yang menurut peneliti rumit dalam memaknainya, sehingga peneliti ingin tahu makna yang sesungguhnya. Setelah mengalami proses yang panjang. Peneliti menentukan teori semiotik, namun teori semiotik ini dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce. Di dalam teori tersebut tentu terdapat struktur. Struktur tersebut terbagi menjadi tiga. Dan yang ketiganya itu membahahas sepenuhnya tentang tanda dibalik foto glamor ini.

Dalam buku Peirce on signs, menerangkan bahwa Charles Sanders Peirce (1839-1914) merupakan pakar semiotika dari Amerika. Peirce juga pendiri pragmatisme, dan prinsip pragmatisme berusaha untuk mencapai pemahaman tertinggi dari konsep kebenaran yang digunakan, pada intinya pragmatisme ini yaitu mengubah keraguan menjadi kepercayaan. Dalam semiotika Pierce, sebuah tanda bukanlah merupakan suatu entitas atau keberadaan tersendiri, melainkan terkait dengan objek dan penafsirnya. Peirce memang punya intens yang kuat dalam pemahaman tentang logika. Sebagai seorang filsuf dan ahli logika, Peirce berkehendak untuk menyelidiki bagaimana proses bernalar manusia.. Teori Peirce tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar, sehingga tidak mengherankan apabila dia menyimpulkan bahwa semiotik tidak lain dan tidak bukan adalah sinonim bagi logika itu sendiri. (Peirce :1991)


(24)

8

Menurut peneliti, dalam kaca mata Charles Sanders Pierce, foto juga termasuk dalam sebuah tanda yang dapat dimaknai. Karena di dalam foto terdapat ketiga unsur dalam pembagian struktur yang dikemukakannya. Antara lain latar dari tanda, unsur kenyataan tanda, dan interpretasi kenyataan tanda. Apa yang peneliti tangkap, untuk menafsirkan sebuah tanda, seseorang tidak memiliki batasan atau larangan tertentu dalam penafsirannya. Pada dasarnya kita hanya berpikir dalam tanda. Karena itu Pierce juga melihat tanda sebagai unsur dalam komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah kedalam bentuk beberapa pertanyaan, yang berguna untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Menurut Charles Sanders Pierce, identifikasi masalah menjelaskan rincian masalah atau konsep yang akan diteliti, serta dirumuskan dalam sebuah frase yang lengkap, dimana peneliti membuat perumusan poin-poin sebagai berikut.

1.2.1 Rumusan masalah Makro

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada latar belakang masalah penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu pertanyaan makro sebagai berikut :

“Bagaimana Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker ( Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce Mengenai Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker) ?”


(25)

1.2.2 Rumusan masalah Mikro

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat mengambil tiga pertanyaan (pertanyaan mikro) yang dikenal sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Representamen pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker? 2. Bagaimana Object pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker?

3. Bagaimana Interpretant pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker? 1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui produksi makna melalui bahasa, dengan menggunakan metode semiotik, sedangkan teori semiotik yang dipakai adalah teori semiotik dari Charles Sanders Pierce yang digunakan untuk mengetahui makna pesan yang terdapat pada Foto Glamor Karya Zoky Zoker.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mengupas makna pesan dalam Foto Glamor Karya Zoky Zoker dengan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce.


(26)

10

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Representamen pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

2. Untuk mengetahui Object pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

3. Untuk mengetahui Interpretant pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi acuan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu komunikasi. Dan sebagai wawasan baru bagi mahasiswa maupun mahasiswi pada umumnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman yang lebih bagi peneliti. Khususnya memahami dalam meneliti bentuk media komunikasi melalui proses penyampainnya dilihat dari sudut pandang suatu karya foto glamor.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas/ Lembaga

Bagi universitas, dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang berhubungan dengan disiplin Ilmu Komunikasi. Penelitian ini dapat dijadikan literatur, dalam menambah wawasan, dan masukan bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.


(27)

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan juga bisa menambah wawasan baru bagi masyarakat luas khususnya mengenai ruang lingkup lain dalam dunia fotografi, khususnya dalam perkembangan foto glamor.


(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Terdahulu

Studi terdahulu penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Selain sebagai bahan komparasi serta refrensi, studi terdahulu juga bertujuan untuk memetakan posisi penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dengan sasaran peneliitian.

Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.

Di bawah ini adalah tabel penelitian yang relevan yang telah peneliti pilih sesuai keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.


(29)

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan No. Nama Peneliti Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1 Maulana Gisaf

(Universitas Komputer Indonesia) “Konsep Diri Seorang Fotografer Dalam Menghasilkan Foto

Glamour” di Kota

Bandung”

Kualitatif pengetahuan fotografer yang dimiliki selain pengetahuan teknis fotografi dalam menghasilkan karya foto glamour, adalah fashion, make-up artist, lighting serta spirit zaman. Harapan fotografer dalam menghasilkan karya foto glamour yang paling utama adalah kepuasan diri dan pencapaian selanjutnya mendapatkan apresiasi atau penghargaan. Fotografer memiliki penilaian dalam menjaga nilai-nilai hak cipta foto dan keaslian karyanya masing-masing. 2 Didin

Rohendi (Universitas Komputer Indonesia) Analisis Semiotika Tentang Foto Tragis Anak Kecil Dalam Konflik Di Sudan Tahun 1993

Kualitatif menggunakan analisis semiotika (semiotic analysis) Charles Sander Pierce dan menunjukan bahwa tanda dalam foto tragis anak kecil dalam konflik di Sudan tahun 1993 adalah seekor burung pemakan bangkai dan


(30)

14

menunjukan bahwa tanda dalam foto tragis anak kecil dalam konflik di Sudan tahun 1993 adalah seekor burung pemakan bangkai dan latar tempat.

