15
4 Pengendalian daerah rawa untuk mengurangi resiko banjir.
BAB III PROFIL KINERJA PELAYANAN
Secara administratif Kabupaten Pesisir Selatan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Barat. Bagian Utara berbatasan langsung dengan Kota Padang, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten
Solok Selatan, bagian Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muko
– muko Propinsi Bengkulu dan di bagian Barat merupakan Samudera Indonesia dengan panjang pantai ± 248 Km. Sedangkan secara astronomis terletak pada 0
59 – 2
28,6 LS
dan 100 19
– 101 18
BT Kondisi topografi berupa daerah perbukitan dan dataran rendah, yang memanjang dari Utara sampai Selatan.
Daerah pergunungan terletak dibagian Timur yang yang merupakan kawasan Hutan Lindung Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS dengan luas 4.056,13 Km
2
70,54 sedangkan lahan yang dapat dibudidayakan untuk mendukung kehidupan masyarakat 1.693,76 Km
2
. Dengan luasnya daerah perbukitan yang merupakan daerah tangkapan air, maka aliran airnya semua menuju ke arah Barat dan bermuara ke lautan Samudera
Indonesia. Kondisi topografi inilah yang menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan merupakan Kabupaten yang sering terjadi bencana alam berupa tanah longsor, banjir hampir setiap tahunnya.
Selain itu, Kabupaten Pesisir Selatan sangat dekat dengan Lempeng Gempa Eurasian yang posisinya berada pada Samudera Hindia dan Kepulauan Mentawai. Hal itu menyebabkan daerah Kabupaten Pesisir Selatan
memiliki intensitas gempa tektonik dan kemungkinan tsunami yang cukup tinggi.
3.1. Gambaran Umum Kinerja
Sumber Daya Air adalah air, sumber air, daya air yang terkandung didalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa pada saat ini menghadapi ketidak seimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan
kebutuhan air yang semakin meningkat. Sumber Daya Air ini wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi
16
dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam Pengelolaan Sumber Daya Air.
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air merupakan institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki Irigasi Teknis sebanyak 12 buah Daerah Irigasi dengan luas potensial 23.691 Ha dan luas fungsional 13.219 Ha. Daerah Irigasi Sawah Laweh Tarusan 1.684 Ha yang dulu masuk
klasifikasi Irigasi Setengah Teknis, tapi karena tidak berfungsinya Pompanisasi sekarang menjadi Irigasi Tadah Hujan dan mengharapkan air lapen dari perbukitan sekitarnya. Irigasi sederhana sebanyak 20 buah dengan
luas potensial 26.032 Ha dan luas fungsional 16.270 Ha. Irigasi PIK sebanyak 12 buah dengan luas potensial 1.778 Ha dan luas fungsional 1.541 Ha. Kemudian Irigasi Desa sebanyak 39 Buah dengan luas potensial
16.862,5 Ha dan luas luas fungsional 16.712,5 Ha. Semua Irigasi ini memerlukan ketersediaan sumber daya air. Kabupaten Pesisir selatan memiliki lahan fungsional rawa seluas 144.839,5 Ha yang perlu dikelola dengan baik
sehingga tidak menjadi daerah genangan air pada musim hujan serta pemanfaatan daerah rawa oleh masyarakat tidak menyebabkan daya rusak air. Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki 37 Sungai Induk
dengan panjang 1.006 Km dan 143 anak sungai dengan panjang 2.001 km yang perlu di kelola dengan baik. Banyak sungai
– sungai ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengelolaan sungai yang menyebabkan kerusakan ini harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan. Disamping daerah irigasi, rawa dan sungai, Sumber daya air yang tak kalah penting untuk di kelola adalah pantai. Panjang pantai di Kabupaten Pesisir selatan 248 km dan terdapat 21 lokasi pantai yang sangat
mendesak untuk ditanggulangi.
Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga akan menimbulkan potensi bahaya kemanusian berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau,
kelangkaan air telah pula menimbulkan potensi bahaya kemanusian lainnya berupa kekeringan yang berkepanjangan.
