Pertumbuhan Non linier, Pendugaan Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan Domba Komposit Sumatera

PERTUMBUHAN NON-LINIER, PENDUGAAN HERITABILITAS
DAN NILAI PEMULIAAN DOMBA KOMPOSIT SUMATERA
( 50% Lokal Sumatera, 25% St. Croix, 25% Barbados blackbelly)

DIAN SUSILAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pertumbuhan Non-linier, Pendugaan
Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan Domba Komposit Sumatera (50% Lokal
Sumatera, 25% St. Croix, 25% Barbados blackbelly) adalah karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Juli 2010

Dian Susilawati
NRP. D151070061

ABSTRACT
Composite Sumatera sheep was developed using crossbreeding technique with
blood composition 50% local Sumatera sheep, 25% St. Croix and 25% Barbados
blackbelly. The non-linier growth and genetic parameters of some economically traits are
important to increase sheep productivity however, such information is rarely available in
Indonesia. The aims of this study were to determinate the best model for non-linier curve
using Gompertz and Logistic methods, as well as to estimate the heritability value of
male sheep. The data were collected from Center for Research Institute of Animal
Production, including the 665 data of Sumatera composit sheep born in 1999-2005. The
data analyses were done by using PROC NLIN and PROX MIX REML of SAS 9.0
version in order to estimate the heritability and breeding values. The result showed that
the model of Gompertz demonstrates more accurate for estimation the mature weight and
the weight at puberty than Logistic model. The heritability values of post weaning weight
estimated was low and moderate. The breeding value of Barbados blackbelly cross (BC)

estimated were higher than Composite (K). The composit Sumatera has more consistent
breeding values of birth weight, pre weaning weight than those of genotipe BC.
Keywords: non-linier growth, heritability and breeding values.

RINGKASAN
DIAN SUSILAWATI. Pertumbuhan Non-linier, Pendugaan Heritabilitas dan Nilai
Pemuliaan Domba Komposit Sumatera (50% Lokal Sumatera, 25% St. Croix, 25%
Barbados Blackbelly). Dibimbing oleh Ronny R NOOR dan SUBANDRIYO.
Domba Komposit Sumatera merupakan domba hasil persilangan antara domba
lokal Sumatera x domba St. Croix cross x domba Barbados blackbelly cross. Sifat-sifat
pertumbuhan non-linier maupun parameter genetik domba ini belum banyak dilaporkan,
padahal informasi ini dibutuhkan dalam meningkatkan produktifitas dari domba tersebut.
Tujuan penelitian adalah mencari model kurva pertumbuhan non-linier yang terbaik dari
dua model yang digunakan (Gompertz dan Logistic) serta menduga heritabilitas
berdasarkan model Gompertz dan nilai pemuliaan pada pejantan. Penelitian dilakukan
oleh stasiun percobaan Balai Penelitian Ternak di Cilebut-Bogor, Jawa Barat. Domba
yang dianalisis adalah domba kelahiran tahun 1999-2005 dengan data sebanyak 665 ekor. 
Sifat yang diamati untuk analisis pertumbuhan adalah bobot badan dewasa (A) dan titik
infleksi (Ti). Analisis kurva pertumbuhan non-linier dengan dua model, yaitu Gompertz
dan Logistic dan menggunakan Statistic Analysis System (SAS) versi 9.0 program PROC