Berdasarkan Objek adalah sosok anak kecil kurus kering. Dan berdasarkan interpretant adalah adanya peristiwa kelaparan yang sedang melanda Sudan yang menyebabkan

banyaknya kematian.

Melihat hasil terdahulu yang telah dipaparkan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama yaitu mengenai fotografi. Namun yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti mengambil fokus fotografi dari sudut pandang Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker.

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Secara morfologis, terminologi komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communis atau Communicatio, yang dalam bahasa Inggris Common yang memiliki arti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna atau kesamaan arti (commonness). Dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung apabila adanya kesamaan makna.


(31)

(Effendy, 2004:9).

Komunikasi juga dapat berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dan komunikan dengan tujuan mengubah sikap, opini, atau pandangan/prilaku orang lain tentang pesan yang disampaikan. Walaupun demikian tidak semua pesan yang disampaikan itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan bahkan ada kesalahan maksud dalam penerimaan pesan tersebut, untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang efektif.

Mulyana (2000: 61-69) mengungkapkan pengertian komunikasi dalam pandangan:

1. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah

Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari seseorang misalnya instruktur kepada pihak lain (peserta pelatihan), baik langsung melalui suatu tatap muka ataupun tidak langsung melalui suatu media. Gambaran peristiwanya, seseorang atau organisasi mempunyai suatu informasi kemudian disampaikan kepada orang lain, dan orang lain itu menerima informasi tersebut baik dengan cara mendengarkan atau dengan cara membaca (suatu quiz). Komunikasi yang terjadi berorientasi pada pesan a message-centered philosophy of communication. Keberhasilan komunikasi seperti ini terletak pada penguasaan fakta atau informasi dan pengaturan mengenai cara-cara penyampaian fakta atau informasi tersebut.

2. Komunikasi Sebagai Interaksi


(32)

aksi-16

reaksi secara bergantian baik verbal ataupun non-verbal. Gambaran peristiwanya, seseorang menyampaikan suatu informasi kemudian pihak penerima informasi itu memberikan respon atas informasi yang diterimanya itu untuk kemudian pihak pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang atau pihak kedua, dan seterusnya. Komunikasi demikian berorientasi pada pembicara a speaker-centered philosophy of communication dan mengabaikan kemungkinan seseorang bisa mengirim dan atau menerima informasi pada saat yang sama. Di sini unsur umpak balik (feed-back) menjadi cukup penting. Bagaimana pihak pengirim dan penerima suatu informasi bisa silih berganti peran karena persoalan umpan balik.

3. Komunikasi Sebagai Transaksi

Komunikasi sebagai transaksi merupakan suatu proses yang bersifat personal karena makna atau arti yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Penafsiran di atas merupakan suatu informasi melalui proses penyandian (encoding process) dan melalui penyandian kembali (decoding process) dalam peristiwa komunikasi baik atas perilaku verbal ataupun atas perilaku non-verbal bisa amat bervariasi. Peristiwanya melibatkan penafsiran yang bervariasi dan pembentukan makna yang lebih kompleks. Komunikasi tidak membatasi pada kesengajaan atau respon yang teramati melainkan pula mencakup spontanitas, bersifat simultan dan kontekstual. Komunikasi ini berorientasi pada arti baru yang terbentuk, biasa disebut a meaning-centered philosophy of communication.


(33)

Para ahli komunikasi mendefinisikan proses komunikasi sebagai

Knowing what he wants to communicate and knowing how he should deliver his message to give it the deepest penetration possible into the minds of his audience”. Definisi tersebut mengindikasikan, bahwa karakter komunikator selalu berusaha meraih keberhasilan semaksimal mungkin dalam menyampaikan pesan

deepest penetration possible”, artinya pengertian komunikasi bersumber dari gagasan komunikator yang ingin disampaikan kepada pihak penerima, dengan segala daya dan usaha bahkan tipu daya agar pihak penerima tersebut (komunikan) mengenal, mengerti, memahami dan menerima “ideologinya” lewat pesan–pesan yang disampaikan (Purwasito, 2003 :195).

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, ada pula yang mengartikan saling tukar-menukar pikiran dan pendapat. Gode (dalam Wiryanto, 2004: 6) memberikan pengertian mengenai komunikasi sebagai suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa orang. Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirim simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang komunikator. Everet M. Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto, 2004: 6) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang ada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.


(34)

18

Definisi-definisi di atas belum bisa mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun, paling tidak kita memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Shannon & Weaver (dalam Wiryanto, 2004:7), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Adapun definisi komunikasi menurut Katz (1978) merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasi-informasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain- lain dari penyampai atau komunikator kepada penerima atau komunikan. Dalam komunikasi yang terpenting yaitu adanya pengertian bersama dari lambang-lambang tersebut, oleh karenanya komunikasi juga merupakan proses sosial. Dengan demikian dapat ditarik suatu inti dari teori ini, yaitu komunikasi memungkinkan manusia dapat saling bertukar informasi, ide ataupun pemikiran serta pengetahuan berikut konsep kepada orang lain.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa:

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang untuk mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Hafied, 2005:18)


(35)

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat.

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang umum atau bersama-sama.

A process by which a source transmits a message to a reciever through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beberapa saluran) Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4).

“It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some.” (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang) Gode (1969: 5).

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh

Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” ilmu komunikasi


(36)

20

penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2004:10).

Menurut Hovland, dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku

“Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” mendefinisikan komunikasi sebagai

berikut : proses mengubah perilaku orang lain. (communications is the process to modify the behavior of other individuals). (Effendy, 2004: 10).