Dalam hubungan ini, Daerah Aliran Sungai DAS yang memiliki peran penting dalam penyediaan sumber air. Sebagian DAS di Kabupaten Pesisir Selatan telah mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan menurunnya
nilai kemanfaatan air sehubungan penurunan fungsi daerah tangkapan dan resapan air. Perubahan tata guna lahan land use di daerah aliran sungai DAS juga menjadi sebab terjadinya banjir Daya Rusak Air . Ini
terjadi karena perubahan tersebut menyebabkan : 1 Erosi yang berakibat sedimentasi masuk ke sungai, sehingga daya tampung sungai berkurang. 2 konstribusi dominan kepada aliran permukaan run
– off Apabila suatu hutan di DAS di buka akibat penebangan liar, maka debit puncak sungai akan meningkat 6 hingga 20 kali.
Faktor penutup lahan akan cukup siknifikan dalam pengurangan maupun peningkatan aliran permukaan yang dapat menimbulkan banjir. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air didasarkan pada prinsip keseimbangan antara
Konservasi Sumber Daya Air dengan Pendayagunaan Sumber Daya Air.
3.1.1 Sekretariat
1. Latar Belakang Demi kelangsungan tugas suatu Dinas yang merupakan penanggungjawab dibidang Pengelolaan
Sumber Daya Air PSDA, Sekretariat merupakan pusat aktifitas manajemen pelayanan dalam mendukung kinerja Dinas dan koordinasi antar Bidang yang menyelengarakan kegiatan teknis pada
17
tiap tahun anggaran berjalan. Kinerja yang baik perlu didukung oleh Sarana dan Prasarana serta Sumber Daya manusia yang baik, terampil dan berdedikasi tinggi dalam pengabdiannya terhadap
Negara dan Masyarakat. Semua elemen yang berperan dalam mendukung kegiatan Dinas, baik Sekretariat maupun dibidang
Kegiatan tidak akan terlepas dari kebutuhan Pendanaan yang sekaligus akan menentukan Tingkat Pencapaian suatu program yang sudah dan yang akan direncanakan pada 5 lima tahun kedepan.
Namun dalam pelaksanaannya, nilai-nilai Efektifitas serta Efisiensi tetap terjadi acuan dan pertimbangan tersendiri, akibat dari ketersediaan dana pemerintah yang sangat terbatas. Sekretariat
bergerak dengan sistem pendanaan Rutin yang bersifat Base Program dengan menggunakan dana berkelanjutan dan berulang diantara 3 tiga pengelolaan tugas yang menjadi kewenangannya, yaitu :
a.
Pengelolaan Sarana b.
Pengelolaan Prasarana c.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dari ketiga pengelolaan tugas tersebut diatas, Sekretariat diharapkan akan menjadi pusat
Manajemen Administrasi Dinas yang kokoh bagi terselengaraanya pelaksanaan program-program Pemerintah.
a.
Pengelolaan Sarana Sarana pendukung untuk terselenggaranya tugas-tugas kedinasan sangat banyak, yaitu :
- Peralatan Kantor Meja, Lemari, AC, Komputer, Telepon
- Kendaraan Bermotor Mobil dan Sepeda Motor
- Peralatan Pendataan Alat Ukur dan Curah Hujan
b. Pengelolaan Prasarana
Prasarana pendukung yaitu : -
Bangunan Kantor Dinas di Painan -
Bangunan Kantor UPTD di 5 wilayah kerja -
Bangunan Air Waduk, Embung dan Saluran -
Bangunan Rumah Dinas tersebar c.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia Personil yang mendukung kinerja Dinas PSDA berjumlah 111 orang, dimana lebih dari 50
bekerja di kantor-kantor UPTD yang tersebar pada 5 wilayah kerja, antara lain :
- Wilayah - 1 : Koto XI Tarusan
– Bayang – Bayang Utara -
Wilayah - 2 : IV Jurai – Batang Kapas
- Wilayah - 3 : Sutera
– Lengayang -
Wilayah - 4 : Ranah Pesisir – Linggo Sari Baganti – Pancung Soal
- Wilayah - 5 : Basa IV Balai
– Lunang Silaut
2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pendanaan pada Sekretariat Dinas PSDA adalah untuk meningkatkan pengelolaan serta
penataan manajemen yang lebih profesional dan secara proaktif berkoordinasi dengan Bidang- bidang yang mengelola kegiatan pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur yang
menjadi kewenangan Dinas PSDA.
