41
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh
corporate governance
kualifikasi audit. Corporate governance yang diuji sebagai variabel independen dalam penelitian ini merupakan struktur CG
yang terdiri dari kepemilikan terpusat mayoritas, kepemilikan internal dalam perusahaan, proporsi dewan komisaris dan jumlah anggota komite audit. Agar hasil pengujian tidak bias,
penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang dalam beberapa penelitian sebelumnya merupakan penyebab perusahaan menerima kualifikasi audit Ballesta and Garcia-Meca, 2005.
Variabel kontrol tersebut adalah ukuran perusahaan, resiko, kemampuan perusahaan memperoleh laba performen perusahaan dan likuiditas atau kemampuan perusahaan mengembalikan
hutangnya. Penelitian ini menggunakan sampel 40 perusahaan dimana 20 perusahaan mendapatkan
kualifikasi dalam laporan auditnya dan 20 perusahaan mendapatkan bukan kualifikasi dalam laporan auditnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan total sampel adalah 120 selama
periode tahun pengamatan 2003-2005. Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut.
5.1.1. Kepemilikan Terpusat
Variabel kepemilikan terpusat menunjukkan nilai koefisien yang bertanda positif dengan nilai signifikansi sebesar 0,593. Dengan demikian, meskipun pengaruhnya tidak signifikan, semakin
besar kepemilikan terpusat mayoritas dalam perusahaan maka kecenderungan perusahaan untuk mendapatkan kualifikasi dalam laporan audit semakin besar. Hal ini bertentangan dengan
pemikiran logis bahwa apabila seseorang memiliki kepemilikan yang mayoritas atas suatu perusahaan semestinya mempunyai fungsi pengendalian dan pengawasan yang lebih besar atas
42 aktivitas perusahaan sehingga kemungkinan untuk mendapatkan audit kualifikasi semakin kecil.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pemilik yang memiliki proporsi mayoritas tersebut, tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai sehingga pengendalian dan pengawasan
yang dilakukannya justru menjadikan perusahaan tidak beraktifitas sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, perusahaan lebih mempunyai kecenderungan mendapatkan
kualifikasi audit. Lebih lanjut, kembali pada teori awal yang mendasari penelitian ini,
agency theory
. Yaitu adanya pemisahan antara
agent
dan
principal
menyebabkan terjadinya asimetri informasi. Sehingga pemilik, meskipun memiliki mayoritas saham perusahaan karena memiliki informasi
yang terbatas menjadikannya tidak mempunyai banyak sumber daya untuk melakukan pengendalian dalam perusahaan. Dengan demikian kemungkinan mendapatkan kualifikasi audit
semakin besar. Seluruh kemungkinan tersbut tentu membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya.
5.1.2. Kepemilikan Internal
Variabel kepemilikan internal menunjukkan nilai koefisien yang bertanda negatif dengan nilai signifikansi sebesar 0,873. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
saat manajer perusahaan adalah salah satu pemilik saham perusahaan maka mereka akan bertindak sesuai dengan kepentingan dari perusahaan dan berusaha untuk mempersiapkan
laporan keuangan yang cenderung kurang menarik pehatian para auditor untuk mengeluarkan kualifikasi dalam laporan auditnya. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Frankforter
et al.,
2007 menyebutkan bahwa kemampuan atau kekuatan terbagi menjadi kekuatan personal dan kekuatan institusional. Seorang CEOmanajer mempunyai kekuatan personal
personal power
untuk melakukan kepemimpinan pada perusahaan. Apabila manajer tersebut ternyata
43 tidak memiliki personal power yang memungkinkannya untuk memimpin perusahaan secara
efektif, dapat dipahami apabila kepemimpinannya kurang berhasil. Sehingga walauupun manajer tersebut juga seorang pemilik mayoritas perusahaan, tetapi jika dia tidak melakukan
kepemimpinan dengan baik, maka kemungkinan mendapatkan audit kualifikasi juga semakin besar. Hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5.1.3. Proporsi Dewan Komisaris