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku oranglain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan di atas.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who, Says what, In which channel, To whom, With what effect?”


(37)

Paradigma Lasswell tadi menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni:

1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message)

3. Komunikan (communicant,communicate, receiver) 4. Media (channel)

5. Efek (effect, influence). (Effendy, 1990: 10)

Jadi berdasarkan paradigma dari Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang kemudian menimbulkan efek tertentu.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Pikiran bisa juga merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya.

Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981),

adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi

adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat


(38)

22

2.1.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who says what in which channel to whom with what effect?, atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana. Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi, yaitu:

1. Komunikator atau sumber (source)

Komunikator atau sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang, sekelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan Negara, yang mempunyai kebutuhan bervariasi, dari mulai sekedar menyapa, menghibur, menyampaikan informasi, dan lain sebagainya. Komunikator harus bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang idealnya dapat dipahami oleh penerima pesan.

2. Pesan

Yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang dapat mewakili perasaan, pikiran, nilai, atau maksud komunikator. Pesan mempunyai tiga komponen, yaitu: makna, simbol, dan kata-kata.

3. Media atau saluran

Yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung (tatap muka) ataukah bermedia.


(39)

4. Komunikan atau penerima

Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang diterimanya menjadi suatu gagasan yang dapat dipahami. Proses ini dibsebut penyandian balik (decoding)

5. Efek

Yaitu apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, perubahan perilaku, dan sebagainya.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Secara sederhana komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses atau aliran mengenai suatu pesan atau informasi bergerak dari suatu sumber (pengirim) hingga penerima dan berlangsung dinamis. Suatu penyimpangan yang terjadi dalam komunikasi pada dasarnya merupakan akibat dari rintangan yang tidak dapat teratasi.

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif : 1. Perspektif psikologis


(40)

24

kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.

2. Perspektif mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal. Komunikasi ini dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

a. Proses komunikasi primer

Adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.

b. Proses komunikasi sekunder

Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.

c. Proses komunikasi linier

Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

d. Proses komunikasi sirkular

Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.


(41)

Secara skematis proses komunikasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

Sumber: Effendi, 1984 :18

Unsur-unsur dalam proses komunikasi di atas adalah sebagai berikut (Effendi, 1984: 18-19):

1. Sender

Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding

Penyandian, yakni proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambang. 3. Message

Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media


(42)

26

komunikan. 5. Decoding

Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver

Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan 8. Feedback

Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise

Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

2.1.3 Tinjauan Tentang Fotografi

Fotografi berasal dari kata foto yang artinya sinar dan graphos yang artinya menulis/ melukis dengan sinar. Jadi fotografi secara harfiah diartikan

sebagai “menulis/ melukis dengan sinar”. Dalam seni rupa, fotografi memang

fenomena yang muncul dan berkembang secara menajubkan. Sejarah mencatat hal tersebut dalam bentuk tahapan-tahapan perkembangan fotografi dari masa le masa, dari yang paling sederhana sampai yang modern.


(43)

“The origin of photography has been tracked back to 1839, when Louis J. M. Daguerre, of Paris, invited a positive image process for making portraits,… but these positive image could not be duplicated. A few years after Daguerre’s technique has been develop, an Englishman, William H. Fox- Tolbot, Introduced the negative – positive process that continues in use today”. ( Interpretation Of Acrial Photographs by Thomas Eugene Avery)

“Fotografi yang asli memulai jejaknya pada 1839, ketika Louis J. M.

Daguerre, seorang Paris, menemukan proses gambar positif untuk membuat foto potret,.. tetapi gambar positif itu tidak bisa digandakan. Beberapa tahun kemudia setelah penemuan teknik Daguerre, William H. Fox- Tolbot, seorang Inggris, membuat negative – positif yang masih

digunakan sampai sekarang”. ( Interpretation Of Acrial Photographs by Thomas Eugene Avery)

Dalam buku lain disebutkan bahwa :

“Fotografi, dengan berakhirnya masa Barok, telah membebaskan seni

rupa dari obsesinya akan kemiripan. Seni lukis pada dasarnya sia-sia berusaha untuk membentuk ilusi dan ilusi itu menandai bagi seni. Sedangkan fotografi dan sinema merupakan temuan yang pasti memuaskan, dan secara esensinya sendiri, obsesi akan realism, Fotografi memanfaatkan suatu pengalihan dan realitas benda ke reproduksi, Fotografi memang muncul sebagai peristiwa yang paling penting dalam sejarah seni rupa”. ( Qu’est – ce Que Le Cinema karya Andre Bazin, Penerjemah Dr. Rahayu S. Hidayat )

Kutipan kedua buku di atas erat hubungannya dengan permulaan adanya foto yang beredar selama ini, mencermati cuplikan buku dapat diartikan secara keseluruhan bahwa fotografi adalah fenomena luar biasa dalam sejarah seni rupa.


(44)

28

2.1.3.1 Pengertian Semiotik

Semiotik atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk menganalisis sistem simbolik dengan cara sistematis. Meski semiotik mengambil model awal dari bahasa verbal, bahasa verbal hanyalah satu dari sekian banyak sistem tanda yang ada di muka bumi. Kode morse, etiket, matematika, musik, rambu-rambu lalu lintas masuk dalam jangkauan ilmu semiotik. Tanda adalah sesuatu yang merepresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain (di dalam benak seseorang yang memikirkan) (Denzin, 2009: 617).

Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna sebelum dipergunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa, sedangkan bahasa sebeleum digunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa). Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut itu disebut semiotik (Pradopo, 2007: 121).


(45)

2.1.3.2 Ciri-ciri dan Sifat Semiotik

Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning). Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang lebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda

yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan

yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.

