IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi pada Pasar Minggu Kota Malang)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
MALANG DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
(Studi pada Pasar Minggu Kota Malang)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh:
Nickita Harlexi Elbondo
08230073

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Nickita Harlexi Elbondo

NIM

: 08230073

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG
DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
(Studi pada Pasar Minggu Kota Malang)
adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya dengan benar.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Malang, 03-Agustus- 2012
Yang menyatakan

Nickita Harlexi Elbondo

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, ni’mat dan taufiknya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penyelesaian penelitian ini memerlukan pencurahan tenaga dan pikiran, oleh

sebab itu diharapkan hasilnya akan banyak memberikan konstribusi, manfaat dan
informasi baru tentang Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal dalam rangka membangun wawasan berfikir
dibidang pemerintahan dan upaya meningkatkan kualitas pemberdayaan ekonomi
lokal yang lebih baik.
Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Implementasi Kebijakan
Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada Pasar
Minggu Kota Malang)”. Secara sadar kami mengakui, bahwa penelitian ini masih
terdapat kekurangan terutama karena penelitian sifatnya kasuistik, sehingga
kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara umum. Untuk itu,
penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian ini sangat
diperlukan.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT
sebagai amal shaleh, Amiin. Secara khusus kami sampaikan kepada :
1. Orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga kami dapat
menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, kepada beliau kami sampaikan terima

kasih dan rasa simpati saya atas motivasi dan pengorbanannya dalam
penyelesaian skripsi ini
3. Bapak Drs. Imam Hidayat, MM, kepada beliau juga kami sampaikan
banyak terimakasi atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam
proses bimbingan skripsi
4. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si, selaku penguji terimakasi atas masukan
yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. Krishno Hadi, MA. selaku penguji juga terimakasi atas
masukan dan kritikan dalam perbaikan skripsi ini
Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya selama
perkuliahan ini terutama terhadap kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
Kami tetap berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amiin.

Malang, 19-07-2012
Penyusun

Nickita Harlexi Elbondo

ABSTRAK


Nickita Harlexi Elbondo, 08230073. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada Pasar
Minggu Kota Malang). Pembimbing I: Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si.
Pembimbing II: Drs. Imam Hidayat, MM
Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Pemerintah Kota Malang, PEL
Pasar minggu ini termasuk dalam pasar sementara. Pasar ini sebagaimana
dijelaskan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2004 “Tentang Pengelolahan
Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang” pada pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: “Pasar
Sementara adalah pasar yang menempat tempat atau areal tertentu yang
diperbolehkan atau atas persetujuan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk,
dengan bangunan yang tidak permanen atau bersifat tradisional dan tidak bersifat
rutinitas. Potensi pasar minggu yang ada di Kota Malang mempunyai prospek
yang baik bagi pengembangan ekonomi lokal Kota Malang mengingat letak yang
cukup strategis dan ditunjang dengan berbagai produk unggulan Kota Malang. Hal
ini tentu diperlukan kebijakan Pemerintah Kota untuk mengelola pasar minggu
sebagai bentuk pengembangan ekonomi lokal di Kota Malang, sehingga diperoleh
manfaat yang lebih besar dari berbagai potensi ekonomi daerah. Karena dengan
adanya otonomi daerah, suatu daerah dituntut untuk lebih peka dan bertanggung
jawab terhadap permasalahan ekonomi lokal sekaligus mengoptimalkan potensi

ekonomi yang dimilikinya. Maka dari itu perlu adanya tata kelola ekonomi daerah
supaya terbentuk otonomi daerah yang baik.
Berkaitan dengan pemikiran di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah
Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota
Malang? 2) Apa kendala implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang?
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan
agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai implementasi kebijakan
Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Metode
deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan faktafakta yang ada, sehingga tujuan dari metode deskripstif adalah untuk
menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran
tentang gejala sosial.
Hasil penelitian menunjukan bahwa; 1) Implementasi kebijakan
Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu
Kota Malang yaitu dengan tetap berusaha mempertahankan eksistensi pasar ini
agar tetap ada dan menjadi salah satu ciri khas kota Malang. Pemerintah Kota
menyusun Perda atau peraturan-peraturan lainnya tentang penataan dan
pengembangan PKL yang mengakomodasi kepentingan para PKL dan warga kota,
sehingga lebih solutif dan akseptabel. Pemkot berserta perwakilan pedagang juga