NLIN (Non-Linier). Menggunakan persamaan kurva pertumbuhan non-linier model
Gompertz dan Logistic (Gille 2004) yaitu berturut-turut Y = A*exp(-expb-kt) serta  Y =
A/(1+b*exp-kt). Pendugaan heritabilitas dan nilai pemuliaan dilakukan dengan
menggunakan Statistic Analysis System (SAS) versi 9.0 dengan PROC MIX REML
(Restricted Maximum Likelihood). Heritabilitas diestimasi dengan menggunakan rumus
Van Vlek (1982) yaitu : h2 = (4σ2S) / (σ2s + σ2w) dan nilai pemuliaan dihitung berdasarkan
Harjosubroto (1994): NP = h2 (Pi – Pp ).
Hasil analisis pada bobot dewasa dan bobot pubertas pada jenis genotip domba
genotip BC maupun K berdasarkan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Model
Gompertz maupun Logistic pada jenis kelamin jantan berbeda nyata lebih tinggi dari
pada betina.  Jantan pada model Gompert dan Logistic berturut-turut yaitu 28.53 kg dan
24.04 kg sedangkan betina pada model Gompert dan Logistic berturut-turut yaitu 24.84
kg dan 20.66 kg. Bobot pubertas pada jenis kelamin antara jantan dan betina pada domba
genotip BC dan K dari kedua model kurva pertumbuhan non-linier ini menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata.
Bobot dewasa anak pada tipe kelahiran tunggal dan kembar pada model Gompertz
maupun Logistic pada tipe kelahiran menunjukkan hasil analisa yang tidak berbeda nyata.
Bobot pubertas anak yang di lahirkan oleh induk dengan tipe kelahiran tunggal maupun
kembar berdasarkan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Bobot pubertas
pada tipe kelahiran tunggal lebih rendah dari pada kelahiran kembar, yaitu pada model

Gopertz 11.87 kg pada 2.5 bulan untuk kelahiran tunggal dan 15.35 kg pada umur 2.4
bulan untuk kelahiran kembar sedangkan pada model Logistic 15.90 kg pada umur 2.9
bulan untuk kelahiran tunggal dan 18.81 kg pada umur 2.7 bulan untuk kelahiran kembar.
Bobot dewasa anak yang dilahirkan dari induk pada umur beranak yang berbeda
meningkat pada induk umur beranak setelah dua tahun dan menurun kembali ketika
induk umur beranak lima tahun. Hal yang serupa pada bobot pubertas, berdasarkan hasil
analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Bobot pubertas domba genotip BC maupun
K pada model Gompertz berada pada kisaran 11.26-16.09 kg dicapai pada umur 2.2-2.7
bulan sedangkan model Logistic berada pada kisaran 15.30-20.26 kg pada umur 2.7-3.1
bulan.
Bobot dewasa jantan genotip BC pada jenis kelamin yang berbeda pada model
Gompertz dan Logistic berturut-turut adalah 30.41 kg dan 24.90 kg sedangkan jantan
genotip K pada model Gompertz dan Logistic berturut-turut adalah 28.01 kg dan 23.80

kg. Bobot dewasa betina genotip BC pada model Gompertz dan Logistic berturut-turut
adalah 21.35 kg dan 19.40 kg sedangkan betina genotip K pada model Gompertz dan
Logistic berturut-turut adalah 25.95 kg dan 21.07 kg. Hal yang sama pada bobot pubertas
anak yang dilahirkan dengan jenis kelamin yang berbeda antara genotip BC dan K
berdasarkan hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Bobot pubertas pada
jantan lebih tinggi dari pada betina.

Bobot dewasa anak pada tipe kelahiran tunggal dan kembar dari genotip yang
berbeda menunjukkan hasil analisa yang tidak berbeda nyata. Hal yang sama juga
terdapat pada bobot pubertas  anak pada tipe kelahiran tunggal dan kembar dari genotip
yang berbeda berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
Perbandingan antara kedua model yaitu berdasarkan nilai  selang kepercayaan
(SK). Model Gompert lebih baik dari pada model Logistic, hal ini didasari oleh nilai
selang kepercayaan tertinggi yang didapat.
Heritabilitas bobot dewasa dan laju pertumbuhan berdasarkan hasil analisis adalah
0.28 dan 0.30 termasuk dalam kategori sedang. Pendugaan nilai heritabilitas pada titik
infleksi, bobot lahir, bobot sapih dan bobot setelah sapih berturut-turut adalah 0.19, 0.05,
0.12 dan 0.0 termasuk dalam kategori rendah.
Nilai pemuliaan bobot lahir-sapih-setelah sapih tertinggi terdapat pada domba
genotip BC. Nilai pemuliaan bobot sapih pada peringkat pertama dimiliki pejantan
dengan identitas 50001, sedangkan nilai pemuliaan bobot setelah sapih yaitu dengan
nomor identitas 50001 dan 50031. Pejantan tertinggi lahir-sapih-setelah sapih domba 
genotip K ada pada pejantan dengan identitas berturut-turut 20227, 90184 dan10105.
Kata kunci: pertumbuhan non-linier, heritabilitas, nilai pemuliaan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN NON-LINIER, PENDUGAAN HERITABILITAS
DAN NILAI PEMULIAAN DOMBA KOMPOSIT SUMATERA
( 50% Lokal Sumatera, 25% St. Croix, 25% Barbados blackbelly)

