Sistematika Proposal 10 Mekanisme Pengajuan Proposal 10 Penilaian Proposal 11 Latar Belakang 1.

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 7 C. Sasaran 6 D. Hasil dan Dampak yang Diharapkan 8 BAB II MEKANISME PENYALURAN DANA A. Kriteria Penerima 9 B. Jumlah Dana dan Alokasi Penggunaannya 9 C. Penyaluran Hibah 9

BAB III PENYUSUNAN DAN PENILAIAN PROPOSAL

B. Sistematika Proposal 10

C. Mekanisme Pengajuan Proposal 10

D. Penilaian Proposal 11

BAB IV PENDAMPINGAN, MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN A. Pendampingan 13 B. Monitoring dan Evaluasi 13 C. Pelaporan 13 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: MATRIKS DESAIN PROGRAM 15 Lampiran 2: RENCANA OPERASIONAL 18 Lampiran 3: DESKRIPSI KEGIATAN PROGRAM 19 Lampiran 4: FORMAT HALAMAN JUDUL PROPOSAL 25 Lampiran 5: HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL 26 Lampiran 6: RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN LESSON STUDY DI PERGURUAN TINGGI 27 Lampiran 7: FORMAT PENILAIAN ADMINISTRATIF 29 Lampiran 8: FORMAT PENILAIAN AKADEMIK 30 Lampiran 9: INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM 31 Lampiran 10: FORMAT KERANGKA LAPORAN 32 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1.

Permasalahan Perkuliahan di Perguruan Tinggi Peningkatan mutu pendidikan agar lulusan Perguruan Tinggi PT mumpuni di bidangnya senantiasa diupayakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta, namun secara umum peningkatan mutu itu belum kunjung tampak. Fakta menunjukkan bahwa banyak lulusan PT yang menganggur atau bekerja tidak sesuai dengan bidangnya. Bahkan banyak lulusan PT yang hanya bekerja sebagai buruhpekerja. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Susenas 2003 BPS, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Hasil Susenas 2003 BPS Makin tinggi pendidikan, makin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya Pada Gambar 1 terlihat bahwa hampir semua lulusan PT bekerja sebagai buruhpekerja. Hal ini dapat diduga bahwa daya analisis, evaluasi, kreativitas, rasa percaya diri, kemandirian serta keberanian mengambil risiko para lulusan PT masih rendah. Fakta tersebut didukung pula oleh temuan dalam tracer study lulusan UGM, 2003 dikutip dari HELTS, Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003–2010 Mewujudkan PT berkualitas, hal. 74. Temuan ini antara lain menunjukkan bahwa: 1 Indeks Prestasi mahasiswa yang tinggi bukan merupakan jaminan sukses di dunia kerja, 2 mahasiswa yang aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler cenderung lebih cakap dalam mengembangkan karir, dan 3 belum adanya keseimbangan antara mata kuliah keahlian dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai manusia kerja. Selain itu, The World Bank 2005 menemukan perbandingan akses dan kualitas tentang prestasi pendidikan di beberapa negara, seperti Jepang, Korea, Hongkong, Australia, Thailand dan Indonesia, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2. Tampak bahwa pendidikan di Indonesia hanya mencapai tingkat-tingkat berpikir ranah kognitif rendah, yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk tingkat-tingkat berpikir yang tinggi seperti analisis, evaluasi dan kreatif masih sangat rendah. 3 Gambar 2. Perbandingan akses dan kualitas tentang prestasi pendidikan di beberapa Negara Hal ini menunjukkan adanya kekurangan dalam pembelajaranperkuliahan di Perguruan Tinggi, antara lain: a. Proses perkuliahan yang dilakukan kebanyakan dosen hanya terbatas pada memberikan pengetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi, seperti ketajaman daya analisis dan evaluasi, berkembangnya kreativitas, kemandirian belajar, dan berkembangannya aspek-aspek afektif. Mahasiswa pasif dan pengetahuan yang diperoleh seringkali tidak berguna dalam hidup dan pekerjaannya. b. Materi perkuliahan kurang berorientasi pada bidang ilmunya, hasil penelitian lapangan, dan kebutuhan jangka panjang. Dosen menggunakan pola pembelajaran yang cenderung sama dari tahun ke tahun. Perubahan kurikulum tidak memberikan dampak pada perubahan materi ajar, metode, dan strategi pembelajaran. c. Kompetensitujuan perkuliahan kebanyakan masih terbatas pada ranah kognitif dan psikomotor tingkat rendah.