18
Sasaran yang akan dicapai adalah terlaksananya tugas-tugas yang diamanahkan pada Dinas PSDA dalam mensukseskan program pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan serta tercapainya
sinergisitas antar seluruh personil pendukung, baik dalam lingkungan Dinas maupun hubungannya dengan instansi lain.
3. Strategi Dalam pencapaian Tujuan dan Sasaran, perlu diambil langkah sebagai berikut :
a. Penyiapan sarana pendukung yang lebih memadai, termasuk melakukan rehabilitasi dan
pemeliharaan terhadap sarana yang ada. Untuk saat ini masih diperlukan penambahan sarana pendukung, seperti : Mobil Operasional, Sepeda Motor, Peralatan Teknis dan Pengukuran
untuk Survey, Mebeleur dan sarana lainnya. Pada kantor-kantor UPTD saat ini perlu didukung dengan sarana computer dan penambahan daya listrik, penambahan Mebeleur, Mesin Tik dan
peralatan lain.
b. Peningkatan Prasarana, yaitu penambahan ruang kantor Dinas PSDA di Painan, yang saat ini
dirasakan kurang memadai untuk menampung personil yang berjumlah 48 orang, apalagi kalau bergabungnya staf dari UPTD dalam pelaksanaan Rapat Staf, Rapat Koordinasi dan
Kegiatan Koordinasi Rutin lainnya. Begitu juga di kantor UPTD, banyak yang sudah mengalami kerusakan berat dan memerlukan perbaikanrehabilitasi sesegera mungkin.
c. Penambahan Sumber Daya Manusia dalam penyelenggaraan tugas-tugas pokok, dimana saat
ini jumlah tenaga teknis dirasakan sangat kurang, terutama untuk Tenaga Muda yang diperlukan untuk Perencanaan Teknis, Pelaksana Lapangan dan Operator Teknis dibidang
penggambarandesain serta Tenaga Pendukung lainnya yang bersifat Non Teknis. Begitu juga personil yang ditugaskan dikantor UPTD, masih perlu dilakukannya penambahan personil,
khususnya untuk tenaga Penjaga Pintu Air PPA, Penjaga Pintu Bendung PPB dan beberapa Juru. Selain penambahan tenaga, juga diperlukan peningkatan kemampuan personil
yang sudah ada, melalui pendidikan dan pelatihan formal.
4. Indikator Kegiatan a.
Penyiapan Sarana pendukung yang lebih memadai : - Input :
Dana untuk pengadaan, pemeliharaan dan Rehabilitasi Sarana. - Output
: Terlaksananya pengadaan, pemeliharaan dan Rehabilitasi Sarana.
- Outcome : Tersedianya sarana pendukung bagi aktifitas kedinasan.
b. Peningkatan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana pendukung :
- Input : Dana untuk peningkatan, pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana.
- Output : Terlaksananya peningkatan, pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana.
- Outcome : Tersedianya prasarana pendukung bagi aktifitas kedinasan
c. Penambahan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia :
- Input : Dana untuk penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia
19
- Output : Terlaksananya penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia.
- Outcome : Tersedianya Sumber Daya Manusia yang memadai dan mempunyai kemampuan tinggi
dalam mendukung aktifitas kedinasan.