telah melakukan pertemuan dan menyepakati untuk mewadahi para pedagang

yang berjumlah 436 (Empat ratus tiga puluh enam) orang yang berjualan dan
tercatat secara resmi dan mempunyai kartu anggota. Hal ini sebagai bentuk
kerjasama antara pedagang dan para pihak yang terkait dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal di Pasar Minggu karena peran masyarakat dalam pelaksanaan
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu dapat di wujudkan dalam bentuk
usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Ini
menujukkan pemkot berkomitmen untuk terus bertanggugjawab atas
keberlangsungan Pasar Minggu, hanya saja kurangnya perhatian pemerintah Kota
Malang terhadap fasilitas Pasar Minggu ini, yang seharusnya tempat jalan raya tak
ubahnya seperti pasar tradisional. 2) Kendala implementasi kebijakan Pemerintah
Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota
Malang adalah masih ada pedagang lain yang belum masuk dalam paguyuban
(misalnya pedagang kaki lima), Dinas Pariwisata dan pengunjung
(pembeli/konsumen), sehingga sangat sulit sekali berkordinasi dengan paguyuban.
Selain itu, masyarakat sekitar jalan Semeru yang keberatan dan merasa terganggu
oleh adanya Pasar Minggu , dan juga para PKL yang berjualan di pinggir jalan
yang ada di sekitar Pasar Minggu mengakibatkan kurang nyamannya para
pengunjung untuk berjalan di Pasar Minggu. Disamping itu, dari sisi pemkot

sendiri sampai sekarang tidak ada bantuan fasilitas yang diperoleh pedagang, jadi
hanya menyediakan tempat dan tenda saja untuk berdagang, dan tidak ada
pengembangan atau pelatihan-pelatihan agar pedagang lebih kreatif dan inovatif.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

Dosen Pembimbing II

Drs. Imam Hidayat, MM

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Lembar Pernyataan .......................................................................................... iii
Lembar Persembahan ....................................................................................... iv

Kata pengantar ................................................................................................. v
Abstraksi ......................................................................................................... vi
Daftar Isi.......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 7
E. Definisi Konseptual ..................................................................................... 8
F. Definisi Operasional .................................................................................... 10
G. Metode Penelitian ....................................................................................... 11
1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 11
2. Subyek Penelitian .................................................................................... 11
3. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 12
4. Sumber Data ............................................................................................ 12
5. Teknik Pengumpulan Data. ...................................................................... 13
6. Teknik Analisa Data ................................................................................ 14
7. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Ekonomi Lokal................. 17

B. Pengembangan Ekonomi Lokal .................................................................. 23
1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal............................................. 23
2. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pola Kemitraan ........... 25
3. Implementasi Program Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) ............... 31
C. Model Implementasi Pengembangan Ekonomi Lokal “Pasar Minggu” ........ 37

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum Kota Malang ................................................................... 43
1. Sejarah Awal Terbentuknya Kota Malang .............................................. 43
2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim ......................................................... 46
3. Luas Wilayah dan Batas Wilayah ........................................................... 47
4. Pembagian Wilayah Administratif .......................................................... 47
5. Kondisi Sosial Kependudukan ................................................................ 48
6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ........................................................... 49
7. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur .................................... 51
8. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ....................................................... 52
9. Kondisi Ekonomi ................................................................................... 52
B. Pemerintahan Kota Malang ........................................................................ 54
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Keberadaan Pasar Tidak Tetap (Pasar Minggu) Kota Malang ...................... 57

B. Implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang ............................................ 60
1. Upaya Pemerintah Kota dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar
Minggu Kota Malang .............................................................................. 60
2. Kerjasama Pemkot, Swasta, dan Masyarakat dalam PEL di Pasar Minggu
Kota Malang ........................................................................................... 66
3. Monitoring dan Evaluasi Kebijakan PEL di Pasar Minggu Kota Malang .. 73
C. Kendala implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang .................. 77
1. Kesadaran Pedagang di Pasar Minggu Kota Malang ................................ 77
2. Kurangnya Pembinaan terhadap Pedagang ............................................... 82
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan
Publik. PT Gramedia Widiasarana, Jakarta
Fakih, Mansour, 1996. Masyarakat Sipil Menuju Transformasi Sosial, Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Haeruman, Herman. Js. 2001 “Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui
Pengembangan Lembaga Kemitraan Pemerintah, Swasta, dan
Masyarakat”. Sosialisasi Nasional Program Kemitraan Bagi
Pengembangan Ekonomi Lokal. Hotel Indonesia
Iqbal, Muhammad dan Anugrah, Iwan S. 2009. Rancang Bangun Sinergi
Kebijakan Agropolitan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Menunjang Percepatan Pembangunan Wilayah. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian: Bogor
Meleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
M. Safar Nasir, 2003. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah. Yogyakarta.
UAD Press
Munir, Risfan dan Fitanto Bachtiar. 2007. Pengembangan Ekonomi Lokal
Partisipatif: Masalah, Kebijakan, Dan Panduan Pelaksanaan
Kegiatan Cetakan Ketiga. Local Governance Support Program
(LGSP): Jakarta
Rianti Adi dan Hari Prasaja, 1991. Langkah-Langkah Penelitian Sosial, Arcan,
Jakarta
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Sholichin Abdul, Wahab S. 2005. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Edisi 2, cetakan 5. Bumi
Aksara. Jakarta
Suparmoko, M.1999. Metode Penelitian Praktis, BPFE, Yogyakarta
Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. PT.Bumi Aksara,
Jakarta
The Peter F. Drucker Foundation for Nonprofit Management, 1996. “Emerging
Partnership”, Report

Sumber Lain:

Deny Ferdyansyah, 2012. Critical Riview: Konsep Pengembangan Ekonomi
Lokal
di
Kabupaten
Tanggamus.
http://onlyonedeny.blogspot.com/2012/01/critical-riview-konseppengembangan.html. Diakses 6 Januari 2012
UU Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 2 tentang pemerintahan
daerah
Peraturan Daerah Kota malang Nomor. 12 tahun 2004
Bappenas:
http://209.85.175.104/search?q=cache:jN6VY3ecOVwJ:www.bappen
as.go.id
http://www.bappedantb.org/index.php?act=berita.lengkap&id=81( Di akses pada
18-02-2008, Ekonomi Pemerintah Lokal)
UNDP, UN-Habitat & Bappenas. KPEL’s 13 Steps to Local Economic
Development. July 2002

LAMPIRAN
FOTO LOKASI PASAR MINGGU

Gambar 1: Pintu masuk “pasar minggu”
Lokasi Pasar Minggu ini sangat strategis karena berada di jantung kota yaitu
berada di simpang balapan yang berdampingan dengan jalan ijen, disini terdapat
museum brawijaya dan tepat didepan museum itu ada perpustakaan Kota Malang

Gambar 2: Kondisi di dalam “pasar minggu”
Wisata Belanja Pasar Minggu Malang dikunjungi masyarakat dengan bermacam
dan beragam status sosial dan pendidikan yang berbeda serta berbagai daerah,
berdasarkan pengalaman pengunjung yang datang kurang lebih 15.000 (lima belas
ribu) orang berdasarkan data pantauan Dinas Periwisata dan Kebudayaan Pasar
Minggu pada hari minggu pagi mungkin untuk tahun sekarang jumlahnya akan
meningkat mengingat berkembang pesat Pasar Minggu.

Gambar 3: Lokasi “pasar minggu”
Keberadaan Pasar Minggu yang menggunakan fasilitas ruang publik yang berada
pada bidang jalan raya yang seharusnya diperuntukkan jalan umum untuk akses
trasportasi masyarakat sangat tidak dibenarkann, karena kondisi ini semakin
memepersempit kondisi ruang yang ada di Kota Malang dan masyarakat tidak
mempunyai hak untuk menikmati ruang tersebut, hal ini bila dibiarkan tanpa ada
solusi atau penanganan lebih lanjut mengenai lokasi Pasar Minggu.