Semiotik yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu :

a) tanda,

b) acuan tanda, dan c) pengguna tanda.


(46)

30

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda

2.1.3.3 Aplikasi Semiotik

Adapun beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak pilihan kajian semiotika dalam domain komunikasi antara lain :

1) Media

Mempelajari media adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Dalam konteks media massa, khusunya media cetak kajian semiotik adalah mengusut ideologi yang melatari pemberitaan.

Untuk teknik – teknik analisnya sendiri, secara garis besar yang diterapkan adalah :

a) Teknik kuantitatif

Teknik ini adalah teknik yang paling dapat mengatasi kekurangan dalam objektivitas, namun hasilnya sering kurang mantap. Ciri – ciri yang dapat di ukur dinyatakan sebagai tanda merupakan titik tolak penelitian ini. hasil analisis kuantitatif selalu lebih spektakuler namun sekaligus selalu mengorbankan ketahanan uji metode – metode yang digunakan.( Van Zoest, 1993:146-147)

b) Teknik kualitatif

Pada analisis kualitatif, data – data yang diteliti tidak dapat diukur secara matematis. Analisis ini sering menyerang masalah yang berkaitan dengan


(47)

arti atau arti tambahan dari istilah yang digunakan.

Tiga pendekatan untuk menjelaskan media (McNair, 1994, dalam Sudibyo, 2001:2-4), yaitu :

1. Pendekatan Politik-Ekonomi

Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan - kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media.

2. Pendekatan Organisasi

Bertolak belakang dengan pendekatan politik-ekonomi, pendekatan ini menekankan bahwa isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan - kekuatan eksternal pengelola media.

3. Pendekatan Kulturalis

Merupakan pendekatan politik-ekonomi dan pendekatan organisasi. Proses produksi berita dilihat sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media. Media pada dasarnya memang mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan – kekuatan politik-ekonomi di luar media.

Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Namun, pada praktiknya apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan.

Terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan. Media menyunting


(48)

32

bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebar luaskan.

Tiga zona dalam teori media menurut Berger dan Luckman :

a) Orders and practices of signification = Tatanan dan praktik – praktik signifikasi.

b) Orders and practises of power = Tatanan dan praktik – praktik kekuasaan.

c) Orders and practises of production = Tatanan dan praktik – praktik produksi.

Praktik – praktik kekuasaan media memiliki banyak bentuk ( John B. Thomson, 1994) antara lain:

a) Kekuasaan Ekonomi --- dilembagakan dalam industri dan perdagangan. b) Kekuasaan Politik --- dilembagakan dalam aparatur negara

c) Kekuasaan Koersif --- dilembagakan dalam organisasi militer dan paramiliter.

2) Periklanan

Dalam perspektif semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan, yang terdiri atas 2 lambang yakni lambang verbal (bahasa) dan lambang non verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan). Dalam menganalisis iklan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Berger) :

a) Penanda dan petanda b) Gambar, indeks, simbol


(49)

c) Fenomena sosiologi

d) Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk e) Desain dari iklan

f) Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut.

Lain halnya dengan model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu :

a) Pesan Linguistik — Semua kata dan kalimat dalam iklan

b) Pesan yang terkodekan — Konotasi yang muncul dalam foto iklan c) Pesan ikonik yang tak terkodekan — Denotasi dalam foto iklan

3) Tanda Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah semua tanda yang bukan kata – kata dan bahasa. Tanda – tanda digolongkan dalam berbagai cara :

a) Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui manusia melalui pengalamannya.

b) Tanda yang ditimbulkan oleh binatang

c) Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, bersifat verbal dan nonverbal.

Namun tidak keseluruhan tanda - tanda nonverbal memiliki makna yang universal. Hal ini dikarenakan tanda - tanda nonverbal memiliki arti yang berbeda bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotik pada tanda nonverbal, yang penting untuk diperhatikan adalah pemahaman tentang


(50)

34

bidang nonverbal yang berkaitan dengan benda konkret, nyata, dan dapat dibuktikan melalui indera manusia.

Pada dasarnya, aplikasi atau penerapan semiotik pada tanda nonverbal bertujuan untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat pada benda – benda atau sesuatu yang bersifat nonverbal. Dalam pencarian makna tersebut, menurut Budianto, ada beberapa hal atau beberapa langkah yang perlu diperhatikan peneliti, antara lain :

1) Langkah Pertama — Melakukan survei lapangan untuk mencari dan menemukan objek penelitian yang sesuai dengan keinginan si peneliti. 2) Langkah Kedua — Melakukan pertimbangan terminologis terhadap

konsep –konsep pada tanda nonverbal.

3) Langkah Ketiga — Memperhatikan perilaku nonverbal, tanda dan komunikasi terhadap objek yang ditelitinya.

4) Langkah Keempat — Merupakan langkah terpenting —– menentukan model semiotika yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Tujuan digunakannya model tertentu adalah pembenaran secara metodologis agar keabsahan atau objektivitas penelitian tersebut dapat terjaga.

4) Film

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika.

Van Zoest —– film dibangun dengan tanda semata - mata. Pada film digunakan tanda - tanda ikonis, yakni tanda - tanda yang menggambarkan


(51)

sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar.

Sardar & Loon ——– Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk – bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan.

Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris. Menurutnya, penanda (signifant) sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena.

5) Komik – Kartun - Karikatur

Sebelum memasuki pembahasan, terlebih dahulu kita ketahui apa yang dimaksud dengan komik, kartun, serta karikatur.