DIAN SUSILAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010 
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis

:


Nama
NRP
Program Studi

:
:
:

Pertumbuhan Non-linier, Pendugaan Heritabilitas dan Nilai
Pemuliaan Domba Komposit Sumatera (50% Lokal Sumatera,
25% St. Croix, 25% Barbados blackbelly)
Dian Susilawati
D151070061
Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Subandriyo, M.Sc.,APU.

Anggota

Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc.
Ketua

Mengetahui

Koordinator Mayor IPTP

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro. M.S.

Tanggal Ujian: 29 Juli 2010

Tanggal Lulus:
PRAKATA


Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga karya
ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis mengambil tema penelitian dengan judul yaitu
pertumbuhan non-linier, pendugaan heritabilitas dan nilai pemuliaan domba Komposit
Sumatera (50% lokal Sumatera, 25% St. Croix, 25% Barbados blackbelly).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ronny Rachman
Noor, M.Rur.Sc serta Prof. Dr. Ir. Subandriyo, M.Sc.,APU sebagai ketua dan anggota
komisi pembimbing, yang telah banyak membantu penulis baik berupa saran, arahan
maupun bimbingannya dalam penyelesaian tugas akhir ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Jakaria, S.Pt.,M.Si sebagai dosen penguji pada ujian tesis.
Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada ibu dan ayah
atas biaya yang telah dikeluarkan dalam penulis menyelesaikan sekolah, limpahan doa
dan kasih sayangnya selama ini. Terima kasih juga penulisan ucapkan kepada Zweetly
Daryono, S.Kom atas bantuan komputerisasi, informasi, tenaga, nasehat dan semangat
yang selalu diberikan untuk menyelesaikan karya tulis ini. Tak lupa juga untuk rekanrekan Pascasarjana IPB angkatan 2007, Wieda Nurwidada, S.Pt.,M.Si , Iis Yuanita,
S.Pt.,M.Si , Paskah Partogi Agung, S.Pt.,M.Si , Rohmat Diono, S.Pt.,MSi , Said Soltief,
S.Pt.,M.Si , Rajab, S.Pt.,M.Si , M. Hatta, S.Pt.,M.Si dan Agus B. Rahman, S.Pt.,M.Si
yang banyak memberikan semangat dan bantuan baik selama perkuliahan berlangsung
maupun diluar perkuliahan.

Penuh harapan tesis ini dapat bermanfaat baik untuk dunia pendidikan maupun

khalayak umum.

Bogor, Juli 2010

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 7 Maret 1981
dari ayah H. Ir. Dardjupri, M.Si dan ibu Hj. Ernawati. Penulis merupakan putri kelima
dari lima bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Manado dan melanjutkan
pendidikan sarjana pada Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Tahun 2001 penulis pindah ke kota Bogor dan masuk pada Program Studi Teknologi
Produksi Ternak, Fakultas Peternakan IPB dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang
sama penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada Program Pascasarjana IPB.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL …….………………………………………………………..

xii

DAFTAR GAMBAR …….…………………………………………………..…

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………….……………………………………………..

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….....

1

Tujuan Penelitian ……………………………………………………….

2

Manfaat Penelitian ..…………………………………………………….

2

TINJAUAN PUSTAKA
Domba Komposit Sumatera … …………………………………………

3

Pertumbuhan Domba ..………………………………………………….

6

Bobot Lahir ..………………………………………………………

7

Bobot Sapih ..……………………………………………………..

8

Pertumbuhan Non-Linier ..……………………………………………...

9

Model Gompertz .. ………………………………………………..

12

Model Logistic ..…………………………………………………..

12

Heritabilitas ..……………………………………………………………

13

Nilai Pemuliaan ..……………………………………………………….