BAHAN PENELITIAN
Nama

:

Jabatan/pekerjaan :
Tgl wawancara

:

A. Pemkot Malang
1. Bagaimana selama ini potensi Pasar Minggu Kota Malang?
2. Apa saja yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota
Malang dalam Pengembangan Pasar Minggu?
3. Bagaimana keterlibatan Pemerintah Kota Malang dalam promosi pemasaran
berupa: membantu akses pasar; memberikan bantuan informasi pasar;
memberikan bantuan promosi; mengembangkan jaringan usaha; membantu
melakukan identifikasi pasar dan perilaku konsumen; membantu
peningkatan mutu produk?
4. Apakah ada kerjasama pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang?
5. Bagaimana efektivitas program pengembangan Pasar Minggu yang
dilakukan Pemerintah Kota Malang?
6. Bagaimana hasil monitoring dan evaluasi kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal khususnya Pasar Minggu?
7. Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Pasar Minggu?
8. Strategi apa saja yang dilakukan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Pasar Minggu?
B. Pedagang/masyarakat sekitar
1. Bagaimana selama ini potensi Pasar Minggu Kota Malang?
2. Menurut anda apa yang harus dilakukan Diskoperindag Kota Malang agar
Pasar Minggu dapat berkembang sesuai kebutuhan masyarakat?
3. Apakah selama ini ada bantuan fasilitas atau yang lain terkait dengan
pemberdayaan para pedagang?
4. Apa respon anda sebagai pedagang terkait dengan kebijakan pemkot dalam
pengembangan pasar minggu?
5. Apa harapan anda agar pasar minggu lebih berkembang dan tidak
merugikan masyarakat sebagai pengguna jalan?
Informan:
a.
b.
c.
d.

Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag)
Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Malang
Pedagang yang ada di "Pasar Minggu" Kota Malang
Masyarakat Kota Malang di sekitar Pasar Minggu

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi menjadikan peran ekonomi lokal signifikan untuk
mendorong laju akselerasi pertumbuhan ekonomi dalam rangka menciptakan daya
tahan, daya tarik dan daya saing ekonomi untuk memperbaiki pola pertumbuhan
ekonomi karena banyak perusahaan besar tumbang dan berkembang pesat. Akibat
krisis yang berimplikasi pada perubahan sistem pemerintahan dari dekonsentrasi
menjadi desentralisasi, pilihan strategisnya adalah pada pemulihan ekonomi yang
dahulu merupakan tanggungjawab pusat menjadi tanggung jawab daerah. Oleh
karenanya, menjadi relevan untuk memikirkan bagaimana langkah-langkah
strategis untuk pengembangan ekonomi di daerah (Local Economic Development)
di tingkat Kota dan Kabupaten.
Makna dari pengembangan ekonomi lokal adalah proses partisipatif yang
mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada
wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama dalam perancangan dan
pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumber
daya lokal dan keuntungan kompetitif, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan
pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi. Dalam rangka
mewujudkan pembangunan ekonomi yang mengedepankan partisipasi aktif
masyarakat, maka kebijakan yang digunakan haruslah berorientasi pada
pengembangan ekonomi lokal, seperti halnya di Pasar Minggu Kota Malang.

2

Wisata Belanja Pasar Minggu Malang, pada awalnya dipelopori beberapa
pedagang makanan,mainan dan bunga menawarkan atau menjual produknya
dengan cara lesehan, mendirikan tenda dan membawa mobil, dengan semakin
sulitnya lapangan pekerjaan akibat terjadinya krisis moneter yang melanda negeri
ini, maka pada tahun 1987 Dinas pariwisata Kota Malang membuka atau
memfasilitasi korban pemutusan Hubungan kerja untuk bekerja di sektor informal
dengan membuka Wisata Belanja Pasar Minggu Malang Gajayana. Semakin
berkembangnya Wisata Belanja Pasar Minggu dan untuk mengatur kenyamanan,
keamanan, ketertiban dan membatasi jumlah pedagang serta lokasi berjualan.
Ciri khas pasar ini sesuai dengan namanya hanya buka pada hari minggu
saja, di dalamnya terdapat berbagai macam pusat seni, budaya, wisata kuliner,
pusat souvenir yang diharapkan mampu menarik minat wisatawan lokal maupun
asing. Hal ini kemudian oleh pemerintah Kota Malang di wujudkan dalam bentuk
program Tri Bina Citra Kota Malang, yaitu Malang kota pendidikan, industri,
pariwisata. Namun seiring dengan kebijakan yang ada, ternyata pengelolahan
pasar minggu di Kota Malang tidak berjalan dengan maksimal dikarenakan
pemerintahan kota lebih memfokuskan pembangunan secara fisik (mall,
perumahan, ruko dan gedung perkantoran) yang secara tidak langsung
mengabaikan pengelolahan dan penataan pasar minggu, salah satunya adalah
penetapan lokasi pasar ini berada pada lokasi akses jalan umum yang seharusnya
digunakan untuk akses transportasi masyarakat Kota Malang.
Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik
dengan eksistensi pedagang pasar. Kesulitan dalam menangani sektor informal