Komik adalah cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang pada umumnya mudah dicerna dan lucu. Komik sendiri dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, comic strips dan comic book. Komik


(52)

36

bertujuan utama menghibur pembaca dengan bacaan ringan, cerita rekaan yang dilukiskan relatif panjang dan tidak selamanya mengangkat masalah hangat meskipun menyampaikan moral tertentu. Bahasa komik adalah bahasa gambar dan bahasa teks.

Kartun adalah sebuah gambar lelucon yang muncul di media massa, yang hanya berisikan humor semata, tanpa membawa beban kritik sosial apapun. Pada dasarnya, kartun mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas namun tajam dan humoristis sehingga tidak jarang membuat pembaca senyum sendirian.

Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriyahnya untuk tujuan mengejek (Sudarta,1987). Empat teknis yang harus diingat sebagai karikatur adalah, harus informatif dan komunikatif, harus situasional dengan pengungkapan yang hangat, cukup memuat kandungan humor, harus mempunyai gambar yang baik. Semula karikatur hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangannya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar – gambar lucu dan menarik bahkan tidak jarang membuat orang yang dikritik justru tersenyum.

Tommy Christomy — Secara formal proses semiosis yang paling dominan dalam kartun adalah gabungan atau proposisi (visual dan verbal) yang dibentuk oleh kombinasi tanda argumen indexical legisign.

Untuk menganalisis kartun atau komik-kartun, setidaknya kita menempatkan diri sebagai kritikus agar secara leluasa dapat melakukan penilaian


(53)

dan memberi tafsiran terhadap komik-kartun tersebut.

Setiawan ---- Komik-kartun penuh dengan perlambangan – perlambangan yang kaya akan makna. Selain dikaji sebagai teks, secara kontekstual juga dilakukan yakni dengan menghubungkan karya seni tersebut dengan situasi yang sedang menonjol di masyarakat. Dalam pandangan Setiawan hal ini di maksudkan untuk menjaga signifikasi permasalahan dan sekaligus menghindari pembiasan tafsiran.

6) Sastra

Santosa — Dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna semiotik.

Aminudin — Wawasan semiotika dalam studi sastra memiliki tiga asumsi :

a) Karya sastra merupakan gejala komunikasi yang berkaitan dengan pengarang, wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca.

b) Karya sastra merupakan salah satu bentuk pengunaan sistem tanda (system of signs) yang memiliki struktur dalam tata tingkat tertentu. c) Karya sastra merupakan fakta yang harus direkonstruksikan pembaca


(54)

38

Sasaran kajian sastra secara ilmiah bukan pada wujud konkret wacananya, melainkan pada metadiscourse atau bentuk dan ciri kewacanaan yang tidak teramati secara konkret

Junus Pradopo —- Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Strukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan semiotika karena karya sastra merupakan struktur tanda – tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra atau karya sastra tidak dapat dimengerti secara optimal.

Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotika, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda – tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Preminger —— Studi semiotika sastra adalah usaha untuk menganalisis sistem tanda – tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan konvensi – konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.

7) Musik

Sistem tanda musik adalah oditif. Bagi semiotikus musik, adanya tanda

– tanda perantara, yakni, musik yang dicatat dalam partitur orkestra, merupakan jalan keluar. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik semula terutama terarah pada sintaksis. Meski demikian, semiotika tidak dapat hidup hanya dengan mengandalkan sintaksis karena tidak ada semiotik tanpa semantik, juga tidak ada


(55)

semiotik musik tanpa semantik musik.

Aart van Zoest —– Tiga kemungkinan dalam mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan perasaan :

a) Untuk menganggap unsur – unsur struktur musik sebagai ikonis bagi gejala – gejala neurofisiologis pendengar

b) Untuk menganggap gejala – gejala struktural dalam musik sebagai ikonis bagi gejala – gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal

c) Untuk mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan perasaan yang dimunculkan musik lewat indeksial

Untuk menganalisis musik tentu juga diperlukan disiplin lain, misalnya ethnomusicology dan antropologi. Dalam ethnomusicology, musik dipelajari melalui aturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, agama, dan falsafah.

2.2 Tinjauan Semiotika Komunikasi Visual

Definisi semiotika komunikasi visual dalam buku Sumbo Tinarbuko yang berjudul Semiotika Komunikasi Visual adalah: “Sebuah upaya memberikan sebuah intepretasi terhadap keilmuan semiotika itu sendiri, yaitu sebagai sebuah

metode pembacaan karya komunikasi visual.” (Tinarburko, 2008:11)

Sebagai sebuah upaya interpretasi, Sumbo menawarkan sebuah kebenaran tentang semiotika komunikasi visual, di samping kebenaran- kebenaran lain yang di tawarkan oleh penulis lain, dengan argumen, nalar dan sistematika yang dikembangkannya masing-masing.


(56)

40

Dilihat dari sudut pandang semiotika, komunikasi visual adalah sebuah sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. Fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi (satu atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasi oleh media tertentu.

Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi, tetapi bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi (signification), yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna. Ini berbeda dengan bidang lain, seperti seni rupa (khusunya seni rupa modern) yang tidak mempunyai fungsi khusus komunikasi seperti itu, akan tetapi ia memiliki fungsi signifikasi. Fungsi signifikasi adalah fungsi dimana penanda (signifer) yang bersifat kongkret dimuati dengan konsep-konsep abstrak atau makna yang secara umum disebut petanda (signified). Dapat dikatakan disini, bahwa meskipun semua muatan komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya masih mempunyai muatan signifikasi, yaitu muatan makna.

Semiotika komunikasi mengkaji tanda dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yang melibatkan berbagai elemn komunikasi, seperti saluran (channel), sinyal (signal), media, pesan, kode (bahkan juga noise). Semiotika komunikasi menekankan aspek produksi tanda (sign production) di dalam berbagai rantai komunikasi, saluran dan media ketimbang sistem tanda (sign system). Didalam


(57)

semiotika komunikasi, tanda ditempatkan dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.

