8. Mudah didapat, ekonomis relatif mudah dipompakan
2.3.2 Jenis Fluida Peretak 2.3.2.1
Fluida Peretak Berbahan Dasar Air
Dapat digunakan pada reservoir minyak maupun gas dengan kapasistas pemompaan tinggi. Adapun keuntungan
fluida berbahan dasar air yaitu : a. Tidak ada bahaya kebakaran yang ditimbulkan
b. Murah mudah didapat c. Mempunyai friction loss rendah
d. Mudah sangat efektif untuk di “treat” dengan friction
loss additive e. Mempunyai viskositas rendah, sehingga mudah untuk
dipompakan hal ini sangat menguntungkan terutama pada kapasitas injeksi yang tinggi kondisi aliran
turbulen f. Mempuntai spesific gravity Sg tinggi, sehingga relatif
terhadap minyak. Dengan demikian tekanan hidrostatiknya besar mengurangi tekanan pompa yang
diperlukan untuk peretakan g. Mempunyai daya pengangkutan yang baik terhadap
proppant ke dalam retakan Adapun kerugiannya ialah sbb :
a. Kurang efektif tehadap formasi bertekanan rendah b. Kurang efektif untuk batuan formasi yang bersifat
dibasahi minya water wet formation
2.3.2.2 Fluida Peretak Berbahan Dasar Minyak
Fluida peretak jenis ini tidak dapat digunakan untuk reservoir gas, karena sangat berpotensi terjadi kebakaran.
Ada beberapa jenis fluida peretak berbahan dasar minyak yaitu :
a. Napalm Gel : bahan dasar yang digunakan ialah kerosen minyak diesel crude oil, yang dipadatkan
dengan penambahan napalm alumunium fatty acid salt. Gel ini mempunyai viskositas tinggi mampu
membawa proppant fluid loss-nya rendah b. Viscous Refined Oil : mudah didapatkan dari refinery
dan dapat dihasilkan kembali sebagai hasil produksi. Viskositasnya akan berkurang apabila bercampur
dengan fluida formasi, sehingga mudah dikeluarkan kembali setelah operasi peretakan selesai.
c. Crude Oil : minyak mentah yang pekat kental dapat digunakan sebagai fluida peretak setelah ditambah fluid
loss agent. Additive yang digunakan biasanya ialah Adormite Mark II sulfonated Alkylbenzene
d. Gelled Oil : fluida peretak ini merupakan hasil campuran minyak air dengan sedikit fatty acid soap
caustik sehingga dapat berbentuk gel. Adapun jenisnya yang paling sering digunakan ialah
gelled oil, karena selain mudah didapat, koefisien geseknya terhadap dinding pipa realtif kecil. Namun jenis fluida ini
tidak dapat digunakan untuk temperatur tinggi sistem gel- nya sangat dipengaruhi oleh kadar air serta sifat dasar
alamiah dari minyaknya.
2.3.2.3 Fluida Peretak Berbahan Dasar Emulsi
Biasanya jenis fluida ini digunakan hanya untuk lapisan karbonat. Emulsi asam HCl digunakan sebagai fluida
peretakpada formasi bertekanan tinggi diatas 250 F.
Untuk temperatu di bawah 250 F,digunakan asam HCl
dengan konsentrasi tinggi ± 28. Konsentrasi HCl yang
diperlukan, bergantung pada jenis batuan karbonat yang akan diretakkan.
Untuk bisa memilih jenis fluida peretak yang tepat,harus dilakukan uji coba laboratorium dengan cara memompakan
berbagai jenis fluida yang mungkin. Dalam pemilihan jenis cairan peretak, hal –hal yang harus dipertimbangkan
adalah sbb : 1. Sifat – sifat alamiah dari batuan yang akan
diretakkan, contohnya ialah : a. Sifat kimiawi batuan : batuan pasir batuan
karbonat b. Sifat fisik batuan : tekanan retak batuan, sifat fisik
kebasahan, temperatur, tekanan overburden, dll 2. Jenis fluida yang terkandung dalam batuan. Jenis
kanduang fluida dalam batuan cenderung mempengaruhi sifat fluida peretak
3. Ekonomis, efektif aman. Temperatur tekanan formasi harus ddijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan jenis proppant, jenis fluida peretak, konsentrasi bahan kimia additive
pengontrol sifat fisik fluida peretak. Untuk jenis fluida peretak berbahan dasar minyak, konsentrasi fluid loss
serta fluid friction additive yang diperlukan akan semakin banyak dengan makin bertambahnya temperatur.
Sedangkan untuk fluida peretak berbahan dasar asam, pada temperatur tinggi perlu ditambahkan “thickening
additive” karena kontur acid gel akan pecah pada temperatur yang tinggi.
Hal yang sama juga akan terjadi pada fluida peretak dengan bahan dasar air, tetapi pengaruh temperatur
tersebut tidak sebesar pada bahan dasar asam atau minyak. Viskositas spesific gravity Sg fluida peretak
akan bertambah dengan bertambahnya tekanan. Keadaan ini harus diperhitungkan pada waktu penentuan viskositas
dan spesific gravity Sg fluida peretak di permukaan. Bila tekanan formasi rendah, yang perlu diperhatikan ialah,
fluida peretak harus mudah dikeluarkan kembali setelah operasi selesai dilakukan.
Apabila formasi mengandung minyak berat aspal parafin, jangan digunakan fluida peretak berbahan dasar
minyak yang mempunyai API yang tinggi, karena dapat
menyebabkan pengendapan aspal parafin. Oleh karena itu fluida peretak berbahan dasar air sangat lazim bagus
digunakan untuk berbagai jenis minyak, karena mempunyai sifat fluid disperse yang tinggi.
Untuk batuan formasi yang bersifat dibasahi minyak oil wet formation, sebaiknya digunakan minyak sebagai fluida
peretak karena untuk mencegah terjadinya penurunan permeabilitas realatif minyak serta kemungkinan terjadinya
water blocking. Hal lain yang harus diperhatikan adalah efek pencampuran antara fluida peretak dengan fluida
formasi. Apakah tidak akan terjadi emulsi stabil atau
pengendapan bahan kimia scale. Untuk itu diperlukan penelitian di laboratorium terlebih dahulu.
2.3.3 Pengontrolan Sifat – Sifat Fisik Fluida Peretak