14

MATERI DAN METODE
Lokasi Penelitian ……………………………………………………….

16

Analisis Data ……………………………………………………………

16

Pertumbuhan Non-Linier ..………………………………………..

16

Pendugaan Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan ..…………………..

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Non-linier …..……………………………………………

19

Jenis Genotip ………………………….………………………….

19

Jenis Kelamin …………. …………………………………………

21

Tipe Kelahiran ………………………….………………………...

22

Umur Beranak … …………………………………………………

24

Jenis Kelamin antar Genotip …….. ………………………………

27

Tipe Kelahiran antar Genotip ………………….. ………………..

30

Perbandingan Kedua Model ...........................................................

32

Pendugaan Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan ………..………………...

33

Heritabilitas …………. …………………………………………...

33

Nilai Pemuliaan …………………………………………………..

34

Nilai Pemuliaan Bobot Lahir …….…………………………

34

Nilai Pemuliaan Bobot Sapih ….. …………………………..

36

Nilai Pemuliaan Bobot Setelah Sapih ………………………

37

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan …..…………………………………………………………

40

Saran ………….………………………………………………………...

40

APLIKASI HASIL PENELITIAN ……………………………………………..

41

DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………………………

42

LAMPIRAN ……………………………………………………………………

46

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Model persamaan analisis kurva pertumbuhan non-linier …. …………......

17

2. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas pada jenis genotip domba Barbados
cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) dengan menggunakan kurva
pertumbuhan non-linier model Gompertz dan Logistic... ………………….

19

3. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas pada jenis kelamin domba Barbados
cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) dengan menggunakan kurva
pertumbuhan non-linier model Gompertz dan Logistic ……….……………

21

4. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas pada tipe kelahiran tunggal dan kembar
domba Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) dengan
menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz dan
Logistic …………..…………………………………………………………

23

5. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas domba Barbados cross (BC) dan
Komposit Sumatera (K) pada umur beranak yang berbeda dengan
menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz dan
Logistic ……………………………………………………………………..

25

6. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas pada jenis kelamin yang berbeda antara
genotip domba Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) dengan
menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz dan
Logistic ………..……………………………………………………………

28

7. Bobot dewasa (A), konstanta integral (b), laju pertumbuhan (k), bobot
pubertas (Ti) dan waktu pubertas pada tipe kelahiran tunggal dan kembar
antara genotip domba Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K)
dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier model Gompertz dan
Logistic ……..………………………………………………………………

30

8. Nilai selang kepercayaan (SK) pada parameter bobot dewasa (A) dan
bobot pubertas (Ti) dengan menggunakan kurva pertumbuhan non-linier
model Gompertz dan Logistic .. .....................................................................

32

9. Heritabilitas pejantan domba komposit kelahiran tahun 1999-2005
menggunakan model Gompertz dengan berbagai parameter … ……………

33

10. Nilai pemuliaan bobot lahir dari tertinggi hingga terendah pada domba
Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) kelahiran tahun 1999–
2005 ..……………………………………………………………………….

35

11. Nilai pemuliaan bobot sapih dari tertinggi hingga terendah pada domba
Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) kelahiran tahun 1999–
2005 .. ………………………………………………………………………

36

12. Nilai pemuliaan bobot setelah sapih dari tertinggi hingga terendah pada
domba Barbados cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) kelahiran tahun
1999–2005 ….………………………………………………………………

38

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Domba lokal Sumatera …………………………………………………….

3

2. Domba Barbados blackbelly ..………………………………………………

4

3. Domba St. Croix …. ………………………………………………………..

4

4. Domba Komposit Sumatera .. ………………………………………………

5

5. Pola perkawinan tiga genotip domba pembentuk St. Croix cross, Barbados
blackbelly cross dan Komposit Sumatera … ……………………………….

5

6. Kurva pertumbuhan pada ternak …………….. …………………………….

10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis non-linier model Gompertz dan Logistic pada parameter bobot
dewasa (A) …….……………………………………………………………

47

2. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada parameter genotip anak Barbados cross
(BC) dan Komposit Sumatera (K) …………….……………………………

48

3. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada parameter jenis kelamin ………………….

48

4. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada parameter tingkat kelahiran ………….......