3

dipengaruhi oleh sangat banyak aspek, yang membuat penataan itu sendiri
menjadi suatu masalah yang sangat kompleks. Problematik dalam penataaan
sektor informal adalah bahwa jumlah mereka sangat banyak dan memerlukan
ruang yang cukup besar untuk kegiatannya. Ruang yang besar itu harus berada di
ruang publik atau tempat keramaian karena tempat itulah yang mendatangkan
keuntungan. Tetapi ruang publik juga digunakan oleh kelompok pengguna lain,
yang juga memerlukan ruang untuk kegiatan mereka di ruang publik, sehingga
muncullah konflik antara kelompok pengguna ruang terbuka publik tersebut.
Fungsi ruang untuk mewadahi kegiatan sektor informal di perkotaan karena
cenderung mengabaikan tuntutan ruang untuk sektor informal. Konsep
perencanaan ruang perkotaan yang tidak didasari oleh pemahaman informalitas
perkotaan sebagai bagian yang menyatu dengan sistem perkotaan akan berfungsi
secara komersial.
Salah satu contoh nyata yang mampu kita lihat adalah pengembangan
pembangunan pasar minggu yang ada di kota Malang. Pengembangan
pembangunan ini dimaksudkan dalam rangka peningkatan sektor pariwisata dan
pengembangan ekonomi, maka dari itu pemerintah kota Malang menjadikan pasar
ini sebagai kota wisata berbasis budaya. Ciri khas pasar ini sesuai dengan
namanya hanya buka pada hari minggu saja, di dalamnya terdapat berbagai
macam pusat seni, budaya, wisata kuliner, pusat souvenir yang diharapkan
mampu menarik minat wisatawan lokal mapun asing.

4

Menurut Iqbal dan Anugrah dalam upaya meningkatkan akselerasi
pengembangan ekonomi lokal dilandasi oleh dua strategi, yaitu1:
1. Strategi “klaster ekonomi” untuk meningkatkan kesempatan memperoleh
pendapatan. Kondisi ini dapat dicapai melalui identifikasi peluang dan
pengembangan pasar, diversifikasi, dan pemasaran berbagai komoditas
terpilih (unggulan)
2. Strategi “forum kemitraan” dalam rangka menggelar dialog partisipatif
antar pemangku kepentingan (stakeholders) tentang pengembangan
ekonomi. Melalui forum kemitraan, hal-hal yang terkait dengan kegiatan
perencanaan, perumusan kebijakan, fasilitasi pelayanan, dan formulasi
keputusan dibuat dan didiskusikan.
Pasar minggu ini termasuk dalam pasar sementara. Pasar ini sebagaimana
dijelaskan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2004 “Tentang Pengelolahan
Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang” pada pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: “Pasar
Sementara adalah pasar yang menempat tempat atau areal tertentu yang
diperbolehkan atau atas persetujuan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk,
dengan bangunan yang tidak permanen atau bersifat tradisional dan tidak bersifat
rutinitas”.2
Kondisi pasar minggu yang tidak menetap ini dapat dilihat seringnya
berpindah tempat mulai di kawasan Simpang Balapan, kemudian ke Lapangan
Rampal dan Kejalan Semeru dengan jumlah pedagang kurag lebih sebayak 460
orang. Lokasi Pasar Minggu ini sangat strategis karena berada di jantung kota
yaitu berada di simpang balapan yang berdampingan dengan jalan ijen, disini
terdapat museum brawijaya dan tepat didepan museum itu ada perpustakaan

1

Iqbal, Muhammad dan Anugrah, Iwan S. 2009. Rancang Bangun Sinergi Kebijakan Agropolitan
dan Pengembangan Ekonomi Lokal Menunjang Percepatan Pembangunan Wilayah. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian: Bogor. Hal. 175
2
Peraturan Daerah Kota malang Nomor. 12 tahun 2004

5

umum kota Malang.3 Kondisi ini semakin mempersempit kondisi ruang yang ada
di Kota Malang dan masyarakat tidak mempunyai hak untuk menikmati ruang
tersebut.