3.1.2 Irigasi
Penyediaan sumber daya air, khususnya penyedian air irigasi dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Akibatnya tingkat layanan
irigasi belum dapat mengairi persawahan masyarakat secara maksimal. Pada daerah yang areal persawahannya diairi oleh jaringan irigasi, masih banyak ditemukan kerusakan, baik kerusakan pada
Jaringan Primer, jaringan sekunder maupun pada jaringan tertier yang masuk langsung ke sawah masyarakat.
Permasalahan lainnya dalam melihat kehandalan sumber daya air adalah semakin meningkatnya kebutuhan air akibat perkembangan jumlah dan aktivitas penduduk. Disamping itu perubahan tata
guna lahan, di satu sisi telah menurunkan area resapan air, dan mengancam kapasitas lingkungan, serta sumber penyediaan air. Pada sisi lain kerusakan lingkungan akibat kerusakan hutan secara
signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai DAS dalam menahan dan menyimpan air. Hal ini menyebabkan perubahan sirklus hidrologi yang menyebabkan terjadinya
distribusi air yang tidak merata. Air sangat melimpah pada musin hujan dan berpotensi terjadinya banjir, sedangkan pada musin kemarau terjadi kekeringan.
Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian banjir dan sebagai sumber penyediaan air baku, juga masih belum memadai. Hal ini terlihat dari masih belum dapatnya seluruh
masyarakat Pesisir Selatan dalam jaringan pelayanan air baku, serta pada waktu musim Kemarau pada daerah-daerah tertentu areal persawahan terjadi kekeringan serta saat musim hujan daerah
tersebut menjadi kawasan langganan banjir.
Dilihat dari jangkauan jaringan irigasi dalam mengairi persawahan penduduk juga masih terbatas. Areal persawahan sudah berfungsi yang dapat diairi jaringan irigasi seluas seluas 46.294,50 Ha.
Walau demikian masih banyak yang areal persawahan yang sudah berfungsi yang belum dapat diairi jaringan irigasi yaitu sebesar 8.864 Ha.
Saat ini Dinas PSDA mempunyai Data Base Tahun 2006, yang saat ini belum pernah dilakukan Updating perbaruan dan perlu sekali dilakukan perbaruan setiap tahunnya, agar dapat data yang
dapat dipertanggung jawabkan. Adapun data dan informasi mengenai Irigasi di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Klasifikasi Irigasi, Luas Sawah yang diairi, dan yang Belum diairi Jaringan Irigasi
1 IRIGASI TEKNIS
21,648.00 12,104.00
4,972.00 644.00
2,423.00 1,505.00
2 IRIGASI SETENGAH TEKNIS
1,684.00 743.00
250.00 691.00
- -
3 IRIGASI SEDERHANA
24,566.00 15,520.00
3,342.00 3,525.00
480.00 1,699.00
4 PIK
1,778.00 1,365.00
300.00 -
113.00 -
5 IRIGASI DESA
16,662.50 16,562.50
- -
100.00 -
JUMLAH TOTAL 66,338.50
46,294.50 8,864.00
4,860.00 3,116.00
3,204.00 Areal sdh ada jaringan irigasi utama
NO. KLASIFIKASI IRIGASI
Areal sawah blm Ada Jaringan Irigasi
Luas Sawah Rencana
Sudah Sawah
Belum Sawah
Sudah Sawah Blm Sawah
Sudah Berfungsi
Blm Berfungsi
20
Sumber : Data Base Dinas Tahun 2006 - PSDA Kabupaten Pesisir Selatan
Dilihat dari tabel di atas terlihat luas sawah yang belum berfungsi tetapi sudah ada jaringan irigasi seluas 2.041.00 Ha. Dan dari sekian banyak Daerah Irigasi yang kita punyai, masih banyak kondisiya
yang rusak untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tingkat Kerusakan Jaringan Irigasi Kabupaten Pesisir Selatan
1 IRIGASI TEKNIS
28.0 15.0
12.0 45.0
2 IRIGASI SETENGAH TEKNIS
35.0 17.0
8.0 40.0
3 IRIGASI SEDERHANA
38.0 23.0
17.0 22.0
4 IRIGASI DESA
21.0 14.0
14.0 51.0
NO. KLASIFIKASI IRIGASI
Kondisi
Rusak Ringan
Baik Rusak
Berat Rusak
Sedang
Untuk mencapai Visi dan Misi yang dimiliki oleh Dinas PSDA Kabupaten Pesisir Selatan, perlu di tetapkan Tujuan, Sasaran yang dicapai, serta disusun Strategi untuk mencapainya.