49

5. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada parameter umur beranak …………............

49

6. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada interaksi antara genotip anak dan jenis
kelamin ….. ………………………………………………………………....

50

7. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic bobot dewasa (A) pada interaksi antara genotip anak dan tingkat
kelahiran ………………… …………………………………………………

50

8. Analisis non-linier model Gompertz dan Logistic pada parameter nilai
konstanta integrasi (b) ….. ………………………………………………….

51

9. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada parameter genotip anak Barbados
cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) ….. ……………………………….

52

10. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada parameter jenis kelamin ..……………

52

11. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada parameter tingkat kelahiran ..………..

53

12. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada parameter umur beranak ….…………

53

13. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada interaksi genotip anak dan jenis
kelamin …………. …………………………………………………………

54

14. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic konstanta integrasi (b) pada interaksi genotip anak dan tingkat
kelahiran ……………………………………………………………………

54

15. Analisis non-linier model Gompertz dan Logistic pada parameter laju
pertumbuhan (k) ……………….. …………………………………………..

55

16. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada parameter genotip anak Barbados
cross (BC) dan Komposit Sumatera (K) ……………………………………

56

17. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada parameter jenis kelamin .. …………….

56

18. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada parameter tipe kelahiran ………………

57

19. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada parameter umur beranak ..…………….

57

20. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada interaksi genotip anak dan jenis
kelamin ……… …………………………………………………………….

58

21. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic laju pertumbuhan (k) pada interaksi genotip anak dan tipe
kelahiran …….………………………………………………………………

58

22. Analisis non-linier model Gompertz dan Logistic pada parameter titik
infleksi (Ti) …………………………………………………………………

59

23. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada parameter genotip anak Barbados cross
(BC) dan Komposit Sumatera (K) ….………………………………………

60

24. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada parameter jenis kelamin …. ……………….

60

25. LS mean dan standard error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada parameter tipe kelahiran ..…………………

61

26. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada parameter umur beranak ..…………………

61

27. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada interaksi genotip anak dan jenis kelamin .…

62

28. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic titik infleksi (Ti) pada interaksi genotip anak dan tipe kelahiran …

62

29. Analisis non-linier model Gompertz dan Logistic pada parameter waktu
infleksi (Wi) ………………… ……………………………………………..

63

30. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada parameter genotip anak Barbados cross
(BC) dan Komposit Sumatera (K) ………..…………………………………

64

31. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada parameter jenis kelamin ..………………

64

32. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada parameter tipe kelahiran .. ……………...

65

33. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada parameter umur beranak ..……………...

65

34. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada interaksi genotip anak dan jenis kelamin
……..………………………………………………………………………..

66

35. LS mean dan standar error analisis non-linier model Gompertz dan
Logistic waktu infleksi (Wi) pada interaksi genotip anak dan tipe kelahiran
….…………………………………………………………………………...

66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produksi ternak dapat dilakukan melalui perbaikan genetik, nutrisi dan
manajemen. Upaya yang ditempuh oleh bidang pemuliaan ternak yaitu melalui
peningkatan mutu genetik ternaknya. Peningkatan mutu genetik dapat dilakukan melalui
dua cara yaitu seleksi dan persilangan (Martojo 1992). Kedua hal ini dapat dilakukan
dalam upaya meningkatkan mutu genetik dari suatu ternak. Peningkatan mutu genetik
melalui seleksi akan lebih mudah dilakukan jika ternak yang diseleksi tersebut memiliki
nilai pemuliaan yang tinggi, agar menghasilkan keturunan dengan performa yang tinggi
pula.
Persilangan antar bangsa sering dilakukan oleh negara yang beriklim tropis, untuk
membentuk bangsa baru yang diinginkan. Salah satu dari sekian banyak persilangan antar
bangsa yang telah dihasilkan adalah domba Komposit Sumatera. Domba ini dibentuk
oleh Balai Penelitian Ternak untuk mendapatkan bangsa baru yang unggul, agar dapat
dijadikan ternak lokal yang berkualitas tinggi.
Domba Komposit Sumatera merupakan domba hasil persilangan antara domba lokal
Sumatera x domba St. Croix cross x domba Barbados Blackbelly cross. Domba ini
dibentuk untuk memperbaiki mutu genetik khususnya untuk menghasilkan domba tipe
pedaging yang unggul serta dapat beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi yang
lembab panas sesuai dengan iklim di Indonesia. Keunggulan sifat-sifat produktivitas dari
domba Komposit Sumatra telah banyak dilaporkan, namun informasi tentang sifat
pertumbuhan non-linier secara individu maupun parameter genetik domba ini belum
banyak dilaporkan. Informasi ini dibutuhkan untuk lebih memudahkan para pemulia
dalam meningkatkan produktifitas yang diinginkan dari domba Komposit tersebut.
Berdasarkan latar belakang itulah maka dilakukan penelitian berdasarkan perbandingan
kurva pertumbuhan non-linier serta parameter genetik dari domba Komposit Sumatera
tersebut.