Disamping

itu,

jalan

raya

yang

digunakan

sebagai

tempat

berlangsungnya pasar mingguan ini merupakan jalur lalu lintas masyarakat pada
umumnya, sehingga menghambat aktifitas masyarakat.
Dalam pengembangannya Industri kecil yang ada di daerah masih
memerlukan

kemudahan-kemudahan

ataupun

bantuan

dari

pemerintah.

Kemudahan dan bantuan dari pemerintah yang diharapkan adalah dari segi
permodalan, perijinan maupun pemasaran serta hubungan kemitraan yang sinergi
dan harmonis dengan pihak industri. Karena berdasarkan fakta yang ada maka
sudah jelas bahwa industri kecil memberikan sumbangan yang tidak sedikit
terhadap perkembangan perekonomian daerah, oleh karena itu industri kecil
sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat baik sebagai penyedian lapangan kerja,
sebagai produsen, maupun konsumen.
Jika ditinjau dari potensi pasar minggu yang ada di Kota Malang
mempunyai prospek yang baik bagi pengembangan ekonomi lokal Kota Malang
mengingat letak yang cukup strategis dan ditunjang dengan berbagai produk
unggulan Kota Malang. Hal ini tentu diperlukan kebijakan Pemerintah Kota untuk
mengelola pasar minggu sebagai bentuk pengembangan ekonomi lokal di Kota
Malang, sehingga diperoleh manfaat yang lebih besar dari berbagai potensi
ekonomi daerah. Karena dengan adanya otonomi daerah, suatu daerah dituntut
untuk lebih peka dan bertanggung jawab terhadap permasalahan ekonomi lokal

3

Dokumen Dinas Pariwisata Kota Malang Tenatang Jumlah Pedagang Pasar Minggu, tahun 2011

6

sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya. Maka dari itu perlu
adanya tata kelola ekonomi daerah supaya terbentuk otonomi daerah yang baik.
Udoji secara jelas menyatakan bahwa “the execution of policies is as
important if not more important than policy making. policies will remains dreams
or blue prints file jackets unless they are implemented” (pelaksanaan kebijakan
adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada
pembuatan kebijakan. kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau
rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.4
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin lebih jauh meneliti
tentang Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal yang fokus pada pengembangan "pasar minggu" Kota Malang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran kepada
pedagang maupun Pemerintah Kota Malang terkait dengan Pengembangan
Ekonomi Lokal.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan pemikiran di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang?
2. Apa kendala implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang?

4

Sholihin A W. 2005. Analisis Kebijakan. Jakarta : Bumi Aksara

7

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang
dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang.
2. Untuk mengetahui kendala implementasi kebijakan Pemerintah Kota
dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti berharap akan dapat
memberikan arti bagi berbagai kalangan, antara lain bagi jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang, bagi instansi terkait yang
diteliti serta bagi perpustakaan.
1. Bagi Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang.
a. Dapat memberikan gambaran tentang pengelolaan pasar minggu dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal, kepada mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan

pada

khususnya

dan

Mahasiswa

Universitas

Muhammadiyah Malang pada umumnya.
b. Sebagai sumbangan untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan, terutama
yang berkaitan dengan masalah Pengembangan Ekonomi Lokal dalam
pemberdayaan masyarakat.
2. Bagi instansi terkait
a. Merupakan suatu kerjasama dan kesempatan yang baik bagi Instansi
yang diteliti untuk memberikan data yang obyektif, untuk kemudian
hasil penelitian ini dapat dijadikan konstribusi pada Pemerintah Kota
Malang untuk memberikan rekomendasi kebijakan.

