Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi

Muhammad et al., Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu....

Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu
Kabupaten Banyuwangi
(Analysis Of Work Capital Red Chili Farmers In Sempu Banyuwangi)
Muhammad Abdul Gofur, Isti Fadah, Sumani
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
e-mail: mag_gofur@yahoo.co.id

Abstrak
Usahatani cabai merah besar merupakan salah satu usahatani yang memiliki peranan penting dalam pembangunan
perekonomian di Indonesia. Pemilihan sumber modal kerja yang tepat mampu memaksimalkan keuntungan para petani. Oleh
karena itu, upaya untuk meningkatkan keuntungan dan meminimalkan risiko kerugian sangat penting dilakukan pengelolaan
modal kerja yang optimal dan efisien. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui sumber pendanaan modal kerja petani cabai
merah besar berdasarkan perspektif petani cabai merah besar. Jenis penelitian artikel ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Penentuan informan dalam artikel dengan menggunakan metode purposive yang bersifat snowball. Metode analisis data
melalui empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan dari
artikel ini adalah mengenai Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi
yaitu sumber pendanaan modal kerja dipilih petani cabai besar di Kecamatan Sempu menggunakan sumber modal kerja
campuran. Kombinasi sumber pendanaan modal kerja campuran yang dipilih petani yaitu sumber modal kerja sendiri dengan

sumber modal kerja dari tengkulak. Sumber modal kerja alternatif yang dipilih petani yaitu koperasi dan sumber pendanaan
non formal.
Kata Kunci: modal kerja, sumber modal kerja, usahatani cabai merah besar, petani cabai merah besar

Abstract
Red chili farming is one of the farms that have an important role in economic development in Indonesia. Selection of
appropriate sources of working capital to maximize the benefit of farmers. Therefore, efforts to increase profits and minimize
the risk of loss is very important to the optimal management of working capital and efficient. The purpose of this article is to
find out the source of working capital financing large red chili farmers based on the perspective of a large red chili farmers.
This type of research this article is descriptive qualitative research. Determination of informants in the article by using the
method that is purposive snowball. Methods of data analysis through the four steps of data collection, data reduction, data
presentation, and conclusion. The conclusion of this article is on the Analysis of Working Capital Red Chili Farmers in Sempu
Banyuwangi is a source of working capital financing have been great chili farmers in Sempu using a mixture of sources of
working capital. The combination of working capital funding sources selected mixture of farmers is a source of working
capital itself with a source of working capital of middlemen. Alternative sources of working capital that farmers choose
cooperatives and non-formal sources of funding.
Keywords: working capital,sources of working capital,red chili business farming, red chili farmer

Pendahuluan
Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang berarti sektor

pertanian berperan dalam pembangunan perekonomian
nasional. Secara singkat kontribusi sektor pertanian tercermin
lewat kontribusinya dalam pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB) Nasional, penyerapan tenaga kerja, ekspor hasilhasil pertanian dan menyumbang banyak manfaat bagi negara
dalam pemenuhi persediaan pangan.
Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman
bahan
makanan,
subsektor hortikultura, subsektor
perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan.
Salah satu subsektor pertanian yaitu holtikultura merupakan
subsektor yang berpotensi berkembang di Indonesia dan juga
dapat di ekspor ke luar negeri. Pulau Jawa merupakan
penghasil holtikultura terbesar di Indonesia terutama Jawa
Timur dibandingkan dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014

Salah satu kabupaten yang ikut andil dalam pemenuhan
kebutuhan hortikultura di Jawa Timur yaitu Kabupaten
Banyuwangi.

Kabupaten Banyuwangi secara geografis merupakan daerah
yang subur dan memiliki potensi yang besar bagi peningkatan
pengembangan produk pertanian, karena hampir semua
komoditas pertanian khususnya tanaman pangan dan
hortikultura dapat tumbuh dan berkembang. Didukung
dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah serta
permintaan pasar yang tinggi menempatkan komoditas
hortikultura sebagai produk bernilai ekonomi tinggi, sehingga
usaha hortikultura menjadi sumber pendapatan petani dan
pelaku usaha lainnya dari kecil maupun besar di sebagian
besar wilayah Kabupaten Banyuwangi. Tidak heran jika
berkat kiprahnya, Kabupaten Banyuwangi seringkali menjadi
barometer perkembangan hortikultura di skala provinsi dan
nasional (http://www.banyuwangikab.go.id/page/bda/pertani