1. Latar Belakang. Dari 4 empat Misi yang disandang oleh Dinas PSDA Kabupaten Pesisir Selatan, untuk Bidang
Irigasi dan Daya G una Air, Misi yang diembannya adalah : ” Meningkatkan Pendayagunaan Sumber
Daya Air ”. Tujuan Misi tersebut dapat dapat diuraikan menjadi 3 tujuan yaitu :
1. Mempunyai Data dan Informasi yang terbarui yang berhubungan dengan Pendayagunaan Sumber Daya Air.
2. Meningkatkan Pelayanan penyaluran air irigasi. 3. Memenuhi Kebutuhan Air Irigasi yang adil dan merata.
2. Sasaran. Dari tujuan diatas maka sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Tersedianya Data Base Irigasi dan Daya Guna Air yang Terbarui. 2. Terlaksananya Peningkatan Kondisi Bendung untuk Daerah Irigasi 100 - 1000 Ha.
3. Tersedianya serta terpeliharanya infrastruktur irigasi agar dapat berfungsi sesuai rencana.
3. Strategi. Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran yang diingin capai, perlu disusun strategi untuk mencapainya,
maka dilaksanakan : 1. Membuat dan Memperbarui Data Base Inventarisasi Irigasi dan Daya Guna Air setiap tahunnya.
2. Meningkatkan Bendung Tradisionil menjadi Bendung Semi Permanen Untuk Daerah Irigasi 100
sd 1000 Ha.
21
3. Meningkatkan Bendung Bendung Semi Permanen menjadi Permanen Untuk Daerah Irigasi 100 sd 1000 Ha bentang 10 m.
4. Melaksanakan Optimalisasi fungsi jaringan Irigasi yang telah dibangun pada Daerah Irigasi 50 sd 1000 Ha, dengan sistem partisipatif.
5. Melaksanakan Rehabilitasi terhadap Bendung dan Jaringan Irigasi yang Rusak akibat bencana Alam yang belum tertangani sampai tahun 2010.
6. Membangun Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkap untuk DI yang diperioritaskan. 7. Menyediakan PPA dan PPB dengan jumlah dan kerja yang sesuai standarisasi dan aturan yang
ada dengan sistem kontrak kerja. 8. Melaksanakan Rehabilitasi terhadap Pintu AirRumah Pelindung yang ada yang tidak berfungsi
menjadi berfungsi kembali. 4. Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja.
a. Program Setelah disusun strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan, Bidang Irigasi dan
Daya Guna Air membuat Program yaitu Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya.
b. Kegiatan Kegiatan dan Indikator Kinerja :
1. Pembuatan dan Updating Data Base Inventarisasi Irigasi dan Daya Guna Air.
Input : Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
Output
: Terlaksananya Pembuatan Data Base Irigasi dan Daya Guna Air yang terbarui.
Outcomes : Tersedianya Data Base Irigasi dan Daya Guna Air yang terbarui.
2. Optimalisasi fungsi jaringan Irigasi yang telah dibangun.
Input : Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan WISMP APBD.
Output
: Terlaksananya Optimalisasi fungsi jaringan Irigasi yang telah dibangun.
Outcomes : Optimalnya fungsi jaringan Irigasi yang telah dibangun. 3. Rehabilitasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Input
: Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan DAK NON DR, WISMP APBD.
Output
: Terlaksananya Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi untuk DI 50 sd 1000 Ha.
Outcomes : Jaringan Irigasi kembali berfungsi sesuai rencana.
4. Peningkatan Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkap Irigasi.
Input : Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
Output
: Terlaksananya Pembangunan Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkap.