2.3 Tinjauan Foto Glamor

2.3.1 Pengertian Foto Glamor

Foto glamor (Glamour photo) itu sendiri merupakan hasil karya dari Fotografi Glamor (Glamour Photograph), dimana:

Fotografi Glamor, adalah aliran dalam fotografi yang berkaitan dengan unsur keindahan bentuk tubuh seseorang atau beberapa model (umumnya kaum perempuan). Beberapa aliran menggunakan teknik yang disebut soft look, yaitu gambar dibuat lunak, kurang kontras (soft) dan remang-remang, sehingga dapat menimbulkan keindahan, kelembutan serta daya tarik tersendiri. (Nugroho, 2006 :158)

Kata glamor, jika diartikan dan menelaah menurut salah seorang ahli, “Glamour is a subject that’s always sells, but ask ten people what glamour is and you’ll receive ten different answers.” (Glamor adalah sesuatu yang menjual, akan tetapi bila bertanya kepada 10 orang maka anda akan mendapatkan 10 jawaban yang berbeda-beda.” (Gowland, 1957 : 5)

Dalam aktualisasi dan penggunaannya, foto glamor sering dikombinasikan. Foto glamor sering dipadukan dengan fashion, sehingga sering kita dengar fashion glamor, foto dengan tema ini pun menjadi semarak. Karena fashion dianggap bisa menimbulkan mood (suasana hati). Sesuai dengan perkataan Peter Gowland dalam bukunya, How To Take Glamour Photos, “With fashion photography, you are creating a mood on paper”. Bagaimana cara


(58)

42

mengambil beberapa foto glamor (dengan fotografi fashion, kamu membuat suasana di atas kertas/media) (Gowland, 1957: 94)

Fotografi glamor termasuk dalam aliran fotografi dimana perempuan dijadikan subjek fotografi. dan digambarkan dalam keadaan romantis atau memikat seksual. Perempuan yang di jadikan Subjek dapat berpakaian lengkap atau setengah telanjang. Akan tetapi fotografi glamor berhenti secara singkat dan dapat membangkitkan ketertarikan penonton terutama kaum pria, dan terlihat menjadi fotografi pornografi.

Fotografi Glamor umumnya merupakan citra yang terdiri dari subjek perempuan dalam posisi diam di tempat. Subyek fotografi glamor sering terdiri dari model profesional, dan foto-foto biasanya ditujukan untuk penggunaan produk atau jasa yang bersifat komersial, termasuk yang diproduksi secara massal kalender , Pinups dan untuk majalah pria , seperti Playboy , tetapi subjek perempuan yang amatir atau tidak profesional terkadang masih digunakan. dan kadang foto-foto dimaksudkan untuk penggunaan pribadi dan pribadi saja. Fotografer biasanya menggunakan kombinasi kosmetik , pencahayaan dan teknik airbrushing untuk menghasilkan foto yang dapat menarik penonton.

Seiring berjalannya wakru. ada banyak orang serta fotografer yang mungkin menemukan perbedaan antara fotografi glamor atau fotografi fashion . Meskipun mereka adalah sama dalam aspek-aspek tertentu , akan tetapi fotografi glamor adalah tentang memotret model perempuan untuk membawa subjek atau model untuk keluar pada kunci tertentu dan bukan untuk tujuan pornografi. Standar daerah fotografi glamor telah berubah dari waktu ke waktu dan


(59)

mencerminkan perubahan dalam moral sosial . Pada awal 1920-an , fotografer dari Amerika Serikat seperti Ruth Harriet Louise mengambil gambar selebriti untuk menambahkan konsep glamor untuk perawakan mereka. Selama Perang Dunia II, konsep glamor mengambil bentuk lain dan ditampilkan dalam bentuk Pinups dari bintang film berpakaian minim . dan ini terjadi di kalangan tentara AS. (Ruth Harriet Louise:1920)

Perubahan yang berdampak paling penting datang melalui majalah Playboy, yang merupakan majalah pertama berperan dalam memberikan nama baru untuk fotografi glamor. Majalah ini adalah majalah pertama yang memiliki fokus pada model telanjang dan target adalah konsumen mainstream . Hugh Hefner menerbitkan majalah edisi pertama Playboy di Desember 1953 dengan Marilyn Monroe di sampulnya . dan foto bugil Monroe yang dicetak di bagian dalam isi majalah, yang meningkatkan citra dan juga ditundukkan kemarahan publik. Perubahan pun terjadi pada fotografi glamor, ada beberapa majalah glamor populer sudah mulai membalikkan tren dengan lebih memfokuskan pada kemewahan dan kurang pada ketelanjangan. Beberapa majalah ini meliputi Maxim dan FHM.


(60)

44

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran yang mendasari peneliti tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupun konseptual. Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, sebagai berikut:

2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam Penelitian ini, peneliti ingin mengupas makna di balik foto glamor karya Zoky Zoker dengan Metode Kualitatif pedekatan Semiotik model Charles Sanders Pierce. “Menurut Charles Sanders Pierce salah satu bentuk adalah kata. Sedangkan objek adalah tanda yang ada dalam benak seseorang, maka

munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.” (Sobur,

2002:115).

Charles Sanders Pierce juga mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kedua, dan penafsiran unsur pengantara adalah contoh dari ketigaan. Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tidak terbatas, selama satu penafsiran (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi lain (yaitu dari suatu makna dan penanda) bisa ditangkap oleh penafsiran lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, penangkap) membentuk tiga jenis penafsiran yang penting. Agar bisa ada sebagai suatu tanda, makna tersebut harus ditafriskan yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.