Muhammad et al., Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu....
an.html).
Data dari Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Banyuwangi menunjukkan luas panen dan
produksi komoditas holtikultura tahun 2012 yaitu cabai kecil

dengan luas panen 2.787 ha dan tingkat produksi 18.909,80
ton, komoditas terbesar kedua adalah cabai besar dengan luas
panen 1.180 ha dan tingkat produksi 10.877,20 ton dan
komoditas terkecil yaitu lobak dengan luas panen 4 ha dan
tingkat produksi 32 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa
cabai masih sebagai komoditas andalan petani di Banyuwangi
(http://wwww. bpskabupatenbanyuwangi.com).
Salah satu tanaman hortikultura yang sering ditanam petani
yaitu cabai merah besar. Cabai termasuk dari sekian banyak
komoditas pertanian yang
menjadi perhatian. Hal ini
dikarenakan cabai merupakan komoditas unggulan yang
mempunyai nilai ekonomi, sehingga banyak dibudidayakan
di Indonesia. Cabai merah banyak digunakan sebagai bahan
baku industri pengolahan (obat-obatan, makanan dan
kosmetik). Cabai merah juga dibutuhkan untuk keperluan
ekspor. Indonesia mengekspor cabai merah dalam bentuk
segar dan serbuk. Produksi cabai skala nasional mencapai
1.332.360 ton per tahun masih setingkat dibawah Turki
jumlah produksi sebanyak 1.986.700 ton per tahun, Meksiko

jumlah produksi sebanyak 2.335.560 ton per tahun dan China
jumlah produksi sebanyak 13.189.303 ton per tahun. Melihat
peluang usaha tersebut petani di Banyuwangi tertarik
menanam cabai merah besar sebagai usahataninya.
Pada umumnya petani cabai merah besar di Banyuwangi
merupakan petani kecil yang memiliki luas lahan pertanian
kurang dari 1 hektar. Masalah utama yang timbul bagi petani
kecil adalah keterbatasan modal kerja dalam kegiatan
usahataninya. Modal, baik dana maupun sarana untuk
berproduksi sangat mempengaruhi jalannya produktivitas
pertanian terutama bagi petani yang tidak memiliki modal.
Dalam hal permodalan yang dipakai untuk suatu usahatani
cabai tidak sedikit, namun membutuhkan modal yang cukup
besar. Prinsip ekonomi berlaku disini, semakin besar modal
maka akan menghasilkan pendapatan yang besar pula sesuai
dengan modal yang dikeluarkan, tetapi dengan modal yang
besar maka besar pula risiko yang dihadapi dalam
menjalankan usahatani.
Kadarsan (1992:4), pembiayaan perusahan agribisnis
mempunyai peran yang sangat penting dalam sektor ekonomi

secara keseluruhan. Pembiayaan agribisnis ini akan berkaitan
dengan kemampuan petani dalam menyediakan modal
usahatani, memakai modal tersebut dan terakhir melakukan
pengawasan di dalam penggunaannya. Menurut Daniel
(2002:56), tanah merupakan faktor kunci dalam usaha
pertanian. Skala usaha juga ditentukan oleh luasnya tanah
yang digarap. Proses produksi berjalan lancar dan
menguntungkan dengan catatan faktor lain dapat
ditanggulangi. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan
dalam
penggunaan
masukan,
kekurangan
modal
menyebabkan rendahnya hasil yang diterima.
Menurut Ahmad (1997:6), besar kecilnya modal kerja yang
dibutuhkan perusahaan, sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya kegiatan perusahaan, tetapi perlu diingat
bahwasanya ukuran antara modal kerja dan hasil dari
produktivitas harus selalu seimbang, sebab apabila modal

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014

kerja terlalu sedikit produktivitas tidak akan berjalan. Begitu
pula sebaliknya, apabila modal kerja teralu banyak maka
tidak efisien.
Melihat pengertian tersebut membuktikan bahwa modal kerja
merupankan komponen yang terpenting dalam pendanaan
dibidang agribisnis, khususnya untuk usahatani cabai merah
besar. Dengan modal kerja yang cukup dan pengelolaan yang
baik akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Modal
kerja berpengaruh dalam suatu operasional usaha dari awal
hingga akhir. Tidak hanya kegiatan operasional sektor
manufaktur saja yang memerlukan modal kerja, akan tetapi
sektor pertanian juga membutuhkan modal kerja. Untuk itu
modal kerja penting bagi semua sektor usaha. Namun tidak
hanya faktor modal kerja saja yang diperhatikan akan tetapi
faktor lain diluar usaha juga berperan dalam memaksimalkan
keuntungan usahatani tersebut. Faktor alam adalah faktor lain
yang menyebabkan tidak menentunya hasil keuntungan yang
diperoleh petani disetiap musim tanam.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis modal kerja
petani cabai merah besar, sehingga dapat dijadikan bahan
evaluasi bagi para petani dan juga dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk pemilihan dan keputusan investasi di
musim selanjutnya.

Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif,
untuk memahami suatu realitas dengan fenomena yang terjadi
dengan perspektif semua pihak yang terlibat baik “dari dalam
ke luar” maupun sebaliknya “dari luar ke dalam” Jonker dkk
(2011:71). Penelitian dilakukan di Kecamatan Sempu,
Kabupaten Banyuwangi dimana obyek penelitian adalah
Petani Cabai Merah Besar.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara langsung dan mendalam tentang sumber-sumber
modal kerja dan dampaknya pada petani-petani cabai merah

besar di Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. Data
sekunder dalam peneitian ini adalah gambaran umum
Kecamatan Sempu dimana petani merah besar yang menjadi
informan peneitian ini.
Situasi Sosial dan Informan
Penelitian ini dilakukan pada petani cabai merah besar. Petani
cabai merah besar yaitu orang yang melakukan usahatani
cabai merah besar baik lahan yang dimiliki sewa maupun
milik sendiri. Objek penelitian ini yaitu petani cabai merah
besar yang sudah melakukan usahatani cabai ditahun 2013
dan 2014. Tujuan dari pemilihan objek tersebut adalah agar
informasi yang didapat beragam dan mewakili setiap keadaan
musim tanam. Informan kunci pada penelitian ini dipilih
secara purposive dan bersifat snowball sampling. Adapun
penjelasan dan kriteria informan adalah sebagai berikut:
1. Petani cabai merah besar
2. Berdomisili di Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi
3. Bertani di daerah sentral atau paling kecil penghasil
cabai merah besar

4. Sudah bertani cabai merah besar lebih dari 2 tahun atau

Muhammad et al., Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu....
lebih dari 2 kali tanam diantara tahun 2013 dan 2014.
Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan
data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2014:91). Langkahlangkah analisis data model Miles dan Huberman dalam
penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap, yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian
Pengertian Modal Kerja
Semua informan telah memberikan pendapatnya mengenai
makna modal kerja sesuai dengan persepsi informan selaku
petani cabai merah besar. Dari hasil wawancara dengan
informan menunjukkan bahwa modal kerja merupakan modal
yang digunakan petani untuk membiayai usahatani cabai
merah besar dari awal tanam hingga panen. Menurut

beberapa informan modal kerja juga diartikan sebagai uang
dan lahan.
Sumber-sumber Pendanaan Modal Kerja
Hasil penelitia bahwa sumber modal kerja yang digunakan
para informan berasal dari modal sendiri, tengkulak, dan
koperasi. Sebagian besar para informan menggunakan
sumber pendanaan modal kerja campuran. Kombinasi sumber
modal kerja campuran yang digunakan petani cabai merah di
Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi sangat beragam.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan
informan mengenai kombinasi sumber modal kerja yang
digunakan para petani. Melihat pernyataan informan dari
hasil wawancara diketahui, bahwa kombinasi modal kerja
yang dianggap menguntungkan bagi petani yaitu kombinasi
modal kerja sendri dengan modal kerja dari koperasi dan
kombinasi modal kerja sendiri dengan modal kerja dari
tengkulak. Sebagian besar informan memilih kombinasi
modal kerja sendiri dengan modal kerja dari tengkulak

keterlambatan pembayaran beban bunga. Sedangkan dampak
positif yang diterima para petani yang sebagian besar
menggunakan sumber pendanaan modal kerja dari lembaga
nonformal (tengkulak) adalah jangka waktu pembayaran
hutang yang panjang, kemudahan dalam memenuhi modal
kerja tanpa jaminan, dan adanya pembagian resiko.
Dampak Negatif Sumber Pendanaan Modal Kerja
Para informan sudah memberikan pendapatnya mengenai
dampak negatif sumber-sumber pendanaan modal kerja
petani cabai merah besar. Menurut informan, dampak negatif
dari sumber pendanaan modal kerja sendiri adalah kerugian
sepenuhnya ditanggung petani. Untuk sumber pendanaan
modal kerja dari koperasi dampak negatifnya yaitu adanya
beban bunga setiap bulannya yang wajib dibayar. Sedangkan
dampak negatif dari sumber pendanaan modal kerja dari
tengkulak diantaranya adalah adanya selisih harga jual, dan
adanya perjanjian yang tidak tertulis. Hasil wawancara
tersebut menunjukkan bahwa sumber pendanaan modal kerja
yang dipilihpetani cabai selain dapat memberikan manfaat
juga dapat mengakibatkan timbulnya kerugian bagi petani.

