BAMBANG IRAWAN: Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan
TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 1, JANUARI-JUNI 2014
al-Qumsyehi, Abd. al-Razaq Lahiji dan Muhsin Faid Kasyani. Dengan demikian, filsafat aliran
Ḥikmah al-Mutaaliyah Mulla Sadra tidak hanya berpengaruh pada dunia pemikiran filsafat Islam di Iran,
tetapi juga berkembang terus karena peran murid dan penerusnya sampai dinasti berikutnya.
36
Dari penjabaran epistemologi aliran ikmah Muta aliyah yang diwakili oleh Mulla sadra diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam
epistemologinya bergabung tradisi paripatetik, irfan, dan iluminisme, sekaligus teologi dan tradisi Islam. Demikianlah sampai sekarang
filsafat hikmah terus berkembang dengan baik, khususnya di Persia dan Anak Benua India.
C. Intuisi dan Urgensinya dalam Memperoleh Penge-
tahuan Ibn Sina menyebut intuisi dengan al-
ḥads\ al-qudsīintuisi suci.
37
Berbeda dengan pengetahuan rasional, pengenalan intuitif disebut juga
ḥuḍūrī, karena objek penelitiannya hadir dalam jiwa penelitinya
38
, sehingga ia menjadi satu dan identik dengannya. Di sinilah hubungan antara subjek dan objek terjembatani sehingga
tidak menimbulkam jurang atau jarak antara subjek dan objek. Karena kesatuan yang tercapai dalam modus pengetahuan intuitif
antar subjek al-alim dan objek al-malum, seseorang akan mengetahui secara langsung dan akrab dengan objek yang sedang
ditelitinya tanpa melalui konsep-konsep atau representasi apapun.
39
Dalam kitabnya Nih āyah al-Ḥikmah dan Bidāyah al-Ḥikmah,
Thabathabai banyak menjelaskan berbagai persoalan metafisik dan mengeksplorasi metode intuitif dalam memperoleh pengetahuan.
Pembahasan-pembahasan yang dimaksud mencakup: ilmu ḥuḍūrī,
ilmu bad īhī, teori kesatuan subjek dan objek pengetahuan, eksistensi
mental, emanasi, alam mis\ āl, pengetahuan Tuhan.
40
Berkaitan dengan intuisi, yang lebih mendasar dan funda- mental dalam meraih hakikat pengetahuan adalah pensucian jiwa
BAMBANG IRAWAN: Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan
dan tazkiyah hati, dan bukan dengan analisa pikiran dan demonstrasi rasional.
41
Para urafa dan sufi beranggapan bahwa segala penge- tahuan yang bersumber dari intuisi-intuisi, musy
āhadah, dan mukasyafah lebih sesuai dengan kebenaran daripada ilmu-ilmu yang
digali dari argumentasi-argumentasi rasional dan akal. Mereka menyatakan bahwa indera-indera manusia dan fakultas akalnya
hanya menyentuh wilayah lahiriah alam dan manifestasi-mani- festasi-Nya, namun manusia dapat berhubungan secara langsung
directly dan intuitif dengan hakikat tunggal alam baca: Sang Pencipta melalui dimensi-dimensi batiniahnya sendiri dan hal ini
akan sangat berpengaruh ketika manusia telah suci, lepas, dan jauh dari segala bentuk ikatan-ikatan dan ketergantungan-keter-
gantungan lahiriah.
42
Pengetahuan seperti ini tidak dapat disamakan dengan pengetahuan
ḥuṣūlīyang bersumber dari suatu konsepsi- konsepsi rasional, melainkan suatu pengetahuan syuh
ūdī, intuisi, immediate langsung, kehadiran, dan
ḥuḍūrī.
43
Dengan demikian, intuisi bisa melengkapi pengetahuan rasional dan inderawi sebagai suatu kesatuan sumber ilmu yang
dimiliki manusia, dan memberi banyak tambahan informasi yang lebih akrab dan partikular tentang sebuah objek dengan cara yang
berbeda dengan yang ditempuh oleh akal maupun indera.
44
Terkait dengan pemilahan ilmu yang diperoleh melalui indera atau akal bahs\i dan melalui intuisi \\z\auq
ī, Suhrawardi menyebut tiga macam kemampuan manusia, pertama, ada yang
seperti para sufi yakni memiliki pengalaman z\auq ī yang sangat
dalam, tetapi tidak mampu mengungkapkannya dalam bahasa filosofis yang diskursif. Kedua, kalangan filosof yang mempunyai
kemampuan mengekspresikan pikiran-pikiran mereka secara filosofis-diskursif, tetapi tidak memiliki pengalaman mistik yang
mendalam. Ketiga, para mutaallih, yang memiliki pengalaman mistik yang mendalam seperti para sufi, tetapi juga punya kemampuan
bahasa filosofis yang diskursif seperti yang dimiliki para filosof.
BAMBANG IRAWAN: Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan
TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 1, JANUARI-JUNI 2014
Kelompok yang ketiga inilah yang dinilai Suhrawardi sebagai kelompok tertinggi diantara para pencari kebenaran.
45
Penjelasan mengenai sumber pengetahuan dalam Islam pada umumnya dan epistemologi khususnya dengan demikian lebih
komprehensif dan menyeluruh; bahwa sekalipun secara sepintas tampak ada persamaan-persamaan antara uraian filsafat Barat dan
Islam, namun hal itu tidak menegasikan perbedaan-perbedaan fundamental antar keduanya.
D. Eksistensi Jiwa; Pintu Masuk Pengetahuan Intuitif