(1)

tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

III.PEMBAHASAN

Segala sesuatu yang dapat diamati atau sengaja diamati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda bahkan pada seusatu yang abstrak sekalipun. Dalam hal ini, sebuah tanda merupakan alat yang berupa pesan untuk menemukan makna sebenarnya yang terkandung dalam foto. Metode yang dapat digunakan untuk telaan makna dan maksud terselubung dari sebuah tanda dan objek yang terdapat dalam sebuah foto, yaitu metode analisis semiotika.

Untuk mengetahui makna yang dimunculkan oleh sebuah tanda pada foto glamor karya Zoky Zoker, terlebih dahulu mengupas makna terdalam dari foto yang di maksudkan melalui tanda yang muncul pada foto tersebut. Untuk itu dalam penelitian, diuraikan makna yang terdapat dalam foto glamor tersebut melalui pembagian suatu tanda. Menurut teori semiotik yang dikemukakan Charles Sanders Pierce tanda diklasifikasi berdasarkan Representamen / Tanda, Object, dan Interpretant-nya.

Dalam ilmu tanda atau yang disebut dengan semiotik, tanda merupakan alat komunikasi yang termasuk dibutuhkan dalam keseharian. Agar tanda tersebut bisa dipahami secara benar dan sama. Maka tanda itu membutuhkan konsep yang sama supaya tidak terjadi salah pengertian. Namun pada kenyataaanya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama diantara masyarakat. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

Makna dan pesan dalam foto glamor milik karya Zoky Zoker banyak menimbulkan persepsi yang berbeda bila diartikan. Pada hasil klasifikasi peneliti mendapatkan hubungan yang erat antara tanda dan objek sehingga menghasilkan interpretant. Pada prinsip dasarnya bahwa tanda bersifat representatif yaitu sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Proses pemaknaan tanda pada teori semiotik yang peneliti dapatkan hubungan tiga titik yaitu Representamen (R) – Object (O) – Interpretant (I). (R) adalah bagian tanda yang dapat di persepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang di wakili olehnya (O). kemudian (I) adalah bagian proses yang menafsirkan hubungan antara (R) dan (O) atau yang di sebut dengan penafsiran terhadap tanda yang diamati.


(2)

Pierce juga pernah mengemukakan bahwa pemaknaan suatu tanda bertahap-tahap. Ada tahap kepertamaan (firstness) yakni saat tanda dikenali pada tahap awal secara prinsip saja. Firstness ialah keberadaan seperti apa adanya, tanpa menunju ke susatu yang lain, keberadaan dari kemungkinan yang potensial, kemudian tahap kekeduaan (secondness) saat tanda dimaknai secara individual, dan kemudian keketigaan (thirdness) saat tanda dimaknai secara tetap sebagai kovensi. (Pierce:1991)

Makna dari Representamen yang terdapat pada foto glamor karya Zoky Zoker, merupakan makna dasar atau terkecil yang terdapat dalam sebuah tanda. Dalam penelitian ini yaitu tanda-tanda yang terdapat dalam foto glamor karya Zoky Zoker ini, berada pada komposisi atas elemen dasar foto yaitu adanya keindahan seorang wanita, warna yang diberikan, serta adanya sebuah tulisan dalam foto glamor karya Zoky Zoker. Sehingga dapat dijadikan suatu tanda yang mempunyai makna yang tersembunyi

Sementara makna dari Object, merupakan makna gabungan atau terbentuk dari hubungan tanda dan Object. Makna ini timbul apabila adanya unsur penggabungan antara satu tanda dengan objek lainnya. Selain itu, dalam penelitian ini, makna dari objek diungkapkan berdasarkan interpretasi peneliti yang tertuang dalam foto glamor tersebut.

Untuk Interpretant merupakan pemahaman makna berdasarkan penerima tanda dalam hal ini adalah peneliti, Interpretant dari peneliti ditambah dari hasil wawancara dengan fotografernya langsung. Peneliti juga mendapatkan Interpretant yang penting dari foto glamor tersebut, bahwa makna yang terdapat didalam foto itu terdapat sebuah kunci sukses untuk meraih keindahan atas hasil foto, dan keindahan itu tidak hanya didasari oleh sebuah peralatan dan kemampuan individu fotografer saja. Tetapi dapat peneliti ketahui, jika menggunakan sebuah rasa di dalamnya, seorang fotografer mampu menghadirkan sebuah foto yang indah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan sebuah foto glamor terletak pada kata “indah”, setelah peneliti perdalam ternyata kata “indah” adalah sebuah Item saja. Masih ada dibalik kata “indah”, kata itu diartikan sebagai kesempurnaan atas semua komposisi dan elemen yang terletak pada foto tersebut. Sehingga apa yang dimaksud oleh peneliti kata “indah” itu memiliki sebuah entitas yang dikagumi atau memiliki landasan yang dikaitkan dengan kesempurnaan foto glamor tersebut.

Untuk itu, peneliti mengandalkan analisis semiotika dengan menggunakan penganalisisan makna Representamen, Object dan Interpretant yang terkandung dalam foto galmor karya Zoky Zoker ini, dalam menemukan makna yang terkandung dan


(3)

tersembunyi dalam sebuah tanda pada sebuah foto glamor tersebut. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Tanda-tanda merupakan merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama dengan manusia. semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia). Untuk itu, analisis semiotika dalam foto glamor karya zoker ini bertujuan untuk mengungkap makna yang tersembunyi dari sebuah tanda. Dan pada akhirnya setelah melakukan pemetaan berdasarkan teori Charles Sanders Pierce peneliti mendapatkan sebuah uraian jawaban seperti yang peneliti tuliskan pada pembahasan diatas mengenai foto glamor yang peneliti lakukan.