Tujuan Penelitian
1. Mencari model kurva pertumbuhan non-linier yang terbaik dari dua model yang
digunakan (Gompertz dan Logistic)
2. Menduga heritabilitas berdasarkan model Gompertz dan nilai pemuliaan pejantan
dalam populasi.
Manfaat penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Mendapatkan model yang terbaik dari perbandingan dua model kurva pertumbuhan
non-linier
2. Memberikan informasi tentang kemajuan genetik pada domba Komposit Sumatera
sehingga berguna bagi pertimbangan kebijakan seleksi yang tepat sesuai dengan
tujuannya.
Hipotesis Penelitian
1. Model kurva pertumbuhan yang berbeda akan memberikan tingkat keakuratan yang
berbeda pula dalam menggambarkan data lapang pada domba Komposit Sumatera.
2. Pendugaan heritabilitas serta nilai pemuliaan yang akurat akan memberikan
kecenderungan genetik yang meningkat pada domba Komposit Sumatera.

2

INJAUAN PUSTAKA
Domba Komposit Sumatera
Domba Sumatera merupakan domba asli yang terdapat di daerah Sumetera Utara.
Domba ini termasuk jenis domba ekor tipis dan merupakan jenis penghasil daging
walaupun tidak sebaik domba pedaging dari luar negeri. Pada umumnya domba ini
memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, dengan frekuensi beranak mencapai 1.82
kali dan bobot badan saat sapih mencapai 21 kg (Iniguez et al. 1991). Pola warna domba
ini biasanya putih dengan kombinasi warna bercak hitam dibagian kepala, badan dan kaki.
Bercak hitam ini juga sering ditemukan di sekeliling mata serta hidung (Mason 1980).
Domba Barbados blackbelly berasal dari Pulau Barbados yang beriklim tropis dan
merupakan domba jenis wool. Domba ini merupakan persilangan antara domba lokal
Afrika dengan domba lokal yang berasal dari daratan Eropa. Domba ini beranak pertama
kali pada umur 12-13 bulan dengan frekuensi kelahiran anak kembar sebesar 56-71%,
tergantung pada kondisi pakan dan lingkungan. Pola warna domba ini bervariasi dari
coklat muda sampai coklat tua. Perut bagian bawahnya didominasi warna hitam serta
bagian rahang bawah, dagu, kerongkongan. Bagian lain yang berwarna hitam yaitu dada,
kaki bagian belakang, bagian dalam dari telinga serta bagian mata (Rastogi 1996).
Domba St. Croix berasal dari kepulauan Virgin yang beriklim tropis. Domba ini juga
memiliki genotip sebagai domba jenis wool. Merupakan domba persilangan antara
domba Creolo dengan Wiltshire horn (Thomas dan Bradford 1990). St. Croix merupakan
domba aktif dan memiliki bentuk badan yang kompak, jinak serta tidak menampakkan
sorot mata yang liar. Pola warnanya dari putih polos hingga bercak hitam atau coklat
sampai dengan pola tiga warna. Dengan rambut wool tumbuh sebagian kecil atau
seperempat pada bagian belakang tubuh (Mason 1980).
Ketiga domba ini disilangkan oleh Balai Penelitian Ternak untuk mendapatkan
bangsa baru yang lebih unggul dari tetuanya. Balai ini menyilangkan antara domba lokal
Sumatera dengan domba St. Croix dan Barbados blackbelly, yang lebih dikenal dengan
domba Sungei Putih. Kemudian melakukan kembali persilangan antara domba lokal