8

b. Untuk memotivasi agar Pemerintahan Kota sekaligus dinas-dinas yang
terkait untuk dapat saling bahu-membahu dalam pengelolaan pasar
minggu dalam menunjang Pengembangan Ekonomi Lokal untuk masa
yang akan datang.
E. Defenisi Konseptual
Konsep adalah abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti
atau generalisasi dari kelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama atau suatu data dan lambang yang
menggambarkan kesamaan-kesamaan dalam berbagai gejala walaupun berbedabeda.5 Dalam penelitian ini konsep sangat penting artinya agar peneliti lebih
memahami dengan mudah dan maksudnya lebih terarah. Perlunya mengemukakan
batasan konsep, bertujuan untuk menggambarkan fenomena dalam penelitian
dengan maksud agar mendapatkan pengertian yang sama antara membaca dan
penulis dalam memahami isi dari tulisan ini. adapun definisi yang dianggap perlu
dan mempunyai kaitan dengan masalah sehingga harus ada penegasan adalah:
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan sebagai “suatu tindakan yang dilakukan baik oleh
individu atau kelompok, baik swasta maupun pemerintah yang diarahkan
pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.
Implementasi akan terfokus pada tindakan atau perilaku para pejabat dan
instansi dalam upaya untuk penanggulangan hambatan, jadi implementasi
juga merupakan proses memahami yang senyatanya terjadi sesudah suatu

5

Rianti Adi dan Hari Prasaja, 1991. Langkah-Langkah Penelitian Sosial, Arcan, Jakarta: 17

9

program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan,

baik dalam usaha

pengadministrasian maupun untuk menimbulkan dampak atau akibat nyata
pada masyarakat.6 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa
implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan
proses kebijakan.
2. Pemerintah Daerah
Dalam Undang-undang otonomi daerah No 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah telah dijelaskan bahwa yang dimaksud pemerintah
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945.7
3. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
PEL pada hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah
daerah dengan para stakeholders termasuk sektor swasta dalam mengelola
sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara
lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru.
Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya pada
kebijakan “endo-genous development" mendayagunakan potensi sumber

6

Sholichin Abdul, Wahab S. 2005. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Edisi 2, cetakan 5. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm: 65
7
UU Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 2 tentang pemerintahan daerah

10

daya manusia, institutional dan fisik setempat.8 Dari konsep tersebut dapat
disimpulkan, bahwa orientasi PEL mengarahkan kepada fokus dalam proses
pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, sebagai indikator yang akan dijadikan sebagai
orientasi untuk dikaji meyangkut implementasi kebijakan Pemerintah Kota dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang, adalah:
1. Implementasi

kebijakan

Pemerintah

Kota

Malang

dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang.
a. Upaya Pemerintah Kota dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di
di Pasar Minggu Kota Malang
b. Kerjasama pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang
c. Monitoring dan evaluasi kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal
di Pasar Minggu Kota Malang
2. Kendala

implementasi

kebijakan

Pemerintah

Kota

dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal di Pasar Minggu Kota Malang
a. Kesadaran pedagang di Pasar Minggu Kota Malang
b. Kurangnya pembinaan terhadap pedagang

8

Munir, Risfan dan Fitanto Bachtiar. 2007. Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif: Masalah,
Kebijakan, Dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan Cetakan Ketiga. Local Governance Support
Program (LGSP): Jakarta. hal. 19

11

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan
agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai implementasi kebijakan
Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Metode
deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan faktafakta yang ada, sehingga tujuan dari metode deskripstif adalah untuk
menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran
tentang gejala sosial. 9
Metode deksriptif, yang bisa dipahami adalah sebagai serangkaian
prosedur yang digunakan dalam upaya pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan suatu obyek penelitian atau subyek dalam
penelitian seseorang, lembaga masyarakat, nilai-nilai, dan lain-lain pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai adanya.
2. Subyek Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar sebuah penelitian.10 Karena sebagai
subyek yang mampu memberikan informasi yang seluas-luasnya, maka dalam
penelitian sangat berhati-hati dalam menentukan informan, agar didapatkan
informasi yang lengkap untuk mendukung informasi yang berkenaan dengan
kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal,
sehingga ditetapkanlah subyek penelitian yang dimaksud adalah:
9

Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung: hlm:35
Soehartono, Irawan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Bandung : hal 35