2. Pengertian Lesson Study

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perkuliahan di Perguruan Tinggi adalah dengan melaksanakan Lesson Study. Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study berasal dari bahasa Jepang dari kata: jugyokenkyu yaitu suatu proses sistematik yang digunakan oleh guru-guru 3 Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran Garfield, 2006. Proses sistematik yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus. Menurut Lewis 2002 ide yang terkandung di dalam Lesson Study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Apabila kita cermati definisi Lesson Study, maka kita menemukan 7 kata kunci, yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas pendidik terus menerus. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus menerus maka profesionalitas dapat menurun dengan bertambahnya waktu. Bagaimana membinanya, yaitu melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara berkala, misalnya seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar adalah membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling koreksi, saling menghargai, saling bantu, saling menahan ego. Membangun budaya tidak sebentar, melainkan memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu diperlukan untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasan, semakin lama semakin baik. Berkenaan dengan pembelajaran, tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada celah untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikaji secara terus menerus agar lebih baik dan lebih baik lagi. Pengkajian pembelajaran dimaksudkan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian pembelajaran dapat meliputi: materi ajar, metodestrategipendekatan pembelajaran, LKM Lembar Kerja Mahasiswa, media pembelajaran, seting kelas, dan asesmen. Mengapa pengkajian pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih banyak masukan perbaikan akan meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri. Menurut diri sendiri rasanya persiapan pembelajaran sudah bagus, tetapi ketika mendapat masukan dari orang lain ternyata masih ada hal-hal yang bisa meningkatkan mutu persiapan pembelajaran. Prinsip kolegialitas dan mutual learning saling belajar diterapkan dalam berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak boleh merasa superior merasa paling pintar atau inferior merasa rendah diri tetapi semua peserta kegiatan Lesson Study harus mempunyai niat untuk saling belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya kepada peserta yang sudah paham. Narasumber dalam forum Lesson Study harus bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama. 3 Gambar 3. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study Siklus pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahapan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3. Kalau pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi pelatihan sudah disiapkan dan diberikan oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui Lesson Study bersifat bottom-up karena materi pelatihan berbasis permasalahan yang dihadapi para dosen, kemudian dikaji secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama adalah Plan merencanakan, tahapan kedua adalah Do melaksanakan, dan tahapan ketiga adalah See merefleksi yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir continous improvement. 3. Pengalaman Implementasi Lesson Study Sejak tahun 1998, tiga universitas yaitu Universitas Pendidikan Indonesia UPI di Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta UNY di Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang UM di Malang bekerjasama dengan JICA Japan International Cooperation Agency telah mengimplementasikan IMSTEP Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project untuk meningkatkan kualitas pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia. Tiga tahun pertama, kegiatan IMSTEP difokuskan pada peningkatan kualitas program pre-service di tiga universitas UPI, UNY, dan UM melalui reviewrevisi kurikulum pre-service sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan lapangan. Peningkatan kualitas mutu program pre-service juga dilakukan melalui pengembangan buku teks, teaching materials, dan pengembangan kegiatan laboratorium. Program IMSTEP telah meningkatkan mutu program pre-service di tiga universitas yang tercermin dari peningkatan IPK lulusan dari tahun ke tahun. Selain itu mahasiswa MIPA ketiga LPTK mendapatkan hibah penelitian mahasiswa tingkat nasional, lomba karya ilmiah tingkat nasional, dan olimpiade matematika nasional dan internasional. IMSTEP memperluas kegiatannya pada tahun 2001 dengan kegiatan piloting. Tiga universitas berkolaborasi dengan 4-5 sekolah di kota masing-masing untuk melakukan pengembangan pembelajaran MIPA yang berpusat pada siswa. IMSTEP berasumsi bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan MIPA, program pre-service memerlukan feedback dari pengalaman nyata dari sekolah. Sebaliknya, sekolah memerlukan inovasi pembelajaran yang didukung oleh LPTK. Dalam kegiatan piloting, guru dan dosen secara kolaboratif merancang dan mengembangkan model pembelajaran MIPA berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sesuai dengan kondisi dan permasalahan sekolah. Melalui 3 piloting pembelajaran MIPA, guru dan dosen saling belajar, sehingga terbangun kesejawatan antara guru dan dosen. Program tersebut dikembangkan menjadi program Follow-up IMSTEP dalam tahun 2003-2005. Tiga