Pembahasan

Sumber Pendanaan Alternatif Modal Kerja
Para informan memilih sumber pendanaan modal alternatif
yang bermacam-macam mulai dari sumber modal kerja
formal yaitu bank dan koperasi sampai sumber modal kerja
informal yaitu pinjam pada tetangga dan kembali pinjam
pada tengkulak. Semua sumber modal alternatif yang dipilih
informan merupakan sumber modal kerja yang dianggap
menguntungkan bagi petani. Sumber modal kerja alternatif
yang paling banyak yang dipilih sebagian besar informan
yaitu sumber modal kerja dari tengkulak.

Sumber-sumber Pendanaan Modal Kerja Petani Cabai
Merah Besar
Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 informan diketahui
bahwa sumber pendanaan modal kerja petani cabai merah
besar di Kecamatan Sempu sangatlah beragam. Hasil
wawancara menunjukkan semua informan menggunakan
sumber modal kerja yang berbeda-beda mulai dari sumber
modal kerja sendiri, koperasi dan tengkulak. Menurut
beberapa informan alasan petani menggunakan modal sendiri
dikarenakan dengan menggunakan modal sendiri tidak ada
potongan harga atau selisih harga jual, tidak ada tangguangan
biaya bunga pinjaman setiap bulan dan jika terjadi kerugian
merasa tidak ada beban. Akan tetapi secara tidak sadar para
petani tidak mengetahui bahwa penggunaan modal sendiri
juga memiliki biaya yang tak terlihat yaitu biaya kesempatan
(opportunity cost). Menurut Brigham dan Houston (2013:96),
biaya
kesempatan
(opportunity
cost)
merupakan
pengembalian dari alternatif pengguanaan aset yang terbaik,
atau pengembalian tertinggi yang tidak akan diperoleh jika
dana diinvestasian kepada proyek tertentu. Peluang atau
kesempatan lain yang dapat diperoleh para petani selain
menginvestasikan dananya pada usahatani cabai, para petani
juga memiliki kesempatan menginvestasikan dananya pada
deposito bank. Besarnya bunga deposito bank juga sebagai
pertimbangan bagi petani dalam penentuan investasi.

Dampak Positif Sumber Pendanaan Modal Kerja
Melihat dari hasil wawancara dengan informan
menunjukkaan bahwa, dampak positif yang diperoleh petani
dalam penentuan sumber-sumber pendanaan modal kerja
beragam sesuai dengan sumber yang dipilih. Adapun dampak
positif yang diperoleh dari sumber pendanaan modal kerja
sendiri adalah terpenuhinya modal kerja dengan cepat, tidak
adanya beban/ biaya setiap bulannya dan dapat merasakan
keuntungan sepenuhnya. Dampak positif bagi petani yang
meggunakan sumber pendanaan modal kerja dari lembaga
formal (koperasi) yaitu proses yang cepat dalam
mendapatkan dana modal kerja, administrasi yang tidak
mempersulit petani, kerahasiaan individu terjaga dari
masyarakat umum dan adanya toleransi jika terjadi

Hasil wawancara beberapa informan menyatakan bahwa para
petani sebagian kecil ada yang menggunakan sumber
pendanaan dari lembaga formal seperti koperasi. Para
informan tersebut lebih suka menggunakan sumber
pendanaan dari koperasi karena administrasi tidak serumit di
perbankan, dana yang diperoleh lebih cepat dan lebih besar
tergantung pada jaminan yang diajukan petani. Risiko
kerugian dari sumber pendanaan dari koperasi yaitu para
petani dibebani biaya bunga setiap bulannya, meskipun
petani mengalami gagal panen wajib membayar biaya bunga
setiap bulannya. Sehingga sedikit petani yang berminat
memilih sumber pendanaan modal kerja pada koperasi. Bagi
petani yang memiliki jaminan seperti surat-surat berharga
memungkinkan mendapatkan permodalan dari koperasi, akan