3

Sumatera dengan St. Croix cross (lokal Sumatera x St. Croix) dan Barbados blackbelly
cross (lokal Sumatera x Barbados blackbelly), hasil persilangan antar bangsa ini dikenal
dengan domba Komposit Sumatera. Bagan pola perkawinan antar tiga bangsa domba ini
dapat dilihat pada Gambar 1.
St. Croix (H)
(100%)

×

Sumatera (S)
(100%)

St. Croix cross (HS)
(50% H 50% S)

×

St. Croix cross (HS)
(50% H 50% S)

Barbados blackbelly (B)
×
(100%)

×

Sumatera (S)
(100%)

Barbados cross (BC)
(50% B 50% S)

×

Barbados cross (BC)
(50% B 50% S)

interse mating
St. Croix cross (HS)
(50% H 50% S)

×

Barbados cross (BC)
(50% B 50% S)

Komposit (K)
(25% H 50% S 25% B)

×

Komposit (K)
(25% H 50% S 25% B)

interse mating
Komposit (K)
(25% H 50% S 25% B)

Gambar 1. Pola Perkawinan Tiga Bangsa Domba Pembentuk St. Croix Cross,
Barbados Blackbelly Cross dan Komposit Sumatera (Subandriyo 1996).
Domba Komposit Sumatera generasi ke-3 (K3) memiliki komponen karkas yang lebih
baik dibandingkan dengan domba Komposit Sumatera generasi ke-1(K1), generasi ke-2
(K2) maupun Barbados blackbelly cross (BC) (Triyantini et al. 2005). Selain itu juga
memiliki produktivitas yang lebih unggul dari domba ekor tipis pada kondisi lapang
(Setiadi dan Subandriyo 2007). Tipe kelahiran kembar triplet dan kuarduplet hanya
ditemukan pada perkawinan komposit (MxM) (Darmana 2000).

4

Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan merupakan kombinasi dari peningkatan berat total sel-sel tubuh dan
diferensiasi dari sel-sel tersebut. Proses diferensiasi menyebabkan terjadinya jaringan
organ ataupun bagian tubuh lainnya. Perbedaan kecepatan tumbuh dari tiap-tiap bagian
tubuh berakibat pada perubahan bentuk, ukuran tubuh serta pencapaian waktu
kedewasaan tubuh yang berbeda pada setiap pertumbuhan bagian-bagian tersebut (Warris
2000). Suparno (2005) menjelaskan perbedaan tentang pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan didefinisikan secara sederhana sebagai perubahan ukuran yang meliputi
perubahan bobot hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh sedangkan
perkembangan merupakan kemajuan gradual kompleksitas yang rendah menjadi lebih
tinggi dan ekspansi dari ukuran tubuh. Proses perubahan dimensi tubuh pada fase
pertumbuhan relatif tidak dapat berubah seiring bertambahnya umur, namun ukuran serta
bobot secara fluktuatif dapat mengalami perubahan yang ditentukan oleh faktor genetik,
lingkungan serta interaksi keduanya (Lawrence dan Fowler 2002). Menurut Soeparno
(2005) pertumbuhan seekor ternak dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis kelamin,
hormon dan kastrasi, genotip dan komposisi kimia pakan yang dikonsumsi.
Pertumbuhan paling cepat diperoleh pada saat domba berumur tiga bulan pertama,
bobot tubuh dapat mencapai 50% dari bobot ketika berumur satu tahun, serta 25% lagi
masing-masing pada tiga bulan selanjutnya dan saat enam bulan terakhir (Herman 2003).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa proses pertumbuhan pada ternak 75% terjadi hingga
mencapai umur satu tahun dan 25% lagi pada saat ternak mencapai dewasa.
Pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu periode sebelum lahir (prenatal)
dan periode setelah lahir (postnatal). Pertumbuhan post natal ini dibagi lagi menjadi
periode pertumbuhan sebelum penyapihan dan periode setelah penyapihan (Lawrence
dan Fowler 2002). Pertumbuhan setelah periode sapih pada domba memiliki hubungan
kuat dengan bobot sapih dan efisiensi pakan (Martojo 1992). Dalam menduga laju
pertumbuhan, biasanya lebih sering dilakukan pengukuran pada bobot badan untuk
dilihat pertambahannya sebab dirasakan lebih praktis dan mudah dalam pelaksanaannya.