Outcomes : Terpenuhinya Kebutuhan Air Irigasi yang adil dan merata. 5. Peningkatan Bendung Irigasi.
Input
: Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
Output : Terlaksananya Peningkatan Bendung Irigasi.
Outcomes : Meningkatnya Ketersediaan Air Irigasi.
6. Rehabilitasi terhadap Pintu AirRumah Pelindung Irigasi.
Input : Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
Output
: Terlaksananya Rehabilitasi Pintu Air dan Rumah Pelindung.
Outcomes : Terpenuhinya Kebutuhan Air Irigasi yang adil dan merata.
22
3.1.3 Sungai
1. Latar Belakang. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan pada saat ini sangat perlu melakukan perbaikan dan
peningkatan sarana dan prasarana yang dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian serta meningkatkan penanggulangan datangnya bencana alam yang sering terjadi.
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan sangat rawan terhadap bencana alam baik longsoran tebing sungai maupun banjir yang sering melanda perkampungan penduduk dan lahan
– lahan pertanian, peternakan masyarakat terutama pada musim hujan.
NO NAMA SUNGAI
KECAMATAN YANG DILALUI
PANJANG SUNGAI
KM LUAS KM2
DEBIT RATA- RATA
M3DT 1.
BATANG LUNANG LUNANG SILAUT
1.087,50 3,907
2. BATANG TAPAN
BASA IV BALAI TAPAN
711,12 2,550
3. BATANG
INDERAPURA PANCUNG SOAL
93,70 2.035,89
7,315 4.
BATANG AIR HAJI LINGGO SARI
BAGANTI 45,85
367,37 1,319
5. BATANG PELANGAI
RANAH PESISIR 51,11
498,86 1,792
6. BATANG KAMBANG
LENGAYANG 45,75
457,14 1,642
7. BATANG SURANTIH
SUTERA 45,69
297,10 1,067
8. BATANG KAPAS
BATANG KAPAS 37,12
449,67 1,620
9. BATANG LUMPO
IV JURAI 32,71
120,53 0,430
10. BATANG BAYANG BAYANG
43,86 396,17
1,423 11. BATANG TARUSAN
KOTO XI TARUSAN 52,47
508,34 1,826
12. BATANG SALIDO IV JURAI
18,16 85,10
0,305 13. BATANG PAINAN
IV JURAI 13,61
23,36 0,084
14. BATANG AMPING
PARAK SUTERA
17,41 110,47
0,396 15. BATANG LAKITAN
LENGAYANG 29,18
117,78 0,423
16. BATANG PUNGGASAN LINGGO SARI
BAGANTI 20,84
142,07 0,510
17. BATANG BANTAIAN LINGGO SARI
BAGANTI 16,06
103,38 0,371
18. BATANG SINDANG LUNANG SILAUT
43,47 239,17
0,859 19. BATANG SILAUT
LUNANG SILAUT 56,43
516,89 1,857
JUMLAH Untuk daerah-daerah yang perlu pengamanan tebing sungai, normalisasi dan pelurusan muara lihat tabel
terlampir
23
2. Tujuan dan Sasaran. Mengendalikan banjir dan pengamanan tebing sungai agar areal pertanian, fasilitas sosial dan
permukiman masyarakat tidak terendam air.
3. Strategi. a. Mengatasi daerah yang kena bencana.
b. Membangun perkuatan-perkuatan tebing sungai dan mengurangi daerah kritis akibat alur sungai yang berbelok-belok dengan pelurusan alur sungai.
3. Pelestarian sungai untuk menjamin keberlanjutan kemanfaatannya bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
4. Pendayagunaan sungai untuk mencukupi kebutuhan air irigasi, air baku untuk perkotaanperdesaan, industri, tenaga air, perikanan, wisata air, dan lain-lain.
5. Pengendalian daya rusak air diarahkan untuk melindungi pusat-pusat produksi, sarana-prasarana wilayah, dan pemukiman dari kerugian akibat daya rusak air.