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014

Muhammad et al., Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu....
tetapi bagi petani kecil yang tidak memiliki jaminan harta
yang cukup untuk pinjam di koperasi lebih memilih sumber
pendanaan modal kerja dari lembaga nonformal seperti
tengkulak cabai.
Hasil penelitian ini sebagian besar dari informan menyatakan
lebih suka menggunakan modal asing dari lembaga tidak
formal seperti sumber modal dari tengkulak cabai.
Kemudahan dalam mendapatkan pendanaan modal kerja
tanpa adanya jaminan, merupakan salah satu daya tarik yang
diberikan tengkulak kepada petani yang tidak memiliki modal
besar. Pernyataan informan tersebut sesuai dengan pendapat
Nurmala dkk. Menurut Nurmala dkk (2012:129) alasan
petani lebih mengandalkan sumber kredit dari lembaga tidak
formal karena:
1. caranya mudah dan cepat pelayanannya
2. administrasinya tidak berbelit-belit cukup dengan satu
kwitansi meskipun tidak bermaterai
3. jumlanya tidak dibatasi secara ketat tetapi sesuai
dengan kebutuan petani
4. waktunya tidak dibatasi jam kantor dan
5. jaminannya cukup “kepercayaan saja” atau tanaman
yang belum dipanen
Meskipun tingkat bunga tinggi dibandingan tingkat bunga
lembaga formal, petani lebih senang menggunakan lembaga
informal. Bentuk biaya bunga yang dikenakan petani yaitu
berupa selisih harga jual, yang dimana selisih harga jual
merupakan bentuk biaya yang dikenakan bagi petani yang
memiliki hutang pada tengkulak. Besarnya selisih harga cabai
berkisar antara Rp 250,- sampai dengan Rp 1.000,- per
kilogram atau lebih tergantung harga cabai pada saat itu.
Semakin tinggi harga jual pada musim tersebut maka
semakin besar potongan atau selisih harga yang dikenakan
petani begitu juga sebaliknya semakin rendah harga cabai
maka semakin kecil potongan harga jual. Besar kecil selisih
harga juga tergantung pada besar kecilnya pinjaman yang
diajukan petani. Semakin besar pinjaman yang diajukan
petani dalam memenuhi modal kerja maka semakin besar
pula potongan harga jual yang diberikan tengkulak kepada
petani.
Faktor cuaca yang tidak menentu dan jugga hasil panen yang
tidak dapat diprediksi membuat petani ekstra hati-hati dalam
memilih sumber permodalan. Sehingga sebagian besar para
informan yang tidak berani mengambil resiko besar
cenderung memilih sumber pendanaan modal kerja dari
tengkulak karena para tengkulak berani menanggung resiko
gagal panen petani dengan jaminan memberikan kesempatan
menanam lagi dimusim selanjutnya. Akan tetapi para
tengkulak memberikan syarat-syarat tertentu kepada petani
yang ingin meminjam modal kerja. Syarat-syarat tersebut
sifatnya mengikat walaupun tidak tertulis secara legalitas
hukum. Adapun syarat yang diajukan tengulak kepada petani
antara lain yaitu yang pertama hasil panen petani wajib
disetorkan kepada tengkulak, syarat selanjutnya petani
bersedia mendapatkan potongan harga atau selisih harga jual
cabai yang dikenakan setiap kilogram cabai dan syarat yang
terakhir petani jika petani melanggar syarat yang disepakati
dengan menjual cabai kepada pedagang lain maka petani
mendapat hukuman dari tengkulak berupa pemutusan
hubungan kerja sama, petani yang bersangkutan wajib
membayar hutangnya secepatnya kepada tengkulak dan
petani tersebut tidak boleh meminjam lagi pada tengkulak
yang sama. Syarat yang diajuan tengkulak dirasa lebih berat
Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014