10

12

a. Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag)
b. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Malang
c. Pedagang yang ada di "Pasar Minggu" Kota Malang
d. Masyarakat Kota Malang di sekitar Pasar Minggu
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dimaksudkan agar peneliti mampu mengungkapkan
fakta supaya mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan. Adapun
lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah di "Pasar Minggu" Kota
Malang.
4. Sumber Data
a. Data Primer, merupakan Data, fakta dan / atau informasi yang diperoleh
langsung oleh peneliti dari lapangan (lokasi penelitian) termasuk juga
dari narasumber. Data primer dalam penelitian ini adalah segala unsur,
baik itu berupa data dan fakta di lapangan maupun informasi dari
narasumber yang berkaitan dengan implementasi kebijakan Pemerintah
Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal.
b. Data Sekunder, dalam penelitian ini diperoleh dari Diskoperindag Kota
Malang yang berkaitan dengan pokok pembahasan dalam penelitian,
yang sifatnya melengkapi dan memperkuat hasil penelitian, yaitu:
berupa literatur ilmiah, laporan dan segala bentuk dokumen yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan Pemerintah Kota Malang
dalam Pengembangan Ekonomi Lokal.

13

5. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan untuk
memperoleh atau mengumpulkan data sebaik-baiknya dan diolah serta dianalisa
sesuai dengan kerangka metode penelitian. Sehingga dalam penelitian ini tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan disini
diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyan.11
Dengan melakukan observasi, peneliti mengamati secara langsung
keadaan, kondisi, situasi, kegiatan, dan proses pemberdayaan para
pegadang di Pasar Minggu Kota Malang.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data)
kepada responden dan jawaban-jawaban responden di catat atau di
rekam dengan alat perekam.12 Penulis melakukan wawancara untuk
memperoleh informasi yang tidak bisa diperoleh hanya dengan melihat
objek yang diteliti. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk
memperoleh data mengenai kegiatan, dan proses pemberdayaan para
pegadang di Pasar Minggu Kota Malang, serta untuk mengetahui
11

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Hal: 69
12
Ibid Hal: 68

14

beberapa permasalahan pengembangan ekonomi lokal di Pasar Minggu
melalui pertanyaan-pertanyaan.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti
dapat berupa berbagai macam dokumentasi terkait.13
6. Analisis Data
Untuk analisis data peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman14 analisis data kualitatif terdiri dari:
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mencari dan mengumpulkan semua data yang
ada dilapangan sesuai dengan permasalahan penelitian, seperti
mengenai perencanaan penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal,
Kerjasama pemerintah daerah dan proses monitoring untuk kemudian
dijadikan sebagai tambahan dalam penulisan.
b. Reduksi Data
Merupakan proses penyajian, kompilasi data setelah direduksi ke
dalam bentuk-bentuk simbol yang bisa menggambarkan keseluruhan
data-data utamanya hasil penelitian. Kegiatan ini merupakan
penyederhanaan data yang kompleks ke dalam narasi-narasi pendek
sesuai kriteria dan klasifikasi data berdasarkan rumusan masalah
sehingga dengan muda bisa difahami maknanya.
13

Ibid Hal: 70

14

Ibid hal 91

15

c. Display Data
Merupakan tahap seleksi data atas data atau catatan-catatan lapangan
(fieldnotes) mengenai mengenai implementasi kebijakan Pemerintah
Kota Malang dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, sehingga data
yang didapat sesuai dengan pokok yang dituju dalam penelitian.
d. Verifikasi Data atau Conclusion Drawing
Setelah data diolah atau disajikan, maka diambil beberapa alternatif
yang terbaik untuk dijadikan bahan penyampaian informasi dan
pengambilan keputusan guna kemudian diambil sebuah kesimpulan.
Seperti pada konsep analisa data kualitatif tersebut dapat terlihat pada
diagram berikut ini:
Gambar 1.1
Komponen analisa data model interaktif
Pengumpulan

Penyajian

data

data

Reduksi
Data

Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/ verifikasi

Sumber: Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa data Kualitatif dalam Wahyuni.
2006. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan di Kota
samarinda. Skripsi

16

7. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan
menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik trangulasi dengan sumber.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
sumber data yang lain di luar data itu untuk keperluan pembanding atau
pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Dalam

metode

pemeriksaan

keabsahan

data

ini

dapat

melalui

perbandingan antara data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
membandingkan antara data hasil wawancara dengan data dokumentasi,
membandingkan data hasil penelitian dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yang dianggap relevan, dengan membandingkan data hasil penelitian
dengan teori.15

15

Meleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hlm:178