6. Peningkatan data dan informasi diarahkan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan sungai yang berkelanjutan dan sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku.
4. Indikator Kegiatan. 1. Input :
Tersedianya dana untuk Normalisasi dan pengaman tebing sungai 2. Output :
Terkendalinya longsoran dan abrasi pada sungai 3. Outcome :
Terjaganya keselamatan masyarakat dari meluapnya air sungai
5. Penutup. Dengan terpenuhinya usulan program kegiatan ini maka diharapkan pembangunan pengaman tebing
tersebut dapat berfungsi sebagai pencegahan jatuh korban jiwaharta pada daerah aliran sungai dalam rangka peningkatan pelayanan pada masyarakat.
3.1.4 Rawa 1. Latar Belakang.
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki lahan potensial rawa seluas 144.839,5 Ha yang telah dikembangkan baru sekitar 42.848 Ha sedangkan sisanya 101.991,50 Ha belum dikembangkan
dengan baik. Pengembangan dan peningkatan jaringan rawa sangat diperlukan untuk membuka areal lahan baru untuk pertanian dan perkebunan atau untuk cetak sawah baru dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian. Kebutuhan masyarakat terhadap areal persawahan dan perkebunan dapat dipenuhi dengan mengembangkan daerah rawa tersebut dengan cara mengurangi genangan air areal yang
selalu terendam di Kabupaten Pesisir Selatan, selain itu kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar fungsi pelayanan drainase dan pengeringan
dapat berfungsi secara berkelanjutan guna untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan masyarakat.
24
2. Tujuan dan Sasaran. Dapat dikembangkan sebagai areal lahan pertanian dan perkebunan baru serta bertambahnya luas
lahan yang bisa diolah dan dimanfaatkan sebagai areal rawa gambut dan siap tanam.
3. Strategi. 1. Pelestarian jaringan drainase dan rawa yang telah dibangun untuk menjamin keberlanjutan
kemanfaatannya bagi generasi sekarang dan yang akan datang. 2. Pendayagunaan daerah rawa sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan pertanian dan
perkebunan yang baru untuk meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat. 3. Pengendalian genangan pada daerah rawa yang diarahkan untuk melindungi pusat-pusat
produksi, sarana-prasarana wilayah, dan pemukiman dari kerugian akibat dayarusak genangan tersebut.
4. Peningkatan data dan informasi diarahkan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan drainase dan rawa yang berkelanjutan dan sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku.
4. Indikator Kegiatan. 1. Input :
Tersedianya dana untuk pengembangan rawa dan pemliharaan jaringan drainase dan rawa. 2. Output :
Terlaksanannya pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainse dan rawa. 3. Outcome :
Bertambahnya luas lahan produktif untuk pertanian dan perkebunan serta meningkatnya produksi pertanian dan perkebunan pada areal gambut.
5. Penutup. Dengan terpenuhinya usulan program kegiatan ini maka diharapkan jaringan drainase dan rawa
tersebut dapat berfungsi sebagai sarana pendukung sektor pertanian dan perkebunan dalam rangka peningkatan pelayanan pada masyarakat.
3.1.5 Pantai
1. Latar Belakang.
Pantai yang ada di kabupaten Pesisir Selatan yang membentang dari utara Batas Pantai Kota Padang sampai ke Selatan Batas Pantai Kab. Muko-Muko lebih kurang 234,2 Km. Yang pada saat
sekarang ini potensi daerah pantai belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagai contoh pantai-pantai yang mempunyai areal pasang surut untuk lahan tambak Udang dan Ikan Bandeng berada hampir
disetiap kecamatan yang ada di Kab. Pesisir Selatan. Dan tidak kalah pentingnya pantai yang digunakan sebagai tempat pariwisata. Namun pengelolaannya yang belum maksimal sehingga
dibiarkan sebagai lahan tidur. Namun disisi lain potensi erosi dan abrasi pantai merupakan salah satu yang digolongkan sebagai
bencana alam, khususnya bencana alam pesisir karena tingkat kerugian yang ditimbulkan akibat erosi dan abrasi pantai tergolong serius. Secara umum erosi dan abrasi pantai yang terjadi di
beberapa wilayah telah menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak kecil akibat hilangnya lahan-lahan
25
pertanian dan pertambakan milik masyarakat, rusaknya fasilitas umum seperti jalan, rusaknya bangunan dan pemukiman, rumah ibadah dan sekolah, fasilitas pariwisata seperti hotel dan
restoran, tempat rekreasi serta menurunkan nilai estetika kawasan, sehingga dapat menurunkan nilai pariwisatanya.