IV.SIMPULAN

Setelah melakukan analisis data yang didapat dalam penelitian, kemudian diuraikan pada pada sebelumnya berupa hasil penelitian dan pembahasan, maka pada Bab ini peneliti dapat memberikan simpulan dan saran, kesimpulan dan saran perlu diberikan agar menjadi masukan perbaikan dalam ilmu pengetahuan, secara spesifik keilmuan bidang ilmu komunikasi, agar terciptanya perbaikan dan perubahan menuju kearah yang lebih baik. maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Makna pada Representamen membuktikan bahwa foto glamor adalah aliran dalam fotografi yang berkaitan dengan unsur keindahan bentuk tubuh seseorang atau beberapa model (umumnya kaum perempuan). Dari keindahan tersebut muncul tanda-tanda yang menyebabkan foto glamor tersebut bisa dikatakan indah. Peneliti menyimpulkan representamen dalam hasil foto glamor karya Zoky Zoker terletak pada komposisi foto yang menimbulkan makna, bisa terlihat pada posisi objek dan latar backround dari foto glamor tersebut. Menjadikan foto tersebut mempunyai tanda yang dapat disimpulkan oleh peneliti.

2. Makna pada Object Terlihat persamaan antara tanda dengan objek yang digambarkan sebagai kostum dalam foto glamor karya Zoky Zoker tersebut. Meskipun kostum yang dipakai oleh seorang wanita tersebut sering dijumpai dikehidupan sehari-hari, namun nilai keindahan tetap melekat pada konsep yang


(4)

diberikan oleh fotografer. Dalam dimensi lain dapat diartikan bahwa model telah berhasil mengantarkan maksud pesan glamor yang dimaksudkan oleh fotografer kepada pelihat foto.

3. Makna pada Interpretant dapat dilihat dari keseluruhan foto menandakan terjadinya sesi pemotretan yang berkonsep glamor yaitu terlihat bahwa penafsiran peneliti dalam foto glamor karya Zoky Zoker tersebut adalah adanya seseorang model yang dengan indahnya menunjukan kesan glamor pada gaya yang diberikan. bahwa makna yang terdapat didalam foto itu terdapat sebuah kunci sukses untuk meraih keindahan atas hasil foto, dan keindahan itu tidak hanya didasari oleh sebuah peralatan dan kemampuan individu fotografer saja. Tetapi dapat peneliti ketahui, jika menggunakan sebuah rasa di dalamnya, seorang fotografer mampu menghadirkan sebuah foto yang indah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan sebuah foto glamor terletak pada kata “indah”, setelah peneliti perdalam ternyata kata “indah” adalah sebuah Item saja. Masih ada dibalik kata “indah”, kata itu diartikan sebagai kesempurnaan atas semua komposisi dan elemen yang terletak pada foto tersebut. Sehingga apa yang dimaksud oleh peneliti kata “indah” itu memiliki sebuah entitas yang dikagumi atau memiliki landasan yang dikaitkan dengan kesempurnaan foto glamor tersebut.

Daftar Pustaka Buku :

Bungin, B. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kendana Pemuda Media Group.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.

Fisher, Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi. Bandung: CV. Remadja Karya. Kartini,

Lexy, Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang : Bayumedia

Abrams, M.H., A Glosary Of Literary Term (New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1981) Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna (Bandung: Sinar Baru, 1988)

de De de Saussure, F., Course in General Linguistics, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1988)

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. Hoed, Benny H., “Stukturalisme, Prag-matik dan Semiotik dalam kajian Budaya,” Indonesia: Tanda yang Retak (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2002 Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal ( Jakarta: Rineka Cipta)

Van Zoest, Aart, Semiotika : Tentang Tanda, Cara kerjanya dan Apa yang kita lakukan dengannya ( Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993)

Pilliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung : Matahari Karya Ilmiah :

Gisaf, Maulana. 2011. Konsep Diri Seorang Fotografer Dalam Men ghasilkan

Foto “ Glamour” Di Kota Bandumg. Universitas Komputer Indonesia.

Didin, Rohendi. 2010. Analisis Semiotika Tentang Foto Tragis Anak Kecil Dalam Konflik Di Sudan Tahun 1993. Universitas Komputer Indonesia

Sumber Internet :

http://www.fotografer.net/

(18 November, 2012 07:05:36 PM)

http://citrastudio.com/sejarah-fotografi.html (15 November, 2012 08:05:36 AM)

http://www.kataberita.com/foto/fotografi.htm (12 November, 2012 10:05:36 AM)

http://adimahariyoirawan-iklan.blogspot.com/2012/03/pengertian-fotografer.html ( 22 November, 2013, 12:21:37 PM)

http://www.starephotography.com/articles/glamourphotography/index.php ( 22 November, 2013, 12:21:37 PM)


(6)

(2 jan 2013, 10:54 PM)

http://azizah-d-a-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61410-Umum-TEORI%20SEMIOTIK%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html (2 jan 2013, 10:58 PM)

http://tentangsastraindonesia.blogspot.com/p/resensi-buku.html (2 jan 2013, 11:18 PM)

http://sadidadalila.wordpress.com/2009/12/03/semiotika/ (14 jan 2014, 10:22.AM) http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/ (16 jan 2014, 01:27PM )

http://muhammadilmi21.blogspot.com/2012/11/semiotika-charles-sander-pierce.html (16 jan 2014, 01:39PM )

http://www.history.ac.uk/1807commemorated/media/methods/semiotics.html (16 jan 2014, 01:52PM )

http://rizkaalbarr.blogspot.com/2013/02/tanda-meliputi-ground-denotatum-dan.html (16jan 2014, 09:29PM )