sebelah dimana petani tidak bisa menjual hasil panen cabai
kepada pedagang lain dengan harga yang lebih tinggi,
sehingga petani tidak bisa memaksimalkan keuntungan yang
didapat. Dari hasil penelitian ini para informan tidak merasa
keberatan yang dengan syarat yang diajukan tengkulak.
Bahkan ada salah satu informan yang sengaja meminjam
sumber pendanaan modal kerja dari tengkulak meskipun
mempunyai modal sendiri yang cukup dengan alasan jika
terjadi gagal panen bisa berbagi resiko kerugian.
Bentuk sumber pendanaan modal kerja yang diperoleh petani
dari tengkulak bisa berupa uang tunai atau barang seperti
pupuk, mulsa, bibit cabai, obat-obat pertanian dan lain-lain
yang dirasa sama dengan sejumlah uang tersebut. Besarnya
modal kerja yang diberikan tengkulak kepada petani cabai
merah besar sesuai dengan kebutuhan petani. Meskipun
beberapa informan mendapatkan sumber pendanaan dari
tengkulak, akan tetapi para informan juga mengkombinasikan
dengan sumber pendanaan pribadi dan koperasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar informan
menggunakan sumber pendanaan modal kerja campuran
dengan kombinasi yang dianggap menguntungkan bagi
mereka. Pernyataan tersebut didukung oleh Hornet dan
Wachowicz. Menurut Hornet dan Wachowicz (1992:251)
bahwa kombinasi terbaik dari pemilihan sumber pendanaan
jangka pendek (modal kerja) tergantung dari pertimbangan
biaya, ketersediaan waktu, fleksibilitas dan tingkat dimana
aktiva perusahaan dibebankan dengan tuntutan hukum.
Kombinasi yang dianggap menguntungkan bagi sebagian
besar informan yaitu kombinasi modal kerja sendiri dengan
modal kerja dari tengkulak. Dengan komposisi modal dari
tengkulak lebih besar atau sama dengan modal sendiri. Hal
ini bertolak belakang dengan penelitian Utami (2012) dan
Sholihah (2013) yang menyatakan menguntugkan
penggunaan komposisi modal sendiri daripada penggunaan
modal eksternal.
Melihat dari komposisi sumber modal kerja campuran yang
digunakan petani, secara tidak langsung para petani juga
mengerti dan menerapkan teori biaya kebangkrutan
(financial distress). Menurut Brealey, Myers dan Marcus
(2008:14), semakin banyak perusahan berutang, semakin
tinggi peluang gagal bayar dan karena itu semakin besar
ekspektasi nilai biaya terkait. Penggunaan 100% pinjaman
harus diperhitungan pula biaya utang atau financial distress
yang disebut dengan biaya kebangkrutan yang menyebabkan
petani tidak dapat memperoleh keuntungan optimal dari
penggunaan 100% pinjaman dari tengkulak. Oleh karena itu
sebagian besar petani tidak ada yang menggunakan pinjaman
modal kerja secara penuh dari tengkulak. Hal tersebut juga
didukung dengan pernyataan Kadarsan. Menurut Kadarsan
(1992:61), modal kerja yang berasal dari pinjaman ada pula
batasannya, semakin banyak meminjam dari satu sumber
maka semakin besar pula biaya, baik biaya yang bersifat
ekonomis maupun nonekonomis.
Dana atau modal dari sumber-sumber modal kerja yang
dipilih petani ada kalanya habis sebelum usahatani tersebut
panen, sehingga para petani memiliki beberapa pilihan
alternatif dalam memenuhi pendanaan modal kerjanya. Dari
hasil wawancara sebagian besar informan lebih memilih
meminta lagi tambahan pendanaan modal kerja kepada
tengkulak dikarenakan siap membiayai petani sepenuhnya.