Tipologi pantai di Kabupaten Pesisir Selatan merupakan garis pantai yang landai dengan panjang 234,2 Km. Dengan posisi pesisir seperti ini, erosi pantai di Pesisir Selatan adalah relatif lebih besar.
Abrasi pantai yang terjadi cukup besar, karena banyak penduduk yang tinggal di wilayah sekitar pantai, sehingga kerusakan banyak terjadi karena penggunaan sempadan pantai sebagai lahan
pemukiman penduduk. Di Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 10 lokasi yang dikategorikan kritis terjadinya abrasi pantai dan
menyebabkan garis pantai terkikis sekitar 100 M. Kawasan tersebut adalah : Pantai Carocok Painan, Luhung, Surantih dan Amping Parak, Kambang, Air Haji, Sumedang, Sungai Tunu, Karang Labuang
Lakitan, Tarusan dan Salido. Selain sudah maju 100 M, lokasi pantai tersebut merupakan pemukiman padat penduduk dan kawasan pariwisata.
Pada tahun 2008, telah terjadi gelombang pasang karena tingginya curah hujan menyebabkan 38 rumah hanyut dan kejadian itu merupakan yang ketiga kalinya terjadi yaitu tahun 2004,2006 dan
2008. Untuk lebih jelasnya pantai-pantai yang terabrasi tergolong kritis. lihat bahan terlampir
2. Tujuan dan Sasaran.
Mengendalikan gelombang air laut agar supaya tidak mencapai permukiman masyarakat nelayan serta dapat mencegah abrasi pantai dan mengurangi dampak tsunami.
3. Strategi 1. Pelestarian areal pantai yang telah dibangun untuk menjamin keberlanjutan kemanfaatannya bagi
generasi sekarang dan yang akan datang. 2. Pendayagunaan areal pantai sehingga dapat dimanfaatkan menjadi daerah wisata dan perikanan
untuk meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat. 3. Pengendalian areal pantai yang diarahkan untuk melindungi pusat-pusat produksi, sarana-
prasarana wilayah, dan pemukiman dari kerugian akibat dayarusak genangan tersebut. 4. Peningkatan data dan informasi diarahkan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan areal pantai
yang berkelanjutan dan sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku.
4. Indikator Kegiatan 1. Input :
Tersedianya dana untuk pembangunan Pengaman Pantai 2. Output :
Terkendalinya abrasi pantai dan banjir dimulut muara sungai serta mengurangi dampak tsunami. 3. Outcome :
Terjaganya keselamatan masyarakat dari bahaya abrasi pantai dan gelombang air laut tsunami.
5. Penutup.
26
Dengan terpenuhinya usulan program kegiatan ini maka diharapkan abrasi dan erosi pantai berkurang disepanjang pantai kabupaten Pesisir Selatan dan sarana pendukung sektor perikanan dalam rangka
peningkatan taraf hidup para nelayan didaerah pinggiran pantai dapat terwujud. Disamping itu juga dapat mengurangi dampak resiko bila terjadi tsunami.
Belum berkembangnya peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Air.
• Perlunya sosialisasi kepada Masyarakat tentang masalah yang terkait dengan banjir. • Belum terpenuhinya aspirasi masyarakat dalam pengembangan Sumber Daya Air secara optimal.
3.2. Analisis Rencana Kinerja 2010 - 2015