5

Bobot Lahir
Bobot lahir adalah bobot badan pada saat ternak tersebut dilahirkan. Dalam
pelaksanaanya di lapangan penimbangan bobot anak setelah dilahirkan sangat sulit
dilakukan, oleh sebab itu bobot lahir sering didefinisikan sebagai hasil penimbangan
bobot anak dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan (Harjosubroto 1994). Bobot
lahir merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Bobot
lahir yang tinggi di atas rataan umumnya memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam
melewati masa krisis, pertumbuhannya cepat serta akan memiliki bobot sapih yang lebih
tinggi pula (Devendra dan Burn 1994).
Bobot lahir pada domba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pakan induk selama kebuntingan, tipe kelahiran anak, jenis kelamin anak dan umur induk.
Rataan bobot lahir akan menurun dengan meningkatnya jumlah anak lahir per induk
melahirkan (Elieser 2006). Induk yang mendapatkan protein konsentrat yang lebih tinggi
pada sepertiga akhir kebuntingan dapat menghasilkan anak dengan bobot lebih besar dan
daya hidup yang lebih tinggi pula (Inounu et al. 1993). Secara umum bobot lahir jantan
lebih besar daripada betina, baik pada kelahiran tunggal maupun kelahiran kembar. Umur
induk juga mempengaruhi bobot lahir pada anak, induk domba muda menghasilkan bobot
lahir anak yang lebih ringan dibandingkan dengan induk yang lebih tua. Domba dara juga
akan menghasilkan bobot lahir anak yang lebih rendah jika dibandingkan pada induk
yang telah melahirkan beberapa kali (Black 1983). Bobot induk juga mempengaruhi
bobot lahir anak. Induk yang memiliki bobot tinggi akan mendapatkan anak dengan
bobot lahir tinggi pula, begitupun sebaliknya dengan induk berbobot rendah (Tiesnamurti
2000).
Anak domba yang lahir harus memiliki bobot lahir lebih tinggi dari 1,5 kg untuk
mendapatkan daya hidup yang tinggi (Inounu et al. 1993). Bobot lahir rataan anak domba
Komposit (F1 dan F2) adalah 2,46±0,69 dan 2,19±0,71 kg, sedangkan Barbados cross dan
St. Croix cross masing-masing sebesar 2,14±0,62 dan 2,74±0,71 kg (Subandriyo 1996).
Domba jantan St. Croix memiliki rataan bobot lahir, bobot umur 30, 60 dan 90 hari
berturut-turut adalah 2,72±0,48; 6,51±1,47; 9,69±2,33 dan 11,87±2,67 kg. Bobot badan
yang dicapai anak domba jantan St. Croix menurun seiring dengan meningkatnya tipe
kelahiran (Asmarasari 2006). Rataan bobot lahir tertinggi untuk kelahiran tunggal dan

6

kembar dua pada perkawinan domba Komposit (MxM) yaitu 3,19±0,52 dan 2,35±0,50 kg.
Rataan bobot lahir keseluruhan pada perkawinan ini yaitu sebesar 2,63±0,64 kg
(Darmana 2000).
Bobot Sapih
Penyapihan adalah waktu dimana ketika anak sudah berhenti menyusu pada
induknya. Penyapihan dapat dilakukan bila anak tersebut telah memakan pakan padat.
Bobot sapih menurut Harjosubroto (1994) adalah bobot anak saat mulai dipisahkan dari
induknya. Bobot sapih biasanya disesuaikan dengan nilai rerata bobot sapih pada umur
tertentu, pada sapi dan kerbau biasanya umur sapih disesuikan pada 105 hari sedangkan
pada domba dan kambing yaitu pada umur 90 hari. Bobot sapih dipengaruhi secara nyata
(P