Muhammad et al., Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu....
Untuk informan lainnya lebih memilih pinjam pada tetangga
dan koperasi. Ada juga informan jika terjadi kekurangan
modal kerja lebih memilih meminjam pada perbankan.
Menurut Pasaribu (2012:87) perbankan merupakan salah satu
lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pendanaan dalam rangka pembiayaan termasuk pembiayaan
UMKM. Sumber pendanaan modal kerja dari bank modal
yang diperoleh lebih besar dibandingkan pinjam di koperasi.
Keuntungan lain sumber pendanaan modal kerja dari bank
yaitu tingkat suku bunga relatif rendah dibandingkan dengan
koperasi. Akan tetapi hanya petani yang mempunyai lahan
besar, butuh modal besar dan berani mengambil resiko dalam
mendapatkan sumber pendanaan dari perbankan.
Jangka waktu usahatani cabai merah besar mulai dari tanam
hingga panen, para informan memperkirakan membutuhkan
waktu selama 4-5 bulan. Jika hasil panen cabai
menguntungkan dapat mengembalikan modal yang
digunakan informan selama ini, sehingga sumber-sumber
pendanaan modal kerja dari lembaga formal maupun informal
yang dipilih petani dapat segera dibayar. Pendapatan petani
tidak dapat diprediksi disetiap musim tanam. Para informan
lebih mengutamakan menggunakan modal pribadi dan modal
dari lembaga tidak formal seperti tengkulak. Sumber
pendanaan tersebut dipilih petani dengan petimbangan bila
terjadi gagal panen tidak berisiko tinggi bagi
keberlangsungan usahatani musim tanam selanjutnya.
Implikasi yang dapat disampaikan kepada pelaku usahatani
cabai merah besar di Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi yaitu sebaiknya menggunakan sumber
pendanaan modal kerja tidak sepenuhnya dari tengkulak
sehingga para petani bisa memaksimalkan keuntungan.
Selanjutnya bagi lembaga keuangan yaitu diharapkan dapat
menjangkau lebih banyak lagi pelaku usahatani dipedesaan
untuk menggunakan produk-produk keuangan dalam bentuk
kredit modal kerja agribisnis, hal ini akan mengefektifkan
peran lembaga keuangan terhadap pelaku usahatani cabai
dalam memenuhi permodalan. Selanjutnya bagi tengkulak
yaitu diharapkan adanya transparasi harga jual cabai sehingga
para petani tidak merasa dirugikan. Kemudian, implikasi
yang dapat disampaikan kepada pemerintah yaitu demi
tercapainya kesejahteraan petani hendaknya mendukung
petani cabai yang memulai atau yang sudah lama merintis
usahatani cabai dalam mengakses sumber pendanaan modal
kerja dan perlu memperluas kredit modal kerja khusus
dibidang pertanian dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan pelaku usahatani sehingga membantu dalam
peningkatan permodalannya baik melalui lembaga keuangan
maupun nonkeuangan.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014

Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
Sumber pendanaan modal kerja dipilih petani cabai besar di
Kecamatan Sempu menggunakan sumber modal kerja
campuran. Kombinasi sumber pendanaan modal kerja
campuran yang dipilih petani yaitu sumber modal kerja
sendiri dengan sumber modal kerja dari tengkulak. Sumber
modal kerja alternatif yang dipilih petani yaitu koperasi dan
sumber pendanaan non formal.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat
keterbatasan-keterbatasan pada saat penelitian di lapangan,
keterbatasan penelitian ini terletak pada:
a. Tidak adanya laporan keuangan yang tertulis sehingga
para petani memberikan informasi hanya dengan
perkiraan dan seingatnya saja tentang sumber modal
kerja yang mereka gunakan.
b. Observasi partisipasi tidak bisa dilakukan secara
maksimal dikarenakan di awal penelitian tidak ada
informan yang melakukan proses usahatani cabai dari
awal tanam.

Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan
penelitian yang sangat membantu dalam memberikan
informasi mengenai keperluan penelitian di lapangan kepada
penulis.

Daftar Pustaka
Ali Musa Pasaribu. 2012. Perencanaan & Evaluasi Proyek Agribisnis
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Lily Publisher.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. Luas Panen dan Produksi
Tanaman Sayuran Menurut Jenis Komoditas Tahun 2012.
Dipublikasikan. Laporan Penelitian. http://wwww.bpskabupaten
banyuwangi.com/index.php.html [diakses 16 April 2014]
Brealey, Richard A, dkk. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Brealey, Richard A, Myers, Stewart C, Marcus, Alan J. 2008. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F, Houston, Joel F. 2013. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan Edisi 11 jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan. Kabupaten Banyuwangi,
Barometer Perkembangan Hortikultura Skala Nasional. Dipublikasikan.
Artikel.
http://www.banyuwangikab.go.id/page/bda/pertanian.html
[diakses 13 Maret 2014]
Fina Ismi Sholihah. 2013. Analisis Modal Kerja Petani Tembakau Desa
Sumber Pinang Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember.
Halimah W Kadarsan. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan
Perusahaan Agribisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Indah Agustini Tri Utami. 2012. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal
Kerja pada Pegawai Negeri Balai Kota Samarinda. Jurnal Eksis, Vol.8
No.2.
Jonker, Jan, dkk. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Empat
Kamaruddin Ahmad. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja.
Jakarta: Rineka Cipta.
M Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertaniaan. Jakarta. Bumi Aksara
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tati Nurmala, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha
Ilmu.