universitas melakukan diseminasi hasil IMSTEP melalui Lesson Study bekerjasama dengan MKKS dan MGMP. Lesson Study merupakan suatu model alternatif pembinaan guru berkelanjutan untuk meningkatkan keprofesionalan guru melalui kesejawatan. Dalam Lesson Study sekelompok guru bertemu secara periodik untuk merancang, mengimplementasikan, mengujicoba dan mengembangkan pembelajaran. Melalui Lesson Study dapat diketahui seberapa efektif dan efisien suatu tampilan pembelajaran. Program Follow-up IMSTEP selanjutnya diperluas melalui Program Kerjasama Teknis JICA dengan nama SISTTEMS Strengthening in-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level melalui Record of Discussion pada tanggal 18 Januari 2006. Program kerjasama teknis JICA ini diimplementasikan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Pasuruan mulai Mei 2006 sampai dengan September 2008. Memorandum of Understanding di 3 lokasi yaitu di Kabupaten Sumedang Bupati Sumedang, Rektor UPI, dan JICA, Kabupaten Bantul Bupati Bantul, Rektor UNY, dan JICA, dan Kabupaten Pasuruan Bupati Pasuruan, Rektor UM, dan JICA ditanda tangani masing-masing pada 11, 20, dan 24 April 2006. SISTTEMS bertujuan untuk mengembangkan model kegiatan MGMP melalui penerapan Lesson Study untuk meningkatkan mutu guru Matematika dan IPA di kabupaten sasaran. Untuk mencapai tujuan di atas beberapa kegiatan telah dirancang, antara lain kegiatan Lesson Study berbasis MGMP dan kegiatan Lesson Study berbasis Sekolah. Program SISTTEMS tak terpisahkan dari Tridarma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Hubungan antara universitas dan SISTTEMS dapat digambarkan dalam Gambar 4. Gambar 4. Integrasi SISTTEMS ke dalam misi perguruan tinggi Program SISTTEMS memberi peluang kepada pihak universitas untuk melaksanakan collaborative research bersama guru. Para dosen juga sekaligus memperoleh peluang besar untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Sementara pengalaman nyata pembelajaran di sekolah merupakan feedback berharga kepada universitas untuk meningkatkan mutu program pre-service. Para dosen yang terlibat program SISTTEMS telah memanfaatkan produk video pembelajaran untuk kuliah PBM. Pola pembinaan PEMBELAJARA N PEMBELAJARA N PENELITIAN PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTTEM S Lesson Study SISTTEM S Lesson Study 3 Program Latihan Profesi Calon Guru telah mengadopsi model Lesson Study. Selain itu, pengalaman Lesson Study dalam rangka program SISTTEMS telah menggeser cara pembelajaran di universitas dari metoda ceramah ke metoda diskusi. Berdasarkan pengalaman dalam implementasi kegiatan-kegiatan IMSTEP, dan SISTTEMS, FPMIPA di tiga universitas tersebut telah mengembangkan kegiatan Lesson Study, misalnya: a. FPMIPA UPI telah menerapkan kegiatan Lesson Study dalam Program Latihan Profesi PLP atau Praktik Pengalaman PPL sejak tahun 2007 sebagai alternatif strategi untuk melakukan pembimbingan bagi para mahasiswa. b. FMIPA UNY telah melaksanakan kegiatan Lesson Study pada Jurusan Pendidikan Matematika, Físika, Kimia, dan Biologi sejak tahun 2006. Masing-masing Jurusan telah melaksanakan Lesson Study pada empat mata kuliah tiap semester. Selanjutnya, UNY telah mensosialisasikan kegiatan Lesson Study di Fakultas non MIPA sejak tahun 2007, dan fakultas yang bersangkutan telah mencoba melaksanakan Lesson Study. Sejak tahun 2008 Lesson Study dilaksanakan dalam program PPL dan sejak tahun 2009 juga dilaksanakan dalam program Pemantapan Kegiatan Mengajar PKM Mahasiswa Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan untuk guru Matematika SMP. c.FMIPA UM telah melaksanakan kegiatan Lesson Study pada Jurusan Matematika, Físika, Kimia, Biologi dan Geografi sejak tahun 2007. Masing- masing Jurusan telah melaksanakan Lesson Study di empat KBK Kelompok Bidang Keahlian. Sejak tahun 2008 Lesson Study dilaksanakan dalam program Pemantapan Kegiatan Mengajar PKM Mahasiswa Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan untuk guru IPA SMP, dan sejak tahun 2009 juga dilaksanakan dalam program PPL. Hasil yang telah diperoleh antara lain: a. Meningkatnya kekolegaan antardosen dalam membelajarkan mahasiswa melalui tukar pengalaman dalam kegiatan Lesson Study. b. Terbangunnya komunitas belajar antardosen, antarmahasiswa, dan antara mahasiswa dengan dosen di LPTK. c.Meningkatnya kemampuan belajar mahasiswa di LPTK terutama dalam aspek kognitif tingkat tinggi dan aspek afektif. d. Meningkatnya upaya pemenuhan hak belajar setiap mahasiswa. e. Meningkatnya akuntabilitas pelaksanaan tugas perkuliahan oleh dosen iklim keterbukaan, tanggungjawab, kerja terencana dan terevaluasi. f. Meningkatnya kualitas PLP Program Latihan Profesi, PPL ProgramPraktik Pengalaman Lapangan atau PKM Pemantapan Kegiatan Mengajar mahasiswa melalui penerapan Lesson Study g. Terlaksananya kaderisasi dosen muda yang potensial dalam membina perkuliahan. h. Adanya perubahan budaya dalam perkuliahan yang dilakukan dosen, yaitu dari budaya penyampaian ilmu ke budaya pencarian ilmu. 3 i. Diperolehnya kesempatan menggunakan Lesson Study sebagai PTK yang berkelanjutan yang memungkinkan dapat dihasilkannya teori-teori belajar ala Indonesia. j. Diperolehnya model-model pembelajaran yang inovatif di sekolah. k.Meningkatnya keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan program Lesson Study di LPTK dan di sekolah, mulai tahun 2009 Ditjen Dikti memberikan hibah untuk perluasan kegiatan Lesson Study di LPTK terpilih selama 3 tahun per LPTK.

E. Tujuan